Setelah keluar dari pengadilan, Benny berkata dengan penuh semangat, "Kak Fabian, Kak Scarlett, kita sudah menang. Bagaimana kalau kita pergi merayakannya?""Sekarang, sidangnya hanya ditunda. Hasil akhirnya masih belum pasti," kata Scarlett.Benny tertawa dan berkata dengan bangga, "Tenang saja, kita akan menang. Dalam waktu paling lama satu minggu, kalau mereka nggak membatalkan gugatan dan menegosiasikan kompensasinya, aku akan menggonggong seperti anjing Labrador-ku."Fabian berkata dengan suara rendah, "Jangan. Kamu memang sudah cukup seperti anjing. Kalau kamu menggonggong, nanti dikira orang lain kamu benar-benar bukan manusia lagi."Benny tertawa palsu dan berkata, "Kak Fabian, leluconmu nggak lucu ...."Scarlett juga tertawa. "Kalau akhirnya benar-benar seperti yang kamu bilang, aku akan traktir makan.""Kak Scarlett, kamu harus tepati janjimu, ya!" kata Benny.Scarlett menahan tawa sambil berkata, "Ya, aku pasti tepat janji.""Baguslah. Kalau begitu, aku harus langsung pergi
Scarlett seketika terdiam. Suara ini terdengar familier, tetapi dia tidak bisa mengingat di mana dia pernah mendengar suara ini.Scarlett mengesampingkan keraguan ini, lalu berkata dengan sopan, "Halo, saya kakaknya Samuel Ford. Saya ingin bertemu dengan kalian untuk membahas masalah pertengkaran kedua anak secara detail."Wanita di ujung telepon lainnya terdiam selama beberapa detik, lalu berkata dengan suara yang tetap sangat lembut, "Maaf, kami sudah berusaha sebisa kami, nggak ada yang perlu dibahas lagi."Scarlett bergegas berkata, "Saya bisa memahami perasaan kalian. Samuel memang bersalah dalam masalah ini, saya hanya berharap agar kalian bisa memberi saya kesempatan untuk meminta maaf pada kalian secara langsung."Wanita itu seperti ragu-ragu, jadi Scarlett tetap menempatkan dirinya di posisi yang sangat rendah dan berkata, "Hanya sekali pertemuan, nggak akan mengganggu waktu kalian terlalu lama. Saya bisa menyesuaikan waktu saya dengan waktu kalian."Mendengar ucapan Scarlett,
Sherla tidak bisa mengendalikan ekspresinya lagi. Dia menurunkan sendoknya dengan malu dan berkata, "Scarlett, aku tahu kalau aku sudah bersalah padamu. Kali ini, kalau masalah Samuel bisa terselesaikan, aku janji, aku nggak akan mengungkit tentang perceraian dengan ayahmu lagi."Scarlett seketika tersentak. Apakah Sherla bersedia untuk melakukan hal seperti ini demi Samuel?Dia selalu mengira bahwa meskipun Sherla menghargai putranya, sifatnya sangat egois. Tak disangka, Sherla bisa menyerahkan keuntungannya sendiri demi Samuel.Sherla memang tidak bisa disebut sebagai orang baik, tetapi setidaknya, dia adalah seorang ibu yang baik.Scarlett pun menganggukkan kepalanya. "Aku akan berusaha."Sherla membuang napas dengan lega. Menurutnya, jika Scarlett berjanji untuk berusaha yang terbaik, Scarlett pasti akan meminta bantuan Keluarga Carter dan masalah ini akan berakhir.Saat mereka sedang makan, suasananya sangat harmonis, tidak seperti sebelumnya.Pada pukul 2.30 siang, Scarlett sudah
Setelah meninggalkan tempat itu, Scarlett kembali ke perusahaan dan bekerja terus hingga jam sembilan malam.Begitu dia memasuki rumah, dia melihat Fabian yang sedang duduk di sofa dengan pakaian kasual. Sebuah laptop berwarna abu-abu terletak di atas pangkuannya. Dia sepertinya sedang melakukan pekerjaannya.Mendengar gerakan ini, dia mengangkat kepalanya dan menatap Scarlett dengan tatapan mendalam. "Sudah pulang, ya?""Ya," jawab Scarlett sambil melepas sepatunya. "Aku lembur."Fabian mengernyit. Dia tahu bahwa Scarlett bekerja sangat keras, tetapi dia tidak menyangka bahwa Scarlett segiat ini.Setelah terdiam sejenak, Fabian bertanya, "Sudah makan?""Belum," jawab Scarlett sambil membuka kulkas. Mi dan taoge yang dia beli masih ada, jadi dia mengeluarkan bahan-bahan itu dan berencana untuk memasak mi. Dia pun bertanya pada Fabian, "Kamu mau makan, nggak? Mi buatanku lumayan enak, lo."Tatapan Fabian tampak senang untuk sejenak. Kemudian, dia mengangguk sambil berkata, "Kalau begitu
