Share

Bab 6

Penulis: Evie Yuzuma
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-22 11:08:06

Nyonya Zumarnis alias Marni tengah duduk pada sofa di ruang tengah rumahnya. Di tangannya menggenggam gawai. Dia tampak sedang berbicara dengan seseorang. 

“Hans, apa semua berjalan lancar?” 

Salah satu kakinya menumpang. Tubuhnya bersandar santai. 

“Sudah, Ma! Andra sudah dipecat tanpa pesangon!” 

Terdengar suara dari seberang telepon menjawabnya.

“Apa kamu tidak coba membujuknya Kembali?” 

“Sudah, Ma! Mama tahu sendiri ‘kan Andra gimana? Didikan Papa yang melekat dalam otaknya susah hilang! Dia tetap lebih memilih wanita itu!"

“Lagi satu, Ma! Tadi Hans juga memintanya meninggalkan mobil yang dibeli pakai uang perusahaan! Jadi dia benar-benar tidak memiliki apapun sekarang!” Hans menyambung kembali kalimatnya. 

Marni menarik napas panjang. Ada perasaan bercampur baur di hatinya. Dia masih mendengarkan penuturan Hans---putra pertamanya dari balik telepon. 

“Hans juga sudah menyelipkan beberapa lembar foto wanita itu, sesuai yang sudah kita rencanakan kemarin!” ujarnya. 

“Apa kamu yakin semua rencana itu akan berhasil, Hans?” tanya Marni lagi. 

“Bersamaan dengan itu, Hans sudah mengirim wanita itu ke rumah Andra agar istrinya benar-benar yakin Ketika menemukan foto-foto itu ada di dalam tas suaminya!” jelas Hans lagi. 

Bunyi bell yang nyaring membuat wanita paruh baya itu menghentikan obrolannya. Dia mematikan gawai kemudian berjalan membuka pintu. Kebetulan Inah---sang ART sedang berbelanja bulanan ke minimarket. 

“Selamat siang, Nyonya!” 

“Selamat siang! Maaf cari siapa, ya?” 

“Betul dengan Nyonya Marni? Perkenalkan saya Sesil!” 

Marni menatap gadis muda itu dari ujung kepala hingga ujung kaki. Perutnya tampak membesar sepertinya gadis muda itu sedang hamil. Sesil Kembali menjelaskan maksud kedatangannya ke rumah itu. 

“Tuan Hans bilang, saya diminta ketemu Nyonya jika pekerjaan pertama saya sudah selesai! Untuk pembayaran berikutnya akan saya terima setelah semuanya beres!” jelasnya sambil tersenyum. 

“Oh, jadi kamu wanita itu? Kenapa kamu tertarik dengan pekerjaan seperti ini?” Marni mengangguk sambil menilik penampilan sang gadis yang tampak menawan meskipun sedang hamil. 

“Iya, Nyonya! Saya butuh uang untuk membesarkan anak saya kelak! Saya single parent!” jelasnya. 

“Tunggu di sini!” Marni meninggalkannya ke dalam. Kemudian diam-diam mengambil foto gadis itu dan mengklarifikasikannya pada Hans. Setelah yakin tidak ada kesalahan. Marni datang Kembali dengan satu amplop berisi uang. 

“Ambillah dan bersembunyilah hingga waktu kami nanti membutuhkanmu Kembali, pastikan kamu bisa dihubungi!” ujar Marni sambil menyodorkan amplop itu pada Sesil. 

“Terima kasih, Nyonya! Kalau begitu ... saya permisi dulu! Selamat siang, Nyonya!” Sesil memutar tubuhnya dan meninggalkan Marni. 

Marni bergegas Kembali masuk. Dia merasa cukup puas dengan kinerja putra pertamanya yang selalu memiliki ide cemerlang dan bisa diandalkan.

*** 

Andra dan Tari sedang duduk saling terdiam. Sejak menemukan foto dari dalam tas suaminya mood Tari berubah drastis. Dia masih teringat bagaimana wanita hamil siang tadi terisak. 

“Jika kamu memang punya hati, Mbak … sesama wanita harusnya saling mengerti! Coba kalau kamu ada di posisi saya, Mbak … saya mohon tinggalkan dia demi anak dalam kandungan saya ini! Apa kata orang-orang jika bayi tak berdosa ini lahir tanpa seorang ayah! Tolong tinggalkan Bang Andra demi bayi tak berdosa ini, Mbak!”

