Prolog
“Nanti malam menginap lagi denganku, ya!” ajak pria yang tak mengenakan pakaian atas pada seorang gadis yang sedang menjadikan dadanya sebagai bantal yang paling ternyaman.
Meski mulutnya sedang bertanya, mata dan tangannya terfokus pada benda pipih tipis berukuran besar persegi empat panjang yang berwarna hitam.
Lengan gadis yang dia tanya pun menyingkirkan tablet bermerk apel digigit yang pria itu pegang. “Bukan kata itu yang aku inginkan, Jeremy!”
Gadis ini protes, bosan mendengar ajakan menginap atau ajakan bercinta. “Aku maunya kau bertanya, ‘Maukah kau menikah denganku Manda!’” Seperti layaknya gadis-gadis lain Amanda yang sudah bertahun-tahun menjalin hubungan dengan pria bernama Jeremy ingin juga dilamar oleh kekasihnya itu, sayang hubungan mereka tetap hanya pacar, tidak ada kemajuan jadi tunangan atau suami istri.
“Nanti, ya!” Selalu ini yang Jeremy katakan saat Manda yang melamarnya lebih dulu.
“Nanti-nanti. Nanti sampai kapan? Sampai aku hamil atau sampai kamu kenyang meniduri gadis di luaran sana hah?” tanya Manda sedikit emosi. Dia tahu kelakuan pacarnya yang brengsek itu, sayangnya dia menyayangi pria bajingan ini.
“Sabar Manda, aku masih sibuk kerja!” Jeremy pebisnis muda yang memiliki ambisi tinggi, dia pewaris konglomerat dan salah satu crazy rich indonesia.
“Sibuk kerja sampai lupa pacar. Kalau hal seperti ena-ena saja tidak lupa.” Selalu hal ini yang Manda keluhkan, dia sering diabaikan oleh Jeremy yang terlalu sibuk bekerja dan bersenang-senang dengan banyak gadis.
Entah pelet apa yang Jeremy pakai untuk memikat Amanda sehingga sulit lepas darinya, yang jelas Manda meleleh kalau Jeremy bersikap romantis. Hal minus dari Jeremy adalah terlalu sibuk bekerja dan mudah diajak ke keburukan oleh sahabat-sahabatnya. Hal unggul dari Jeremy adalah sangat kaya raya, menuruti apa yang Melda mau dan sangat romantis jika mereka tengah bersama.
“Makanya ikut denganku ke manapun agar tidak ada wanita yang disuguhkan pebisnis lain padaku.” Bagaimana tidak tergiur tidur dengan gadis bayaran, kolega-koleganya setiap kali meeting pasti menyuguhkan makanan penutup gadis-gadis cantik, sayang jika Jeremy lewatkan.
Manda berharap kebiasaan buruk itu segera hilang dari Jeremy sehingga nanti saat berumah tangga tidak lagi berbuat nakal. “Aku mana bisa ikut, papa pasti tidak akan mengizinkannya.”
“Maka tunggu aku, ya!”
Manda mendongakkan kepalanya. “Tunggu sampai kapan, kamu sudah punya segalanya, aku juga.”
“Sampai perusahaanku semakin besar dan buka cabang di berbagai negara.”
“Alah basi!” Manda membuang muka, tak mau menatap Jeremy kekasihnya.
“Apa rasa cintaku yang begitu besar tidak bisa kau lihat?” tanya Jeremy mengeluarkan kata gombalannya, pasti Manda akan meleleh mendengar ini.
“Pret!”
Jeremy mengusap punggung Amanda yang tak tertutup apapun, dia pun berbisik. “Apa lagi bukti cinta yang mau kau dapat dariku, Sayang?” bisikan manja itu menghasilkan embusan napas Jeremy yang hangat dan membangunkan bulu kuduk Melda.
“Aku mau berlian model terbaru!” Ini permintaan Manda, dia pecinta berlian.
“Berlianmu sudah sangat banyak, Manda. Tidak yang lain saja?” tanya Jeremy, dia bosan membelikan berlian.
“Tidak mau, pokoknya antar aku beli berlian setelah ini.”
“Satu ronde lagi dulu, ya?” tanya Jeremy sambil mengecup tengkuk Manda, gadis itu jadi kegelian, hasratnya mendadak melejit.
Daripada kembali digempur Jeremy yang tak cukup hanya satu ronde, Manda mau kabur cari alasan saja. “Dasar Bastard. Aku pergi saja sendiri, beli pake uang sendiri juga bisa, wle!”
“Manda ….!”
BAB 1 Dunia Terbalik
“Awas!” kata Seorang gadis lantaran tubuhnya keberatan tertindih seorang pria yang nyatanya kekasihnya sendiri. Semalam mereka telah beradu keringat dan telah membuat kamar hotel menjadi sangat berantakan.
“Aku masih ingin melakukannya lagi, Manda!” rengek pria ini sambil bergelayut manja, tidak ada niatan turun sama sekali dari tubuh sang gadis.
