“Mamii..?!” pekik Reynaldi pada wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu.Karena seumur-umur Widyawati tidak pernah sekali pun mau ke kantor dan itu dibuktikan saat Richard Gerald sang suami memimpin perusahaan itu hingga diserahkan pada putra angkatnya.“Hehehehehe..., Mami sengaja mau sidak kamu ke kantor..., sekalian mau ajak kamu sama Elmira, makan siang,” ujar Reynaldi.Widyawati yang melihat Meytha berdiri sejajar dengan Reynaldi dan tampak ada dua orang wanita di belakangnya yang menunggu lift terbuka, membuat Widyawati yang merasa menghalangi jalan mereka, memberikan jalan pada ketiga wanita tersebut. “Silakan, Sorry...,” ujar Widyawati yang melangkah maju.Kesempatan itu pun dipakai oleh Meytha untuk menganggukkan kepala pada Reynaldi dan berucap, “Saya duluan Pak.., permisi Buu...”Reynaldi hanya mengangguk kecil dan membiarkan Meytha berlalu dari hadapannya dengan sedikit rasa kecewa.Padahal telah terpikir olehnya supaya bisa berkenalan dengan kedua anak Mey
Meytha sampai lebih dulu di kantor dibandingkan Reynaldi yang terjebak macet pada saat jam makan siang. Dengan wajah bahagia, Meytha berjalan menuju pintu ruang kerja Reynaldi. Dibukanya pintu kerja sang CEO, dicarinya OB untuk kembali membersihkan ruangan tersebut sebelum si empunya ruangan datang, pikir Meytha saat itu.Setelah itu, Ia bergabung mengobrol bersama kedua rekan kerjanya. Terlebih Cindy ikut duduk di depan ruang kerja Dinda."Wajahmu sekarang ceria.., ada berita bagus?" tanya Dinda saat Meytha duduk di depan ruangannya."Biasa.., si kembar tadi cerita soal ulangannya bisa di jawab semua. Dan semua yang mereka pelajari semuanya keluar. Jelaslah aku senang," ungkap Meytha atas perasaannya.“Mey.., tadi katanya mau cerita, kenapa muka, voltase ketegangannya tinggi waktu jalan bareng si Bos ke lift,” ujar Dinda melirik ke arah Cindy dan tersenyum penuh arti.“Kaget aja waktu dibilang dia mau ikut jemput kedua anakku. Apa kata kedua anak kembarku coba? Itu yang buat seket
Pagi ini seperti biasa usai membuka pintu ruang kerja Reynaldi, Meytha meminta bagian OB untuk membersihkan ruangan tersebut dan mengganti bunga anggrek yang setiap satu minggu diganti oleh stand bunga, langganan perusahaan itu. Usai dilihat OB tersebut telah membersihkan ruangan sang Bos, Meytha pun menyalakan pendingin ruangan, menyalakan komputernya lalu keluar menunggu kehadiran Dinda di ruangan kerjanya. “Woi..! Pagi amat sih.., padahal ini baru jam tujuh lewat tiga puluh menit. Aku pikir.., diriku yang terlalu pagi,” tegur Dinda saat dilihat Meytha duduk di depan ruang kerja Dinda yang masih terkunci. “Aku mah biasa.., jam tujuh lewat sepuluh udah di kantor, beda dikit sama sekuriti.., hehehehe. Maklum jadi tukang ojek untuk antar anak ke sekolah. Justru kamu yang tumben udah di kantor. Biasanya jam delapan kurang satu menit baru nongol,” singgung Meytha seraya tertawa kecil. Sembari membuka pintu kerjanya, Dinda pun menceritakan Ikhwal dia lebih pagi sampai di kantornya. “T
