Share

Bab 3

Author: Evie Yuzuma
last update Last Updated: 2021-11-09 10:19:56

DIPANDANG SEBELAH MATA (3)

Andra menatap pada lelaki berparas rupawan tersebut dengan memicingkan mata. Wajah Tari tampak terkejut, dia melirik sekilas ke arah Andra. Namun lelaki itu masih menatap tajam pada lelaki yang sedang melenggang ke arah mereka dengan hati bertanya-tanya. 

“Siapa dia, Sayang?” Andra bertanya pada sang istri tanpa mengalihkan pandangannya. 

Tari tampak kesulitan menelan makanannya karena gugup. Dia menarik napas dalam. Memang ada satu hal yang belum sempat dia ceritakan pada sang suami tentang Michael---lelaki blasteran Amerika itu. 

“Riri, apa kabar? Saya cari You di sana tapi tak ada! Madame cakap sudah stop working, ya?” ucap lelaki itu dengan nada bicara yang tidak fasih mengucapkan bahasa Indonesianya. 

Hastari menoleh pada Andra. Ada tanda tanya besar dari sorot netra yang kini tengah menatapnya. 

“D-dia Michael salah s-satu t-tamu langgananku dulu!” ucapnya sambil menggigit bibir bawah merasa bersalah. 

“Apakah masih ada hal lain yang belum kamu ceritakan dalam rentang masa itu?” lirih Andra sambil memejamkan mata sejenak meredam gejolak yang tiba-tiba memanas di dadanya. 

Lelaki berwajah bule itu tampak mencoba mengurai situasi. Dia melirik ke arah Andra yang menatapnya tajam. 

“Oh, sorry! Maaf kalau saya ganggu! Next time bolehkah kita dating berdua?” ucap Michael sambil menoleh pada Tari yang wajahnya tampak pias. 

Tari menggeleng sambil menangkupkan kedua tangan di depan dadanya. Kemudian dia mencoba memberikan pemahaman pada lelaki itu. 

“Maaf El, aku sekarang sudah menikah! Kalau mau bicara, silakan bicara saja sekarang di depan suamiku!” ujarnya. Sontak mata bule itu menoleh kembali ke arah Andra. 

“Apakah dia lelaki itu?” tanya Michael seperti sedang memastikan sesuatu. Tari mengangguk sambil tetap menunduk. Perasaannya sudah tak karuan sekarang, terlebih melihat wajah Andra yang berubah tidak enak dipandang. 

“Congrats, Bro!” Michael menoleh pada Andra sambil menarik garis senyum pada bibirnya. Kemudian dia mengeluarkan satu buah kartu nama dari balik sakunya. Dia ulurkan pada Andra sambil tersenyum. 

“If you need some support! Cari saya di nomor ini! I will try my best for her!” ucapnya sambil menoleh pada Tari. Bahasa Indonesia yang masih logat keinggris-inggrisan bercampur dengan Bahasa dari negaranya masih terlihat sangat kental. 

Andra mengambil kertas kecil yang disodorkan lelaki itu. Dia menyipitkan mata ketika melihat nama yang tertera di sana. Belum sempat dia berkata apa-apa pada lelaki itu. Michael sudah memutar tubuhnya meninggalkan mereka. 

Andra menggenggam kartu nama tersebut dan memasukan ke dalam sakunya. Kemudian kembali menyuap makanan yang belum selesai mereka santap. Tari yang duduk di sampingnya tetap menunduk seolah merasa bersalah karena ada hal yang masih ditutupinya. 

Kumandang adzan isya menghentikan aktivitas mereka. Andra dan Tari bergegas menuju ke masjid untuk melaksanakan shalat isya dan tarawih berjamaah. 

*** 

Marni meminta Ivana untuk menginap di rumahnya. Wanita berparas cantik itu mengangguk sambil tersenyum begitu manis membuat mata Hans tidak berhenti berkedip memandangnya. Sementara sang istri sedang sibuk dengan Rana putra kedua mereka, sementara Rani---putri pertamanya tidak ikut karena sedang ada kegiatan di sekolahnya. 

