***Ridwan menyuruh Betrand untuk pergi ke Bandung dan menyelesaikan masalah yang ditimbulkan oleh Bara. Ia tidak mau menanggung resiko dan berurusan dengan Lea, ia tahu bagaimana sepak terjang Lea. Terlebih lagi Lea adalah keponakan dari Shin Lee, salah satu orang yang mempunyai kendali dalam dunia bisnis.Ridwan masuk ke kamar Bara dan melihat anaknya itu sedang duduk di teras balkon kamar."Papi mau bicara denganmu."Ridwan duduk di sebelah anaknya. "Bicara apa lagi?""Kenapa kamu masih mencari perhatian perempuan itu?" Ridwan menatap Bara dengan kecewa."Perempuan siapa? Aku tidak pernah mencari perhatian pada perempuan mana pun," balas Bara."Jangan pernah sekali-kali kamu mengambil kesempatan untuk menarik perhatiannya! Perempuan itu sudah berkeluarga, dia sudah hidup bahagia, kamu pun harus hidup bahagia dengan Cherry. Papi tidak mau kamu hidup menyedihkan, mengemis cinta dan berharap pada perempuan yang tidak layak di sisimu," tukas Ridwan menjelaskan."Papi bukan aku! Jadi Pa
***"Angkat saja, sayang," perintah Raka, ia ingin tahu tujuan lelaki itu menghubungi istrinya malam-malam begini.Kanaya menghela napas pendek, ia langsung mematikan gadget-nya dan menyimpannya kembali di atas nakas."Lho kok enggak kamu terima saja telepon dari dia?" tanya Raka, keningnya mengerut."Buat apa? Mas memangnya enggak cemburu kalau aku ditelepon lelaki lain jam segini?" Kanaya malah balik bertanya."Cemburu kalau dia meneleponmu diam-diam di belakang Mas. Kalau barusan kamu angkat kan bisa di loud speaker dan Mas tahu juga kalian bicara apa," sahut Raka."Meski di belakang Mas pun, aku enggak akan angkat. Buat apa coba, kalau mau ya chat atau kirim pesan dulu. Tanya ke aku, apa aku bisa mengangkat teleponnya dan dia jelaskan alasannya kenapa harus bicara lewat telepon," kata Kanaya."Bara sering yah menghubungi kamu?" tanya Raka."Enggak sering juga sih, Mas. Waktu dulu ketemu pertama kali di Bandung, dia sering telepon, aku pernah mengangkatnya sekali. Tapi saat dia tel
***Pagi ini adalah pagi terindah yang pernah Raka lewatkan, ia melihat senyum bahagia mengembang di kedua sudut bibir Kanaya yang mungil, melihat kedua anaknya yang bersenda gurau dan terlihat sangat bahagia. Pagi ini memang pagi yang cerah, pagi yang mungkin Raka tidak tahu apa akan ada pagi yang seindah ini.Raka melihat Asep terus bersenda gurau dengan kedua anaknya, kakeknya itu selalu saja membuat Maryam dan Adam tertawa lepas."Mas kenapa melamun?" tanya Kanaya.Raka langsung beralih menatap Kanaya dengan mesra. "Ngelamunin kamu yang makin cantik saja," godanya dengan sengaja.Wajah Kanaya langsung berubah malu, ia langsung mendaratkan pukulan kecil di lengan kanan Raka membuat suaminya itu pura-pura meringis kesakitan.Melihat anak mantunya yang saling bercanda penuh cinta membuat Asep tersenyum. Ia bahagia karena ikatan diantara keduanya semakin erat. Ia tak perlu khawatir lagi akan keduanya, ia tidak terlalu takut jika ada orang yang ingin memutuskan tali diantara keduanya.
