Sesampainya di indekost, Alif baru memeriksa telepon pintarnya. Sejak sampai di Ujung Jaya yang merupakan desa terakhir di ujung Banten, ia menonaktifkan data internetnya. Beberapa notifikasi masuk, baru saja Alif menyandarkan tubuhnya di tembok kamar matanya menangkap pesan beruntun dari ibunya.
----
/Assalamualaikum, mas ini siapa yang datang ke rumah?
----
/Mas Alif, kamu ada janji apa sama Khairunnisa?
----
/Mas, mbo yo dibalas pesan ibu. Ini ada Nisa di rumah
Emangnya kamu jadi pulang?
----
Jedaggh, Alif menjadi kebingungan dibuatnya. Alif belum membalas pesan dari ibunya, ia mengingat-ingat kembali apa memang ia punya janji atau mengundang Nisa ke rumahnya.
----
//Walaikumsalam, ibu maafin Alif baru sempat balas
Alif baru pulang dari Taman Nasional Ujung Kulon
Alif nggak janji apa-apa atau mengundang Nisa bu, Alif mau salat dulu ya bu
----
Alif menenangkan pi
“Udahlah, coba aja dulu, nggak ada salahnya kan?” Mustafa merapikan dokumen kerjanya. “Emang mau sampai kapan loe nutup diri gitu mas?”“Gue nggak nutup diri bang, lagi ngerasa nggak pas aja gitu untuk sekarang.”“Mas bro, Coba deh loe pikir baik-baik. Apa ada seorang perempuan yang datang jauh-jauh dari Pasar Rebo Jakarta Selatan cuma buat numpang ngeteh doang di rumah seorang cowok, ke rumah loe?”
Makjleeebbbbb, Nisa tidak pernah menyangka orang seperti Alif bisa berkata demikian, mendengarnya saja Nisa bagai tersambar petir.“Kok kak Alif ngomongnya gitu sih?”“Kamu terlalu baik buat aku, apa mesti harus ada diksi kayak gitu Nis? Ada apa dengan orang baik, atau mengarah jadi orang baik, emangnya salah Nis?”
Jarak, ternyata begitu memiliki pengaruh yang besar dalam suatu hubungan. Termasuk bagi Alif yang kini menjalani hubungan dengan Nisa. Hubungan jarak jauh dengan komunikasi melalui telepon memang masih bisa dilakukan. Namun, untuk tetep mengenal satu sama lain tidak cukup hanya dengan komunikasi telepon semata.Sebelumnya, tubuh Alif sudah sangat mengenal dan hafal rasa lelah menempuh perjalanan Sumur Pandeglang ke Rangkasbitung. Kini, apa Alif akan sanggup jika untuk sekadar bertemu dengan Nisa, ia harus ke Pasar Rebo Jakarta Selatan.Untunglah, Alif mendapat kabar kalau Nisa baru saja diterima bekerja di daerah Gintung Kabupaten Tangerang. Nisa diterima menjadi guru di pondok pesantren modern terbesar di Kabupaten Tangerang. Ia tidak menjadi guru mengaji, melainkan guru untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk tingkat SMA.----/Kak, Aku udah sampai nih di pondok----//Selamat menjadi santriwati ya kamu----/Heheh
Alif sengaja berangkat dari hari Sabtu agar ia bisa mampir untuk pulang dan istirahat, setelahnya di Minggu pagi ia menjadi pengisi materi, dan siangnya kembali ke Ujung Kulon dengan terlebih dahulu singgah di Bitung untuk sekadar bertemu dengan Nisa.----/Iya, besok Minggu bisa kok kita ketemuKak Alif mungkin sampai di Bitungnya siang, itu pun sebentar karena mau lanjut kerja----//Emang kerja dimana kak?Di daerah Pandeglang Nis----Alif sengaja tidak pernah menampilkan identitasnya sebagai pegawai negeri atau pun label lainnya. Ia paling tidak suka dengan label atau title. Pernah dalam satu kesempatan, selesai mengisi kegiatan organisasi kepemudaan ia mendapatkan pesan dari peserta perempuan seminar. Sebagai orang yang sudah terlanju dikenal oleh peserta kegiatan tersebut, Alif kerap membalas beberapa pesan dari si perempuan. Hingga akhirnya dalam percakapan yang mengarah kepada hubungan lawan jenis, Alif dibuat mati ras