“Hans, tolong segera urus pemberhentian Andra! Mama mau tahu berapa lama mereka bisa bertahan dalam hidup susah! Mama yakin wanita itu hanya memanfaatkan kelemahan Andra … terlebih dia memiliki masa lalu yang buruk juga! Karena itu dia tetap bertahan meskipun mama perlakukan dia sedemikian rupa!” ujarnya sambil mengelap bibirnya dengan tissue. 

“Iya, Ma! Tapi mama yakin akan tega melihat anak bontot Mama menderita?” Hans menarik satu alis memastikan. 

Marni mengangguk. Sekilas senyum tersungging meskipun kemudian lenyap kembali. 

“Apapun akan mama lakukan agar Andra kembali dan meninggalkan wanita rendahan tersebut!” ucap Marni pasti. 

“Keturunanku tidak layak bersanding dengannya, apalagi memiliki garis penerus dari rahimnya!” ucap Marni lagi. 

“Baik, Ma! Besok Hans akan urus semuanya! Hans akan pastikan dia tidak akan mendapatkan uang pesangon maupun uang pisah dalam akhir masa kerjanya! Hans akan menuruti keinginan mama!” ucap lelaki itu sambil menyuap salad pada piringnya. 

“Kalau Papa kalian masih hidup, pasti dia akan mendapat dukungan penuh darinya! Namun sekarang siapa yang akan membelanya, tidak ada! Andra harus kembali dan meninggalkan wanita parasit itu!” ucapnya. 

“Ya, dulu kami sampai berfikir apakah kami ini bukan anak Papa lho, Ma! Jika berbicara dengan Papa, maka semua untuk Andra, semua untuk Andra, semua untuk Andra … Mela sama Mas Hans sampai berfikir untuk test DNA Ma, apakah kami ini anak kandung Papa atau bukan!” celetuk Melati yang sedang menyuapi Caca putri pertamanya. 

Marni melirih sekilas ke arah Ivana yang masih menunduk mengaduk-aduk makanan dalam piringnya. Seperti ada hal yang sedang dia pikirkan. Dia tidak menyahuti lagi aduan Melati karena tidak enak pada Ivana. 

“Iva, Sayang! Kamu kenapa? Makananya dihabisin, dong!” ujar Marni sambil menepuk lembut punggung tangan gadis manis yang duduk di sebelahnya. 

“Iya, Ma! Tapi sudah kenyang!” ucapnya sambil memasang senyum. Mata Hans tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menangkap pemandangan indah itu. 

“Iva nanti tidur di kamar Andra saja, mama sudah suruh Bi Inah siapkan!” ucapnya. 

Ivana mengangguk. Entah apa yang ada dalam benak gadis itu sehingga tetap bertahan meski dia tahu jika lelaki yang dulu hendak dijodohkannya bahkan sudah menikah gadis lain. 

“Ma, Hans juga mungkin akan menginap di sini!” ujar Hans setelah mendengar jika gadis yang sejak tadi dia perhatikan menyetujui ajakan mamanya untuk menginap.

“Katanya gak bisa nginep, mama belum beresin kamar kalian!” ujar Marni sambil menoleh ke arah putra pertamanya. 

Sejak kecil Hans sama Melati sangat dekat dengannya, sementara Andra lebih dekat dengan ayahnya. Karenanya Marni selalu memanjakan Hans termasuk tidak akan menolak semua keinginannya. 

“Hmmm!” Hans menggumam. 

“Ya udah mama nanti suruh Bi Inah buat beres-beres!” ujar Marni sambil berdiri dan melangkah pergi untuk mencari Inah---pembantunya. 

“Permisi, saya ke kamar dulu!” Ivana juga beridiri mengejar langkah sang calon mertua. Setiap lenggok tubuhnya tak luput dari tatapan mata Hans yang sejak tadi mencuri-curi pandang terhadapnya. 

