***
Zul baru saja selesai mandi, ia terkejut saat melihat Alisya menangis sesenggukan. “Sya, kenapa menangis?” tanya Zul nenatap istrinya.
Alisya tak menjawabnya, ia hanya menunjukan ponsel suaminya, “Siapa orang yang mengirim pesan padamu? Kenapa kamu menamakannya dengan emoji hati?’ suara Alisya bergetar.
Zul langsung menghampiri istrinya, “Kontak di ponsel Abang semuanya pakai nama, enggak ada yang aneh-aneh,” sahutnya heran.
“Kamu pikir, aku bodoh dan mudah ditipu?” lalu, ini apa?” teriak Alisya.
“Alisya, jangan marah dulu! Sini Abang lihat, siapa memangnya yang kirim pesan,” kata Zul dengan lembut.
“Jangan mencari alasan, kamu! Katakan siapa perempuan itu? Apa dia yang menjadi kamu jarang pulang ke rumah? Apa kamu selingkuh?” cerca Alisya menatap tajam.
“Sya, Istighfar … kita bicarakan baik-baik dulu! Abang lihat dulu siapa yang kirim, nanti setelah tahu siapa yang kirim pesan ini, kamu bebas mau marah atau benci sama Abang,” ucap Zul lembut.
“Kenapa ponselmu menggunakan kata sandi yang tidak aku ketahui? Kenapa bukan tanggal pernikahan kita atau tanggal lahirku? Apa kamu menyembunyikan sesuatu?” Alisya tetap tak bergeming.
Zul menghela napas, ia harus tetap waras dan bersabar menghadapi kecemburuan dan rasa curiga yang berlebihan dari istrinya, ia memang harus lebih mendinginkan suasana sebab resiko dari dirinya jarang pulang ke rumah, pasti akan membuat Alisya gampang curiga. “Abang ganti kata sandi karena ada yang tahu kata sandi ponsel Abang. Kamu tahu kan teman-teman Abang yang suka iseng? Mereka selalu jahil dan ini kata sandi-nya, coba kamu lihat dan ingat,” Zul memencet nomor untuk membuka kunci ponsel-nya.
Ponsel Zul terbuka, lalu ia menunjukan pesan yang membuat istrinya sangat marah, “Sya, lihat ini teman kerja Abang, dia itu laki-laki. Dia iseng lagi mengganti namanya dengan emoji hati,” ucap Zul menerangkan.
“Video Call dia!” tantang Alisya.
“Kamu enggak percaya sama Abang?” tanyanya.
“Aku akan percaya sama kamu, asal kamu detik ini juga hubungi dia!” tukasnya.
Zul mengangguk, ia memang harus mengalah jika istrinya sedang emosi, lalu ia melakukan panggilan video dan di jawabnya.
‘Ada apa, Boss? Tumben video call?’ tanya suara lelaki di sebrang.
‘Kamu mengganti namamu jadi simbol hati? Apa kamu ingin aku hukum nanti saat aku datang ke sana?’ kesal Zul.
‘Hehehe … iseng saja, Boss. Lagian Boss kemarin ponsel-nya diletakan sembarangan, coba kalau ada orang yang berniat jahat, pasti ponsel Boss diambil,” celetuknya.
‘Ya sudah! Lain kali, awas kalau iseng!’ ucap Zul mengingatkan.
Panggilan video berakhir, lalu di tatapnya netra Alisya dengan tersenyum, “Bagaimana, sudah percaya?” tanya Zul.