“Awas Jeremy ish.” Gadis yang disapa dengan sebutan Amanda mendorong pacarnya sekuat tenaga, sayang tenaganya tak sebanding dengan sang kekasih.
“Tidak mau. Aku mau minta lagi!” rengek Jeremy, bahkan penyatuan mereka sama sekali tidak pria ini lepaskan, menyebalkan bukan?
“Jangan merengek seperti anak kecil, Jeremy!” Manda saja masih merengek seperti bayi, di sini ada yang lebih manja darinya. Jeremy memang manja, tapi pada Amanda saja.
“Aku mau pergi ke luar negeri dan akan memakan waktu selama satu bulan, nanti aku kangen sentuhanmu, kangen naena denganmu, kangen pelukanmu dan ka–” Ucapan Jeremy terhenti lantaran jari telunjuk Amanda sudah menempel di bibirnya.
“Ssstttt …. Pergi saja sana!”Jeremy ingatnya yang mesum-mesum saja, giliran ulang tahun Amanda tidak pria itu ingat, padahal Amanda sebentar lagi akan berulang tahun.
“Kau mengusirku? Ikut denganku saja, Yuk?” ajak pria ini agar ada solusi, sayang pasti ajakannya ditolak Amanda.
“Tidak bisa, aku kan punya tanggung jawab di MND TV.” Meski Manda doyan meninggalkan tugas kantor, dia tidak berani pergi sampai ke luar negri jika MND TV sedang sibuk-sibuknya. Banyak acara yang tamat dan banyak acara yang baru.
“Tanggung jawab? Kaya yang iya aja.” Jeremy meremehkan Manda, si manja itu kan biasanya kang suruh dan marah-marah, pergi ke kantor saja setiap hati telat, jarang on time.
“Ishh …. Jangan meledekku.” Manda tak terima, dia pelan-pelan belajar jadi bos yang baik kok, salah sendiri papanya terlalu memanjakan Amanda, efeknya gadis ini jadi sangat manja dan bergaya bos.
“Kalau tak mau diledek ayo lakukan lagi!” ajak Jeremy sambil mengedipkan sebelah matanya, dari tadi dia membuat Manda keberatan, sekarang malah minta ronde ke dua.
“Jeremy …. Maukah kau menikah denganku?” tanya Amanda, bukannya menjawab ajakan Jeremy, dia ajak balik pria itu untuk ke jenjang yang lebih serius.
“Kenapa perempuan yang melamar laki-laki?” tanya Jeremy sambil mengerutkan keningnya.
“Habisnya kamu tidak kunjung melamarku, jadi biar aku saja yang melamar.”
“Belum dapat restu papamu dan–” Lagi-lagi perkataan Jeremy terpotong gara-gara Amanda.
“Dan apa? Mau menyibukkan diri dulu dengan bisnis.” Selalu saja hal ini, sampai Amanda bosan mendengarnya.
“Itu lagi, itu lagi alasannya.” Manda jadi menghela napas dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.
“Manda!” panggil Jeremy sambil meraih dagu sang gadis, kedua jadinya menggerakkan Amanda agar kembali menatapnya.
“Mau menikah?” tanya Jeremy dan Amanda pun terlihat antusias.
“Mau!” Siapa gadis yang tidak mau sih jika diajak ke jenjang yang lebih serius. Manda juga mau, untuk apa pacaran lama jika ujung-ujungnya cuma main-main saja.
“Tunggu aku pulang, ya! Setelah itu aku minta izin papamu.”
***
“Biii ….!” teriak seorang gadis cantik di sebuah pagi. Tubuh ramping nan moleknya masih meringkuk di bawah selimut. Matanya pun masih terpejam. Untuk beberapa saat, tak ada tanda-tanda orang yang dipanggil datang.
“Bi Ijah!” teriaknya lagi, kali ini lebih keras dari yang pertama.
“Tolong ambilkan minum, aku haus!” Tenggorokannya saat ini kering, mungkin karena terlalu lama tidur. Hawa kamar juga terasa sangat panas dan membuat kulit gadis ini berkeringat. Entah AC dia setel berapa derajat Celcius hingga tak terasa dingin sama sekali.
Gadis itu mengubah posisi yang semula berbaring telentang lurus kini miring ke bagian kanan. “Kok kasurnya enggak empuk, ya?” Ia sedikit merasa asing tidur di kasur ini, kasur miliknya begitu empuk dengan seprai yang lembut dari bahan sutra.
“Ini Bi Ijah ke mana, sih? Lama banget,” keluhnya. Ia ketergantungan pada bantuan orang lain karena sudah biasa dilayani oleh pelayan. Ia cukup memanggil satu kali, pasti sudah ada yang menghampiri. Hari ini jadwalnya Bi Ijah, besok Bi Mumun dan lusa beda lagi. Ia punya beberapa pelayan yang bekerja secara shift untuk memastikan dirinya dilayani selama dua puluh empat jam full.