Related chapters

  • Bukber di Rumah Mertua   Bab 4

    Hans melemparkan satu lembar kertas pemecatan di depan Andra --- sang adik. Kedua tangan Andra mengepal erat.“Bang, bukannya waktu di rumah, kalian setuju aku mengundurkan diri?” Andra menahan emosi. Hans menyeringai merendahkan.“Itu, kemarin! Ini hari ini! Kamu dipecat tanpa pesangon!” ujarnya tersenyum puas.“Aku tidak melakukan kesalahan apapun dan Abang tidak bisa mengkategorikanku ke dalam pelanggaran kesalahan berat!” Gigi Andra gemelutuk menahan kesal.“Oh, jadi tanpa surat keterangan kerja dari sini kamu takut tidak bisa mencari pekerjaan lain di luar sana?” Hans seolah sengaja hendak membuat Andra kesal.“Aku hanya meminta hakku, Bang! Perusahaan ini didirikan ayah bukan untuk berbuat semena-mena!” pekik Andra dengan mata menatap tajam pada sang Kakak yang saat ini menjabat sebaga

    Last Updated : 2021-11-09
  • Bukber di Rumah Mertua   Bab 5

    BUKBER DI RUMAH MERTUA (5)Hastari tersandar lemas pada sofa. Sepeninggal wanita itu, pikirannya seakan carut marut. Terlebih wanita itu menunjukkan beberapa foto kebersamaannya dengan sang suami. Memang sangat jelas juga itu adalah foto Andra sewaktu kuliah dulu. Namun apakah benar Andra bisa berbuat serendah itu? Menghamili seorang wanita kemudian meninggalkannya?Hastari teringat betul sosok Andra yang kalem, santun dan tampan itu dengan gaya khasnya waktu kuliah dulu. Mereka kuliah dalam satu kampus yang sama tapi beda tingkatan. Pada waktu Hastari naik ke semester tiga, Andra sudah berada pada semester akhir kuliahnya.“Tari, ayo ikut!” Rara menarik tangannya yang sedang menawarkan jualan online pada teman sekelasnya.“Kemana, Ra?” Hastari bertanya sambil membereskan aksesoris gawai yang tadi dia hamparkan di meja.“Udah

    Last Updated : 2021-11-09
  • Bukber di Rumah Mertua   Bab 6

    Nyonya Zumarnis alias Marni tengah duduk pada sofa di ruang tengah rumahnya. Di tangannya menggenggam gawai. Dia tampak sedang berbicara dengan seseorang.“Hans, apa semua berjalan lancar?”Salah satu kakinya menumpang. Tubuhnya bersandar santai.“Sudah, Ma! Andra sudah dipecat tanpa pesangon!”Terdengar suara dari seberang telepon menjawabnya.“Apa kamu tidak coba membujuknya Kembali?”“Sudah, Ma! Mama tahu sendiri ‘kan Andra gimana? Didikan Papa yang melekat dalam otaknya susah hilang! Dia tetap lebih memilih wanita itu!"“Lagi satu,

    Last Updated : 2021-11-22
  • Bukber di Rumah Mertua   Bab 7

    Alhamdulillah akhirnya bisa update lagi. Yuk ajak temannya buat tapi love pada cerita ini. Love kenceng, daily update, ya! ???DIPANDANG SEBELAH MATA (7)Belum apa-apa hati Tari sudah terasa nyeri. Berarti wanita itu tidak mengada-ada. Bahkan suaminya sendiri pun mengakui pernah ada hubungan dengan wanita itu.“Kenapa diam?”Andra memperhatikan raut wajah istrinya yang tiba-tiba berubah. Wanita itu menggeleng. Ada tetesan bening yang berjatuhan di pipinya.“Aku mau ke kamar dulu … capek, Mas!” Wanita itu beringsut berdiri meninggalkan suaminya.“Sayang!”Andra memanggilnya, tetapi Tari tidak lagi menoleh dan langsung menghilang dibalik pintu kamar. Andra tepekur sendirian.“Ada apa dengan Tari? Kenapa dia seperti itu?&rd