Alisya langsung memeluk suaminya, ia merasa bersalah karena menuduh suaminya bermain api dibelakangnya, “Maafin aku, Bang. Tadi aku kaget dan juga terlalu buru-buru marah sama Abang. Bagaimana aku tidak curiga dan juga cemburu, kita jarang ketemu dan Abang juga jarang memberi kabar. Aku takut… takut kalau Abang di sana tergoda dengan perempuan yang lebih cantik dan juga lebih muda, aku takut, Bang…”
Zul langsung menghapus air mata Alisya, “Wajar kalau kamu cemburu, kita kan LDR, tapi sebelum kamu curiga, ada baiknya bertanya, tanpa perlu marah atau emosi. Abang memang jarang kasih kabar ke kamu karena proyek jalan tol ini sangat menyita waktu. Abang minta maaf yah, Abang akan usahain selalu kasih kabar ke kamu dan juga anak-anak,” janji Zul. “Dan kamu harus tahu, secantik apapun perempuan di luar sana, kamu paling cantik di hati dan mata Abang. Kamu sudah melahirkan empat orang anak yang pintar dan lucu-lucu, mengurus mereka sendirian, mendidik mereka tanpa lelah. Kamu adalah perempuan hebat, belum tentu perempuan lain bisa sepertimu. Abang sangat bersyukur ditakdirkan menjadi pendampingmu, Sya. Jangan ragu dengan kesetiaan Abang! Kamu percaya, kan?” tanya Zul.
Alisya mengangguk, “Iya Bang. Maafkan aku yang terlalu cemburu karena takut kehilangan Abang,” sesalnya.
Zul langsung mengecup puncak kepala istrinya dengan lembut, “Jangan takut, Sya. Abang akan selalu ada di sisimu dan juga anak-anak,” janjinya. “Tapi, malam nanti kamu harus siap-siap menerima hukuman.”
“Hukuman apa?” tanya Alisya.
“Hukuman karena kamu sudah menuduh Abang enggak setia,” sahut Zul.
“Hukumannya apa?” tanya Alisya pelan.
Zul tersenyum penuh arti, “Hukumannya… kamu akan dibuat capek sampai pagi,” bisiknya menggoda.
Alisya tertawa renyah, “Kalau itu mau sampai siang juga tak masalah, aku akan meladeninya sampai Abang kewalahan,” ucapnya malah balik menggoda.
Mereka berdua tersenyum, lalu keduanya larut dalam ciuman yang hangat.
***
Sudah dua hari Kanaya berada di rumah kedua orang tuanya, ia merasa bahagia karena akhirnya bisa bebas melakukan apa saja tanpa ada sindiran dari ibu mertuanya. Anak-anaknya pun bisa bebas bermain, tanpa kena omelan dari eyang-nya itu.
Kanaya bersiap menghadiri pernikahan sahabatnya, saat ia akan pergi mendadak kedua anaknya tak mau ikut dengannya.
“Kenapa kalian tidak mau ikut? Bukannya semalam bersemangat sekali mau ikut Bunda keluar?” tanya Kanaya.
“Maryam sama Adam di rumah nenek saja, kita mau lihat kolam ikan dan juga sawah dibelakang,” sahut Maryam.
“Kasihan nenek, nanti capek,” Kanaya mencoba memberitahu Maryam.
“Enggak apa-apa, Nay. Mamah enggak capek kok, masa sama cucu sendiri capek,” bela Santi.
“Tapi, ngurus mereka bikin lelah lho, Mah. Enggak apa-apa Nay tinggal?” tanya Kanaya ragu.
“Enggak masalah, kamu pergi saja. Kan Mamah juga jarang ketemu dengan cucu sendiri, nanti ada papahmu bantu jaga juga,” jawab Santi.
“Kalau begitu, Nay pergi dulu yah, Mah. Titip anak-anak,” ucap Kanaya pamit.
“Hati-hati di jalan,” ucap Santi.
Kanaya mengangguk dan mencium punggung tangan Santi, “Assalamu’alaikum …”
“Wa’alaikumussalam …”
***
Setelah selesai menghadiri pernikahan sahabat SMA-nya dulu, Kanaya bergegas pergi meninggalkan pesta. Kanaya langsung mengingat kedua anaknya, meski ia tahu kedua orang tuanya akan menjaga Maryam dan Adam dengan baik, tetap saja hatinya tidak tenang, karena ia tak pernah lama berpisah dengan anaknya. Padahal baru tiga jam tak bertemu, tapi hatinya tetap merasa kosong. Kanaya tetap merindukan anak-anaknya.