Karena merasa bosan sekaligus penasaran, akhirnya ia meraba-raba seprai kasur. Rasa kantuk masih bergayut kuat sehingga ia enggan membuka mata. Jemarinya merasakan sesuatu yang asing. Sensasi seprai ini tidak seperti seprai yang biasa ia gunakan, terasa kasar dan tipis. Padahal ia selalu memilih bahan kualitas impor yang lembut dan halus. Siapa pelayang yang berani mengganti pilihan seprai tanpa meminta izinnya? Awas, akan ia hukum orang itu nanti!
Tangannya meraba jauh lagi. Kali ini ia menemukan sesuatu yang menarik. Sebuah benda yang permukaannya tinggi dan terasa keras, namun bukan guling atau pun bantal. Setelah ia raba-raba, benda itu terasa seperti lekukan otot.
Apa? Lekukan otot?
Saking penasarannya, gadis itu membuka kedua netra yang masih lengket dan memfokuskan pandangan. Sepasang mata besar yang indah karena dihiasi bulu mata panjang itu seketika melebar saat menyadari apa yang ada di hadapannya. “Aaaaaa …!” teriaknya kencang karena sangat kaget.
Pemandangan yang terpampang di depan mata terlihat asing. Sangat jelas ia bukan berada di kamarnya. Ukuran kamar ini kecil dan sederhana dengan dinding yang bercat putih. Ranjang yang ia tempati pun kecil. Ke mana belasan boneka kesayangannya? Mengapa tak terlihat satu pun?
“Omaygat …. Omaygat!” Ia atur napas yang memburu. Tiba-tiba jantungnya berdetak begitu kencang saat melihat apa yang ia pegang tadi. Seorang pria tengah tertidur pulas, tepat di sisinya!
“Oh astaga …! Apa pria ini menodaiku?” tanyanya panik. Ia segera terduduk sambil menarik selimut untuk menutup tubuhnya sampai dada.
Jemari lentiknya bergerak membuka selimut untuk memastikan sesuatu. Ternyata ia dalam keadaan memakai baju lengkap. Namun sayangnya, baju yang ia kenakan berbeda. Ia hanya mengenakan kaus berwarna putih dengan bawahan celana bahan yang panjang.
“Tunggu. Kenapa aku tidur pakai baju kek gini? Enggak banget, deh. Iuuhhh!”
Pandangannya bergulir ke samping, ke punggung pria tadi.
“Jangan-jangan semalam dia memperkosaku, lalu pakaianku dia ganti dengan ini. Hiiiih! Pria kurang ajar!” Pikirannya lari ke sana dan kemari, mereka-reka asal muasal kondisi aneh ini. Kepalanya terasa berat dan sedikit pusing.
“Duhh …!” keluhnya sambil memijat pelipis. “Jangan-jangan orang ini ngeracunin gue.”
Mumpung sang pria tengah tertidur, ia segera turun dari kasur untuk menyelamatkan diri. Langkah kakinya terhenti dekat pintu kamar. Jemari lentiknya menekan gagang agar pintu terbuka. Sesaat, ia melirik ke arah pojokan atas dinding kamar. Ternyata ada kamera CCTV.
“CCTV?”
Kecurigaan gadis itu semakin besar. Pikirannya pun langsung kotor. Jangan-jangan ia adalah korban pembuatan film porno. Semalam ia diculik dan diperkosa untuk dijadikan film dewasa. Ia segera keluar kamar. Saat sampai di ruang tengah pun sama, ada banyak CCTV, bahkan di setiap penjuru.
“Oh astaga! Tempat apakah ini?” Kaki jenjangnya pun berjalan cepat melintasi ruangan dan berakhir di ruangan tamu. Ternyata isi perabotan di rumah ini lengkap, namun sayang, tidak ada telepon. Bahkan televisi pun tak ada. Ia bingung bagaimana ia bisa menghubungi polisi jika telepon saja tidak ada.
Ia bergegas memeriksa keadaan melalui jendela. Barulah ia sadar lokasi rumah ini di pinggiran pantai yang sunyi dan terpencil. Tidak terlihat rumah lain di sekitar tempat itu. Langkah kakinya kemudian mengantarnya sampai di ruang tamu. Netranya terpaku pada sebuah kotak berwarna hitam yang tergeletak di atas meja.
“Kotak apa itu?”
Ia pun tertarik untuk membukanya. Ada secarik kertas di dalam kotak itu. Ia penasaran dan membaca tulisan yang tertera dalam surat.
“Selamat datang di acara reality show My Roommate, Amanda. Selamat menjalankan setiap tantangannya!”
Amanda segera mengerti apa yang terjadi. “Papiiiiii ….!” pekiknya dengan kekesalan tingkat tinggi. Teriakan nyaring itu menggaung ke setiap penjuru ruangan.
