Sekitar jam 5 pagi Meytha telah bangun dari tidurnya. Lalu, ia membersihkan diri begitu juga sang Ibunda, Wulandari. Sekitar Jam setengah enam, Meytha membangunkan si kembar dan meminta mereka untuk mandi di pagi buta ini. “Maa.., pagi sekali kita pergi naik keretanya. Bulan masih ngantuk..,” keluh Bulan masih rebahan. Terdengar dari kamar mandi gemercik air yang digunakan oleh Bintang saat anak lelaki itu mandi. “Iyaa sayang.., kita akan naik kereta jam 7 pagi. Makanya kita harus secepatnya ke stasiun kereta api,” tutur Meytha merapikan rambut putrinya. “Adik Bulan.., cepat mandi.., udah jam berapa ini? Nanti kita ketinggalan kereta..,” ujar Bintang pada Bulan yang dilihat masih bermalas-malasan. Lalu, anak perempuan imut itu beranjak dari tempat tidurnya ke kamar mandi. Sekitar jam setengah tujuh, sebuah taxi berhenti di depan pintu pagar rumah Andri. Lalu, mereka pun masuk ke dalam taxi tersebut meninggalkan semua kenangan baik dan buruk pada rumah yang selama 9 tahun telah dite
Sekitar jam delapan kurang lima menit, Reynaldi telah sampai ke kantor dengan pakaian kasual, sepatu sendal, tas pinggang dan kaca mata hitam bertengger di hidungnya. Beberapa karyawan dan karyawati memberikan hormat padanya.Hingga pada saat langkah kakinya sampai di depan pintu ruang kerjanya, tangan Reynaldi merain hendel pintu dan pintu pun terbuka. Seingatnya, Meytha tak ada ke kantor.Sejenak Reynaldi terdiam, lalu melangkahkan kakinya menuju ruang kerja Dinda. Bersamaan dengan itu, Dinda berpapasan dengan sang CEO saat akan ke ruang kerjanya. lalu ia pun memberikan salam pada Reynaldi. “Selamat pagi, Pak..,” sapa Dinda. “Pagi.., kenapa ruang kerja saya sudah ada yang buka? Saya dengar Meytha sudah berhenti,” ucap Reynaldi menatap tajam netra Dinda dengan masih memegang tas kerjanya dan berdiri dua langkah dari hadapan Reynaldi. Cklek...! Pintu ruang kerja Reynaldi pun terbuka dan Elmira keluar dari ruang kerja sang CEO dan menyapanya, “Selamat pagi.., Pak..” Reynaldi pun me
Suasana di dalam ruang kerja Reynaldi sejenak hening. Dinda dan Andini sama-sama menunggu sang CEO berbicara kembali. Mereka melihat Reynaldi tidak seperti seorang CEO yang garang saat pertama kali bertemu.Mereka juga tidak percaya dengan apa yang si dengar. Kemudian, Reynaldi pun memecah kebisuan yang terjadi disana dengan berbicara pada kedua stafnya.“Apa kalian tau alamat orang tuanya Meytha?” tanya Reynaldi menatap Dinda dan Andini bergantian.“Nggak Pak..,” ucap kedua orang stafnya bersamaan. “Masa Meytha nggak pernah bercerita tentang dimana orang tuanya, Bu Andini..?” tanya Reynaldi lagi.“Selama ini dia hanya cerita tentang si kembar, yang lucu dan pintar di sekolah. Selebihnya nggak pernah bercerita apa pun.., Pak,” tutur Andini yang kini telah lebih tenang, terlebih Reynaldi sudah tidak teriak saat berbicara. Namun dalam hati Andini terus bertanya-tanya tentang hubungannya antara Reynald dan Meytha. Hingga ia pun bergumam, ‘Apa iya ada hubungan khusus antara si Bos
