Pagi ini sekitar jam setengah enam, Reynaldi telah bangun dan mandi serta berpakaian rapi. Walaupun hanya menggunakan kaos dan celana denim. Richard tampak telah bangun dan keluar dari kamarnya, bertemu Reynaldi yang sedang meminta pembantu dirumah itu untuk menyiapkan cake keju pada sebuah wadah plastik berbentuk kotak.“Tuan muda.., apa cake keju ini dimasukkan semua ke dalam kotak?” tanya Marni pembantu tersebut sembari memotong cake keju tersebut.“Yaa.., dipenuhi aja Bik.., Makasih..,” tutur Reynaldi usai Marni, pembantunya memberikan wadah plastik berisi cake yang diletakkan pada tas kanvas.Richard yang melihat putranya tersenyum bahagia sambil membawa tas kanvas berisi satu kotak cake keju menepuk punggung putranya dengan bahagia.“Papi lihat wajahmu terlihat bahagia sekali.., apa kamu mendapatkan lotre?” Richard menggoda Reynaldi dengan mengacungkan telunjuknya pada Reynaldi yang memainkan alisnya.Reynaldi yang merasa kalau Richard mengetahui hatinya tengah berbunga-bun
Reynaldi mengajak si kembar memasuki rumah mewah itu dan berjalan melewati beberapa ruangan. Langkah kaki Bintang terhenti saat ia terkagum memandang akuarium yang tampak memanjang pada sebuah dinding dan dibuat sedemikian rupa, sebagai pemisah dengan ruang tamu. Sepanjang dinding berukuran sepuluh meter tersebut, dipajang akuarium sebanyak 3 buah. Dan, masing-masing akuarium berukuran tiga meter itu di isi dengan jenis ikan yang berbeda. “Bagus sekali rumah Om Rey.., ada tempat ikannya..,” tangan Bintang menyentuh kaca akuarium itu dengan mata yang mengamati tiap gerakan ikan dalam akuarium dengan gelembung udara yang menambah keindahan akuarium tersebut. “Kak Bintang..! Jangan pegang akuariumnya kayak gitu.., nanti ikannya loncat!” lugas Bulan memperingati Bintang. Dan, anak lelaki dengan mata indah mirip Meytha itu menarik tangannya dari kaca akuarium. “Maaf yaa, Om... Bintang baru liat ikan bagus seperti ini,” ucap Bintang memandang ke arah Reynaldi yang tersenyum dan menganggu
Widyawati pun duduk di sofa panjang dan Elmira duduk di sofa tunggal sebelah kanan, lalu Meytha menawarkan minuman untuk keduanya.“Maaf Ibu dan Bu Elmira, mau saya buatkan kopi atau teh?” tanya Meytha berdiri dan memandang pada kedua wanita yang telah duduk memandang dirinya dari atas ke bawah.“Tidak perlu..! Aku bersama calon mertuaku ke kantor ini supaya kamu itu tau diri.. dan nyadar.., kalau kamu itu hanya sekretaris. Dan kerjaan kamu itu cuman di atasnya OB dan lagi kam...”Ucapan Elmira yang penuh emosi dihentikan oleh Widyawati dengan mengangkat tangannya beberapa kali ke arah Elmira, agar gadis muda itu berhenti bicara.“Maaf Mii.., soalnya Mira kesel sekali sama ini perempuan, main tampar aja waktu cerita kalau kak Rey tunangan Mira,” ucapnya mengadu kembali pada Widyawati.“Mira tolong kamu diam.., Ok!” pinta Widyawati dengan nada sedikit meninggi, karena telinganya tidak terbiasa mendengar sumpah serapah.“Meytha.., tolong kamu hubungi HRD untuk ke ruangan ini,” pi