Amanda pun baru ingat kemarin ia telah menyetujui perjanjian untuk ikut serta dalam acara “My Roommate”, sebuah reality show terbaru buatan perusahaan sang ayah. Acara ini diprediksi bakal mendapat rating terbaik. Sayang sekali, Amanda yang merupakan anak semata wayang dari pemilik MND TV harus menjadi salah satu pemerannya.
“Sial! Kalau tahu gini, aku kemarin nggak setuju.” Amanda meremas rambut dengan frustasi. Apa boleh buat, nasi sudah jadi bubur. Ia terlanjur menandatangani kontrak dengan sang ayah saat itu.
*
Amanda yang merupakan anak pemilik MND TV jelas bebas datang dan pulang kapan saja sesuai keinginannya. Siapa yang berani memarahi gadis itu karena datang terlambat dan sama sekali tidak bekerja? Kegiatannya di kantor cuma wara-wiri dan memarahi karyawan yang lelet saja.
“Yeee jam kerja kok lo malah ke sini sih?” tanya wanita berambut pirang dan berponi, dia pemilik restoran terkenal di Jakarta, dekat dengan gedung MND TV. Amanda kalau bosan di kantor ya pasti kabur ke sini, ada sahabatnya dan ada makanan enak pula, bisa sekalian nongkrong karena tempatnya nyaman dan mewah, sesuai selera mereka.
“Hei gue ke sini tuh mau kasih lo rejeki, eh malah kek diusir, sih?” Amanda rencananya mau pesan beberapa makanan dan minuman, memang belum jam makan siang tapi dia sudah kelaparan habis memarahi karyawan.
“Ditanya malah balik nanya, mana nyolot lagi. Oh Tuhan, kenapa kau beri aku teman seperti dia!” Gadis ini mengusap wajahnya kasar dan duduk di sebelah Amanda.
“Hemmm, jadi lo gak mau punya temen cantik, kaya raya dan baik kaya gue, Diana?” Baik dari sisi mana, kerjaannya marah-marah dan memerintah saja. Mereka berdua ini sama-sama anak orang kaya dan termasuk crazy rick Jakarta.
“Uhuk, uhuk. You always memuji diri sendiri aja!”
“Ngemall, yuk!” ajak Amanda sambil merangkul Diana.
“Ah mulai deh ngeracun hambur-hambur uang.” Baru saja kemarin mereka menghabiskan uang senilai 1 milyar dalam lima jam saja.
“Heii …. Punya black card untuk apa jika tidak digunakan bukan?” Amanda sih memanfaatkan sekali kartu pemberian dari ayahnya, selalu dia gunakan untuk membeli barang-barang branded.
“Ya juga sih.”
Mereka pergi ke store barang branded. Saat itu ada karyawan baru yang belum mengenal Diana dan Amanda. Karyawan tersebut masih gugup melayani pelanggan, dia sampai tidak memperhatikan langkahnya sehingga menginjak sepatu Amanda yang mahal.
“Sial. Kalau jalan lihat-lihat.” Amanda berteriak karena kesal, baru saja dia mau belanja sudah ketiban sial. Para karyawan lama yang sudah mengenal Amanda pun segera mendekat.
“Ma- ma- maaf, Nona!” Gadis berseragam hitam itu pun menunduk takut pada pelanggan VVIP ini.
“Maafkan karyawan baru kami, Nona!” Amanda menoleh pada karyawan-karyawan yang biasa melayaninya itu.
Gadis ini pun menunduk dan melihat sepatu high heelsnya sudah sangat kotor terinjak sepatu karyawan itu yang jelek. “Sial. Sepatu baruku yang mahal ini jadi kotor.”
“Bi- bi- biar saya bersihkan Nona!”
Amanda duduk lalu karyawan itu mengikutinya. “Duduk di bawah dan bersihkan!”