***"Apa benar Kak Bara sudah melupakan dia seluruhnya?" Netra Cherry menuntut kejujuran lelaki itu.Bara tersenyum, sebisa mungkin ia harus tenang dan tak gampang menunjukkan emosinya di hadapan gadis itu. "Aku harus melupakannya, bahkan aku tidak mau bermimpi lagi untuk mengingat rupanya dengan jelas. Apa kamu tetap meragukanku?" Cherry mendesah ragu, ia sebenarnya ingin percaya sepenuhnya pada lelaki itu, tapi saat ia sering mendengar Bara sering menggaungkan nama gadis itu membuatnya sulit untuk percaya dengan apa yang lelaki itu katakan. "Aku sedikit ragu dengan kejujuranmu, Kak.""Alasannya apa?" Bara mencoba tenang lagi, meski hatinya memaki-maki gadis itu."Karena dalam tidur Kak Bara, nama gadis itu sering kamu sebut, bahkan Kakak memanggil nama itu dengan penuh kesedihan, terdengar juga Kakak memanggilnya seperti seorang pesakitan," jawab Cherry menerangkan."Karena dulu aku terperangkap dalam masa lalu, aku tak bisa keluar mencari jalan keluar karena tidak ada yang tahu k
*** “Mulai lagi deh!” celetuk Kanaya.“Mulai apa lagi, sayang?” tanya Raka.“Mulai lagi gombalan ala remaja,” sahut Kanaya.“Kan Mas itu niru papa,” kata Raka menjelaskan.Asep terkejut saat mendengar Raka menyebut namanya. “Kok niru Papa?”“Papa itu role mode Raka. Raka ingin menjadi suami sempurna, ayah yang hebat seperti Papa,” puji Raka.Asep merasa bangga karena dirinya menjadi panutan. “Tuh kan, Ma… menantu kita saja nge-fans sama Papa, puji Papa. Masa Mama bilang Papa itu lebay,” bangganya menyombongkan diri.“Sudah Aki-aki saja kamu, Pa. Kalau Raka dan teh Nay yah wajar, mereka masih muda,” balas Santi.“Romantis itu jangan terpaku karena usia dong, Ma. Cinta itu tidak mengenal si tua atau si muda. Malah cinta akan membuat kita awet muda dan juga tambah bahagia. Bersikap romantis terhadap pasangan itu tak mengenal waktu, selalu awet meski usia sudah renta,” jelas Asep.Melihat Asep yang selalu menggoda istrinya membuat Raka dan Kanaya tersenyum melihat keduanya. Raka benar-b
***Kanaya sedang sibuk browsing furniture-furniture lucu untuk rumah barunya, ia mencari referensi di internet, saking ia fokus di depan laptop dan tak menyadari ada seseorang yang tersenyum melihat wajahnya yang serius."Warna pink itu lucu, tapi pasti nanti Adam protes. Harus cari yang anak-anak kompak suka," gumamnya bicara sendiri. Kanaya langsung tersadar saat ada yang memanggil namanya. "Bara!" pekiknya terkejut.Bara tersenyum. "Kebiasaan kamu itu enggak pernah sadar ada orang yang datang kalau lagi asyik sama dunianya sendiri deh!"Kanaya nyengir. "Iya, nih. Aku keasyikan, jadi enggak ngeuh juga sama sekitar." Eh... kamu kenapa di sini? Mau beli kopi?""Salah satunya itu. Tapi, aku ke sini juga mau jemput keponakannya Cherry," jawab Bara."Wah, siapa namanya?" tanya Kanaya."Brenda. Mungkin Adam juga kenal.""Brenda– Oh, anak kecil yang punya mata sipit dan juga pipinya itu chubby lucu yang rambut sering dikuncir dua, kan?"Bara mengangguk. "Iya, itu!""Cherry ke mana? Kok ka
*** “Ajak Manda tinggal di rumah ini ? Maksudnya?” tanya Maharani bingung.“Iya, ajak tinggal sama Ibu di sini. Manda, dia juga tinggal sendirian, dari pada di sana dia kesepian mending tinggal sama Ibu. Kamar di rumah ini kan banyak,” kata Rama.“Tapi Manda-nya mau enggak yah?” tanya Maharani.“Kalau Ibu yang ajak pasti dia mau. Manda juga kelihatan sayang sama Ibu,” timpal Rama.“Iya, Ibu juga sayang sama Manda. Saat Raka dan Manda pacaran dulu, Ibu sudah jatuh hati padanya. Sayangnya… Manda enggak jadi sama Raka,” kata Maharani.