Kanaya buru-buru pergi dan tanpa sadar menabrak tubuh seseorang dan membuatnya hampir jatuh, beruntung ada tangan yang memegang tangannya dan membuat ia tidak terjatuh.
“Maaf … “ ucap Kanaya tak enak.
Saat ia akan melihat orang yang ditabraknya, ia terkejut dengan sosok lelaki itu.
“Bara!” pekik Kanaya kaget.
Lelaki itu tersenyum. “Sudah lama sekali kita tidak pernah bertemu, Bagaimana kabarmu, Nay?” tanya Bara ramah.
“Alhamdulillah, baik. Memang sudah sangat lama kita tidak bertemu. Kamu kabarnya bagaimana? Sudah lama pulang dari Tokyo?” tanya Kanaya basa-basi.
“Aku baru pulang MInggu lalu,” jawabnya. “Kamu sekarang tinggal di Bandung?” tanya Bara penasaran.
“Enggak, aku lagi main ke rumah mamah saja dengan anak-anak, kebetulan suamiku juga lagi dinas ke luar kota. Jadi aku ambil kesempatan saja untuk mengunjungi kedua orang tuaku,” jawab Kanaya. “Eh, mana istrimu?” tanyanya baru sadar.
Bara tersenyum, “Aku belum punya istri, Nay,” balasnya.
“Lho, kenapa?” tanya Kanaya terkejut.
‘Karena alasan aku masih sendiri itu kamu, Nay. Kamu yang membuatku susah untuk jatuh cinta lagi,’ balas Bara bergumam dalam hati.
***
*** Bara tersenyum saat Kanaya terkejut karena dirinya belum juga menikah. “Kamu kenapa terkejut gitu, Nay?” tanyanya.“Tentu saja aku terkejut. Bukankah kamu lelaki yang nyaris sempurna, jadi kalau mau mencari perempuan manapun untuk dijadikan istri pasti enggak sulit,” jawab Kanaya.“Perempuan banyak, Nay. Tapi, kalau hati enggak sreg ya mau gimana. Lagian aku harus benar-benar mencari istri yang pas, aku tidak mau asal-asalan,” ujar Bara.“Benar sih, menikah itu ibadah seumur hidup, jadi jangan asal ada atau dikejar usia untuk memutuskan menikah. Tapi, jangan sampai kamu ingin yang sempurna. Saat kamu menemukan seseorang dan kamu merasa dia kurang apa gitu, kamu mundur lagi. Aku harap alasanmu belum menikah bukan karena hal itu lagi,” ucap Kanaya.Bara menatap netra Kanaya dengan lembut. “Kamu nyindir aku, Nay? Kamu masih ingat dengan kandasnya hubungan kita di masa lalu?” Kanaya menggeleng pelan. “Aku hanya mengingatkanmu saja. Jangan sampai kisah yang lalu terulang lagi. Aku en
*** Raka sudah sampai di Jakarta, ia sangat sibuk sampai dari bandara langsung pergi ke kantor. Masih banyak hal yang ingin dikerjakan. Raka ingin pekerjannnya selesai, ia ingin menikmati banyak waktu yang luang bersama istri dan kedua anaknya.“Pak Raka!” seru Andien, ia adalah salah satu staf di divisi-nya.“Kenapa kamu melihat saya kayak lihat hantu?” celetuk Raka.“Bb..bukan maksud saya begitu, Pak. Saya kaget karena Bapak sangat pagi sekali di kantor. Saya pikir Bapak masih di rumah,” jawab Andien dengan sopan.“Saya langsung ke kantor, masih banyak berkas yang harus saya tanda tangani, sampai bandara itu Subuh, jadi kalau pulang ke rumah bisa siang datang ke kantor,” kata Raka membeberkan alasannya.‘Tumben banget Pak Raka langsung datang ke kantor, bukan ke rumah. Apa Pak Raka sedang ada masalah dengan Bu Kanaya yah?’ batin Andien bertanya.