Dinda dan Andini serta Elmira yang mendengar apa yang dikatakan oleh Reynaldi pada Widyawati membuat mereka saling berpandangan satu dan lainnya. Dan Elmira yang awalnya duduk di meja kerjanya beranjak dari kursi kerjanya duduk bersama Andini dan Dinda yang sedang berbicara satu dan lainnya.“Hey.., ngapaen kamu duduk deket kita berdua?” tanya Dinda sengit pada Elmira.“Emang kenapa..? Juga ini bukan ruang kerja kamu!” balas Elmira tak kalah sengitnya.“Dasar nggak tau diri.., udah bagus tadi kita semua buat tenang pak Rey.., kalau nggak tadi mulutmu itu udah di tampar bolak-balik,” ketus Dinda melirik ke arah Elmira.Usai Dinda mengatakan hal tersebut, gadis nan cantik itu terdiam dan merengut kesal pada Dinda. Lalu, Elmira bertanya pada Andini, “Buu.., yang kemarin saya tanda tangani itu status saya kerja disini itu, statusnya dikontrak atau sudah karyawan tetap?” “Semua karyawan/karyawati disini statusnya kontrak dengan sistem bertahap. Dari tiga bulan, meningkat enam bulan d
Usai makan, Reynaldi bersama ketiga temannya berpamitan dengan Widyawati dan Richard untuk mencari tahu alamat kampung halaman dari kedua orang tua Meytha dari tetangga tempat tinggalnya dulu. Sebelum Reynaldi jalan, Widyawati memeluk putranya dan mengelus punggungnya. “Rey..., Maafkan Mami.., kalau aja kamu cerita sama Mami.., mungkin saat ini si kembar udah bersama kita. Mami sempat melihat bingkai photo di meja kerja Meytha dan menanyakan keduanya. Mami nggak menyangka kalau mereka cucu Mami..,” isak Widyawati saat kembali mengingat momen terakhir bertemu Meytha. “Mami jangan sedih dan salahkan diri Mami seperti itu. Rey yang salah Mii.., saat ini Rey perlu doa dari Mami dan Papi,” ujar Reynaldi membalas pelukan Widyawati dan menghapus air mata yang membasahi pipi dari wanita baik hati itu. Setelah itu Reynaldi memeluk papinya, dan Richard pun berkata, “Yakin saja.., kalau memang dia belahan dirimu.., pasti kamu akan segera menemukannya.” Setelah itu, mereka pun masuk ke dalam m
Mobil yang dikendarai oleh Oki pun sampai pada sebuah perusahaan finansial atau pembiayaan yang berada pada sebuah ruko. Kemudian, mereka pun keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu masuk kantor pembiayaan tersebut. Reynaldi yang masih ingat sekuriti di perusahaan itu pun menyalami sekuriti yang seumuran dengannya. “Apa kabar Pak Kirno?” tanya Reynaldi ramah. Namun sekuriti yang sepertinya lupa pada sosok Reynaldi hanya membalas sapaannya dengan menganggukkan kepalanya serta mempersilakan mereka masuk ke dalam ruang kantor tersebut. “Kabar baik Pak.., ada yang bisa dibantu? Untuk pelunasan atau pengajuan baru?” tanya Kirno masih tersenyum dan lupa pada Reynaldi mantan karyawan perusahaan pembiayaan tersebut. “Saya mau bertemu dengan HRD Ibu Intan,” jawab Reynaldi. “Ooh dengan Ibu Intan.., baik.., silakan kami antar ke lantai lima Pak,” ajak Kirno yang mengantarkan Reynaldi ke lantai lima dari tujuh lantai pada bangunan ruko tersebut dengan menggunakan lift. “Bapak-bapak semua
Mobil yang membawa mereka berempat pun berhenti pada sebuah gang yang tidak dapat dilalui oleh mobil. Kemudian mobil pun diparkir pada sisi kiri badan jalan.“Rey.., gang nya udah bener kan?” tanya Oki saat memarkir kendaraannya.“Iyaa.., ‘gang meskipun’ aneh juga nama gangnya yaa..,” urai Reynaldi tertawa kecil.Empat lelaki itu turun dari mobil dan menyeberangi jalan berukuran 8 meter yang dipakai untuk jalan mobil dua arah dan beberapa mobil tampak parkir di kiri Jalan.“Arta.., liatin rumahnya nomor 11B,” ujar Reynaldi mengatakan pada Arta yang berada di depan saat melewati gang berukuran 1 meter.Arta berhenti pada sebuah rumah dengan pagar besi setinggi pinggangnya. Di sisi kanan dari pagar itu ada sebuah warung berukuran 6 meter.“Mau beli apa Pak?” tanya seorang lelaki sembari menggendong seorang anak berusia tiga tahun dengan gendongan balita, saat dilihat Arta terdiam persis diantara pagar rumahnya dan warung/toko kecil dengan penutup dari aluminium.“Uhm.., bentar Pa
