Seperti janji Saga kemarin mereka akan pergi ke rumah Jatmiko, Bapaknya Arana. Selesai sholat shubuh Arana sudah menelfon Raka, mengatakan kalau dia akan datang ke rumah. Karena hari ini minggu Raka juga ada di rumah. Raka mengatakan dia akan menjemput kekasihnya agar bisa berkenalan dengan Arana. Saat sarapan Arana tidak melihat Saga. Bibi mengatakan kalau semalam Saga pergi lagi setelah Arana tidur. Ada sedikit rasa kecewa dan kesal di hati Arana karena merasa di bohongi. Tapi saat dia hendak kembali ke kamarnya, sebuah notifikasi pesan masuk di ponselnya berisi pesan dari Saga, agar Arana menunggu sebentar karena Saga masih di perjalanan untuk pulang. Selesai sarapan dengan sabar Arana duduk di kursi teras menunggu Saga pulang. Sembari menunggu Arana memeriksa ponselnya, Lagi-lagi pesan masuk dari nomer yang beberapa hari ini membuatnya tidak tenang. +62********78[Sebuah foto untuk mengawali harimu.]Isi pesan dengan sebuah foto yang menunjukkan Saga keluar dari sebuah kafe den
"Ibu sudah bilang sama kamu kan? Ibu tidak akan merestui kamu jika kamu ingin kembali bersama Saga" tegas Lastri memandang tak suka pada Saga. "Iya Bu. Aku dan Mas Saga hanya menunggu dua bulan lagi. Setelah itu kami akan benar-benar berpisah." jawab Arana "Kami sepakat untuk tidak lagi bertengkar selama menunggu perpisahan. Kami sudah saling memaafkan Bu" tambahnya menjelaskan. Dia tidak tega melihat Ibunya memperlakukan Saga dengan kasar. "Kamu nggak bohong kan?" Lastri menatap Arana dalam mencari kebenaran dari sorot mata Arana. Arana tersenyum, "Nggak Bu. Arana gak bohong." ucapnya. "Oh begitu. Ibu pikir kamu mau kembali bersama dengannya itu sebabnya Saga ikut kamu kesini" kata Lastri lebih tenang. "Nggak Bu. Mas Saga ngater Arana agar Mama sama papa gak berpikir kami ada masalah." terang Arana ke Ibunya.Tanpa Arana sadari semua penjelasannya membuat hati seorang Saga terluka. Dia ingin sekali membantah, tapi kenyataannya memang seperti itu. Mereka memang sudah sepakat unt
Semenjak kejadian Saga terjatuh dari pohon, Saga menjadi sangat manja pada Arana. Dia seperti orang yang terluka parah yang tidak bisa melakukan apa-apa. Saga terus menerus memanggil Arana untuk meminta tolong, mulai dari minta di suapi saat makan, mengambilkannya minum, meminta ditemani saat mengerjakan pekerjaan kantornya, dan yang paling membuat Arana jengkel meminta Arana membantunya memakai baju. "Mas manja banget sih." Arana menggerutu kesal menanggapi sikap manja Saga. "Mas bisa mandi sendiri, kenapa pakai baju gak bisa? Yang sakit kaki Mas bukan tangan nya" omelnya karena sudah merasa jengah dengan sikap Saga. "Sebenarnya aku gak bisa Rana, tapi terpaksa karena kamu pasti gak mau mandiin aku kan?" Saga memberi alasan. "Lagian Mas kayak gini karena siapa? Harusnya kemarin itu kamu dengerin aku! Gak perlu pakai acara manjat pohon segala" cibir Saga agar Arana merasa bersalah. Arana menghela nafas lelah. "Iya aku yang salah. Maaf" ucap Arana sambil mendesah. Meskipun kesal Ar
"Kemarin malam aku gak bisa tidur. Kalau malam luka di kakiku sakit sekali. Malam ini tolong kamu tidur disini temani aku!" pinta Saga saat Arana hendak beranjak berdiri setelah selesai menyuapinya. Sontak mata Arana membulat, "Hah. Maksudnya" Arana melebarkan matanya terkejut. "Coba Mas ulangi tadi gomong apa?" Arana memastikan kalau dia tidak salah dengar. "Kalau malam kakiku sangat sakit se ka li. Malam ini tolong kamu temenin aku tidur disini" Saga mengulangi kalimatnya dengan nada yang di buat buat. "Mas jangan aneh-aneh deh!" Arana memperingatkan Saga. "Gak ada yang aneh, Rana. Kan sudah biasa suami istri tidur satu kamar," ucap Saga santai "Seorang istri bukannya harus merawat suaminya yang sakit. Apalagi sakitnya karena istrinya tersebut" lanjut Saga sambil sibuk mengetik di laptopnya tanpa melihat Arana yang sudah gemas ingin memukul kepala Saga. Arana menghela nafas panjang lalu menghembuskan nya perlahan untuk menghilangkan emosi yang sudah hampir meledak."Mas Sagara
