Tepat pukul satu dini hari, Elmira keluar dari kamarnya dengan membawa ponsel dan dengan mengendap-endap layaknya seorang maling pemula, ia berjalan mendekati kamar Reynaldi. Tepat di depan kamar lelaki tampan itu, Elmira memegang gagang pintu kamar Reynaldi. Dengan perlahan, ia membuka pintu Reynaldi yang tak terkunci. Dengan jantung berdebar cukup kuat, Elmira yang tergila-gila pada lelaki tampan itu telah memaksakan diri masuk ke dalam kamar Reynaldi dalam penerangan lampu kamar yang temaram. Perlahan Elmira mendekati tempat tidur king size terbuat dari kayu jati dengan kelambu berwarna cream muda yang menutupi setengah dari tempat tidur tersebut. Dilihatnya Reynaldi bertelanjang dada saat tertidur pulas. Elmira memandang lelaki tampan itu dalam lampu yang temaram. Nyaris tak terdengar Elmira yang jantungnya kian berdegup kencang mendekati lelaki tampan itu. Elmira yang tak kuasa menahan diri mencium pipi lelaki tampan itu. Tidak puas hanya mencium pipi Reynaldi, Elmira pun menge
Usai menyumbangkan darahnya ke Rumah Sakit, Reynaldi pun berpamitan pada Widyawati untuk ke kantor. Sementara Widyawati menunggu sahabatnya di Rumah Sakit. Hari ini adalah hari pertama Reynaldi aktif kembali ke kantor. Sekitar jam setengah sepuluh Reynaldi pun sampai di kantor.“Pak Imam sekarang ke Rumah Sakit lagi aja. Nanti kalau sudah sampai rumah sakit, tolong Bapak hubungi mami saya,” perintah Reynaldi saat turun dari mobil. Lalu, lelaki tampan itu pun masuk ke dalam gedung dan melangkah panjang ke arah lift menuju kantornya yang berada di lantai tujuh.Ting...!Reynaldi keluar dari lift disambut oleh sekuriti yang memberikan hormat dengan berdiri sigap dari tempat duduknya dan berkata, “Selamat pagi Pak..”“Selamat pagiii...,” jawab Reynaldi tersenyum kecil. Lalu, lelaki tampan itu mengayuhkan langkahnya berjalan menuju ruang kerjanya. Dinda yang melihat Reynaldi berjalan menuju ruang kerjanya tergopoh-gopoh keluar menyambut kedatangan Reynaldi yang telah cukup lama digan
Elmira yang terbangun dari tidurnya karena rasa lapar, memandang jam pada dinding kamar itu dan memicingkan matanya untuk melihat jam pada dinding tersebut.“Aduh..! Udah hampir jam sepuluh pagi.., apa ya alasannya sama tante Widya..,” ujarnya berseloroh dengan memegang kepalanya agar mampu berpikir untuk memberikan jawaban.“Oh iya, ngomong aja nggak bisa tidur karena keingat sama mami papi.., Ok laah, gue mau cuci muka dulu,” ucapnya lagi bermonolog.Dengan bermalas-malasan Elmira melangkahkan kaki menuju wastafel. Ia mencuci muka dan menyikat gigi lalu, kembali ke kamarnya untuk merapikan rambut panjangnya dan keluar dari kamarnya.Elmira keluar dari kamar dengan langkah panjangnya menuju tangga. Lalu, ia pun menuruni setiap anak tangga dengan perlahan hingga sampai di lantai bawah. Saat kakinya menyentuh lantai bagian bawah, dilihat Ina berjalan persis di depannya.“Bi Inah.., kok sepi rumahnya. Pada kemana semua penghuni rumah ini?” tanya Elmira memandang ke arah Inah pemban
Tepat pukul lima sore kala Reynaldi telah selesai menandatangani berkas masuk dan keluar, ia menghubungi Dinda untuk mengambil berkas tersebut dengan menggunakan telepon direct.“Dinda.., ambil semua berkas yang sudah saya tanda tangani,” perintah Reynaldi.Kemudian, ia meraih ponselnya dan menghubungi Meytha untuk melepas rindu pada kedua anaknya. Terlebih, Bintang kini sudah mau berbicara dengannya walaupun tidak sebanyak obrolannya pada Bulan.Berulang kali Reynaldi menghubungi ponsel Meytha namun telepon yang dihubunginya tidak aktif. Sampai akhirnya Dinda masuk ke dalam ruang kerja Reynaldi dan mendengar sang CEO menggerutu tidak jelas.“Kenapa nggak bisa dihubungi sih..?!” ucapnya kesal pada diri sendiri yang berkali-kali menghubungi Meytha.“Uhm.., maaf Pak Rey.., bisa saya ambil berkasnya?” tanya Dinda dengan suara nyaris tak terdengar karena kuatir ia akan kena imbas atas kekesalan Reynaldi. “Tunggu..! Hmm.., kalau mau menghubungi nomor ponsel.., apa bisa pakai telepon