Sekitar jam delapan malam, Reynaldi dan ketiga temannya sampai di rumah. Sesampai di rumah, Richard, dan Widyawati tengah duduk di ruang santai dengan sebuah buku di tangannya.“Mamii.., Papii..,” panggil Reynaldi, saat kedua orang tua angkatnya tidak dilihat di ruang keluarga.“Kami di ruang santai..!” sahut Richard saat didengar Reynaldi memanggil namanya.“Teja.., kalian ke atas aja dulu. Pada mandi yaa.., nanti kita makan malam diluar. Aku mau ketemu sama mami, papi dulu,” ujar Reynaldi pada ketiga temannya. Dan tampak ketiga temannya naik ke lantai dua seraya mengacungkan jempolnya. Sementara Reynaldi berjalan menuju ruang santai.“Gimana hasilnya?” tanya Widyawati saat dilihat putranya masuk ke dalam ruang santai.“Tadi ke kantor lama hasilnya nihil, tapi syukurnya Rey dapat alamat rumah sahabat yang dulu selamatkan diri Rey,” ujar Reynaldi.Setelah itu, Reynaldi pun menceritakan keadaan Rifai yang sedang dalam kesulitan dan Reynaldi memberitahukan kalau ia memberikan izin
Tepat pukul delapan pagi suasana rumah Meytha telah ramai. Tenda telah di pasang di depan rumah dan di depan rumah tetangganya. Suasana hari ini berbeda dengan suasana sepuluh tahun lalu, dimana semua serba mendadak. Bahkan beberapa kerabat Wulandari dan almarhum Bimantoro tidak ke Jakarta, karena acara pernikahan Meytha yang dianggap terlalu tergesa-gesa.Hiasan Janur kuning dipasang di depan pintu pagar kanan dan kiri yang dibuka lebar. Ruang tamu disulap dengan sentuhan permadani berwarna biru. Disediakan dua kursi untuk mempelai, dua kursi untuk saksi dan wali serta dua kursi untuk orang tua. Untuk kerabat dekat semua berkumpul di ruang keluarga, dimana seluruh sofa diletakan diluar rumah menyatu dengan kursi plastik yang di pinjam di kantor RW, tempat duduk beberapa tetangga kanan kiri dan samping kanan dan kiri pula. Hari ini, Meytha menggunakan pakaian kebaya putih dan kain batik berwarna coklat dengan rambut disanggul modern. Tampak wajah Meytha sangat cantik, sampai Bula
Satu hari sebelum hari bersejarah bagi Reynaldi dan Meytha akan dilakukan, tampak kesibukan terlihat di rumah Meytha Kasturi. Ibu-ibu pengajian dekat kompleks perumahan tempat tinggal mereka, datang ke rumah, melakukan doa bersama untuk kelancaran ijab kabul yang akan dilakukan esok hari dan atas permintaan Wulandari, pernikahan pun akan dilakukan di rumah itu, karena wanita itu merasa almarhum suaminya akan hadir dan melihat kalau putrinya menikah dengan orang yang dicintainya.Sementara itu, Reynaldi yang mengikuti tradisi dan aturan yang diberlakukan oleh Widyawati, tidak diperbolehkan bertemu dengan mempelai wanita selama tujuh hari sebelum hari pernikahan. Maka, ia pun wajib mengikuti tradisi dari keluarga Widyawati. Bahkan, untuk menanyakan kabar Meytha lewat ponsel saja, dilarang oleh Widyawati dan itu membuat Reynaldi menjadi uring-uringan.“Mami.., boleh ya Rey hubungi Meytha.., juga besok kami udah bertemu.., yaa.., Mii,” rajuk Reynaldi layaknya seorang anak kecil.“Rey..