“Jangan ngomong begitu, Bu. Kalau Ibu terus ngobrol seperti itu enggak baik. Mereka enggak berjodoh, takdir Allah itu yang terbaik. Mungkin kalau mereka berjodoh bisa menimbulkan apa nantinya. Ibu harus bersyukur karena menantu Ibu itu Kanaya. Kanaya itu baik, Bu. Mas malah bangga sama Raka karena dia bisa dapetin istri sehebat Kanaya. Raka jadi lebih bahagia dan tidak murung lagi,” ucap Rama.“Iya. Memang Kanaya itu perempuan yang baik, didikan dari ora
***"Berdua datang bersamamu? Lalu, nanti mas Raka gimana?" tanya Kanaya."Maksudnya, nanti biar aku dan Mark yang jemput kamu di rumah. Kita berempat datang ke sana, aku jamin mereka tidak akan pernah mau mengusikmu atau berurusan denganmu," kata Lea."Mereka emangnya takut denganmu?" tanya Kanaya."Mereka tahu siapa aku, jadi jika tahu kamu adalah sahabatku. Maka, aku jamin kamu tak akan lagi mereka usik," jawab Lea dengan bangganya."Lagian juga, mana mungkin mereka mengusikku lagi. Aku dan Bara sudah mempunyai kebahagiaan masing-masing. Aku pun sudah mempunyai dua anak dan Bara tidak akan lagi melawan kedua orang tuanya," ucap Kanaya."Dulu Bara pernah melawan kedua orang tuanya demi kamu?" tanya Lea penasaran."Iya dan dulu Bara harus sampai dikurung dalam rumah. Kadang lucu dan aneh saja, kenapa orang tua dia begitu. Namanya anak remaja saling cinta dan belum tentu juga kan sampai ke jenjang pernikahan. Mereka sangat takut kalau aku sampai membuat Bara kabur dari rumah. Beruntun
***"Ini minum!" Kanaya menyerahkan segelas cappucino pada Bara.Bara mengangguk dan langsung meminumnya. Beberapa menit, mereka terdiam. "Aku itu memang manusia yang selalu membuat siapapun sial ya, Nay. Benar kata Daniel, kalau aku terlahir membawa kesialan bagi orang yang ada di sisiku.""Kamu bukan Tuhan dan Tuhan pun tak pernah menciptakan manusia untuk terlahir membawa sial," tukas Kanaya."Tapi aku berbeda, Nay. Aku membuat siapapun yang di dekatku menderita. Mulai dari kamu yang menderita karena aku. Mami yang bertahan menanggung luka demi aku dan sekarang Cherry. Dia menyelamatkanku dan mengorbankan dirinya, bahkan calon anak kami pun ikut jadi korban. Sepertinya aku hidup pun tak layak.""Kamu harus bersyukur, Bara. Kamu dikelilingi oleh orang-orang yang sangat menyayangimu. Apalagi Cherry, istrimu itu begitu mencintaimu, dia menganggap saat ini kamu membencinya karena dia keguguran. Tidak ada pun rasa dendam padamu, dia benar-benar mengkhawatirkanmu," ungkap Kanaya."Nay, ap
***"Kalian yang menjadi penyebab kenapa aku bisa begini!" ungkap Daniel."Kenapa kamu menyalahkan kami karena kemalanganmu, Ha! Kamu sendiri lah yang tahu bagaimana cara untuk membahagiakan diri sendiri. Jangan menyalahkan kemalanganmu pada siapapun!" balas Bara.Melihat keduanya semakin memanas membuat Veronica berusaha untuk menengahinya. "Sudah, kalian jangan bertengkar di depan orang yang sedang sakit," pintanya. "Daniel karena kamu sudah datang untuk menjenguk om, ayo kita makan malam. Tante sudah masak hari ini. Pasti kamu belum makan kan?""Jangan berpura-pura peduli denganku, Tante! Aku tahu selama ini perhatianmu itu palsu dan tak tulus. Kamu hanya ingin anakmu bahagia dan mengorbankan perasaanku, kan? Kamu hanya berpura-pura menyayangiku!" sahut Daniel dengan intonasi suara yang meninggi."Jangan membentak mamiku! Kamu tidak berhak untuk membentaknya!" geram Bara."Oh, kamu cemburu selama ini, kan? Cemburu pada perhatian kedua orang tuamu yang lebih padaku? Kamu ingin meng