Meytha kembali masuk ke ruang kerjanya dengan membawa beberapa berkas dan surat masuk yang dititipkan Dinda untuknya. Tanpa bicara Reynaldi pun fokus pada pekerjaannya, membuka beberapa dokumen Eksport batu bara yang harus diteliti legalitasnya.Terdengar beberapa kali dia menghubungi bagian terkait. Dan sementara, Reynaldi menyingkirkan semua syarat yang akan ia ajukan kepada Meytha atas cutinya hingga tuntas pekerjaannya.Meytha sendiri telah berpikir panjang lebar atas keputusan yang akan diambil usai Reynaldi tidak memberikan hak cuti pada dirinya. Ia telah menghitung tabungan yang dimilikinya, jika harus berhenti pada perusahaan itu.Keputusan itu diambil karena Jumat besok kedua anaknya mendapat rangking satu dan dua. Maka ia tidak ingin momen bahagia sebagai seorang ibu atas prestasi kedua anaknya terlewatkan.‘Baiklah.., mungkin aku memang harus berhenti dari pekerjaan ini, cari rejeki dengan usaha dagang kecil-kecilan. Aku pikir tabunganku akan cukup untuk makan kami bert
Pagi sekali Reynaldi telah sampai kantor. Saat itu jam baru menunjukkan pukul tujuh lewat lima menit. Karena kedua sekretarisnya tidak juga memperlihatkan batang hidungnya, maka Reynaldi pun duduk di depan ruang kerja Dinda karena kedua kunci di pegang oleh kedua sekretarisnya.Meytha yang sudah terbiasa datang jam tujuh lewat sepuluh menit dan terkadang jam tujuh lewat lima belas menit, diberitahu oleh seorang sekuriti saat ia keluar dari lift.“Pagi Buu Meytha..,” sapa seorang Sekuriti bernama Sapto.“Pagi Pak Sapto.., sehat-sehat yaa..,” sambut Meytha balas menyapa.“Buu, Pak Rey sudah lima menit lalu datang,” tutur Sapto dan membuat Meytha melangkah lebar dan tersenyum pada Sapto serta mengucapkan terima kasih.“Selamat Pagi, Pak.., tunggu sebentar Pak, biar ruangnya si bersihkan dulu,” sapa Meytha yang terlebih dahulu menyapa Reynaldi dan berjalan menuju ruang kerja Bos tampan itu.“Pagi.., hemm..,” sahut Reynaldi memandang ponselnya dan terlihat tersenyum manis.Dalam hat
Di hari Jumat ini ada pengumuman yang di kirim lewat email dari koordinator penyelenggara pertemuan bersama pengusaha batu bara, kalau pertemuan diadakan pada pukul tiga sore sampai selesai, mengingat beberapa teman dari daerah terakhir akan tiba di Jakarta pukul dua belas siang. “Dinda.., nanti ke pertemuannya jam tiga sore. Tolong kamu ingatkan lagi yaa,” pinta Reynaldi saat telah ada di kantornya sekitar jam delapan pagi. Karena seharusnya pertemuan itu dilakukan pukul sembilan pagi. “Baik Pak,” jawab Dinda dalam sambungan telepon. “Permisi Pak.., apa Bapak ingin saya buatkan kopi?” tanya Dinda saat masuk ke ruang kerja Reynaldi. “Nggak usah saya sudah minum kopi di rumah. Aku minta bawa saja air mineral saja,” pinta Reynaldi. “Baik Pak..,” ucap Dinda berlalu dari hadapannya menuju lemari pendingin yang ada di pantry. Tak lama kemudian, Dinda pun telah memberikan minuman mineral pada Reynaldi. Usai Dinda keluar dari ruangannya, Reynaldi yang sebenarnya ingin melihat dari dekat
Mendengar tutur kata kedua anak Meytha membuat Reynaldi memutuskan untuk bertanya pada si kembar tentang keberadaan Papa mereka. Dan Reynaldi pun akhirnya bertanya pada keduanya.“Kenapa Papa harus bisa lihat Bulan dari sinarnya dan Bintang dari kilauannya?” tanya Reynaldi sembari mengemudikan kendaraannya.“Soalnya Papa itu.., nggak sayang sama kita. Jadi kata Mama, nanti juga Papa sayang. Karena kan Bulan ada sinarnya dan Bintang ada kerlipnya,” ucap Bulan dari kursi belakang.“Ooh.., gitu..,” ucap Reynaldi menganggukkan kepalanya.Dalam hati Reynaldi ada perasaan lega, setidaknya ia tidak bertindak kejam pada seorang janda seperti Meytha dengan berkata, ‘Syukurlah kalau masih ada Papanya. Kasihan anak-anak ini masih kecil. Aku pikir Papanya udah wafat.’Entah mengapa hati Reynaldi tergelitik kembali, untuk bisa mengetahui tipe lelaki yang telah menikahi Meytha dan Papa dari sikembar dengan memancing beberapa pertanyaan, dalam keseharian mereka.“Siapa yang paling disayang Mam