Dari dalam ruangan, terdengar suara sombong seorang wanita. "Masuklah!"Scarlett seketika merasa terkejut. Suara ini ....Saat dia mendorong pintu dan berjalan memasuki ruangan, dia langsung melihat Rebecca!Selain Rebecca, Celine juga berada di dalam ruangan!Apa yang terjadi? Scarlett mengajak orang tua murid yang berkelahi dengan Samuel untuk bertemu. Mengapa kedua orang ini bisa berada di tempat ini?Scarlett benar-benar kebingungan. "Kalian ...."Seulas senyuman tersungging di bibirnya Celine. Seperti agak terkejut, dia berkata, "Kak Scarlett, ternyata kamu orang yang menghubungiku, ya?"Kemudian, dia berkata dengan rasa bersalah, "Kalau tahu begitu, aku pasti mengubah jadwalku dan menemuimu lebih awal. Maaf, ya, sudah membuatmu menunggu dengan percuma selama dua hari."Scarlett menatapnya dengan ragu-ragu dan berkata, "Kamu ...."Celine tersenyum sambil berkata dengan lembut, "Kent Simpson itu adikku."Hati Scarlett seketika menegang. 'Benar juga. Pantas saja, sebelumnya, saat ki
Dia terus mengingat bahwa dia berada di posisi lemah dan tidak berani, juga tidak bisa melawan.Melihat Scarlett begitu penurut, seperti saat di Kediaman Carter selama dua tahun terakhir, Rebecca seketika tertawa dengan bangga.Sesaat kemudian, dia menjambak rambut Scarlett dan menarik Scarlett ke belakang. "Kali ini, masalah kakakku harus diselesaikan. Malam ini, ikut aku ke pertemuan makan malam. Setelah itu, aku akan membiarkan Celine melepaskan adikmu," kata Rebecca dengan dingin.Scarlett merasa kesakitan, kulit kepalanya seperti akan robek. Dia hanya bisa berusaha untuk mengikuti kekuatan Rebecca sambil memaksakan dirinya untuk bertanya, "Makan ... malam?"Rebecca tersenyum dengan sinis dan berseru, "Tentu saja makan malam dengan para petinggi itu! Kenapa? Kamu takut dijebak, ya? Kamu kira para petinggi itu senang dengan barang bekas sepertimu? Kamu hanya perlu pergi untuk menemani mereka minum-minum. Jangan bilang kamu nggak berani pergi!"Di satu sisi, Celine berkata dengan pel
Saat Scarlett berjalan keluar dari ruangan itu, Julian yang berada tidak jauh dari tempat itu langsung melihatnya dan berjalan menghampirinya. Saat tatapan Julian tertuju ke bekas merah di pipi dan leher Scarlett, wajah tampan Julian seketika tampak murka. "Mereka main tangan?"Dia langsung menerjang ke arah ruangan itu dengan amarah yang menggebu-gebu. "Aku akan mencari mereka! Memangnya nggak ada yang namanya hukum, ya? Ini hanya perkelahian antara anak-anak! Kalaupun mereka menyayangi anak mereka, mereka nggak seharusnya menyentuh seorang gadis lemah sepertimu!"Scarlett langsung menahannya."Jangan ...."Julian mengernyit sambil menahan amarahnya dan bertanya, "Kamu takut pada mereka? Ada aku di sini, apa yang kamu takutkan? Aku paling-paling hanya perlu menunduk pada orang tuaku supaya bocah itu bisa bersekolah lagi. Tapi, aku nggak akan membiarkan mereka menindasmu seperti ini!"Scarlett menggelengkan kepalanya. Dia menahan air matanya dan berkata, "Aku tahu kamu memikirkan kebai
Rebecca berhenti di depan pintu sebuah ruangan di lantai dua. Dia menyilangkan tangannya sambil menatap Scarlett, lalu mengangkat dagunya dan berkata, "Masuklah."Scarlett pun bertanya dengan aneh, "Kamu nggak masuk?"Rebecca tertawa dengan sinis dan menatap Scarlett dengan tatapan jijik. "Scarlett, kamu kira kamu siapa? Berani sekali kamu mengaturku? Aku menyuruhmu datang ke sini untuk memberimu sebuah kesempatan. Jangan buat aku marah!"Seusai berbicara, dia langsung mendorong punggung Scarlett dengan kuat. Scarlett tidak berdiri dengan baik, sehingga dia menabrak pintu ruangan. Pintu ini sedikit terbuka, jadi tubuh Scarlett seketika terjatuh ke dalam ruangan.Rebecca pun menutup pintu ruangan dengan sigap.Saat Scarlett berdiri dan mencoba untuk membuka pintunya, pintu tersebut sudah terkunci!Scarlett seketika merasa gugup. Apa yang ingin dilakukan oleh Rebecca?Secara bersamaan, dia mendengar suara tawa yang ambigu dari ruangan ini. Dia berbalik dan melihat beberapa pria dan wanit