Kaki Amanda tanpa permisi dengan lancang ia taruh di atas lutut sang karyawan. Amanda ingin mempertegas statusnya, dia karyawan VVIP dari kalangan orang kaya dan yang ada di hadapannya ini adalah gadis pelayan yang dari kalangan orang biasa.Harga diri gadis ini seakan dicabik-cabik, dia bersujud membersihkan kaki dan sepatu heels yang Amanda kenakan. Pokoknya harus bersih daripada suruh ganti rugi, kan sepatunya mahal.Setelah bersih Amanda bangun dan memilih-milih barang, dia lemparkan sembarang dan langsung ditangkap oleh karyawan baru yang sekarang ia tugaskan untuk melayaninya.“Apa sih di dunia ini yang tidak bisa kubeli dengan uang?” kata Amanda, gadis berusia 25 tahun anak crazy rich jakarta yang memiliki stasiun televisi lokal. Dengan percaya dirinya ia bilang hal ini pada sahabatnya yang sesama orang kaya juga. Mereka duduk bersebelahan menunggu barangnya yang tengah dibungkus rapi.“Hoaaahh! Gue suka gaya loe!” Mereka berdua tersenyum senang setelah membeli harga diri seora
“Papah cuma mau kamu ikut, selebihnya kalau kamu berhasil ya silahkan kejar mimpimu, kalau tidak berhasil ya kamu harus menyerah jadi pemimpin perusahaan ini.” Seorang pria berbicara serius pada anaknya yang dia jemput paksa di gunung papandayan setelah lama tidak pulang. Punya anak bujang satu rasa tidak punya anak karena jarang ada di rumah.“Hmmmm …. Aku bukan anak kecil lagi, Pah.” Dia malu ayahnya datang ke papandayan untuk menjemputnya dan dipinta untuk meneruskan perusahaan, ayahnya sudah tua dan sudah ingin pensiun.“Bukankah anak muda suka dengan tantangan. Maka menanglah jika ingin bebas, kalahlah jika ingin jadi penerus papa. Permintaan papa cuma ini!” Pria paruh baya ini ingin anaknya ikut sebuah acara televisi.Setelah menyetujui tantangan itu, dia diberikan minuman lalu minuman tersebut membuat dia tak sadarkan diri dan berakhir tidur satu ranjang dengan seorang gadis yang tidak ia kenal.*“Oh Manda …. Lo lagi di mana ini?” Amanda memandang ke arah luar vila untuk menca
Sial. Benar-benar sial. Bagaimana bisa Senja memenangkan setiap tantangan jika partnernya seorang gadis yang manja seperti Amanda. Senja benci gadis yang manja. Menurut Senja, gadis yang so kaya dan bergaya seperti crazy rich itu menyusahkan dan membuat kepalanya pening. Di layar kamera mereka penuh senyum bahagia, hura-hura, pamer barang mewah dan bermain seks bebas. Ada juga yang berlagak so dermawan demi mendapat simpati dan banyak suara.Oh iya. Dia jadi ingat MND TV milik ayahnya Amanda, media televisi ini memang banyak menayangkan tayangan yang berbobot, hanya ada minusnya yakni pernah menayangkan berita-berita selebriti dan kalangan atas yang kerjaannya hanya pamer saja. Senja juga jadi ingat wajah Amanda ini, dulu dia hanya menonton Amanda kurang dari lima menit. Tayangan awalnya saja sudah memperlihatkan seorang gadis yang berdiri di samping ayahnya yang pemilik stasiun televisi, gayanya luar biasa hebat dan barang yang digunakan terlihat mahal. Dari ekspresi gadis yang ada d
Amanda kesalnya bukan main pada wanita bertubuh berisi di hadapannya ini. Dia kira gadis itu mau memuji kecantikannya, mau menyanjung-nyanjung Amanda setinggi mungkin sesuai status sosial ekonominya, eh malah kebalikannya. Amanda dikatai manja, kata manja ini bosan dan tidak suka Amanda dengar. Kalau dilihat dari sedotan atau sisi manapun, yang mengatai Amanda manja tu jelas kalah telak, dari manapun canti Amanda, kaya Amanda, berwibawa Amanda, lebih berpendidikan Amanda. Sungguh sombong sekali ini anak mentang-mentang oke. Uh padahal kalau gadis yang ada di hadapan Amanda ini memujinya begitu tinggi, bakal dia balas pujian itu dengan traktiran tas kremes alias Hermes, makan di restoran mewah dan jalan-jalan ke luar negeri gratis. Bego ini orang malah ngatain, maklum bukan parasit yang bermuka dua, menyanjung demi dapat keuntungan dari Amanda kan temen bangke! “Oppss …. Kenalkan aku Bianca Aura dan pasanganku Brilian Candra.” Dia membenci Amanda tapi masih mending mau menjabat tanga