Di hari Sabtu pagi pada sebuah rumah berlantai dua berwarna putih, jendela-jendela besar terbuka lebar dengan model rumah bergaya Eropa menikmati sinar kehidupan yang masuk ke dalam setiap ruang pada rumah besar itu. Aksen kayu lebih bayak berada dalam kemegahan rumah itu dibandingkan kaca yang hanya berupa kaca blok untuk mempermanis rumah tersebut.Jendela besar dari kayu tanpa kaca itu terbuka lebar pada setiap pagi hari dan akan ditutup kembali pada saat jam sebelas siang. Karena bagi Richard yang terbiasa tinggal di Eropa dengan suhu dingin sangat menikmati iklim tropis yang kini ia rasakan.Richard sangat bersyukur atas terpaan mentari yang bisa dinikmatinya sepanjang waktu di negara ini. Karena itu, bagi Richard suatu anugerah tertinggi jika suatu negara bisa menikmat dan diberikan anugerah atas sinar mentari dari sang pencipta.Seperti biasa di pagi hari usai Reynaldi berolah raga keliling kompleks perumahan, ia selalu menyiram tanaman dan membersihkan akuarium air laut mili
Tepat pukul delapan pagi suasana rumah Meytha telah ramai. Tenda telah di pasang di depan rumah dan di depan rumah tetangganya. Suasana hari ini berbeda dengan suasana sepuluh tahun lalu, dimana semua serba mendadak. Bahkan beberapa kerabat Wulandari dan almarhum Bimantoro tidak ke Jakarta, karena acara pernikahan Meytha yang dianggap terlalu tergesa-gesa.Hiasan Janur kuning dipasang di depan pintu pagar kanan dan kiri yang dibuka lebar. Ruang tamu disulap dengan sentuhan permadani berwarna biru. Disediakan dua kursi untuk mempelai, dua kursi untuk saksi dan wali serta dua kursi untuk orang tua. Untuk kerabat dekat semua berkumpul di ruang keluarga, dimana seluruh sofa diletakan diluar rumah menyatu dengan kursi plastik yang di pinjam di kantor RW, tempat duduk beberapa tetangga kanan kiri dan samping kanan dan kiri pula. Hari ini, Meytha menggunakan pakaian kebaya putih dan kain batik berwarna coklat dengan rambut disanggul modern. Tampak wajah Meytha sangat cantik, sampai Bula
Satu hari sebelum hari bersejarah bagi Reynaldi dan Meytha akan dilakukan, tampak kesibukan terlihat di rumah Meytha Kasturi. Ibu-ibu pengajian dekat kompleks perumahan tempat tinggal mereka, datang ke rumah, melakukan doa bersama untuk kelancaran ijab kabul yang akan dilakukan esok hari dan atas permintaan Wulandari, pernikahan pun akan dilakukan di rumah itu, karena wanita itu merasa almarhum suaminya akan hadir dan melihat kalau putrinya menikah dengan orang yang dicintainya.Sementara itu, Reynaldi yang mengikuti tradisi dan aturan yang diberlakukan oleh Widyawati, tidak diperbolehkan bertemu dengan mempelai wanita selama tujuh hari sebelum hari pernikahan. Maka, ia pun wajib mengikuti tradisi dari keluarga Widyawati. Bahkan, untuk menanyakan kabar Meytha lewat ponsel saja, dilarang oleh Widyawati dan itu membuat Reynaldi menjadi uring-uringan.“Mami.., boleh ya Rey hubungi Meytha.., juga besok kami udah bertemu.., yaa.., Mii,” rajuk Reynaldi layaknya seorang anak kecil.“Rey..
