Home / Pernikahan / Bukan Suami Sempurna / 6. Senyummu adalah Bahagiaku

Share

6. Senyummu adalah Bahagiaku

Author: ISMI
last update Last Updated: 2024-06-03 16:23:54

*** 

Akhirnya Raka bisa melihat senyum mengembang di wajah Kanaya, kedua anaknya pun sangat bahagia karena mereka  bisa jalan-jalan dengannya. Raka memang salah, ia tidak menyempatkan waktu yang banyak untuk keluarga kecilnya. Semua disebabkan oleh proyek yang sedang dikerjakannya di kantor.

Maryam dan Adam terus saja bermain dengan riang di wahana permainan di salah satu Mall besar di Jakarta. Kanaya dan Raka melihatnya sambil mengulas senyum.

“Mas, ke Riau berapa lama?” tanya Kanaya.

“Seminggu, Sayang. Insya Allah Senin pagi sudah di Jakarta lagi, mau dibawa oleh-oleh apa?”

Kanaya menggeleng lemah, “Aku maunya Mas pulang cepat saja,” sahutnya manja.

Raka tertawa pelan, lalu ia genggam erat tangan Kanaya dan mengecupnya. “Nanti setelah proyek ini selesai, kita jalan-jalan ke Bali, kamu mau?” 

Kedua mata Kanaya membulat sempurna dan di mata Raka itu sangat menggemaskan. “Mau banget, Mas. Sudah lama kita tidak liburan bareng-bareng. Tapi, kapan proyeknya selesai?” tanya Kanaya.

"Akhir tahun biasanya sudah hampir selesai,” jawab Raka.

“Masih lama,” keluh Kanaya.

“Sabar, Sayang. Mas janji mau ngambil cuti panjang buat kalian,” janji Raka.

“Mas …,” lirih Kanaya.

“Ada apa?”

“Aku kangen sama mama,” balasnya pelan.

“Kamu mau pulang ke Bandung?” 

Kanaya mengangguk, “Kanaya kangen sama keluarga di Bandung dan juga sudah lama mereka tidak ketemu cucu-cucunya, boleh enggak?” 

“Boleh saja, tapi nanti nunggu Mas pulang dari Riau ya, Mas pingin antar kamu dan anak-anak,” pintanya.

Kanaya menggelengkan kepalanya, “Maunya Minggu ini, Mas. Soalnya lusa ada temanku yang nikah, kebetulan Mas juga kan lagi dinas ke luar kota. Enggak lama kok, pokoknya Mas pulang, aku dan anak-anak sudah sampai Jakarta.”

“Tapi, Mas pingin antar kalian.”

“Kapan-kapan saja, Mas. Kan Mas juga lagi sibuk. Boleh ya, Mas,” cicit Kanaya dengan manja.

Raka menghela napas, lalu ia mengangguk. “Boleh, tapi ada syaratnya.”

“Apa syaratnya?” tanya Kanaya antusias.

“Malam ini, Mas pingin kamu ya, Sayang,” bisiknya menggoda.

Kanaya langsung merona dibuatnya, “Apaan sih, Mas. Kalau mau enggak usah izin segala,” balas Kanaya malu-malu.

“Mas harus izinlah, Mood-mu itu selalu tidak mendukung kalau Mas lagi pingin,” ucap Raka.

“Makanya Mas harus buat istri bahagia terus, biar Mood-nya juga bagus. Nanti, kan Mas dapat pelayanan VVIP,” tukas Kanaya.

“Jadi, kalau Mood-mu tidak bagus dan Mas bikin kamu kesal, Mas enggak dapat pelayanan VVIP?” tanya Raka.

“Iya, Mas harus turun kelas, Mas dapatnya pelayanan ekonomi,” sahut Kanaya sambil terkekeh.

“Kamu ada-ada saja, Sayang,” kata Raka tersenyum. 

Raka senang melihat Kanaya kembali menggemaskan, baginya senyum Kanaya adalah bahagianya. Raka berjanji akan lebih banyak meluangkan waktu untuk istri dan kedua anaknya.