Sekitar pukul 5 pagi Arana terbangun dari tidurnya. Dia memperhatikan sekelilingnya, dia teringat jika semalam dia tidur dengan Saga. Arana menoleh kesamping nya. Kosong, Saga tidak ada. Ternyata dia tidur sendirian terlihat dari tidak ada bekas sprei berantakan pertanda semalam tidak ada yang berbaring di atasnya. Arana menghela nafas sepenuh dada. Ada rasa kecewa yang entah kenapa ada rasa sesak di dadanya. Arana beranjak bangun dan kembali ke kamarnya. Sebuah notifikasi pesan masuk ke ponselnya ketika Arana sedang menikmati sarapan paginya sendirian. "Lagi" gumamnya pelan lalu melanjutkan menikmati sarapannya. Arana menghela nafas untuk yang kesekian kali sepanjang pagi ini. Tiba-tiba nafsu makannya hilang, perutnya terasa kenyang. Dengan malas Arana meletakkan sendok dan garpu di atas piring yang masih berisi nasi goreng seafood buatan Bi Sarti. Entah kenapa rasa sesak yang tadi sudah hilang muncul kembali di dadanya. Arana beranjak bangun dan menaiki tangga kembali ke kamarn
"Keysa. Sedang apa kamu di kamarku?" Arana menoleh kearah suara itu berasal, terlihat Rendra berdiri menatapnya di tengah pintu kamarnya. "Hah" Arana terkejut, tanpa sadar menjatuhkan foto-foto yang di pegang nya menjadi berhamburan di lantai kamar. Rendra panik saat melihat foto-foto yang terjatuh di lantai. "Ini tidak seperti yang kamu pikirkan key" kata Rendra sambil berjalan mendekat dan berhenti dua langkah didepan Arana. "Memang apa yang aku pikirkan?" tanya Arana ke Rendra yang terlihat panik. "Katakan! Apa semua bukti ini masih bisa kamu sangkal" tantanngnya. Rendra terdiam. Dia seperti kebingungan untuk menjelaskan atau mungkin sedang mencari alasan untuk berbohong. "Kamu yang mengirim foto-foto ini kepadaku empat tahun yang lalu kan?" sungut Arana geram "Apa jangan-jangan kamu juga yang beberapa hari ini mengirim foto-foto Mas Saga dengan sekertaris nya?" tuduh nya penuh selidik yang membuat Rendra terlihat gugup dan bingung dalam waktu yang bersamaan. "Gak. Bukan aku.
Sepulang dari rumah mertuanya Arana mengurung diri di kamarnya. Dia tidak mau keluar kamar ketika ada Saga di rumah. Arana akan sarapan lebih awal sebelum Saga datang. Dan bergegas naik ketika mendengar mobil Saga tiba, biasanya Saga akan pulang jam 7 pagi dan langsung menuju meja makan untuk sarapan. Arana berasalan masih ngantuk dan ingin kembali tidur karena bergadang menyelesaikan desainnya. Sama halnya saat makan siang Arana akan makan lebih awal sebelum Saga pulang lalu naik ke atas beralasan mengantuk. Dia akan berpura-pura tidur jika Saga memaksa untuk masuk ke kamarnya. Awalnya Saga berpikir Arana sedang lelah dan benar-benar tidur bukan sedang menghindarinya. Namun setelah satu minggu Saga merasa curiga mengapa Arana seperti tidak mau memperlihatkan dirinya didepan Saga. Arana juga sering mengunci pintu kamarnya ketika Saga di rumah dan selalu berpesan pada bibi kalau dia sedang tidur. Kesabaran Saga sudah habis. Sudah satu minggu Arana bermain kucing-kucingan dengannya.
Siang ini Saga tidak pulang karena Saga harus menemani kliennya makan siang sekaligus meeting untuk kerja sama mereka di restoran hotel. Saga melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya lalu meminta undur diri pada kliennya dengan alasan karena masih ada pekerjaan yang harus dikerjakan. Saat berjalan menuju parkiran sebuah notifikasi pesan masuk ke ponselnya berisi satu foto dengan sebuah kalimat yang membuat rahang Saga mengeras. 08*******976[Sebuah percikan api cinta persahabatan.]Didalam foto terlihat seorang wanita di peluk oleh seorang laki-laki yang Saga kenali bernama Ryan sahabat Arana. Foto diambil dari sisi samping, sehingga wajah sang wanita tidak terlihat tapi dari baju dan tas yang di pakai, Saga tahu itu milik Arana. "Langsung pulang" Perintah Saga pada sopir nya. "Kamu balik sendiri ke kantor. Tunda dulu semua meeting hari ini" perintahnya pada Maya sekertaris nya yang baru saja memasang Seat belt di kursi penumpang di samping sopir. "Apa lagi yang