Masih terlintas jelas bagaimana wanita itu menangis dan mengiba. 

“Satu lagi Mbak, tolong jangan sampai Bang Andra tahu kalau saya datang ke sini! Dia pasti akan sangat marah sekali! Saya tidak mau bayi saya kenapa-kenapa! Kalau sampai bayi saya kenapa-kenapa … yang akan saya salahkan kamu, Mbak!” 

Kalimat yang membuatnya dilemma. Sesekali dia melirik ke arah sang suami yang tengah rebahan di depan televisi. Dia tampak sudah baik-baik saja sekarang setelah mendengarkan penjelasan panjang lebarnya tentang Michael.

“Kamu dan dia kapan terakhir berhubungan?” Andra Kembali mengurai pertanyaan. Rupanya masih belum puas setelah mendengar semua penuturannya. 

“Sudah lama, sehari sebelum kamu menebusku dari Madame … dia berpamitan untuk dinas ke Amerika!” Tari masih menjawab pertanyaan-pertanyaan sang suami. 

“Kalian sedekat apa dulu? Kenapa dia sampai mencari-cari kamu ke dunia nyata seperti kemarin?” selidiknya. 

Hastari menarik napas. Pikirannya yang carut marut karena wanita itu beralih pada sosok jangkung berhidung mancung. Michael---entah harus apa dia menyebutnya. Lelaki itu hampir setiap hari mengunjungi tempat itu hanya untuk bertemu dengannya. 

“Seperti hubungan tamu dan pelanggannya!” ujar Tari lagi tampak enggan. 

Baginya masa lalu itu sudah hendak di kubur dalam-dalam. Setiap mengingatnya sungguh menyayat perasaannya. 

“Kenapa dia bertanya tentang lelaki itu dan ditujukan padaku?” selidik Andra. Tatapannya tetap fokus pada televisi yang ada di depannya. Meskipun telinganya tengah mendengarkan jawaban-jawaban sang istri. 

“Karena aku menolaknya dengan alasan sudah memiliki kekasih!” ujar Tari lagi. 

Andra memutar posisi tidurnya menjadi menyamping menatap Tari yang tengah duduk di sebelahnya. 

“Dia mengajak kamu menikah?” Andra Kembali memburunya dengan pertanyaan. Tari menggeleng. 

“Dia mengajakku berhubungan tanpa ikatan! Aku menolaknya dengan alasan itu!” Tari menunduk. 

“Memangnya kamu sudah tahu aku waktu itu? Bukankah kita hanya bertemu sekali waktu acara perayaan ulang tahun perusahaan! Itu pun sudah lama sekali?” Andra menatap mencari kebenaran dari sang istri. 

“Mas, kamu lupa sering sekali memberiku sesuatu diam-diam! Motor tuaku dulu jadi saksi perbuatanmu, Mas!” 

Andra tampak terkejut. Dia bahkan langsung mengubah posisinya menjadi duduk. 

“Apa kamu mengetahui semuanya?” Andra menatap sang istri kali ini. Tari mengangguk. 

“Kenapa kamu tidak mencariku waktu itu?” tanyanya Kembali. 

Tari menarik napas panjang. 

“Aku tidak tahu apa maksud kamu selama itu, Mas! Mungkin kamu cuma kasihan saja karena aku miskin! Ayahku sudah sakit parah dan harus di operasi! Hanya aku anaknya satu-satunya! Aku tidak tahu jika kebaikan yang dia tawarkan ternyata tidak tulus! Hanya sebatas uang dan keuntungan! Apa aku salah tidak mencarimu?” Suaranya gemetar dan berat. 

Setiap pertanyaan yang terlontar seolah membuka luka hatinya Kembali. Andai boleh memilih untuk hilang ingatan, bagi Tari itu lebih baik. Namun demi mengembalikan kepercayaan sang suami, mau tidak mau dia harus menceritakan semua itu kembali. 

Ada cairan bening tiba-tiba menetes pada sudut netranya. Andra menghapusnya dengan jemarinya. Dia mengusap pucuk kepala Tari dengan lembut. 