“Kamu kenapa melamun gitu?” tanya Raka.Andien langsung tersenyum kikuk, ia merasa kecolongan. “Enggak, Pak. Saya datang ke ruangan Bapak
*** Kanaya tertegun sejenak, saat melihat status Whatsapp milik Andien, ia jelas melihat ada wanita itu, wanita yang menjadi mantan terindah dari suaminya, wanita yang dari awal pernikahan mereka masih saja namanya disebut oleh Raka.Kanaya kesal, ia merasa cemburu, apalagi saat Raka sulit untuk dihubungi. Kanaya langsung mengetik pesan, membalas status Whatsapp-nya Andien.Kanaya: Wah, sudah lama yah divisi kalian tidak makan siang bersama. Eh, itu ada yang baru, siapa?Tak lama berselang, balasan dari Andien masuk ke ponsel Kanaya.Andien: Iya, Bu. Hehehe. Kita makan-makan karena di traktir sama atasan yang baru, katanya untuk salam perkenalan. Namanya Bu Manda.Kanaya: Wah, nanti Bu Manda jadi atasan kamu dong yah? Posisinya apa?Andien: Pelaksana Teknik, Bu. Menggantikan Pak Hadi yang dipindahkan ke Bali.Kanaya: Ah, begitu. Ya sudah, selamat malam yah, Ndien. Maaf ganggu malam-malam.Andien: Selamat malam juga, Bu. Enggak ganggu kok, hehehe.Kanaya langsung cemburu, bagaimana bi
*** Pagi ini, Raka tidak bisa bekerja dengan maksimal. Lagi-lagi yang menyebabkan mood-nya jelek adalah diamnya Kanaya. Selepas Subuh, istrinya tidak bisa di hubungi. Chat darinya pun tidak terkirim. Raka sangat yakin, jika Kanaya marah padanya, istrinya selalu mendiamkannya tanpa sebab tanpa menjelaskan apa salahnya.Raka melewatkan sarapan pagi karena tidak ingin berdebat panjang dengan Maharani. Apalagi saat tahu bahwa saat ini Manda satu divisi dengannya, Maharani pasti akan bertanya dengan antusias.Raka berjalan tak semangat menuju kantin kantor, ia terus melihat ponselnya, berharap chat darinya terkirim. Sungguh, istrinya tak pernah mendiamkannya seperti itu. Ia bingung, kesalahan apa yang membuat Kanaya mengabaikannya?“Pak Raka!” sapa Manda sambil tersenyum.Raka membalas sapaan perempuan itu dengan menganggukan kepala dan tersenyum. Raka tidak ingin terlalu akrab dengan Manda, ia tidak ingin ada yang tahu juga kalau Manda adalah mantan kekasihnya, jika orang-orang di kan
*** Raka benar-benar stress, Kanaya tak menggubris panggilan darinya dari kemarin. Raka tidak mau masalah ini berlarut-larut, ia yakin kalau Kanaya memang marah padanya. Kanaya tak pernah mengabaikannya seperti ini, walaupun istrinya marah, itu hanya sebentar. Tapi, kali ini, Kanaya benar-benar tak membalas semua pesan darinya. Pekerjaannya yang hampir selesai, ia tunda sejenak. Hari ini ia harus ke Bandung, menanyakan langsung pada istrinya kenapa beberapa hari ini ia diabaikan.“Mas, mau ke Bandung nanti sore?” tanya Rieke.“Iya, sekalian ada rapat di sana, jadi bisa sekalian jemput Kanaya dan anak-anak,” jawab Raka.“Balik Jakarta berarti hari Minggu, ya?”“Insya Allah,” balas Raka. “Ibu mana?” tanyanya.“Ibu sudah pergi ke rumah Bude Ajeng pagi-pagi sekali,” jawab Rieke.“Tumben, biasanya ibu pergi selalu nunggu Mas berangkat,” ucap Raka heran.“Ibu kan lagi ngambek sama kamu, Mas,” timpal Rieke.