***Akhirnya Gibran dan Mutia sah menjadi suami istri. Rasa bahagia campur haru terus saja menyelimuti kedua keluarga keduanya. Apalagi Asep, ia merasa bangga pada anak bungsunya yang begitu lantang saat mengucapkan ijab Kabul."Akhirnya ya, sekarang enggak jomlo dan galau lagi," goda Kanaya sambil terkekeh."Memangnya a Gibran pernah galau, Teh?" tanya Mutia penasaran."Pernah dan galaunya Gibran itu sampai enggak mau makan dan ngurung diri di kamar," jawab Kanaya, ia sengaja menaikkan volume suaranya agar Gibran mendengarnya dengan sangat jelas."Apaan sih, Teh. Teteh mah ngarang! Siapa juga yang galau sampai enggak mau makan," sahut Gibran protes. "Jangan percaya sama teteh ya, geulis (cantik)," tambahnya menatap mesra sang istri."Dih, ngarang dari mana coba! Kalau Teteh ngarang, lalu ucapan mama sama papa disebut apa? Halu?" tukas Kanaya."Teteh bisa diam tidak? Sudah, itu kan zaman Gibran masih labil," ucap Gibran. Ia tidak mau sampai Kanaya terus membahasnya karena takut rahasi
***Pembatalan pernikahan yang diumumkan oleh keluarga Kimberly membuat publik heboh lagi. Publik sudah menduganya karena memang video dan foto tak senonoh yang tersebar itu memang milik Daniel dan mantan kekasihnya. Hal itu sudah dipertegas juga oleh pihak kepolisian dan Daniel pun sudah dimintai keterangan dari pihak berwajib.Daniel diam seribu bahasa saat para awak media terus saja mencecarnya dengan banyak pertanyaan. Kali ini sikap Daniel tak bersahabat, ia berbeda seratus delapan puluh derajat yang biasanya selalu bersikap ramah.Daniel masuk ke mobilnya, hari ini ia sudah janjian bertemu dengan Kim. Daniel yakin pernyataan keluarga besar Kim itu bukan dari perempuan itu.Daniel sudah datang ke salah satu restoran privat, tampak di sana sudah ada Kim yang sudah menunggunya. Daniel senang karena akhirnya ia bisa bertemu dengan calon istrinya itu."Sayang, kamu nunggu lama ya? Maaf ya, aku harus sembunyi-sembunyi menemuimu karena para wartawan terus saja membututiku," ucap Danie
***Berita pagi ini membuat publik sangat heboh. Publik terkejut dengan tersebarnya video dan foto tidak senonoh dari Daniel dan Lucy. Tampak terlihat keduanya dengan jelas adalah pemeran dari video-video itu. Awalnya saat satu foto tersebar, publik menganggap itu hanya foto editan untuk merusak rencana pernikahan Daniel dan Kimberly, namun saat foto dan video lain tersebar membuat publik jadi yakin bahwa keduanya memang pelaku dari video tak senonoh tersebut.Daniel geram karena ponselnya pagi ini sering berdering dan ia terkejut karena berita pagi ini terus saja memojokannya.'Kenapa sampai tersebar berita sialan itu, Ha? Apa kamu belum juga mengurus si jalang itu dan keluarganya?' bentak Daniel, ia memaki asistennya di telepon.'Maaf, Tuan. Berita itu begitu tersebar tanpa bisa saya kendalikan. Saya juga sulit menemukan perempuan itu,' jawabnya.'Kamu tak bisa langsung membungkam media? Harusnya kamu langsung suap mereka dan meminta meraka untuk menghapus berita sialan itu! Kalau p
***Cherry merasa kepalanya pusing dan badannya terasa berbeda. Mood-nya pun kadang tak stabil. Tak jarang ia selalu ketus pada suaminya. Beruntung Bara hanya diam, marahnya lelaki itu hanya mengepalkan tangannya dan meninju ke sembarang tempat.Sebenarnya dua hari ia sempat beli tespack, tapi tak pernah ia pakai karena takut kecewa. Atas saran dari Kanaya karena melihat gejala yang dialaminya seperti sedang hamil.Cherry menghela napas panjang, pagi ini ia harus berani dan jika pun nanti hasilnya