“Sudah, jangan menangis lagi! Ada aku yang akan selalu menjagamu mulai saat ini! Tolong jangan ada yang disembunyikan lagi dariku! Aku hanya tidak suka melihat cara dia menatapmu kemarin! Dan aku tidak suka ada lelaki lain yang dekat denganmu!" ucapnya sambil mencakup pipi sang istri dengan kedua tangannya.

Tari mengangguk. Dengan ragu dia menatap wajah sang suami yang berjarak beberapa senti saja darinya. 

“Mas, kita memang sudah menikah … tapi aku pun belum mengenalmu banyak, apalagi tentang masa lalumu! Hmmm … apa aku boleh tahu sesuatu tentang masa lalu kamu?” tanyanya. 

Andra tersenyum. Dia ikut berselonjor dengan kedua tangan menopang tubuhnya ke belakang. 

“Mau tanya apa?” 

“Apa kamu dulu punya pacar?” 

“Punya!” 

“Berapa?” 

“Hmmm … dua tapi tidak serius!” 

“Siapa saja namanya?” 

“Harus sedetail itu?” 

“Iya!” 

“Yang pertama Renata!” 

“Yang kedua?” 

“Sesil!”

DEG 

Belum apa-apa hati Tari sudah terasa nyeri. Berarti wanita itu tidak mengada-ada. Bahkan suaminya sendiri pun mengakui pernah ada hubungan dengan wanita itu.

Bab terkait

  • Bukber di Rumah Mertua   Bab 7

    Alhamdulillah akhirnya bisa update lagi. Yuk ajak temannya buat tapi love pada cerita ini. Love kenceng, daily update, ya! ???DIPANDANG SEBELAH MATA (7)Belum apa-apa hati Tari sudah terasa nyeri. Berarti wanita itu tidak mengada-ada. Bahkan suaminya sendiri pun mengakui pernah ada hubungan dengan wanita itu.“Kenapa diam?”Andra memperhatikan raut wajah istrinya yang tiba-tiba berubah. Wanita itu menggeleng. Ada tetesan bening yang berjatuhan di pipinya.“Aku mau ke kamar dulu … capek, Mas!” Wanita itu beringsut berdiri meninggalkan suaminya.“Sayang!”Andra memanggilnya, tetapi Tari tidak lagi menoleh dan langsung menghilang dibalik pintu kamar. Andra tepekur sendirian.“Ada apa dengan Tari? Kenapa dia seperti itu?&rd

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-26
  • Bukber di Rumah Mertua   Bab 8

    Namun ketika pintu kaca diketuk, wajah Andra terasa memanas menatap seseorang yang sedang bersama Asril di sana.Seringai merendahkan itu terlontar seketika, bahkan sebelum ada tegur sapa.“Tuan Andra yang terhormat, apakah gerangan yang membawa Anda kemari? Apakah Anda sedang mencari pekerjaan?” Hans menyeringai sambil bersedekap penuh kesombongan.Asril yang hendak menyapa mendadak salah tingkah. Dia hanya mematung menatap perubahan raut wajah Andra.“Bapak Hans, saya bermaksud bertemu dengan rekan saya---Pak Asril, bukan dengan Anda!” Andra masih mencoba melindungi harga dirinya. Meskipun memang benar apa yang dituduhkan oleh Hans---kakaknya.Hans tertawa. Ke

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-26
  • Bukber di Rumah Mertua   Bab 9

    DIPANDANG SEBELAH MATA (9)"Astagfirullah ...."“Kemana istriku, Ya Allah?”Andra masih terduduk lemas di lantai dapur sambil bersandar pada dinding rumahnya ketika terdengar derit pintu depan. Dia bangkit dan berjalan gontai menuju ke ruang tengah.“Assalamu’alaikum!”“Wa’alaikumsalam!”Mata Andra membulat. Dia memburu wanita dengan gamis krem yang berdiri sambil menenteng plastik di tangan kanannya. Andra berhambur memeluknya.“Sayang, kamu habis dari mana?” Andra mencakup kedua pipi istrinya setelah melepas pelukannya.“Maafin aku, Mas! Aku habis dari rumah ibu! Tadi aku coba hubungi kamu tapi gak diangkat terus!” ucap Tari tampak merasa bersalah.“Kamu habis dari rumah Ibu? Kenapa Ibu?” An