“Ngambek sama Mas?” tanya Raka, ia menunjuk dirinya sendiri.“Iyalah sama Mas Raka,
*** “Kenapa belum nikah?” tanya Regi.“Kamu mau nyariin calon buatku?” balas Bara.“Berat! Kalau nyari calon istri buat kamu, harus yang sempurna mirip denganmu. Aku apalah, manusia yang lingkup pertemanannya saja biasa-biasa saja,” kata Regi sambil terkekeh.“Manusia sama saja, sama-sama makan nasi juga,” timpal Bara.“Eh... aku jadi ingat. Nanti malam ada acara syukuran aqiqah anak ketigaku. Kalau kamu ada waktu, kamu mau datang?” tanya Regi penuh harap.“Sudah anak ketiga lagi? Kamu produktif sekali,” balas Bara.“Alhamdulillah sudah rezekinya. Kanaya juga sudah punya dua, kamu masih ingat sama mantanmu itu, kan?”Bara mengangguk. “Aku ingat.”“Nah, nanti Kanaya juga datang. Siapa tahu kamu penasaran dia sekarang seperti apa,” kata Regi.“Mungkin dia jauh lebih cantik,” ucap Bara sambil tertawa pelan.Regi tertawa. “Tapi, tidak selangsing dulu, tapi cantiknya enggak luntur.”“Nanti malam aku akan datang ke syukuran aqiqah anakmu,” janji Bara. Lalu ia mengeluarkan kartu namanya. “N
*** Kanaya tak menjawab pertanyaan Bara, ia hanya tersenyum. “Aku mau pamit dulu sama Regi dan Wulan,” ucapnya sambil beranjak dari duduknya.“Kamu pulang sendiri, kan?” tanya Bara.Kanaya menggeleng. “Aku sudah ada yang jemput,” balasnya berbohong. Kanaya tahu jika ia bilang pulang naik ojeg online, pasti Bara akan memaksanya untuk diantar pulang.Kanaya pamit pada keluarga besar Regi dan Wulan, meski mereka memaksanya agar diantar oleh Regi, tapi Kanaya tetap dengan pendiriannya. Ia tidak mau merepotkan siapapun.“Kamu itu dari dulu kepala batu, Nay,” keluh Regi.“Itulah sahabatmu, Kanaya Humaira,” balasnya sambil terkekeh.“Saya juga mau pamit pulang, terima kasih jamuan dan sambutan dari semuanya. Saya terharu disambut dengan hangat,” ucap Bara menimpali.“Kita yang tidak enak, takut sambutannya kurang. Kita enggak nyangka, kamu mau datang ke tempat kumuh seperti ini. Terima kasih, Bara,” kata Regi terharu.“Kita itu teman dan juga aku senang berkunjung ke rumahmu, terima kasih m
*** ‘Bara... jangan menceritakan kisah yang lalu. Kamu adalah masa laluku. Memang benar, hatiku pernah patah dan jatuh karena kepergianmu. Tapi, waktu dan juga kedatangan Mas Raka menyembuhkan segalanya. Bagiku, hidup dan bahagiaku saat ini adalah puncak dari segala bahagia yang pernah aku rasakan dan fokus utamaku adalah keluargaku. Aku harap, kamu mengerti dan jangan menabur kisah yang lalu, sebab kisah itu tidak akan pernah tumbuh sama sekali dihatiku.’Bara tidak bisa tidur dari semalam, ucapan Kanaya semalam terus mengiang di telinga dan juga pikirannya. Memang benar apa yang dikatakan oleh perempuan itu, seharusnya ia tidak terbawa suasana saat sedang bersamanya, Bara juga tak mengerti kenapa saat sedang bersama Kanaya ia bisa lepas kendali dan lupa diri. Pengendalian diri dan akal sehatnya hilang begitu saja.Bara benar-benar tidak bisa melupakan Kanaya. Ia sudah berusaha untuk menghapus bayang-bayang kisah indahnya