Reynaldi yang yakin adanya kelicikan yang dilakukan oleh Elmira, membuat ia menghubungi Widyawati. Karena sebelum melaporkan hal ini pada Richard, ia terbiasa membicarakan semua hal dengan Widyawati.“Malam Maa.., apa udah akan makan malam?” tanya Reynaldi kala Widyawati menjawab panggilan teleponnya.“Rey.., sepertinya Mami nggak bisa makan malam, karena papinya Elmira baru saja meninggal,” tutur Widyawati dengan suara parau.Sejenak Reynaldi menelan ludahnya dan menarik napas panjang. Lalu, Reynaldi bertanya, “Jam berapa Mami pulang ke rumah?” “Mungkin dini hari.., karena selepas isya jenazah akan dikebumikan dan akan dilakukan tahlilan di rumah Elmira. Apa kamu sibuk? Kalau memang tidak sibuk berangkatlah bersama papimu,” pinta Widyawati pada putranya.“Lalu.., bagaimana dengan tante Imelda..? Apa dia sudah melewati masa kritis?” tanya Reynaldi tanpa mengiyakan keinginan Widyawati.“Alhamdulillah.., tante Imelda mampu melewati masa kritis. Tapi, sejauh ini dia nggak tau kala
Saat mengetahui kelicikan Elmira yang masuk ke kamar Reynaldi tanpa izin dini hari sewaktu menginap di rumahnya lewat CCTV yang mereka lihat bersama, membuat Widyawati sangat murka. Wajahnya menegang dan giginya bergemertak. Di pandangnya Reynaldi dan dipegang tangannya. Lalu, Widyawati memeluk putranya dan menangis sejadi-jadinya di malam itu.“Maafkan Mami.., Rey.., maafkan Mami.., hiks.. hiks.. hiks.., kasihan cucuku nggak bisa dengar suaramu. Kasihan Meytha hatinya juga terluka. Jahat sekali gadis itu.., hiks...hiks..,” tangis Widyawati dalam pelukan putranya.Widyawati punya alasan menyesali hal ini. Karena sebelumnya ia juga memberhentikan Meytha karena Elmira menghasutnya. Kini, Reynaldi kembali bermasalah dengan Meytha karena kesalahannya yang mengizinkan gadis yang pernah berbuat salah untuk melukai Meytha dan putranya secara licik.Richard yang melihat Widyawati begitu emosi, marah dan menyesal mengelus punggungnya dan berkata, “Sayang.., mungkin Allah kasih lihat pada ki
Sekitar jam dua belas siang, Richard, Reynaldi dan Widyawati telah menunggu kedatangan Elmira dengan perasaan campur aduk. Mereka punya rencana untuk bisa melihat foto pada galeri ponsel Elmira. “Mii.., yakin Elmira bakal datang? Soalnya dua hari lagi kita akan berangkat ke rumah Meytha, kalau Rey nggak punya bukti bagaimana cara jelaskan ke...” “Maaf, Nyonya.., mobil yang mengantar Nona Mira baru masuk ke halaman,” potong Inah memberitahukan kedatangan Elmira. Hal itu dilakukan oleh Inah setelah Widyawati memberitahukan perihal kejahatan yang dilakukan oleh Elmira lewat CCTV. “Makasih.., Inah," jawab Widyawati menganggukkan kepalanya. Mendengar Elmira datang, terlihat ketiga penghuni rumah itu tegang. Terlebih raut wajah Reynaldi yang memancarkan kemarahan. Lalu, Richard berkata, “Rey.., tahan emosi atau kita tidak berhasil meyakinkan Meytha.” Reynaldi mengangguk lemah dan meraih air yang berada di meja makan. Diteguknya air dalam gelas itu hingga tandas. Lalu, Iyem yang ditugasi
Dengan terus berharap dalam hatinya, Widyawati yang merasa bersalah atas putranya, terus memikirkan perihal ponsel lain yang mungkin saja tidak dipunyai Elmira. Pikirnya, bisa saja gadis cantik itu telah menghapus foto yang dikirim ke Meytha dari ponsel yang kemarin dinyatakan bersih oleh suaminya. Namun firasat Richard menyatakan kalau Elmira mempunyai dua ponsel dan menyimpan ponselnya di rumah.Tak lama kemudian, seketika pikiran Widyawati yang bercabang pada beberapa kemungkinan pun terhenti, kala taxi yang membawa Widyawati pun sampai pada sebuah rumah berwarna biru muda. Widyawati turun dari taxi dan menekan tombol bertuliskan ‘Bel’ persis disebelah gerbang rumah. Beberapa saat kemudian muncul seorang wanita berusia tiga puluh tahun membukakan pintu gerbang dan menyapa Widyawati.“Siang Ibu.., mencari siapa?” tanya seorang pembantu, memandang ke arah Widyawati.“Saya Widyawati.....”“Silakan masuk Nyonya..,” sapa pembantu itu dengan hormatnya, saat mendengar nama Widyawati.