Meytha masuk ke dalam ruangan dan merapikan meja kerjanya. Terlihat Widyawati beranjak dari tempat duduknya melihat ke arah meja kerja Meytha. Saat Meytha meletakan bingkai photo yang berisi photo nya beserta si kembar, Widyawati pun bertanya padanya. “Anak kembar?” tanya Widyawati memandang ke arah Meytha. “Ya Buu..,” jawabnya mengangguk kecil. “Kok photo nya hanya bertiga?” tanya Widyawati kembali melirik ke arah Meytha. “Ayahnya pergi Buu,” jawabnya tersenyum hambar. Raut wajah Widyawati seketika berubah. Lalu, Andini pun meminta tanda tangan Widyawati. “Maaf Buu.., tolong tanda tangan surat pemecatan ini,” pinta Andini menyodorkan surat pemecatan itu. Dengan tangan gemetar, Widyawati menandatangani surat pemecatan Meytha. Walau hatinya sempat goyah saat dilihat dua anak kembar yang ada di photo tersebut dan berada dalam pangkuan Meytha, namun semua yang telah di ucapkan Widyawati, secara panjang lebar tentang aturan perusahaannya tidak bisa di batalkannya. Dalam hati Widyaw
Pagi sekali Meytha telah bangun dari tidurnya, hari ini ia akan ikut bersama si kembar ke kolam pancing. Dan Meytha sengaja tidak memberitahukan kedua anaknya kalau dia ikut ke kolam pancing. Semua itu dilakukan karena ia ingin membuat kejutan pada si kembar. “Bintang.., Bulan.., ayo cepat sarapan dulu,” ajak Meytha memberikan nasi uduk masing-masing satu bungkus. “Maa.., nasi uduknya dapat masing-masing satu bungkus?” tanya Bintang dengan mata berbinar. Meytha tersenyum dan menganggukkan kepala. “Makasih Maa.., ini buat Nek.., satu bungkus juga...,” ucap Bintang seraya membuka nasi bungkus tersebut. Bulan yang telah lebih dulu membuka nasi uduknya berucap dengan suara dan raut wajah penuh bahagia dan bersorak, “Horee.., isi telur, tempe sama bihun. Hari ini kita sarapan enak.., Kak Bintang..!” Biasanya Meytha selalu membeli sarapan hanya dua bungkus dan akan dibagi untuk berempat. Dan saat ini, ia memberikan jatah sarapan satu porsi dengan lauk berisi telur masing-masing satu but
Usai memancing dan mendapatkan hasil tangkapan, si kembar dan Reynaldi ke tempat bagian penimbangan ikan. Lalu, petugas bagian pemancingan berkata pada Reynaldi. “Bapak.., ini hasil tangkapan ada tujuh ekor, apa mau dibakar semua?” tanya seorang lelaki usai menghitung jumlah hasil tangkapan mereka berempat. Dan hanya Meytha saja yang tidak mendapatkan ikan. Dari tujuh hasil tangkapan, Bintang berhasil memancing ikan Nila. “Tunggu dulu Pak.., saya tanya Ibunya anak-anak dulu. Bintang, Bulan tunggu di sini dulu,” ucap Reynaldi berjalan ke arah Meytha yang masih terdiam memperhatikan beberapa orang memancing. “Mey.., ikannya dibakar semua, apa 4 dibakar dan 3 digoreng?” tanya Reynaldi menatap wajah yang sama cantiknya seperti sembilan tahun lalu. “Ooh.., langsung bisa dibakar dan digoreng.., Apa kita harus bayar?” tanya Meytha serius. “Iya, kita harus bayar hasil tangkapan kita, dihitungnya per kilo.., tetapi sedikit lebih murah dari harga ikan di pasar,” tutur Reynaldi menjelaskan s
Mobil yang di kendarai oleh Reynaldi akhirnya berhenti di depan rumah Andri. Tempat tinggal Meytha selama ini ditempati dengan segala keterbatasannya. Si kembar sangat berbahagia saat Reynaldi ikut turun dari mobil. Lalu, si kembar pun mencium punggung tangan Reynaldi saat akan masuk ke dalam rumah Andry.“Makasih Om.., hari ini Bintang senang sekali bisa belajar berenang.” “Sama-sama.., Om juga senang bisa ngajarin Bintang berenang. Kalau Bintang mau.., setiap hari Sabtu dan Minggu, Om bisa jemput ke rumah dan kamu bisa ikut les renang,” tawar Reynaldi. “Hehehehehe.., Om tanya sama Mama aja. Soalnya Mama kadang nggak setuju kalau Bintang kasih tau,” tawa Bintang seraya memandang ke Meytha yang terus memberikan isyarat untuk masuk ke dalam rumah. “Yaa.., nanti Om tanya Mama..,” jawab Reynaldi menoleh ke arah Meytha dan tersenyum simpul. “Ayo pada masuk ke dalam, kasihan Om nya kelamaan nunggu kalian...,” Meytha membuka pintu pagar dan meminta kedua anaknya masuk. “Terima kasih unt