bersama Kanaya saat mereka masih duduk di bangku SMA, tapi se
***"Ini minum!" Kanaya menyerahkan segelas cappucino pada Bara.Bara mengangguk dan langsung meminumnya. Beberapa menit, mereka terdiam. "Aku itu memang manusia yang selalu membuat siapapun sial ya, Nay. Benar kata Daniel, kalau aku terlahir membawa kesialan bagi orang yang ada di sisiku.""Kamu bukan Tuhan dan Tuhan pun tak pernah menciptakan manusia untuk terlahir membawa sial," tukas Kanaya."Tapi aku berbeda, Nay. Aku membuat siapapun yang di dekatku menderita. Mulai dari kamu yang menderita karena aku. Mami yang bertahan menanggung luka demi aku dan sekarang Cherry. Dia menyelamatkanku dan mengorbankan dirinya, bahkan calon anak kami pun ikut jadi korban. Sepertinya aku hidup pun tak layak.""Kamu harus bersyukur, Bara. Kamu dikelilingi oleh orang-orang yang sangat menyayangimu. Apalagi Cherry, istrimu itu begitu mencintaimu, dia menganggap saat ini kamu membencinya karena dia keguguran. Tidak ada pun rasa dendam padamu, dia benar-benar mengkhawatirkanmu," ungkap Kanaya."Nay, ap
***"Kalian yang menjadi penyebab kenapa aku bisa begini!" ungkap Daniel."Kenapa kamu menyalahkan kami karena kemalanganmu, Ha! Kamu sendiri lah yang tahu bagaimana cara untuk membahagiakan diri sendiri. Jangan menyalahkan kemalanganmu pada siapapun!" balas Bara.Melihat keduanya semakin memanas membuat Veronica berusaha untuk menengahinya. "Sudah, kalian jangan bertengkar di depan orang yang sedang sakit," pintanya. "Daniel karena kamu sudah datang untuk menjenguk om, ayo kita makan malam. Tante sudah masak hari ini. Pasti kamu belum makan kan?""Jangan berpura-pura peduli denganku, Tante! Aku tahu selama ini perhatianmu itu palsu dan tak tulus. Kamu hanya ingin anakmu bahagia dan mengorbankan perasaanku, kan? Kamu hanya berpura-pura menyayangiku!" sahut Daniel dengan intonasi suara yang meninggi."Jangan membentak mamiku! Kamu tidak berhak untuk membentaknya!" geram Bara."Oh, kamu cemburu selama ini, kan? Cemburu pada perhatian kedua orang tuamu yang lebih padaku? Kamu ingin meng
***Akhirnya Gibran dan Mutia sah menjadi suami istri. Rasa bahagia campur haru terus saja menyelimuti kedua keluarga keduanya. Apalagi Asep, ia merasa bangga pada anak bungsunya yang begitu lantang saat mengucapkan ijab Kabul."Akhirnya ya, sekarang enggak jomlo dan galau lagi," goda Kanaya sambil terkekeh."Memangnya a Gibran pernah galau, Teh?" tanya Mutia penasaran."Pernah dan galaunya Gibran itu sampai enggak mau makan dan ngurung diri di kamar," jawab Kanaya, ia sengaja menaikkan volume suaranya agar Gibran mendengarnya dengan sangat jelas."Apaan sih, Teh. Teteh mah ngarang! Siapa juga yang galau sampai enggak mau makan," sahut Gibran protes. "Jangan percaya sama teteh ya, geulis (cantik)," tambahnya menatap mesra sang istri."Dih, ngarang dari mana coba! Kalau Teteh ngarang, lalu ucapan mama sama papa disebut apa? Halu?" tukas Kanaya."Teteh bisa diam tidak? Sudah, itu kan zaman Gibran masih labil," ucap Gibran. Ia tidak mau sampai