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-29
  • Bukber di Rumah Mertua   Bab 10

    Hans berdecak kesal. Dia melempar gawai mahalnya sembarang. Emosinya bukan tanpa alasan melainkan setelah mendapat info dari Sesil sore tadi.[Mas Hans, nomor istrinya Andra sejak siang gak bisa dihubungi! Sudah kukirim foto yang tadi itu tapi hanya centang satu sampai sekarang!] tulis Sesil.[Coba lagi nanti! Terus ponsel Andra masih ada di kamu ‘kan? Kasih ke saya nanti!] balasnya.[Aku cuma ambil nomor istrinya saja, setelah itu ponselnya kubuang di pinggir jalan depan kantor tadi! Aku takut terlacak dan disangka maling nanti!] tulis Sesil.[Sesil, kenapa harus dibuang … kan bisa tinggal copot sim cardnya saja sama matikan gps!] geram Hans.[Gak ada bayaran untuk mengambil

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-02
  • Bukber di Rumah Mertua   Bab 11

    “Ya Allah, semoga Mas Andra bisa menerima penjelasanku tentang Hans, di masa laluku! Namun kalau dia marah, lalu tidak terima dengan semua ini?”Setelah hatinya merasa yakin. Tari mulai berbicara.“Mas … Mas … aku mulai ceritanya, ya!”Namun masih sepi, tidak ada sahutan.“Mas ….” Tari menepuk lembut pipi Andra. Rupanya lelaki itu tertidur di pangkuannya.Tari menatap wajah sang suami, tampak bulu-bulu janggut halus yang tumbuh di sekiatr dagu itu mulai memanjang. Wajahnya tampak tenang dan sudah semakin dewasa sekarang.Ada perasaan hangat dalam hati Tari ketika membayangkan semua kenan

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-07
  • Bukber di Rumah Mertua   Bab 12

    Rencana Tari untuk bercerita akhirnya tertunda. Dia pun tertidur bersandar pada pinggir sofa. Mereka berdua membiarkan televisi menontonnya.Tepukan lembut pada pipi Tari membuatnya terbangun, tampak wajah Andra sang suami dalam jarak beberapa senti tengah menatapnya.“Sayang, ayo kita shalat isya sama tarawih dulu!” ucap Andra.Tari mengerjap beberapa kali mengumpulkan kesadarannya. Lehernya terasa pegal karena bersandar pada sofa dan tertidur dengan posisi tidak benar.“Kenapa, Sayang?” Andra menoleh pada sang istri yang tampak meringis.“Pegel, Mas!”“Mau dipijitin?”“Gak usah, shalat dulu aja!”“Nanti sekalian, ya!” Andra mengerling menggoda sang istri.

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-09
  • Bukber di Rumah Mertua   Bab 13

    "Dari nomor kamu, Mas!” ucap Tari sambil menunjukkan layar ponselnya.Tari segera mengangkatnya.“Hallo, assalamu’alaikum!” Terdengar suara seorang perempuan dari seberang sana.“Wa’alaikumsalam! Maaf ini siapa, ya?”Sekilas Tari melirik ke arah suaminya yang sedang menatap lekat.“Saya Aisha, maaf saya menemukan ponsel ini tergeletak di tepi jalan! Berkali-kali hubungi ke nomor ini tapi gak aktif! Alhamdulilah sekarang terhubung! Bisa kasihkan alamat untuk mengantarnya?” jelas Aisha panjang lebar.Tari menoleh pada Andra.“Mas, ponsel kamu ada yang nemuin … ini minta alamat!” ucap Tari sambil menoleh pada Andra.“Sini, biar mas yang ngomong!” ujar Andra sambil meminta ponsel itu p

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-15
  • Bukber di Rumah Mertua   Bab 14

    [Mas, aku izin keluar sebentar mau ketemu temen!] tulisnya dengan dada gemuruh menahan gejolak yang tidak karuan.[Ok, Sayang! Hati-hati, ya!] jawab sang suami tanpa rasa curiga.Tari berjalan menyusuri jalanan depan perumahan mereka. Gamis dan kerudungnya bergerak-gerak tersibak angin. Langkah kakinya tampak berayun cepat seolah ingin segera tiba di tempat tujuan.Menuju hotel Miranda membutuhkan dua kali naik angkutan umum. Dia naik angkot pertama sampai ke terminal lalu nanti pindah jurusan.Sepanjang perjalanan, Tari menguatkan hati. Meyakinkan dirinya jika semua akan baik-baik saja. Dia sendiri tidak tahu apa yang akan wanita itu sampaikan.Ke