    Last Updated : 2021-11-26
  • Bukber di Rumah Mertua   Bab 8

    Namun ketika pintu kaca diketuk, wajah Andra terasa memanas menatap seseorang yang sedang bersama Asril di sana.Seringai merendahkan itu terlontar seketika, bahkan sebelum ada tegur sapa.“Tuan Andra yang terhormat, apakah gerangan yang membawa Anda kemari? Apakah Anda sedang mencari pekerjaan?” Hans menyeringai sambil bersedekap penuh kesombongan.Asril yang hendak menyapa mendadak salah tingkah. Dia hanya mematung menatap perubahan raut wajah Andra.“Bapak Hans, saya bermaksud bertemu dengan rekan saya---Pak Asril, bukan dengan Anda!” Andra masih mencoba melindungi harga dirinya. Meskipun memang benar apa yang dituduhkan oleh Hans---kakaknya.Hans tertawa. Ke

    Last Updated : 2021-11-26
  • Bukber di Rumah Mertua   Bab 9

    DIPANDANG SEBELAH MATA (9)"Astagfirullah ...."“Kemana istriku, Ya Allah?”Andra masih terduduk lemas di lantai dapur sambil bersandar pada dinding rumahnya ketika terdengar derit pintu depan. Dia bangkit dan berjalan gontai menuju ke ruang tengah.“Assalamu’alaikum!”“Wa’alaikumsalam!”Mata Andra membulat. Dia memburu wanita dengan gamis krem yang berdiri sambil menenteng plastik di tangan kanannya. Andra berhambur memeluknya.“Sayang, kamu habis dari mana?” Andra mencakup kedua pipi istrinya setelah melepas pelukannya.“Maafin aku, Mas! Aku habis dari rumah ibu! Tadi aku coba hubungi kamu tapi gak diangkat terus!” ucap Tari tampak merasa bersalah.“Kamu habis dari rumah Ibu? Kenapa Ibu?” An

    Last Updated : 2021-11-29
  • Bukber di Rumah Mertua   Bab 10

    Hans berdecak kesal. Dia melempar gawai mahalnya sembarang. Emosinya bukan tanpa alasan melainkan setelah mendapat info dari Sesil sore tadi.[Mas Hans, nomor istrinya Andra sejak siang gak bisa dihubungi! Sudah kukirim foto yang tadi itu tapi hanya centang satu sampai sekarang!] tulis Sesil.[Coba lagi nanti! Terus ponsel Andra masih ada di kamu ‘kan? Kasih ke saya nanti!] balasnya.[Aku cuma ambil nomor istrinya saja, setelah itu ponselnya kubuang di pinggir jalan depan kantor tadi! Aku takut terlacak dan disangka maling nanti!] tulis Sesil.[Sesil, kenapa harus dibuang … kan bisa tinggal copot sim cardnya saja sama matikan gps!] geram Hans.[Gak ada bayaran untuk mengambil

    Last Updated : 2021-12-02
  • Bukber di Rumah Mertua   Bab 11

    “Ya Allah, semoga Mas Andra bisa menerima penjelasanku tentang Hans, di masa laluku! Namun kalau dia marah, lalu tidak terima dengan semua ini?”Setelah hatinya merasa yakin. Tari mulai berbicara.“Mas … Mas … aku mulai ceritanya, ya!”Namun masih sepi, tidak ada sahutan.“Mas ….” Tari menepuk lembut pipi Andra. Rupanya lelaki itu tertidur di pangkuannya.Tari menatap wajah sang suami, tampak bulu-bulu janggut halus yang tumbuh di sekiatr dagu itu mulai memanjang. Wajahnya tampak tenang dan sudah semakin dewasa sekarang.Ada perasaan hangat dalam hati Tari ketika membayangkan semua kenan