Semangat Amanda jadi menggebu-gebu, dia paling tidak suka jika diremehkan dan ditantang seperti itu, lihat saja, biar begini Amanda tidak akan pantang menyerah dalam menghadapi sebuah tantangan. Dia pernah merasakan tinggal di kota besar tepatnya di luar negeri untuk kuliah, di sana persaingan sengit sehingga dia juga sering diremehkan. Amanda untungnya bisa menyelesaikan studi dengan cepat dan mempunyai nilai yang bagus, dia tampar semua ejekan dan tantangan dari teman-temannya melalui sebuah prestasi. Sayang ilmunya tidak diterapkan di sini, balik ke indonesia malah leha-leha dan terlalu dimanja, efeknya kerja ke stasiun televisi cuma nampang aja.Oke karena niat gigih Amanda untuk menyelesaikan tantangan dan ambisinya mengalahkan lawan, Senja akan memulai kerja sama tim dengan gadis ini. Senja amati dulu apakah sayuran ini sudah ditumbuhi dengan akar dan daun. Kalau kentang biasanya kan ada timbul dedaunan lalu siap ditanam, kalau umbi bakal timbul seperti akar dan daun. “Kita har
Senja bergegas membawa Manda berteduh. Kini, gadis itu sedang ditenangkan oleh Marsha yang terlihat andal. Sepertinya, Marsha memang bisa melakukan banyak hal, tentu bisa diandalkan. Senja hanya bisa menghela, Michle sebagai pasangan Marsha dalam acara ini jelas beruntung. Mereka pasangan paling kompak di antara dua peserta lainnya.“Amanda, sudah merasa lebih tenang?” Marsha bersuara. Wanita itu melambaikan tangan di depan wajah Manda yang kini tengah memijat pangkal hidungnya. Posisi Manda saat ini masih terbaring dengan paha Senja sebagai bantalan. Senja hanya bisa memasrahkan diri, ia yakin kakinya kan kebas saat hendak berdiri nanti.Pergerakan abnormal terasa, Senja menundukkan wajah guna menatap Amanda lebih dalam. Wanita itu menggeliat pelan. Lalu mengeluarkan isak tangis dengan alasan yang tidak pria itu mengerti. Begitu mendengar Amanda menangis, Marsha, Michel, dan Senja saling bertatap satu sama lain sembari melempar tanya lewat ekspresi wajah mereka.“Oh, apa aku salah me
Lokasi tempat mereka melanjutkan permainan kali ini ternyata tepat di pesisir pantai. Amanda bisa mendengar desiran ombak yang pecah tatakala mengenai batu karang. Wanita itu menmeluk tubuh, mencoba menghalauy angin malam walau itu tidak cukup berpengaruh.Dari arah utara, Senja memperhatikan pasangannya dengan raut wajah tak terbaca. Laki-laki itu sempat mengembuskan napas, lalu berniat menemani Amanda. Namun salah seorang juru kamera yang datang membuat Senja mengurungkan niatnnya.Karena kali ini mereka tidak ada di dalam rumah, pihak stasiun televisi mengirimkan dua juru kamera untuk merekam interaksi dan kegiatan tiga peserta malam ini.Pengumuman dengan alat bantu pengeras suara yang baru saja terdengar mengundang atensi Amanda, sejenak wanita itu menyipitkan pandang, lalu merekahkan senyuman begitu mengenali salah satu juru kamera yang ditugaskan oleh ayahnya.Senja mengangkat alis begitu mendapati Amanda berlari menerjang pasir putih pantai dengan flat shoes-nya. Begitu menyad
Dalam permainan lanjutan kali ini, sebenarnya tidak ada pemenang. Hanya tentang siapa pasangan yang paling cepat menyelesaikan dua masakan diantara dua pasangan lain. Dan kini, kerusuhan tengah terjadi pada Amanda. Gadis itu memekik berulang kali saat uap panas mengepul mengenai permukaan kulit, tentunya saat gadis itu sedang berusaha mengaduk sup yang hampir matang.“Ouh, sungguh, Senja. Kulitku terasa terbakar!” keluh Amanda, tetapi suaranya di kecilkan. Ia tidak ingin ada pasang telinga lain yang mendengar keluhannya. Manda juga tetap mempertahankan senyuman saat mengeluh, tentu karena kamera besar yang ada di hadapannya terus menyala. Ia tidak bisa menampilkan ekspresi kesal yang sebenarnya.Senja melirik Amanda sebentar, lalu mengembuskan napas panjang. Pria itu memilih untuk tidak peduli, lantas melanjutkan kegiatannya memotong cabai dan beberapa iris bawang yang akan ia jadikan bumbu membuat tumis kangkung.“Senja, jangan mencoba mengabaikanku. Kau tidak lihat bagaiman serasiny
