Reynaldi yang tinggal pada sebuah penginapan dekat wilayah rumah Meytha pun terdiam dan termangu. Ia sama sekali bingung dengan sikap dari Meytha. Namun dalam hati yang terdalam Reynaldi yakin, kalau Meytha masih mencintainya.Saat dirinya tengah melamun, terdengar dering ponselnya, tampak Widyawati menghubungi putra angkatnya.“Rey.., gimana hasil pertemuan dengan Meytha dan keluarganya?” tanya Widyawati.Lalu, Reynaldi pun menceritakan seluruh kejadian yang terjadi antara mereka. Sampai akhirnya, Widyawati menawarkan diri untuk ke Kediri bertemu dengan ibunda Meytha.“Rey.., apa nggak sebaiknya Mami ke sana yaa?” tanya Widyawati.“Nggak usah Mii.., Rey yakin bisa membuat keluarga Meytha menerima Rey kembali.“Jadi kapan kamu pulang, bawa Meytha dan si kembar ke Jakarta?” tanya Widyawati.“Mii.., untuk masalah itu sepertinya belum bisa. Saya belum bisa pulang di hari minggu. Rencananya pak Mustapa aja yang pulang lewat jalur darat esok hari. Kalau Rey, mungkin di hari Senen so
Tepat pukul setengah tujuh pagi, Reynaldi yang menyewa mobil di tempatnya menginapnya telah sampai di rumah Meytha. Tampak suasana pagi terlihat sibuk di keluarga itu. Terlebih, Meytha masih berada di pasar untuk berjualan. Otomatis, si kembar mengurusi semua keperluan pribadinya di pagi ini.“Nenek.., Nek...!” Setengah berteriak Bintang memanggil neneknya yang ada di dapur untuk membuatkan kopi untuk Reynaldi yang telah berada di ruang tamu.“Yaa.., Bintang ada apa? Tunggu Nenek lagi buat kopi dulu,” sahut Wulandari dari dapur.Setelah membuatkan kopi, Wulandari pun membawa kopi tersebut ke ruang tamu.“Silakan diminum, Nak Tomo.., Eehh.., maaf Nak Rey..,” ucap Wulandari meletakan kopi.Reynaldi yang terkejut mendengar Wulandari memanggilnya Utomo pun bertanya pada wanita tua itu.“Ibu.., apa Meytha udah cerita tentang saya?” tanya Reynaldi pada Wulandari.“Meytha belum cerita sama sekali. Semalam Bulan yang cerita, kalau Om Rey papanya. Padahal sejak awal Ibu udah curiga kare
Usai mengantar Bulan dan Bintang ke sekolah, Reynaldi kembali ke rumah Meytha dengan berjalan kaki. Sesampai di rumah itu, Reynaldi pun berpamitan pada Wulandari dan berjanji akan menjemput kedua anaknya di sekolah.“Buu.., saya permisi dulu. Nanti jam 12 saya jemput anak-anak,” Reynaldi berpamitan ada Wulandari saat wanita tua itu sedang menyiram tanaman.“Tomo.., masalah Bintang tolong kamu lebih bersabar. Kamu hati-hati di jalan dan terima kasih udah antar anak-anak ke sekolah,” ucap Wulandari melepas kepergian Reynaldi sampai batas tanah yang tidak ditembok.“Sampaikan salam saya untuk Meytha, ya Buu,” pinta Reynaldi berlalu dari rumah tersebut.Tak lama kemudian, mobil yang dikendarai oleh Reynaldi pun berlalu dari kediaman Wulandari menuju TPU, tempat dimana almarhum Bimantoro bersama adiknya Meytha. Sesampai dilokasi TPU, Reynaldi yang sejak hari minggu meminta dilakukan perbaikan pada mahkam kedua orang yang sangat dikasihi oleh Meytha dan Wulandari itu sedang dalam pemug
Reynaldi kembali berjalan kaki dari sekolah menuju rumah Meytha saat menjemput Bulan dan Bintang. Dan saat wali kelas dari kedua anaknya menyapa dirinya Reynaldi pun memperkenalkan namanya dan Bulan yang bangga mempunyai seorang papa, memegang tangan Reynaldi saat wali kelas kedua anaknya bertanya padanya.“Bapak dengan orang tua dari Bintang dan Bulan? Kenalkan saya wali muridnya, dengan Inten,” Inten, wali murid si kembar memperkenalkan diri pada Reynaldi yang jadi pusat perhatian dari orang tua murid yang menjemput putra-putri mereka karena penampilannya yang berbeda dari masyarakat desa pada umumnya.“Iya Buu.., saya Papa dari Bulan dan Bintang,” jawab Reynaldi menyambut uluran tangan Inten.“Berarti Bapak juga pindah dari Jakarta ke kediri? Atau Bapak pindah tugas?” tanya Inten memandang ke arah Bintang yang agak menjauh dari Reynaldi.“Saya belum bisa pindah, jadi bolak-balik Jakarta-Kediri. Kalau istri saya memang ingin tinggal di kampung halaman orang tuanya, sekalian biar