Sekitar jam 5 pagi Meytha telah bangun dari tidurnya. Lalu, ia membersihkan diri begitu juga sang Ibunda, Wulandari. Sekitar Jam setengah enam, Meytha membangunkan si kembar dan meminta mereka untuk mandi di pagi buta ini. “Maa.., pagi sekali kita pergi naik keretanya. Bulan masih ngantuk..,” keluh Bulan masih rebahan. Terdengar dari kamar mandi gemercik air yang digunakan oleh Bintang saat anak lelaki itu mandi. “Iyaa sayang.., kita akan naik kereta jam 7 pagi. Makanya kita harus secepatnya ke stasiun kereta api,” tutur Meytha merapikan rambut putrinya. “Adik Bulan.., cepat mandi.., udah jam berapa ini? Nanti kita ketinggalan kereta..,” ujar Bintang pada Bulan yang dilihat masih bermalas-malasan. Lalu, anak perempuan imut itu beranjak dari tempat tidurnya ke kamar mandi. Sekitar jam setengah tujuh, sebuah taxi berhenti di depan pintu pagar rumah Andri. Lalu, mereka pun masuk ke dalam taxi tersebut meninggalkan semua kenangan baik dan buruk pada rumah yang selama 9 tahun telah dite
Tepat pukul delapan pagi suasana rumah Meytha telah ramai. Tenda telah di pasang di depan rumah dan di depan rumah tetangganya. Suasana hari ini berbeda dengan suasana sepuluh tahun lalu, dimana semua serba mendadak. Bahkan beberapa kerabat Wulandari dan almarhum Bimantoro tidak ke Jakarta, karena acara pernikahan Meytha yang dianggap terlalu tergesa-gesa.Hiasan Janur kuning dipasang di depan pintu pagar kanan dan kiri yang dibuka lebar. Ruang tamu disulap dengan sentuhan permadani berwarna biru. Disediakan dua kursi untuk mempelai, dua kursi untuk saksi dan wali serta dua kursi untuk orang tua. Untuk kerabat dekat semua berkumpul di ruang keluarga, dimana seluruh sofa diletakan diluar rumah menyatu dengan kursi plastik yang di pinjam di kantor RW, tempat duduk beberapa tetangga kanan kiri dan samping kanan dan kiri pula. Hari ini, Meytha menggunakan pakaian kebaya putih dan kain batik berwarna coklat dengan rambut disanggul modern. Tampak wajah Meytha sangat cantik, sampai Bula
Satu hari sebelum hari bersejarah bagi Reynaldi dan Meytha akan dilakukan, tampak kesibukan terlihat di rumah Meytha Kasturi. Ibu-ibu pengajian dekat kompleks perumahan tempat tinggal mereka, datang ke rumah, melakukan doa bersama untuk kelancaran ijab kabul yang akan dilakukan esok hari dan atas permintaan Wulandari, pernikahan pun akan dilakukan di rumah itu, karena wanita itu merasa almarhum suaminya akan hadir dan melihat kalau putrinya menikah dengan orang yang dicintainya.Sementara itu, Reynaldi yang mengikuti tradisi dan aturan yang diberlakukan oleh Widyawati, tidak diperbolehkan bertemu dengan mempelai wanita selama tujuh hari sebelum hari pernikahan. Maka, ia pun wajib mengikuti tradisi dari keluarga Widyawati. Bahkan, untuk menanyakan kabar Meytha lewat ponsel saja, dilarang oleh Widyawati dan itu membuat Reynaldi menjadi uring-uringan.“Mami.., boleh ya Rey hubungi Meytha.., juga besok kami udah bertemu.., yaa.., Mii,” rajuk Reynaldi layaknya seorang anak kecil.“Rey..