Kanaya terus membahasnya karena takut rahasi
***Pembatalan pernikahan yang diumumkan oleh keluarga Kimberly membuat publik heboh lagi. Publik sudah menduganya karena memang video dan foto tak senonoh yang tersebar itu memang milik Daniel dan mantan kekasihnya. Hal itu sudah dipertegas juga oleh pihak kepolisian dan Daniel pun sudah dimintai keterangan dari pihak berwajib.Daniel diam seribu bahasa saat para awak media terus saja mencecarnya dengan banyak pertanyaan. Kali ini sikap Daniel tak bersahabat, ia berbeda seratus delapan puluh derajat yang biasanya selalu bersikap ramah.Daniel masuk ke mobilnya, hari ini ia sudah janjian bertemu dengan Kim. Daniel yakin pernyataan keluarga besar Kim itu bukan dari perempuan itu.Daniel sudah datang ke salah satu restoran privat, tampak di sana sudah ada Kim yang sudah menunggunya. Daniel senang karena akhirnya ia bisa bertemu dengan calon istrinya itu."Sayang, kamu nunggu lama ya? Maaf ya, aku harus sembunyi-sembunyi menemuimu karena para wartawan terus saja membututiku," ucap Danie
***Berita pagi ini membuat publik sangat heboh. Publik terkejut dengan tersebarnya video dan foto tidak senonoh dari Daniel dan Lucy. Tampak terlihat keduanya dengan jelas adalah pemeran dari video-video itu. Awalnya saat satu foto tersebar, publik menganggap itu hanya foto editan untuk merusak rencana pernikahan Daniel dan Kimberly, namun saat foto dan video lain tersebar membuat publik jadi yakin bahwa keduanya memang pelaku dari video tak senonoh tersebut.Daniel geram karena ponselnya pagi ini sering berdering dan ia terkejut karena berita pagi ini terus saja memojokannya.'Kenapa sampai tersebar berita sialan itu, Ha? Apa kamu belum juga mengurus si jalang itu dan keluarganya?' bentak Daniel, ia memaki asistennya di telepon.'Maaf, Tuan. Berita itu begitu tersebar tanpa bisa saya kendalikan. Saya juga sulit menemukan perempuan itu,' jawabnya.'Kamu tak bisa langsung membungkam media? Harusnya kamu langsung suap mereka dan meminta meraka untuk menghapus berita sialan itu! Kalau p
***Cherry merasa kepalanya pusing dan badannya terasa berbeda. Mood-nya pun kadang tak stabil. Tak jarang ia selalu ketus pada suaminya. Beruntung Bara hanya diam, marahnya lelaki itu hanya mengepalkan tangannya dan meninju ke sembarang tempat.Sebenarnya dua hari ia sempat beli tespack, tapi tak pernah ia pakai karena takut kecewa. Atas saran dari Kanaya karena melihat gejala yang dialaminya seperti sedang hamil.Cherry menghela napas panjang, pagi ini ia harus berani dan jika pun nanti hasilnya tak seperti yang ia harapkan, Cherry tak akan kecewa. Ditatapnya Bara yang sedang tertidur pulas di sampingnya. "Semoga ada kabar bahagia untuk kita, Kak," gumamnya tersenyum dan ia hati-hati turun dari atas kasur.Dua puluh menit Cherry masih di dalam kamar mandi. Bara yang sudah terbangun pun mencari keberadaan istrinya itu. Tampak Cherry ke luar dari kamar mandi dengan wajah yang Bara duga sedang ada masalah."Kamu kenapa? Sakit?" tanya Bara.Chery tersenyum tipis. "Kak