“Sayang, I love you so much,” bisik Raka di telinga Kanaya.

Kanaya hanya tersenyum dan menatap suaminya dengan hangat, “I love you, More,” balasnya dengan pipi yang merona.

*** 

“Mas-mu belum pulang?” tanya Maharani pada Rieke.

“Belum, Bu. Kan lagi jalan-jalan,” jawab Rieke.

“Kamu sudah mengurus kepindahanmu ke sini?” tanya Maharani.

“Sudah dong, Bu. Tapi, yah mungkin agak lama prosesnya.”

“Besok Adrian dan Salsa mau ke sini,” ucap Maharani.

“Sama Mas Rama juga?” tanya Rieke.

“Iyalah, Rama itu ayah mereka,” jawab Maharani.

“Adrian sama Salsa mau lama di sini?”

“Sepertinya. Katanya di sana Mas-mu itu keteteran. Dan pengasuh mereka tiba-tiba berhenti karena ibunya sendirian di kampung,” jawab Maharani.

“Bagus dong, Bu. Nanti rumah kan ramai. Nanti Adam dan Maryam ada teman mainnya,” tukas Rieke.

“Ibu hanya menyesal saja dengan Mas-mu itu. Dia kok bisa salah pilih istri! Di keluarga kita tidak ada yang bercerai, tapi  Rama malah bercerai. Ibu dari awal memang enggak sreg sama pilihan Mas-mu itu. Dia tidak nurut sama Ibu. Coba saja dulu Rama mau Ibu jodohkan dengan anaknya teman Ibu yang di Solo, mungkin rumah tangga mereka baik-baik saja,” kesal Maharani.

“Ibu memang selalu enggak setuju sama pilihan anak-anak Ibu. Ibu juga dari awal enggak setuju Mas Raka nikah sama Kanaya, alasan Ibu karena suku-nya berbeda.”

“Ibu maunya kan mantu orang Jawa juga. Padahal Manda itu Ibu sudah suka, dia dari Yogyakarta dan ada turunan darah biru, tapi Raka malah putus dengannya,” sesal Maharani.

“Bu, sudahlah, namanya juga jodoh. Jodoh itu yang ngatur Gusti Allah, bukan ibu,” celetuk Rieke.

“Hush! Kamu itu. Ibu hanya menyayangkan saja pilihan kedua Mas-mu itu, tidak pernah nurut sama Ibu. Kamu harus nurut sama Ibu, kalau bisa nanti Ibu kenalkan sama anak teman ibu. Dia kerjaannya sudah mapan, seorang dokter dan sudah jadi PNS. Kamu nanti akan terjamin hidupnya.”

“Bu, biar aku saja yang cari. Kan yang mau nikah itu aku, bukan Ibu. Jadi, Ibu cukup doakan saja,” kata Rieke.

“Enggak! Ibu enggak mau ngalah lagi, kamu harus nurut sama Ibu!” tegas Maharani.

“Gara-gara sikap Ibu membuatku sampai saat ini sulit ketemu jodoh!” kesal Rieke, lalu ia pergi ke kamarnya.

“Duh, Gusti … kenapa semua anakku tidak ada yang nurut!” keluh Maharani sambil memijit keningnya.

*** 

Alisya menatap saku celana suaminya dengan perasaan gusar, ada sapu tangan berwarna pink bergambar hati yang terselip di saku kemeja Zul. Alisya ingat bahwa ia tidak mempunyai sapu tangan seperti ini.

Alisya curiga, ia takut bahwa apa yang dikatakan oleh teman-temannya yang mengatakan suaminya bermain dengan wanita lain terbukti. Alisya langsung menggelengkan kepalanya, ia menepis pikiran buruk tentang suaminya itu.

Alisya tahu bahwa Zul adalah suami setia dan sangat sayang padanya dan juga pada ke-empat anaknya. Ia langsung mengumpulkan baju suaminya yang kotor untuk dicuci.