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-16

Bab terbaru

  • Bukber di Rumah Mertua   Bab 31-Extra Part

    Marni tengah duduk di salah satu restoran ternama. Sudah beberapa bulan terakhir dia ikut pengajian bersama Tari dan Aisha. Dia mulai belajar memakai penutup aurat yang dulu dipakainya hanya sekedar mengikuti trend mode. Kini dia melakukannya dengan keinginan untuk hijrah. Marni yang dulu sudah lenyap bersama teguran-teguran beruntun yang diterimanya.“Ma, maaf kami baru datang!” Andra datang bersama sang istri yang perutnya sudah mulai membesar. Kini kehamilan Tari sudah menginjak bulan ke Sembilan. Hari perkiraan lahirnya bahkan sudah terlewat dua hari.“Iya, gak apa-apa!” Marni menoleh pada sang anak menantu.“Mbak Mela belum sampe, Ma?” Andra menarik satu kursi untuk sang istri. Marni menggeleng kepala.“Belum, kakakmu tadi WA

  • Bukber di Rumah Mertua   Bab 30

    BUKBER DI RUMAH MERTUA (30)Waktu bergulir cepat. Beberapa hari dilalui dengan baik. Progress internal audit dengan menggunakan jasa konsultan terpilih membuahkan hasil. Banyak sekali abnormal dan penyelewengan wewenang dari dua departemen itu yang dibongkar.Andra saat ini tengah meminta bagian HRD untuk mengurus semua proses pemberhentian dua orang bermasalah itu ke PHI.“Maafkan saya … semua harus saya lakukan agar ratusan karyawan saya yang jujur bisa terus bertahan!” gumam Andra dalam dada setelah menutup gagang telepon.Bukan hal mudah baginya Ketika harus mem-PHK dua manager baru tersebut. Namun sebagai pucuk pimpinan memang harus tegas. Andra sadar jika laju perusahaan kini sepenuhnya akan mengikuti hasil keputusannya. Terlebih beban utang yang

  • Bukber di Rumah Mertua   Bab 29

    (29)Obrolan ringan berlanjut. Hingga terdengar suara MC yang membuka acara. Semua mata kini terarah ke atas panggung. MC memanggil kedua calon mempelai yang akan bertukar cincin.Tampak dari salah satu sudut panggung seorang lelaki bertubuh jangkung. Rambutnya berwarna putih pucat, langkahanya mengayun tegap. Hidung mancung dan lesung pipi sebelah kirinya menambah indah mata yang menatapnya. Seulas senyum terus terkulum ketika tampak dari arah berlawanan seorang wanita berkerudung lebar menghampirinya.“Wah, inilah ta’aruf modern, Pemirsa! Di mana tidak hanya seorang yang mengerti agama dan hukum Islam yang melakukannya, tapi seorang muallaf pun bisa! Applause untuk sang calon mempelai pria!” ujar MC memandu acara.Riuh tepuk tangan Ketika lelaki bule it

  • Bukber di Rumah Mertua   Bab 28

    (28)Andra sudah berada di lorong rumah sakit Hasanudin. Langkahnya terayun cepat, khawatir setengah mati jika sang istri terluka berat.Namun matanya memicing, menangkap sosok yang baru saja keluar dari poli kandungan. Iya, wanita itu Sesil. Tampak berat membawa beban di perutnya. Andra mengurungkan niat untuk menyapanya tapi wanita itu melihatnya.“Mas!”Dengan perut yang sudah membesar wanita itu berjalan menghampirinya. Andra menarik napas panjang. Bagaimana ceritanya, sehari ini bertemu dengan dua orang dari masalalunya.“Kamu sedang check kandungan?” Andra menyapa Sesil karena sudah kadung bertemu. Wanita itu mengangguk.“Iya, Ma