Kedua anak kembar mereka banyak bertanya tentang rumah yang akan mereka tempati dan Meytha pun menjelaskan hal yang tidak terlalu mendetail pada si kembar yang selalu bertanya banyak hal.Untuk rumah yang pernah ditempati sampai dua puluh lima tahun itu tidak mengalami perubahan, walaupun pada bagian dalamnya, telah banyak yang direnovasi mengikuti gaya dapur atau pun kamar mandi jaman sekarang, namun pada setiap bagian kamarnya tidak diubah oleh Reynaldi. Bulan menempati kamar yang dulu ditempati oleh Meytha, dan Bintang menempati kamar yang di tempati oleh almarhum adiknya Meytha. Kedua kamar itu berada di depan ruang keluarga. Untuk Wulandari menempati kamarnya yang dulu, sedangkan kamar khusua untuk tamu yang berada di depan ruang tamu, menjadi kamar Meytha. Untuk Siti, pembantu rumah tangga yang telah ada di rumah itu, rencananya akan tidur bersama Wulandari. “Buu.., rencananya saya mau buat satu kamar lagi di dekat halaman belakang untuk Siti, hanya saja saya mau minta pendapat
Hubungan yang berlanjut antara Meytha dan Reynaldi lewat LDR selama dua bulan ini kian bertambah mesra, hingga akhirnya kenaikan kelas si kembar menjadi satu jalan menuju jarak antara keduanya kian mendekat. Seperti saat ini, Reynaldi datang pada hari kenaikan kelas si kembar. Meytha mengambil rapor Bintang Hutama Putra dan Reynaldi mengambil rapor Bulan Hutami Putri. Selama enam bulan berada dalam lingkungan pedesaan membuat si kembar sangat mengerti, arti sebuah kesederhanaan dari teman-teman sekelasnya yang mayoritas orang tuanya menjadi petani dan pedagang. Reynaldi mengabadikan perpisahan si kembar bersama temen sekelasnya dengan berfoto dan memvideokan kebersamaan mereka. Sementara, Reynaldi sendiri cukup dikenal oleh kepala sekolah dan semua guru, setelah melakukan perbaikan halaman sekolah anaknya, yang awalnya hanya berupa tanah berwarna merahan, kini berisi paving dan di tata juga bagian tamannya.Bukan hanya itu, Reynaldi pun memperbaiki ruang UKS dan tiga kamar mandi untu
Kehamilan Elmira membuat Widyawati dan Richard memiliki rasa kasihan pada gadis muda nan cantik jelita itu. Walaupun Elmira pernah melakukan sebuah kesalahan, namun bagi Richard kesempatan kedua untuk menjadi pribadi yang baik diberikan olehnya. Dan keputusan Reynaldi untuk mengambil bayi yang sedang dikandung oleh Elmira disetujui oleh kedua orang tuanya serta mendapat dukungan penuh dari Meytha. Bagi Meytha keadaan buruk yang dialaminya dulu, lebih buruk yang dialami Elmira, karena itu membuat hati Meytha tergerak untuk mengambil bayi yang dikandung Elmira saat bayi itu dilahirkannya. Dan atas permintaan Elmira, ia ingin Reynaldi bisa mengantarkannya ke dokter kandungan ketika akan memeriksa kehamilannya.Hingga jadwal seminggu sekali Reynaldi untuk menemui kedua anak kembarnya pun pastinya, akan menjadi berubah akibat kewajibannya mengantar Elmira ke dokter kandungan. Seperti pada hari ini, putrinya mengeluh saat Reynaldi membatalkan kepulangannya pada minggu pertama ke Surabaya, s