Usai Reynaldi menyelesaikan semua pembayaran pada tukang yang mengerjakan pemugaran makam keluarga Meytha, juga membayar satu tahun perawatan atas kedua makam berikut tanaman mawar putihnya, Reynaldi pun berpamitan pada tukang bangunan dan tukang kebun dan bersih-bersih pada area TPU tersebut.Lalu, Reynaldi pun ke Bandara Juanda dengan menggunakan mobil sewaan mengingat jarak yang cukup jauh dari Kediri ke Bandara Juanda. Saat dalam perjalanan menuju Bandara, Reynaldi pun menghubungi Widyawati.“Mii.., dua puluh menit lagi Rey sampai ke Bandara. Nanti kalau dah sampai di Jakarta, biar Rey pulang pakai taxi Bandara aja, biar pak Mustapa nggak lembur,” ujar Reynaldi pada Widyawati.“Maunya Mami sama Papi yang akan jemput. Kalau nanti kamu udah di dalam pesawat kirim pesan aja, biar kami langsung jalan,” tutur Widyawati diujung telepon.“Ooh, Mami sama Papi yang jemput. Uhm.. Mii.., nggak usah aja dijemput, biar Rey pakai taxi.., kasian papi sama Mami capek di jalan,” ungkap Reynald
Reynaldi di jemput oleh kedua orang tua angkatnya dengan penuh cinta. Widyawati memeluk tubuh putra angkatnya seraya berucap, “Oh, putraku.., Mami kangen sekali. Sekarang rumah terasa sepi kalau nggak ada kamu.” “Rey juga kangen sama Mami..,” ucapnya mengecup kening wanita paruh baya yang masih tampak cantik dan energik. “Hello my boy...,” peluk erat Richard pada putra angkatnya. “You Know..., Mami kamu terus minta Papi pulang cepat. Sampai Papi tidak ikut rapat pertemuan pengusaha Batu Bara. Ternyata, setelah kamu pergi ke Surabaya.., kami merasa ada yang hilang dan kurang dari hidup kami. Lalu, kami menulis semua kebahagiaan saat bersama kamu. Akhirnya kami semakin sadar, kalau kamu adalah anak lelaki kami yang telah dipersiapkan oleh sang Pencipta.” Sembari berjalan menuju mobil yang di parkir, mereka saling berbicara tentang sebuah kerinduan yang kini berasa begitu sulit untuk di lepaskan saat rasa cinta dan sayang telah berakar jadi sebuah serpihan kerinduan. “Rey..., Mami s
Reynaldi dan Widyawati pun ke Rumah Sakit usai mendapat kabar kecelakaan mobil yang terjadi di tol. Sopir yang membawa kedua orang tua Elmira meninggal di tempat. Sedangkan kedua orang tua Elmira luka berat. Elmira yang anak tunggal tanpa adik dan kakak hanya mempunyai seorang paman, adik dari papinya yang tinggal di New Zealand. Sedangkan kakak dari maminya telah wafat beberapa tahun yang lalu karena sakit. Karena itu, Widyawati sangat prihatin dengan keadaan Elmira. Di dalam mobil itu, Reynaldi yang terlihat lelah tertidur di bangku depan sebelah Imam sopir pribadi Widyawati. Melihat putranya terlelap, ada rasa bersalah Widyawati yang meminta putranya ikut ke Rumah Sakit. Namun, karena ia telah janji pada Elmira untuk ke Rumah Sakit, maka ia pun mau tak mau harus menunaikan janjinya. “Pak Imam.., nanti kalau di lampu merah.., tolong di setel kursi anak saya. Kasihan dia kalau sampai tidur seperti itu.., saya takut lehernya sakit,” pinta Widyawati pada sopirnya. Tepat pada saat lam
Reynaldi yang terjaga dari tidurnya, terkejut mendengar Elmira yang akan bermalam di rumahnya, karena kesedihan atas kecelakaan yang terjadi pada kedua orang tuanya hingga ia tidak mampu menolak keputusan Widyawati. “Hari ini aja Mira menginap di rumah kita. Besok pagi aja dia udah balik ke rumahnya. Mami nggak tega kalau Mira sendirian di rumahnya,” tutur Widyawati saat Reynaldi keluar dari mobil tanpa berkata sedikit pun ada Elmira. Dan Elmira yang tahu kalau Reynaldi masih marah padanya hanya menunduk dan dengan kepintarannya memanfaatkan situasi yang terjadi saat itu dengan berkata, “Tante.., apa sebaiknya Mira pulang ke rumah aja yaa..?” “Udah kamu bermalam disini aja dulu. Rey mungkin lagi lelah.., jadi bawaannya seperti itu. Jangan diambil pusing,” cicit Widyawati saat Elmira mulai memasang kesedihan di wajahnya dengan merangkul bahu gadis cantik itu ke dalam rumahnya. Sementara Reynaldi yang masuk ke rumahnya lebih dahulu, langsung berjalan menuju tangga dan melangkahkan ka