  • Bukber di Rumah Mertua   Bab 27

    “Mari silakan, masuk, Dok!” Tari mempersilakan dokter cantik itu masuk.Dokter wanita itu berjalan mengikuti Tari. Belum sempat melakukan pemeriksaan apa-apa, Inah muncul.“Neng, ini tespecknya! Eh sudah manggil dokter juga?” tanyanya.“Mama yang panggilin, Bi!” ucap Tari.“Alhamdulilah!” Netra Inah berkaca-kaca mendapati jika sang majikan mulai memperhatikan menantunya.Tari tersenyum. Ada perasaan berbunga juga di hatinya. Ternyata semua kejadian kemarin ada hikmahnya. Kini Marni seperti sudah mulai bisa menerimanya.Dokter tersebut mulai melakukan pemeriksaan. Beberapa pertanyaan diajukan. Kemudian setelah mendapatkan diagnosa

  • Bukber di Rumah Mertua   Bab 26

    (26)Andra tengah berkutat dengan memaksimalkan kembali kapasitas produksi. Butuh kerja keras ekstra untuk bisa beroperasi secara normal. Cashflow perusahaan kini tidak stabil.“Pak, Andra … karyawan kita ada yang kecelakaan kerja! Kondisinya cukup parah! Lalu ada yang aneh juga dengan pergerakan beberapa proyek yang existing, harga jual makin tidak seimbang dengan harga produksi ditambah biaya overhead!” Keano seorang GM yang baru saja dipekerjakan kembali setelah posisinya kemarin digantikan Ivana untuk sementara memberikan laporan.“Pak Kean … apakah menurut Anda ada hal abnormal di sini?” selidik Andra.Dia mencoba meminta pertimbangan orang yang sudah cukup lama bekerja di perusahaan Herlambang Grup itu. 

  • Bukber di Rumah Mertua   Bab 25

    (25)Andra memijat pelipisnya. Satu cangkir teh hangat buatan sang istri menemani sore yang terasa penat itu. Permasalahan yang dibuat Hans ternyata cukup rumit. Dia meminjam uang atas nama perusahaan dengan nominal yang sangat besar. Sementara orderan dari beberapa customer sudah banyak yang beralih ke perusahaan lain. Beberapa penurunan kualitas dari produksi dan delivery cukup berpengaruh terhadap kestabilan order.“Mas, apa ada masalah?” Tari keluar dari dalam rumah menghampirinya yang tengah duduk di teras.Andra menoleh pada sang istri dan memasang senyum termanisnya.“Sedikit!” ucapnya. Meskipun sebetulnya hatinya menentangnya, karena itu bukan masalah yang sedikit sebetulnya.

  • Bukber di Rumah Mertua   Bab 24

    (24)"Ibu Anda mengalami gegar otak ringan ... lebih baik dirawat dulu di sini sambil melihat perkembangan kondisinya!" Dokter Harun menjelaskan pada Andra yang duduk di depan meja kerjanya."Apakah bisa pulih seperti sedia kala, Dok?" tanya Andra. Seburuk apapun perlakuan Marni, tidak akan ada yang bisa mengubah hubungan darah antara Ibu dan anak. Andra tetap berharap sang ibu baik-baik saja."Semoga! Kami akan melakukan perawatan terbaik sambil melakukan observasi atas kondisi kesehatannya!" ujar Dokter Harun lagi."Baik, makasih, Dok!"Andra berjalan keluar dari ruangan dokter Harun. Langkahnya tertuju pada dua ruang rawat yang berdampingan. Satu kamar terisi oleh Melati---kakak keduanya, sem

  • Bukber di Rumah Mertua   Bab 23

    (23)“Hallo, Ma! Assalamu’alaikum!”Andra mengangkat panggilan masuk dari Marni.“Wa’alaikumsalam! Andra, besok tolong datang ke rumah! Ada hal yang mau mama bicarakan!”“Hal apa, Ma?”“Datang saja lah dulu! Mama tunggu!”Panggilan diputusnya begitu saja.“Mama, Mas?”Tari menoleh.“Iya!”“Ada apa?”“Besok kita di suruh ke rumah, oke kan, Sayang?”Tari mengangguk. Andra mengusap lembut pucuk kepala Tari. Satu kecupan mendarat pada dahi sang istri.“Belum keramas, ya?” goda Andra sambil mengkerutkan hidungnya.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status