Warning, adegan dewasa. Punten yang dibawah umur jangan ke sini!*“Senja geli, ih!” Manda merasa bulu kuduknya jadi berdiri semua dan kegelian saat embusan napas Senja mengenai ke ceruk lehernya. Pria itu mungkin sangat gemas dan sekaligus melepas rasa rindunya, mencumbu ceruk leher Manda berkali-kali tanpa henti.“Aku merindukanmu, sangat-sangat merindukanmu, Manda!” Siapa suruh Manda menggemaskan dan membuat Senja merindukannya, jadilah begini.“Aku juga!” Manda mencangkup wajah Senja dengan kedua tangannya agar pria itu berhenti menciumi ceruk lehernya.Senja malah menciumi pipi Amanda, entah kenapa setelah saling jujur dan mengakui perasaan mereka, Senja mendadak sangat gembira dan tidak mau jauh dari Amanda.“Awas ih, jangan dekat-dekat.” Amanda memperingati. Tidak biasanya Senja seperti ini.“Hmmm …. Aku kan calon suamimu. Kamu didekat-dekati oleh Jeremy tidak risih, giliran olehku malah risih.” Senja mengerutkan bibirnya, dia malah merajuk seperti ini kelihatannya lucu, mengge
“Manda kamu dimana?” tanya Jeremy saat teleponnya diangkat oleh Amanda. Handphone Manda berisik sekali saat dia baru pulang mancing, sengaja tadi ditinggal karena takut jatuh ke kali. Ada puluhan panggilan tidak terjawab dan puluhan pesan yang tidak dia balas. Panggilan tak terjawab tentu dari Jeremy, pesan tak terbalas tentu dari keluarga, Jeremy dan sekretarisnya di kantor. Manda ke sini tidak diketahui oleh siapapun. Ayahnya tentu sangat khawatir karena sang putri tiba-tiba menghilang, takut diculik atau tiba-tiba kabur tanpa sebab. Manda tadi mengangkat telepon dari Gustav dulu, Manda jujur kalau dia sedang ikut glamping bersama Senja. Gustav memakluminya dan memberikan izin.Pria itu sangat percaya pada Senja, pasti akan bisa menjaga putrinya. Dia saja dulu dipatuk ular diselamatkan oleh Senja, masa jagain Manda enggak bisa.Setelah mematikan telepon dari Gustav, dia langsung dapat panggilan dari Jeremy, tanpa dilihat siapa orang yang menghubunginya, Manda langsung mengangkatnya
More information: Cerita ini bakal dicetak menjadi buku, untuk informasi pemesanan bisa wa nomor aku 081-9723-0196 atau hubungi meddsosss aku faceboookk dan insstaggramm @lianaadrawi makasih! *Berhari-hari Manda sibuk, berhari-hari juga dia menghindari Jeremy. Malas rasanya melayani pria yang so so perhatian dan romantis, kemana saja dulu, sekarang baru mengejar Manda. Mana Jeremy seperti biasa, ngatur-ngatur, posesif giliran sendirinya tidak mau diatur.Manda cuek bukan berarti tidak peduli, dia menyewa mata-mata kok untuk mengawasi Jeremy, ternyata pria itu masih saja main perempuan, tidak takut kena HIV atau AIDS gitu? Dasar laki-laki brengsek. Bilang mau setia, nyatanya masih jajan.Yang sekarang membuat Manda kesal bukan Jeremy yang masih selingkuh sih, tapi Senja yang hilang bagaikan ditelan bumi. Kemana pria itu? Manda sedih Senja handphonenya tidak aktif, dikirim pesan satu kali tidak dibalas, tidak datang ke acara ulang tahun Manda juga. “Ngeselin deh si Senja, ngilang ent
Dengan perasaan percaya diri yang amat menggebu Jeremy sangat percaya diri jika lamaran ini diterima oleh gadis yang ia cintai. Bukankah dari dulu Manda sangat ingin menikah dengannya, sekarang keinginan itu bakal terkabul, Manda pasti tidak akan menolaknya.Gustav setia menunggu jawaban dari sang putri, dia ingin tahu apakah Manda menerima lamaran Jeremy atau tidak, semua keputusan Manda bakal dia dukung meski dia sangat ingin Manda menikah dengan Senja.Senja adalah pria yang baik di mata Gustav, pria mandiri itu pertama kali bertemu dengannya saat acara liburan setahun yang lalu. Gustav ikut menginap di tempat vila keluarga Senja, saat sedang memancing bersama Martin– ayahnya Senja, dia dipatuk ular dan Senjalah yang memberikan pertolongan pertama sehingga Gustav masih hidup sampai saat ini berkat Senja. Rasa kagum akan tindakan Senja yang baik dan sikapnya yang dewasa membuat dia ingin menjadikan Senja menantunya.Amanda diam seribu bahasa selama beberapa detik, dia tidak terprovo
Gara-gara Jeremy hampir ngajak Manda nganu waktu di kamarnya, Amanda mendiamkan Jeremy selama beberapa hari. Entah kenapa Manda sama sekali tidak tergoda dengan tubuh Jeremy yang dulu dia dambakan. Sensasi bercinta yang dulu sering menggebu bersama Jeremy kini telah hilang, entah diterjang apa, mungkin diterjang angin puting beliung hingga tidak napsu lagi.Tibalah sekarang hari di mana hari yang Amanda tunggu-tunggu, hari ulang tahunnya yang bakal disiarkan secara langsung di acara My Roommate season Manda B’day.Acara ulang tahun ini diselenggarakan di sebuah hotel mewah di kawasan jakarta pusat. Kru MND TV sudah sibuk wara-wiri kesana kemari untuk mempersiapkan acara, pegawai hotel juga sedang sibuk mempersiapkan jamuan tamu dan EO juga sedang sibuk mempersiapkan acara ulang tahun yang sangat meriah ini.Amanda sudah cantik dirias oleh Bubah Alfian dan sudah anggun mengenakan pakaian gaun dari Diana Putri– desainer asal indonesia yang baru-baru ini viral karena sudah merancang paka