Dengan kehadiran Nisa saat ini, Alif belum sepenuhnya bisa menerima sosoknya secara utuh. Bayang-bayang dari kekecewaan di masa lalu tetap membekas, terlebih ia dikejutkan oleh tindakan Nisa yang membuat status WA seperti anak-anak SMP atau SMA yang ingin membuktikan eksistensinya.-/ Inilah aku apa adanya, yang masih senang berhahahihiStatus WA lengkap dengan berpose yang menampilkan keceriaan itu sedikit pun tidak Alif tanggapi. Biarlah, Alif hanya menduga memang Nisa nampak ceria di balik cadarnya yang senanda dengan jarinya membentuk victory.Alif membuang jauh segala pikiran yang hanya membuatnya ragu terhadapa apa pun yang saat ini sedang ia capai. Ia mengerti betul posisinya yang telah melewati kisah asamara dengan sosok seperti Nurul. Baginya saat ini, apa pun itu yang hanya melemahkan semangatnya, tak akan ia gubris lagi.“Nis, keseriusan dalam suatu hubungan bisa berarti adanya upaya yang ditempuh untuk mendekatkan diri kepada hal-hal yan
Alif bermaksud ke Dampit, ada pamannya yang tinggal disana dan sudah lama ia tidak berjumpa. Namun, karena perjalanan kali ini adalah kali pertamanya ia ke Malang, Alif masih belum tahu persis rute dan kendaraan mana yang akan ia cari. Biasanya, paman Alif yang berkunjung ke Tangerang.“Pintu keluarnya sebelah sana mas.” Petugas pintu kereta nampak sopan dengan senyumnya.Alif mencari kursi tunggu di stasiun dan duduk sejenak, ia mengeluarkan gawainya dan mulai membuka peta. Alif biasa menentukan segala hal yang akan ia lakukan di perjalanan saat masih ada di dalam aera stasiun, tujuannya adalah demi keamanan dan keselamatan. Bagi orang awam atau orang baru yang datang ke suatu tempat dan terlihat bingung biasanya akan mudah mengundang tindak kejahatan, tetapi sejauh ini jika ia keliling ke daerah Jawa Timur situasi masih aman.Setelah mengetahui rute yang harus ia tempuh untuk sampai ke Dampit, Alif mulai mencari kendaraan umum yang melintas k
Setelah dua jam perjalanan dan sudah beberapa kali tertidur di bus, Alif terbangun dan memastikan tasnya. Ia melihat gawainya, lalu mencari titik keberadaannya di peta digital.“Lampu merah, kiri ya pak!”Alif turun di perempatan lampu merah Dampit, kemudia ia menuju masjid agung yang berada beberapa meter di depan. Dari bayangan matahari yang terlihat memang menujukan waktu salat zuhur.Alif melepas sepatu dan kaos kakinya, ia membiarkan telapak kakinya mencium ubin masjid. Sejuk rasanya, ia bahkan ingin tidur dan meluruskan badannya.Di bagian samping masjid agung Alif meletakan ranselnya, ia kemudian ke kamar mandi dan membersihkan diri untuk salat.“Assalamualaikum, halo Mas Alif.” Alif sedikit kaget dengan suara yang baru dikenalnya dari balik telepon.“Walaikumsalam, iya benar pak.”“Ini Mas Fuad anaknya pakdhemu. Lho, Mas Alif ke Dampit kok nggak minta dijemput. Katanya dari kemarin per
“Emang salah ya kak kalau aku eksis? Padahal kan aku bikin konten isinya dakwah.” Nisa langsung memotong pembicaraan Alif.“Sebentar, belum selesai. Kak Alif punya alasan, pertama muslimah yang memakai cadar selain untuk menutup aurat jelas bertujuan untuk menghilangkan fitnah, menjaga fitrahnya sebagai muslimah yang justru kehadirannya tidak mau dilihat oleh banyak mata. Alasan kedua, kalau sebelum dan setelah memakai cadar seorang muslimah masih sama saja tingkah lakunya, lantas apa pengaruhnya cadar untuk muslimah tersebut? Okay kalau misal akan ada argumen, jangan salahkan cadarnya dong tapi orangnya. Buat kak Alif mau orang atau pun bendanya, sama aja. Manusia yang memilih menggunakan benda tersebut, manfaat awat mudharatnya jelas manusia yang memakainya harus tanggung jawab, tapi alasan dia gunakan cadar harusnya sudah diimbangi dengan konsekuensinya.”“Maafin aku ya kak, masih banyak kurangnya.”“Nggak, Kak Alif j