“Bang, bangun. Sudah mau sore,” bisik Alisya lembut.

Zul membuka kedua matanya dengan berat, lalu ia merentangkan kedua tangannya agar Alisya menghampirinya.

Alisya tersenyum malu, lalu ia memeluk suaminya dengan perasaan rindu yang tak tertahankan.

“Aku sangat rindu sama kamu, Bang. Kamu sangat sibuk, sampai pulang ke rumah dua minggu sekali,” ucap Alisya.

“Abang juga rindu kamu dan anak-anak, tapi bagaimana lagi, kerjaan Abang tidak bisa ditunda lagi,” balasnya sambil mengecup puncak kepala Alisya.

“Tapi, Bang … apa kita tidak bisa ikut ke sana?” tanya Alisya.

“Kalau kamu ikut, anak-anak sekolah bagaimana?”

Alisya langsung mengangguk, “Ah … iya, anak-anak bagaimana nanti sekolahnya. Tapi, kita kangen terus sama Abang. Aku suka nangis sendirian, kalau anak-anak lagi sakit atau pada berantem, aku butuh Abang sebagai sandaran,” keluhnya.

“Sabar yah, cinta. Pahala kamu mengalir deras mengurus anak-anak. Abang janji nanti pulangnya akan lebih sering. Tapi, untuk saat ini kamu dan anak-anak harus bersabar,” ucap Zul menenangkan.

“Aku selalu sabar ngurus anak-anak, tapi aku juga butuh perhatian dari Abang. Abang sulit dihubungi, balas pesanku juga sangat lama. Sesibuk itu, kah?”

Zul mengangguk, “Waktu untuk diri sendiri saja sulit. Di sana Abang kadang makan hanya sekali karena saking sibuknya.”

“Kasihan sekali suamiku, tidak ada yang merhatiin di sana,” sesal Alisya sedih.

“Jika lelah, Abang selalu ingat kalian. Abang  kerja keras demi kalian, demi masa depan kita,” ucap Zul.

Alisya mengangguk dan tersenyum. “Ya udah Abang mandi dulu. Anak-anak minta malam ini jalan-jalan, mereka nagih.”

“Oke, Bidadari hatiku. Malam ini Abang akan ajak kalian jalan-jalan sepuasnya,” balas Zul, lalu ia pergi ke kamar mandi.

Alisya tersenyum melihat tingkah suaminya itu. Lalu, ia merapihkan kamar, saat ia akan melipat selimut, ponsel suaminya berbunyi. Ada pesan yang masuk, tadinya Alisya tak mempedulikannya, tapi matanya langsung terkejut, ketika melihat tanda hati yang mengirim pesan padanya.

Alisya langsung membuka ponsel Zul, tapi saat ia membuka kode layar kunci ponsel Zul, kata sandi salah. Lalu, ia mencobanya sampai tiga kali, tapi tetap saja gagal. Ponsel Zul tidak bisa ia buka.

Alisya langsung lemas, ia harus tahu siapa Inisial tanda hati yang mengirim pesan pada suaminya itu.

***

Related chapters

  • Bukan Suami Sempurna    7. Perempuan Mudah Cemburu

    *** Zul baru saja selesai mandi, ia terkejut saat melihat Alisya menangis sesenggukan. “Sya, kenapa menangis?” tanya Zul nenatap istrinya.Alisya tak menjawabnya, ia hanya menunjukan ponsel suaminya, “Siapa orang yang mengirim pesan padamu? Kenapa kamu menamakannya dengan emoji hati?’ suara Alisya bergetar.Zul langsung menghampiri istrinya, “Kontak di ponsel Abang semuanya pakai nama, enggak ada yang aneh-aneh,” sahutnya heran.“Kamu pikir, aku bodoh dan mudah ditipu?” lalu, ini apa?” teriak Alisya.“Alisya, jangan marah dulu! Sini Abang lihat, siapa memangnya yang kirim pesan,” kata Zul dengan lembut.“Jangan mencari alasan, kamu! Katakan siapa perempuan itu? Apa dia yang menjadi kamu jarang pulang ke rumah? Apa kamu selingkuh?” cerca Alisya menatap tajam.“Sya, Istighfar … kita bicarakan baik-baik dulu! Abang lihat dulu siapa yang kirim, nanti setelah tahu siapa yang kirim pesan ini, kamu bebas mau marah atau benci sama Abang,” ucap Zul lembut.“Kenapa ponselmu menggunakan kata sa