“Kita mau kemana lagi? Ini bukan ke arah rumahku, My!” ujar Amanda saat mobil Jeremy malah tidak mengarah ke rumahnya, dia kira habis beli kue mau ke rumah untuk pulang, ternyata tidak, mau dibawa kemana lagi nih?“Ke rumahku!” Jeremy menjawabnya enteng, berarti anak gadis dibawa ke rumahnya itu sebagai tanda keseriusan. Manda kan belum pernah ke sana dan bertemu keluarga Jeremy.“Hah … rumahmu?” Jujur Manda jelas kaget, dari yang tadinya berharap dikenalkan tapi tak kunjung dikenalkan tiba-tiba sekarang Jeremy ada niatan itu. Kemarin kemana aja Jem, baru sekarang bawa anak gadis orang ke rumahnya. Saat Manda sudah menyerah pada Jeremy pria itu mahal punya niatan serius, saat Manda yang serius malah Jeremy terus main-main. Senang sih, tapi Manda seakan tidak siap untuk melangkah bersama Jeremy ke jenjang yang lebih serius.“Iya. Kamu mau aku kenalin ke keluarga aku.” Dia menjelaskan ulang agar Manda tahu kalau hari ini anggota keluarga Jeremy lengkap. Semua orang bilang tidak akan ke
“Selamat siang Om dan Tante!” sapa Jeremy sangat sopan pada calon mertuanya. Cie calon mertua!“Siang juga. Anda siapa ya?” sapa Prilly pada Jeremy, sia tidak pernah melihat ada seorang pria muda yang datang ke sini, rata-rata sudah tua dan itu pun bertamu pada suaminya.“Saya kekasihnya Amanda Tante!” Sungguh mengejutkan, dia terang-terangan mengakui sebagai kekasihnya Amanda. Bi Ijah dan Prilly kaget. Jeremy sungguh mengagetkan banyak orang, sejagat raya pokoknya karena ciuman mereka telah masuk ke siaran langsung dalam acara My Roommate. Banyak akun-akun gosip yang ternyata mencari tahu siapa Jeremy, kesehariannya dan media sosialnya yang mana. Banyak akun-akun yang membandingkan Jeremy dan Senja, ada dua kubu, tim pendukung Manda Jeremy dan tim pendukung Senja Manda.Jeremy bikin semua orang jantungan, keviralan Manda jadi bertambah dan siaran tentang gosip semakin merajalela.“Wah Manda gak suka cerita, ternyata pacarnya cakep sekali!” Prilly sampai terpana melihat wajah Jeremy
“Sini aku bantu!” ujar Senja saat Amanda tengah mengeluarkan koper besar. Mereka saat ini akan pulang ke rumah masing-masing. Kenapa mendadak berat sekali kaki Amanda untuk digerakkan, dia enggan pergi dari sini.Bahkan saking lemas dan tak mau pergi, Manda jadi tidak kuat menarik koper ukuran no 20 ini ke luar dari vila. Senja yang melihatnya langsung ingin membantu, padahal dia juga bawa kopernya sendiri. Pria gentle.“Tidak usah, biar aku saja.” Amanda menolaknya, takut merepotkan Senja, dari awal di sini merepotkan kan, masa sampe balik tetep merepotkan.“Aku saja Manda! Kamu lemas begitu.” Senja peka juga tidak usah dikodein.“Sakit?” tanya Senja sambil menempelkan punggung tangannya di kening Amanda. Dia mengecek suhu tubuh gadis ini takut sedang panas.“Enggak panas kok. Laper?” tanya Pria ini lagi.“Hemm …. Tadi kan kenyang makan nasi goreng buatanku.” Jadi lemasnya Manda bukan dari sakit dan lapar.“Lalu kenapa?” tanya pria ini heran, mau pulang bukannya senang. Senja jadi he
“Ada orang yang ingin bicara denganmu, Tuan!” ujar seorang pria sambil tertunduk memberikan hormat pada tuannya. Pria yang duduk di bangku besar yang bisa diputar itu menoleh dan melepaskan rokok yang semula dia hisap. “Siapa?”“Tuan Jeremy, katanya dia kekasih Nona Amanda!” Ternyata orang yang dia tunggu datang juga.“Suruh dia masuk!” ujar Gustav yang menunggu kedatangan Jeremy, si perusak acara My Roommate. Pintu pun dibuka lebar dan pria yang langsung jadi tren topik FYP di aplikasi mana-mana karena mencium Amanda di acara My Roommate itu kini masuk ke ruangan Gustav, ayahnya Amanda.“Halo selamat siang!” sapa Jeremy. Kemarin dia telah membuat kekacauan, hari ini dia sudah ada di ruangan Gustav untuk mengobrolkan tentang Amanda dan tentang acara My Roommate.“Siang juga!” jawab Gustav sambil membalas jabatan tangan Jeremy.“Boleh saya tahu kamu siapa?” tanya Gustav pura-pura tidak tahu, padahal dia sudah menyelidiki siapa pria ini dan memiliki hubungan apa dengan putrinya. “Sa