pagi ini bisa anta
***Raka saat ini sedang menunggu seseorang di sebuah cafe. Semalam ia tidak bisa tidur saat Kanaya menceritakan dengan detail tentang pertemuannya dengan Daniel. Raka merasa beruntung karena saat ini Kanaya tak menyembunyikan rahasia apapun darinya.Raka sudah menunggu kurang lebih lima belas menit, lelaki itu tak kunjung datang. Tak lama datanglah orang yang ia tunggu kedatangannya."Maaf agak telat," ucapnya beralasan."Tak masalah, hanya lima belas menit menunggumu," balas Raka. "Mau pesan apa?" tanyanya."Capuccino panas saja," jawabnya. Raka langsung memanggil pelayan dan mengatakan pesanannya, setelah pelayan pergi, barulah Raka mulai bicara serius. "Maaf menganggu waktumu, pasti kamu bingung kenapa tiba-tiba aku menghubungimu dan meminta untuk bertemu," ucapnya."Iya, ada hal yang ingin kamu bicarakan denganku?" tanya Bara."Banyak, apalagi ini menyangkut istriku," jawab Raka."Ada apa dengan Kanaya?" tanya Bara, ia merasa cemas jika terjadi sesuatu pada Kanaya."Dia tak kenap
***"Ternyata capek ya ngurus lamaran juga. Apalagi nanti kalau nikah," keluh Rieke."Kalau memang ingin di handle sendiri ya pasti capek, tapi nanti ada kepuasan sendiri setelah semua yang kamu susun itu berhasil dengan sempurna," ujar Kanaya."Iya, Nay. Aku ingin pernikahanku ini benar-benar berkesan. Biar aku ingat terus," timpal Rieke. "Dulu saat kamu dan mas Raka nikah, apa secapek ini?" tanyanya penasaran.Kanaya mengangguk. "Pasti capek, stres karena ngurus sendiri. Ada yang salah dikit, cemasnya luar biasa. Takut saja ada yang kurang," jawabnya tersenyum."Iya, sih. Kita kan enggak pakai jasa WO. Aku sih ditawarin sama teman, tapi aku menolak karena memang ingin mengurusnya sendirian," sahut Rieke."Tapi nanti jangan kecapean ya! Kamu kan calon pengantinnya, harus sehat biar enggak sakit. Jangan kayak aku, pas acara berakhir kan masuk rumah sakit karena kelelahan," ucap Kanaya mengingatkan."Iya, Nay. Nanti kalau seminggu mau mendekati hari H-nya, aku mau istirahat full di rum
***Publik heboh dengan berita rencana pernikahan Daniel dengan Kimberly. Publik tak menyangka bahwa perjalanan si lelaki playboy itu akhirnya berhenti di hati Kimberly. Padahal yang publik ketahui bahwa selama ini Daniel selalu mengatakan bahwa lelaki itu akan melajang dan tak ingin menikah sama sekali.Berita yang menjadi hot topik itu tentu saja membuat siapapun ingin tahu dan membayangkan bahwa pesta pernikahan keduanya pasti akan digelar sangat mewah, tak kalah dari pesta pernikahan Bara dan juga Cherry."Daniel..." Kim memanggil calon suaminya itu dengan lembut."Ada apa, Honey?" tanya Daniel menatap Kim mesra."Apa kamu serius menikah denganku?" tanya Kim menatap ragu.Daniel tersenyum. "Bukankah aku sudah datang menemui kedua orang tuamu di Jerman? Aku menemui mereka tanpa diketahui kamu. Aku serius denganmu, apa kamu masih meragukan ketulusanku?"Kim menggelengkan kepalanya. "Aku hanya tak yakin saja dengan rencana ini yang tiba-tiba. Apa kamu benar-benar melabuhkan hatimu pa