Kedua anak kembar mereka banyak bertanya tentang rumah yang akan mereka tempati dan Meytha pun menjelaskan hal yang tidak terlalu mendetail pada si kembar yang selalu bertanya banyak hal.Untuk rumah yang pernah ditempati sampai dua puluh lima tahun itu tidak mengalami perubahan, walaupun pada bagian dalamnya, telah banyak yang direnovasi mengikuti gaya dapur atau pun kamar mandi jaman sekarang, namun pada setiap bagian kamarnya tidak diubah oleh Reynaldi. Bulan menempati kamar yang dulu ditempati oleh Meytha, dan Bintang menempati kamar yang di tempati oleh almarhum adiknya Meytha. Kedua kamar itu berada di depan ruang keluarga. Untuk Wulandari menempati kamarnya yang dulu, sedangkan kamar khusua untuk tamu yang berada di depan ruang tamu, menjadi kamar Meytha. Untuk Siti, pembantu rumah tangga yang telah ada di rumah itu, rencananya akan tidur bersama Wulandari. “Buu.., rencananya saya mau buat satu kamar lagi di dekat halaman belakang untuk Siti, hanya saja saya mau minta pendapat
Hubungan yang berlanjut antara Meytha dan Reynaldi lewat LDR selama dua bulan ini kian bertambah mesra, hingga akhirnya kenaikan kelas si kembar menjadi satu jalan menuju jarak antara keduanya kian mendekat. Seperti saat ini, Reynaldi datang pada hari kenaikan kelas si kembar. Meytha mengambil rapor Bintang Hutama Putra dan Reynaldi mengambil rapor Bulan Hutami Putri. Selama enam bulan berada dalam lingkungan pedesaan membuat si kembar sangat mengerti, arti sebuah kesederhanaan dari teman-teman sekelasnya yang mayoritas orang tuanya menjadi petani dan pedagang. Reynaldi mengabadikan perpisahan si kembar bersama temen sekelasnya dengan berfoto dan memvideokan kebersamaan mereka. Sementara, Reynaldi sendiri cukup dikenal oleh kepala sekolah dan semua guru, setelah melakukan perbaikan halaman sekolah anaknya, yang awalnya hanya berupa tanah berwarna merahan, kini berisi paving dan di tata juga bagian tamannya.Bukan hanya itu, Reynaldi pun memperbaiki ruang UKS dan tiga kamar mandi untu
Kehamilan Elmira membuat Widyawati dan Richard memiliki rasa kasihan pada gadis muda nan cantik jelita itu. Walaupun Elmira pernah melakukan sebuah kesalahan, namun bagi Richard kesempatan kedua untuk menjadi pribadi yang baik diberikan olehnya. Dan keputusan Reynaldi untuk mengambil bayi yang sedang dikandung oleh Elmira disetujui oleh kedua orang tuanya serta mendapat dukungan penuh dari Meytha. Bagi Meytha keadaan buruk yang dialaminya dulu, lebih buruk yang dialami Elmira, karena itu membuat hati Meytha tergerak untuk mengambil bayi yang dikandung Elmira saat bayi itu dilahirkannya. Dan atas permintaan Elmira, ia ingin Reynaldi bisa mengantarkannya ke dokter kandungan ketika akan memeriksa kehamilannya.Hingga jadwal seminggu sekali Reynaldi untuk menemui kedua anak kembarnya pun pastinya, akan menjadi berubah akibat kewajibannya mengantar Elmira ke dokter kandungan. Seperti pada hari ini, putrinya mengeluh saat Reynaldi membatalkan kepulangannya pada minggu pertama ke Surabaya, s