Widyawati yang mendengar ucapan Richard jelas sangat terkejut dengan apa yang dikatakan suaminya. Richard pun tersenyum lebar melihat raut wajah Widyawati yang tampak tersenyum kecut. “Emang Papi punya niat untuk nikah lagi?” tanya Widyawati serius. “Sayang.., bukannya kamu ingin kita membantu Elmira untuk mencari ayah dari bayi yang dikandungnya?” tanya Richard masih tersenyum lebar. “Nggak lucu..! Kenapa Papi yang harus maju? Maksud Mami kan.., Rey bisa minta izin sama Meytha.., siapa tahu dia setuju,” ucap Widyawati tetap ada keinginannya karena kasihan pada Elmira. “Sayang.., sekarang coba kamu tempatkan dirimu menjadi Meytha.., kira-kira apa yang akan kamu lakukan? Apa lagi Elmira berperilaku tidak baik. Apa kamu pikir, Meytha akan mau terima usulan itu?” tanya Richard memandang Widyawati yang terlihat baru menyadari kesalahannya. “Hmm.., gimana dong Pii.., aku kasihan sama Elmira. Aku takut dia stress dan akan berpengaruh pada janin yang dikandungnya,” tutur Widyawati dengan
Widyawati dan Reynaldi pun menemui Imelda bersama putrinya di ruang tamu. Reynaldi langsung duduk di sofa panjang dan Richard duduk pada sofa tunggal di bagian tengah. Sedangkan Elmira dan Imelda duduk pada sofa tunggal yang berdampingan. Terlihat Widyawati berjalan menuju sofa yang di duduki Imelda dan wanita paruh baya itu mendekati Imelda dan membungkuk untuk melihat kaki palsu Imelda. “Mel.., apa terasa sakit waktu kamu pakai?” tanya Widyawati mengamati kaki palsu yang digunakan Imelda. “Yaa agak sakit. Tapi, hatiku ini lebih sakit.., Wid,” ucapnya dengan kelopak mata yang telah basah. Melihat sahabatnya menangis tanpa bersuara, Widyawati pun terkejut dan memegang tangannya dan berucap, “Ada apa Mel..? Apa ada masalah?” Mendengar pertanyaan sahabatnya, isak tangis Imelda pun semakin kuat. Dan Elmira yang melihat Imelda menangis tanpa mampu mengatakan tujuan mereka ke rumah itu, bersimpuh di hadapan Widyawati. Gadis cantik itu memegang kaki Widyawati dan menangis pula. “Hey..,
Kepergian Reynaldi kali ini berbeda dari biasanya. Hari ini kedua anaknya melepas kepergian Reynaldi dengan memeluk dan menyampaikan pesan untuk seorang papa yang kini hadir dalam kehidupan mereka. “Papa ingat ya, sampai Jakarta telepon kakak sama adek..,” pinta Bintang saat memeluk Reynaldi. “Iyaa.., nanti sampai di bandara Surabaya aja udah Papa telepon. Gitu juga waktu di Bandara Jakarta Papa akan telepon lagi,” janji Reynaldi dengan mengangkat jari telunjuk dan tengahnya. “Papa.., bisa setiap hari telepon Bulan? Kalau bisa Papa teleponnya pagi sebelum Papa kerja, kalau siangnya waktu Papa makan siang dan malamnya waktu Bulan lagi belajar. Biar Bulan bisa denger suara Papa tiap hari,” tutur putri cantik Reynaldi dengan manjanya. “Yaa, sayang Papa akan telepon setiap nggak sibuk. Papa juga pastinya kangen sama kalian semua,” ucap Reynaldi memandang putri kecilnya, mencium pipinya dan memandang mesra ke arah Meytha. Setelah itu, Meytha mencium punggung tangan Reynaldi. Lalu, tanp
Satu hari sebelum acara seserahan, Widyawati yang meminta tolong kakak sepupunya untuk membawakan kebaya berwarna jingga berikut aksesoris serta lengkap dengan selop dan make up yang akan dipakai acara seserahan pun datang. “Widya.., apa cukup ukuran tubuhnya ‘L’? Katamu kan udah pernah punya anak, 2 pula,” tanya Pipit kakak sepupu Widyawati kala ia telah berada di kamar hotel. “Badannya masih bagus.., nggak melar kayak Mbak Pipit.., hehehehe,” canda Widyawati ada saudara sepupunya. Lalu, mereka mengobrol tentang Reynaldi dan kondisi perusahaannya di Jakarta. Kemudian, Pipit pun meminta pada Widyawati untuk memperkenalkan Meytha padanya. “Kenalkan aku sama calon menantumu, sekalian coba kebaya yang aku bawa ini..,” pinta pipit. Sesaat Widyawati melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, ia pun berucap, “Sore aja sekalian liat kedua cucuku. Soalnya kalau gini hari kita kesana.., calon menantuku baru pulang dari pasar. Kasihan kalau kita ganggu. Apa lagi dia tiap ha