    Last Updated : 2021-12-07

Latest chapter

  • Bukber di Rumah Mertua   Bab 31-Extra Part

    Marni tengah duduk di salah satu restoran ternama. Sudah beberapa bulan terakhir dia ikut pengajian bersama Tari dan Aisha. Dia mulai belajar memakai penutup aurat yang dulu dipakainya hanya sekedar mengikuti trend mode. Kini dia melakukannya dengan keinginan untuk hijrah. Marni yang dulu sudah lenyap bersama teguran-teguran beruntun yang diterimanya.“Ma, maaf kami baru datang!” Andra datang bersama sang istri yang perutnya sudah mulai membesar. Kini kehamilan Tari sudah menginjak bulan ke Sembilan. Hari perkiraan lahirnya bahkan sudah terlewat dua hari.“Iya, gak apa-apa!” Marni menoleh pada sang anak menantu.“Mbak Mela belum sampe, Ma?” Andra menarik satu kursi untuk sang istri. Marni menggeleng kepala.“Belum, kakakmu tadi WA

  • Bukber di Rumah Mertua   Bab 30

    BUKBER DI RUMAH MERTUA (30)Waktu bergulir cepat. Beberapa hari dilalui dengan baik. Progress internal audit dengan menggunakan jasa konsultan terpilih membuahkan hasil. Banyak sekali abnormal dan penyelewengan wewenang dari dua departemen itu yang dibongkar.Andra saat ini tengah meminta bagian HRD untuk mengurus semua proses pemberhentian dua orang bermasalah itu ke PHI.“Maafkan saya … semua harus saya lakukan agar ratusan karyawan saya yang jujur bisa terus bertahan!” gumam Andra dalam dada setelah menutup gagang telepon.Bukan hal mudah baginya Ketika harus mem-PHK dua manager baru tersebut. Namun sebagai pucuk pimpinan memang harus tegas. Andra sadar jika laju perusahaan kini sepenuhnya akan mengikuti hasil keputusannya. Terlebih beban utang yang

  • Bukber di Rumah Mertua   Bab 29

    (29)Obrolan ringan berlanjut. Hingga terdengar suara MC yang membuka acara. Semua mata kini terarah ke atas panggung. MC memanggil kedua calon mempelai yang akan bertukar cincin.Tampak dari salah satu sudut panggung seorang lelaki bertubuh jangkung. Rambutnya berwarna putih pucat, langkahanya mengayun tegap. Hidung mancung dan lesung pipi sebelah kirinya menambah indah mata yang menatapnya. Seulas senyum terus terkulum ketika tampak dari arah berlawanan seorang wanita berkerudung lebar menghampirinya.“Wah, inilah ta’aruf modern, Pemirsa! Di mana tidak hanya seorang yang mengerti agama dan hukum Islam yang melakukannya, tapi seorang muallaf pun bisa! Applause untuk sang calon mempelai pria!” ujar MC memandu acara.Riuh tepuk tangan Ketika lelaki bule it

  • Bukber di Rumah Mertua   Bab 28

    (28)Andra sudah berada di lorong rumah sakit Hasanudin. Langkahnya terayun cepat, khawatir setengah mati jika sang istri terluka berat.Namun matanya memicing, menangkap sosok yang baru saja keluar dari poli kandungan. Iya, wanita itu Sesil. Tampak berat membawa beban di perutnya. Andra mengurungkan niat untuk menyapanya tapi wanita itu melihatnya.“Mas!”Dengan perut yang sudah membesar wanita itu berjalan menghampirinya. Andra menarik napas panjang. Bagaimana ceritanya, sehari ini bertemu dengan dua orang dari masalalunya.“Kamu sedang check kandungan?” Andra menyapa Sesil karena sudah kadung bertemu. Wanita itu mengangguk.“Iya, Ma