Kedua anak kembar mereka banyak bertanya tentang rumah yang akan mereka tempati dan Meytha pun menjelaskan hal yang tidak terlalu mendetail pada si kembar yang selalu bertanya banyak hal.Untuk rumah yang pernah ditempati sampai dua puluh lima tahun itu tidak mengalami perubahan, walaupun pada bagian dalamnya, telah banyak yang direnovasi mengikuti gaya dapur atau pun kamar mandi jaman sekarang, namun pada setiap bagian kamarnya tidak diubah oleh Reynaldi. Bulan menempati kamar yang dulu ditempati oleh Meytha, dan Bintang menempati kamar yang di tempati oleh almarhum adiknya Meytha. Kedua kamar itu berada di depan ruang keluarga. Untuk Wulandari menempati kamarnya yang dulu, sedangkan kamar khusua untuk tamu yang berada di depan ruang tamu, menjadi kamar Meytha. Untuk Siti, pembantu rumah tangga yang telah ada di rumah itu, rencananya akan tidur bersama Wulandari. “Buu.., rencananya saya mau buat satu kamar lagi di dekat halaman belakang untuk Siti, hanya saja saya mau minta pendapat
Hubungan yang berlanjut antara Meytha dan Reynaldi lewat LDR selama dua bulan ini kian bertambah mesra, hingga akhirnya kenaikan kelas si kembar menjadi satu jalan menuju jarak antara keduanya kian mendekat. Seperti saat ini, Reynaldi datang pada hari kenaikan kelas si kembar. Meytha mengambil rapor Bintang Hutama Putra dan Reynaldi mengambil rapor Bulan Hutami Putri. Selama enam bulan berada dalam lingkungan pedesaan membuat si kembar sangat mengerti, arti sebuah kesederhanaan dari teman-teman sekelasnya yang mayoritas orang tuanya menjadi petani dan pedagang. Reynaldi mengabadikan perpisahan si kembar bersama temen sekelasnya dengan berfoto dan memvideokan kebersamaan mereka. Sementara, Reynaldi sendiri cukup dikenal oleh kepala sekolah dan semua guru, setelah melakukan perbaikan halaman sekolah anaknya, yang awalnya hanya berupa tanah berwarna merahan, kini berisi paving dan di tata juga bagian tamannya.Bukan hanya itu, Reynaldi pun memperbaiki ruang UKS dan tiga kamar mandi untu
Kehamilan Elmira membuat Widyawati dan Richard memiliki rasa kasihan pada gadis muda nan cantik jelita itu. Walaupun Elmira pernah melakukan sebuah kesalahan, namun bagi Richard kesempatan kedua untuk menjadi pribadi yang baik diberikan olehnya. Dan keputusan Reynaldi untuk mengambil bayi yang sedang dikandung oleh Elmira disetujui oleh kedua orang tuanya serta mendapat dukungan penuh dari Meytha. Bagi Meytha keadaan buruk yang dialaminya dulu, lebih buruk yang dialami Elmira, karena itu membuat hati Meytha tergerak untuk mengambil bayi yang dikandung Elmira saat bayi itu dilahirkannya. Dan atas permintaan Elmira, ia ingin Reynaldi bisa mengantarkannya ke dokter kandungan ketika akan memeriksa kehamilannya.Hingga jadwal seminggu sekali Reynaldi untuk menemui kedua anak kembarnya pun pastinya, akan menjadi berubah akibat kewajibannya mengantar Elmira ke dokter kandungan. Seperti pada hari ini, putrinya mengeluh saat Reynaldi membatalkan kepulangannya pada minggu pertama ke Surabaya, s