Widyawati yang mendengar ucapan Richard jelas sangat terkejut dengan apa yang dikatakan suaminya. Richard pun tersenyum lebar melihat raut wajah Widyawati yang tampak tersenyum kecut. “Emang Papi punya niat untuk nikah lagi?” tanya Widyawati serius. “Sayang.., bukannya kamu ingin kita membantu Elmira untuk mencari ayah dari bayi yang dikandungnya?” tanya Richard masih tersenyum lebar. “Nggak lucu..! Kenapa Papi yang harus maju? Maksud Mami kan.., Rey bisa minta izin sama Meytha.., siapa tahu dia setuju,” ucap Widyawati tetap ada keinginannya karena kasihan pada Elmira. “Sayang.., sekarang coba kamu tempatkan dirimu menjadi Meytha.., kira-kira apa yang akan kamu lakukan? Apa lagi Elmira berperilaku tidak baik. Apa kamu pikir, Meytha akan mau terima usulan itu?” tanya Richard memandang Widyawati yang terlihat baru menyadari kesalahannya. “Hmm.., gimana dong Pii.., aku kasihan sama Elmira. Aku takut dia stress dan akan berpengaruh pada janin yang dikandungnya,” tutur Widyawati dengan
Widyawati dan Reynaldi pun menemui Imelda bersama putrinya di ruang tamu. Reynaldi langsung duduk di sofa panjang dan Richard duduk pada sofa tunggal di bagian tengah. Sedangkan Elmira dan Imelda duduk pada sofa tunggal yang berdampingan. Terlihat Widyawati berjalan menuju sofa yang di duduki Imelda dan wanita paruh baya itu mendekati Imelda dan membungkuk untuk melihat kaki palsu Imelda. “Mel.., apa terasa sakit waktu kamu pakai?” tanya Widyawati mengamati kaki palsu yang digunakan Imelda. “Yaa agak sakit. Tapi, hatiku ini lebih sakit.., Wid,” ucapnya dengan kelopak mata yang telah basah. Melihat sahabatnya menangis tanpa bersuara, Widyawati pun terkejut dan memegang tangannya dan berucap, “Ada apa Mel..? Apa ada masalah?” Mendengar pertanyaan sahabatnya, isak tangis Imelda pun semakin kuat. Dan Elmira yang melihat Imelda menangis tanpa mampu mengatakan tujuan mereka ke rumah itu, bersimpuh di hadapan Widyawati. Gadis cantik itu memegang kaki Widyawati dan menangis pula. “Hey..,
Kepergian Reynaldi kali ini berbeda dari biasanya. Hari ini kedua anaknya melepas kepergian Reynaldi dengan memeluk dan menyampaikan pesan untuk seorang papa yang kini hadir dalam kehidupan mereka. “Papa ingat ya, sampai Jakarta telepon kakak sama adek..,” pinta Bintang saat memeluk Reynaldi. “Iyaa.., nanti sampai di bandara Surabaya aja udah Papa telepon. Gitu juga waktu di Bandara Jakarta Papa akan telepon lagi,” janji Reynaldi dengan mengangkat jari telunjuk dan tengahnya. “Papa.., bisa setiap hari telepon Bulan? Kalau bisa Papa teleponnya pagi sebelum Papa kerja, kalau siangnya waktu Papa makan siang dan malamnya waktu Bulan lagi belajar. Biar Bulan bisa denger suara Papa tiap hari,” tutur putri cantik Reynaldi dengan manjanya. “Yaa, sayang Papa akan telepon setiap nggak sibuk. Papa juga pastinya kangen sama kalian semua,” ucap Reynaldi memandang putri kecilnya, mencium pipinya dan memandang mesra ke arah Meytha. Setelah itu, Meytha mencium punggung tangan Reynaldi. Lalu, tanp
Satu hari sebelum acara seserahan, Widyawati yang meminta tolong kakak sepupunya untuk membawakan kebaya berwarna jingga berikut aksesoris serta lengkap dengan selop dan make up yang akan dipakai acara seserahan pun datang. “Widya.., apa cukup ukuran tubuhnya ‘L’? Katamu kan udah pernah punya anak, 2 pula,” tanya Pipit kakak sepupu Widyawati kala ia telah berada di kamar hotel. “Badannya masih bagus.., nggak melar kayak Mbak Pipit.., hehehehe,” canda Widyawati ada saudara sepupunya. Lalu, mereka mengobrol tentang Reynaldi dan kondisi perusahaannya di Jakarta. Kemudian, Pipit pun meminta pada Widyawati untuk memperkenalkan Meytha padanya. “Kenalkan aku sama calon menantumu, sekalian coba kebaya yang aku bawa ini..,” pinta pipit. Sesaat Widyawati melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, ia pun berucap, “Sore aja sekalian liat kedua cucuku. Soalnya kalau gini hari kita kesana.., calon menantuku baru pulang dari pasar. Kasihan kalau kita ganggu. Apa lagi dia tiap ha