  • Bukber di Rumah Mertua   Bab 27

    “Mari silakan, masuk, Dok!” Tari mempersilakan dokter cantik itu masuk.Dokter wanita itu berjalan mengikuti Tari. Belum sempat melakukan pemeriksaan apa-apa, Inah muncul.“Neng, ini tespecknya! Eh sudah manggil dokter juga?” tanyanya.“Mama yang panggilin, Bi!” ucap Tari.“Alhamdulilah!” Netra Inah berkaca-kaca mendapati jika sang majikan mulai memperhatikan menantunya.Tari tersenyum. Ada perasaan berbunga juga di hatinya. Ternyata semua kejadian kemarin ada hikmahnya. Kini Marni seperti sudah mulai bisa menerimanya.Dokter tersebut mulai melakukan pemeriksaan. Beberapa pertanyaan diajukan. Kemudian setelah mendapatkan diagnosa

  • Bukber di Rumah Mertua   Bab 26

    (26)Andra tengah berkutat dengan memaksimalkan kembali kapasitas produksi. Butuh kerja keras ekstra untuk bisa beroperasi secara normal. Cashflow perusahaan kini tidak stabil.“Pak, Andra … karyawan kita ada yang kecelakaan kerja! Kondisinya cukup parah! Lalu ada yang aneh juga dengan pergerakan beberapa proyek yang existing, harga jual makin tidak seimbang dengan harga produksi ditambah biaya overhead!” Keano seorang GM yang baru saja dipekerjakan kembali setelah posisinya kemarin digantikan Ivana untuk sementara memberikan laporan.“Pak Kean … apakah menurut Anda ada hal abnormal di sini?” selidik Andra.Dia mencoba meminta pertimbangan orang yang sudah cukup lama bekerja di perusahaan Herlambang Grup itu. 

  • Bukber di Rumah Mertua   Bab 25

    (25)Andra memijat pelipisnya. Satu cangkir teh hangat buatan sang istri menemani sore yang terasa penat itu. Permasalahan yang dibuat Hans ternyata cukup rumit. Dia meminjam uang atas nama perusahaan dengan nominal yang sangat besar. Sementara orderan dari beberapa customer sudah banyak yang beralih ke perusahaan lain. Beberapa penurunan kualitas dari produksi dan delivery cukup berpengaruh terhadap kestabilan order.“Mas, apa ada masalah?” Tari keluar dari dalam rumah menghampirinya yang tengah duduk di teras.Andra menoleh pada sang istri dan memasang senyum termanisnya.“Sedikit!” ucapnya. Meskipun sebetulnya hatinya menentangnya, karena itu bukan masalah yang sedikit sebetulnya.

  • Bukber di Rumah Mertua   Bab 24

    (24)"Ibu Anda mengalami gegar otak ringan ... lebih baik dirawat dulu di sini sambil melihat perkembangan kondisinya!" Dokter Harun menjelaskan pada Andra yang duduk di depan meja kerjanya."Apakah bisa pulih seperti sedia kala, Dok?" tanya Andra. Seburuk apapun perlakuan Marni, tidak akan ada yang bisa mengubah hubungan darah antara Ibu dan anak. Andra tetap berharap sang ibu baik-baik saja."Semoga! Kami akan melakukan perawatan terbaik sambil melakukan observasi atas kondisi kesehatannya!" ujar Dokter Harun lagi."Baik, makasih, Dok!"Andra berjalan keluar dari ruangan dokter Harun. Langkahnya tertuju pada dua ruang rawat yang berdampingan. Satu kamar terisi oleh Melati---kakak keduanya, sem

  • Bukber di Rumah Mertua   Bab 23

    (23)“Hallo, Ma! Assalamu’alaikum!”Andra mengangkat panggilan masuk dari Marni.“Wa’alaikumsalam! Andra, besok tolong datang ke rumah! Ada hal yang mau mama bicarakan!”“Hal apa, Ma?”“Datang saja lah dulu! Mama tunggu!”Panggilan diputusnya begitu saja.“Mama, Mas?”Tari menoleh.“Iya!”“Ada apa?”“Besok kita di suruh ke rumah, oke kan, Sayang?”Tari mengangguk. Andra mengusap lembut pucuk kepala Tari. Satu kecupan mendarat pada dahi sang istri.“Belum keramas, ya?” goda Andra sambil mengkerutkan hidungnya.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status