Widyawati yang mendengar ucapan Richard jelas sangat terkejut dengan apa yang dikatakan suaminya. Richard pun tersenyum lebar melihat raut wajah Widyawati yang tampak tersenyum kecut. “Emang Papi punya niat untuk nikah lagi?” tanya Widyawati serius. “Sayang.., bukannya kamu ingin kita membantu Elmira untuk mencari ayah dari bayi yang dikandungnya?” tanya Richard masih tersenyum lebar. “Nggak lucu..! Kenapa Papi yang harus maju? Maksud Mami kan.., Rey bisa minta izin sama Meytha.., siapa tahu dia setuju,” ucap Widyawati tetap ada keinginannya karena kasihan pada Elmira. “Sayang.., sekarang coba kamu tempatkan dirimu menjadi Meytha.., kira-kira apa yang akan kamu lakukan? Apa lagi Elmira berperilaku tidak baik. Apa kamu pikir, Meytha akan mau terima usulan itu?” tanya Richard memandang Widyawati yang terlihat baru menyadari kesalahannya. “Hmm.., gimana dong Pii.., aku kasihan sama Elmira. Aku takut dia stress dan akan berpengaruh pada janin yang dikandungnya,” tutur Widyawati dengan
Widyawati dan Reynaldi pun menemui Imelda bersama putrinya di ruang tamu. Reynaldi langsung duduk di sofa panjang dan Richard duduk pada sofa tunggal di bagian tengah. Sedangkan Elmira dan Imelda duduk pada sofa tunggal yang berdampingan. Terlihat Widyawati berjalan menuju sofa yang di duduki Imelda dan wanita paruh baya itu mendekati Imelda dan membungkuk untuk melihat kaki palsu Imelda. “Mel.., apa terasa sakit waktu kamu pakai?” tanya Widyawati mengamati kaki palsu yang digunakan Imelda. “Yaa agak sakit. Tapi, hatiku ini lebih sakit.., Wid,” ucapnya dengan kelopak mata yang telah basah. Melihat sahabatnya menangis tanpa bersuara, Widyawati pun terkejut dan memegang tangannya dan berucap, “Ada apa Mel..? Apa ada masalah?” Mendengar pertanyaan sahabatnya, isak tangis Imelda pun semakin kuat. Dan Elmira yang melihat Imelda menangis tanpa mampu mengatakan tujuan mereka ke rumah itu, bersimpuh di hadapan Widyawati. Gadis cantik itu memegang kaki Widyawati dan menangis pula. “Hey..,
Kepergian Reynaldi kali ini berbeda dari biasanya. Hari ini kedua anaknya melepas kepergian Reynaldi dengan memeluk dan menyampaikan pesan untuk seorang papa yang kini hadir dalam kehidupan mereka. “Papa ingat ya, sampai Jakarta telepon kakak sama adek..,” pinta Bintang saat memeluk Reynaldi. “Iyaa.., nanti sampai di bandara Surabaya aja udah Papa telepon. Gitu juga waktu di Bandara Jakarta Papa akan telepon lagi,” janji Reynaldi dengan mengangkat jari telunjuk dan tengahnya. “Papa.., bisa setiap hari telepon Bulan? Kalau bisa Papa teleponnya pagi sebelum Papa kerja, kalau siangnya waktu Papa makan siang dan malamnya waktu Bulan lagi belajar. Biar Bulan bisa denger suara Papa tiap hari,” tutur putri cantik Reynaldi dengan manjanya. “Yaa, sayang Papa akan telepon setiap nggak sibuk. Papa juga pastinya kangen sama kalian semua,” ucap Reynaldi memandang putri kecilnya, mencium pipinya dan memandang mesra ke arah Meytha. Setelah itu, Meytha mencium punggung tangan Reynaldi. Lalu, tanp
Satu hari sebelum acara seserahan, Widyawati yang meminta tolong kakak sepupunya untuk membawakan kebaya berwarna jingga berikut aksesoris serta lengkap dengan selop dan make up yang akan dipakai acara seserahan pun datang. “Widya.., apa cukup ukuran tubuhnya ‘L’? Katamu kan udah pernah punya anak, 2 pula,” tanya Pipit kakak sepupu Widyawati kala ia telah berada di kamar hotel. “Badannya masih bagus.., nggak melar kayak Mbak Pipit.., hehehehe,” canda Widyawati ada saudara sepupunya. Lalu, mereka mengobrol tentang Reynaldi dan kondisi perusahaannya di Jakarta. Kemudian, Pipit pun meminta pada Widyawati untuk memperkenalkan Meytha padanya. “Kenalkan aku sama calon menantumu, sekalian coba kebaya yang aku bawa ini..,” pinta pipit. Sesaat Widyawati melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, ia pun berucap, “Sore aja sekalian liat kedua cucuku. Soalnya kalau gini hari kita kesana.., calon menantuku baru pulang dari pasar. Kasihan kalau kita ganggu. Apa lagi dia tiap ha