tak seperti yang ia harapkan, Cherry tak akan kecewa. Ditatapnya Bara yang sedang tertidur pulas di sampingnya. "Semoga ada kabar bahagia untuk kita, Kak," gumamnya tersenyum dan ia hati-hati turun dari atas kasur.Dua puluh menit Cherry masih di dalam kamar mandi. Bara yang sudah terbangun pun mencari keberadaan istrinya itu. Tampak Cherry ke luar dari kamar mandi dengan wajah yang Bara duga sedang ada masalah."Kamu kenapa? Sakit?" tanya Bara.Chery tersenyum tipis. "Kak pagi ini bisa anta
***Raka saat ini sedang menunggu seseorang di sebuah cafe. Semalam ia tidak bisa tidur saat Kanaya menceritakan dengan detail tentang pertemuannya dengan Daniel. Raka merasa beruntung karena saat ini Kanaya tak menyembunyikan rahasia apapun darinya.Raka sudah menunggu kurang lebih lima belas menit, lelaki itu tak kunjung datang. Tak lama datanglah orang yang ia tunggu kedatangannya."Maaf agak telat," ucapnya beralasan."Tak masalah, hanya lima belas menit menunggumu," balas Raka. "Mau pesan apa?" tanyanya."Capuccino panas saja," jawabnya. Raka langsung memanggil pelayan dan mengatakan pesanannya, setelah pelayan pergi, barulah Raka mulai bicara serius. "Maaf menganggu waktumu, pasti kamu bingung kenapa tiba-tiba aku menghubungimu dan meminta untuk bertemu," ucapnya."Iya, ada hal yang ingin kamu bicarakan denganku?" tanya Bara."Banyak, apalagi ini menyangkut istriku," jawab Raka."Ada apa dengan Kanaya?" tanya Bara, ia merasa cemas jika terjadi sesuatu pada Kanaya."Dia tak kenap
***"Ternyata capek ya ngurus lamaran juga. Apalagi nanti kalau nikah," keluh Rieke."Kalau memang ingin di handle sendiri ya pasti capek, tapi nanti ada kepuasan sendiri setelah semua yang kamu susun itu berhasil dengan sempurna," ujar Kanaya."Iya, Nay. Aku ingin pernikahanku ini benar-benar berkesan. Biar aku ingat terus," timpal Rieke. "Dulu saat kamu dan mas Raka nikah, apa secapek ini?" tanyanya penasaran.Kanaya mengangguk. "Pasti capek, stres karena ngurus sendiri. Ada yang salah dikit, cemasnya luar biasa. Takut saja ada yang kurang," jawabnya tersenyum."Iya, sih. Kita kan enggak pakai jasa WO. Aku sih ditawarin sama teman, tapi aku menolak karena memang ingin mengurusnya sendirian," sahut Rieke."Tapi nanti jangan kecapean ya! Kamu kan calon pengantinnya, harus sehat biar enggak sakit. Jangan kayak aku, pas acara berakhir kan masuk rumah sakit karena kelelahan," ucap Kanaya mengingatkan."Iya, Nay. Nanti kalau seminggu mau mendekati hari H-nya, aku mau istirahat full di rum
***Publik heboh dengan berita rencana pernikahan Daniel dengan Kimberly. Publik tak menyangka bahwa perjalanan si lelaki playboy itu akhirnya berhenti di hati Kimberly. Padahal yang publik ketahui bahwa selama ini Daniel selalu mengatakan bahwa lelaki itu akan melajang dan tak ingin menikah sama sekali.Berita yang menjadi hot topik itu tentu saja membuat siapapun ingin tahu dan membayangkan bahwa pesta pernikahan keduanya pasti akan digelar sangat mewah, tak kalah dari pesta pernikahan Bara dan juga Cherry."Daniel..." Kim memanggil calon suaminya itu dengan lembut."Ada apa, Honey?" tanya Daniel menatap Kim mesra."Apa kamu serius menikah denganku?" tanya Kim menatap ragu.Daniel tersenyum. "Bukankah aku sudah datang menemui kedua orang tuamu di Jerman? Aku menemui mereka tanpa diketahui kamu. Aku serius denganmu, apa kamu masih meragukan ketulusanku?"Kim menggelengkan kepalanya. "Aku hanya tak yakin saja dengan rencana ini yang tiba-tiba. Apa kamu benar-benar melabuhkan hatimu pa