    Last Updated : 2024-06-06
  • Bukan Suami Sempurna    8. Penyesalan itu Terus Tumbuh

    *** Bara tersenyum saat Kanaya terkejut karena dirinya belum juga menikah. “Kamu kenapa terkejut gitu, Nay?” tanyanya.“Tentu saja aku terkejut. Bukankah kamu lelaki yang nyaris sempurna, jadi kalau mau mencari perempuan manapun untuk dijadikan istri pasti enggak sulit,” jawab Kanaya.“Perempuan banyak, Nay. Tapi, kalau hati enggak sreg ya mau gimana. Lagian aku harus benar-benar mencari istri yang pas, aku tidak mau asal-asalan,” ujar Bara.“Benar sih, menikah itu ibadah seumur hidup, jadi jangan asal ada atau dikejar usia untuk memutuskan menikah. Tapi, jangan sampai kamu ingin yang sempurna. Saat kamu menemukan seseorang dan kamu merasa dia kurang apa gitu, kamu mundur lagi. Aku harap alasanmu belum menikah bukan karena hal itu lagi,” ucap Kanaya.Bara menatap netra Kanaya dengan lembut. “Kamu nyindir aku, Nay? Kamu masih ingat dengan kandasnya hubungan kita di masa lalu?” Kanaya menggeleng pelan. “Aku hanya mengingatkanmu saja. Jangan sampai kisah yang lalu terulang lagi. Aku en

    Last Updated : 2024-06-07
  • Bukan Suami Sempurna    9. Cinta di Masa Lalu Datang Kembali

    *** Raka sudah sampai di Jakarta, ia sangat sibuk sampai dari bandara langsung pergi ke kantor. Masih banyak hal yang ingin dikerjakan. Raka ingin pekerjannnya selesai, ia ingin menikmati banyak waktu yang luang bersama istri dan kedua anaknya.“Pak Raka!” seru Andien, ia adalah salah satu staf di divisi-nya.“Kenapa kamu melihat saya kayak lihat hantu?” celetuk Raka.“Bb..bukan maksud saya begitu, Pak. Saya kaget karena Bapak sangat pagi sekali di kantor. Saya pikir Bapak masih di rumah,” jawab Andien dengan sopan.“Saya langsung ke kantor, masih banyak berkas yang harus saya tanda tangani, sampai bandara itu Subuh, jadi kalau pulang ke rumah bisa siang datang ke kantor,” kata Raka membeberkan alasannya.‘Tumben banget Pak Raka langsung datang ke kantor, bukan ke rumah. Apa Pak Raka sedang ada masalah dengan Bu Kanaya yah?’ batin Andien bertanya.“Kamu kenapa melamun gitu?” tanya Raka.Andien langsung tersenyum kikuk, ia merasa kecolongan. “Enggak, Pak. Saya datang ke ruangan Bapak

    Last Updated : 2024-06-10
  • Bukan Suami Sempurna    10. Cemburu Istri dan Ibu

    *** Kanaya tertegun sejenak, saat melihat status Whatsapp milik Andien, ia jelas melihat ada wanita itu, wanita yang menjadi mantan terindah dari suaminya, wanita yang dari awal pernikahan mereka masih saja namanya disebut oleh Raka.Kanaya kesal, ia merasa cemburu, apalagi saat Raka sulit untuk dihubungi. Kanaya langsung mengetik pesan, membalas status Whatsapp-nya Andien.Kanaya: Wah, sudah lama yah divisi kalian tidak makan siang bersama. Eh, itu ada yang baru, siapa?Tak lama berselang, balasan dari Andien masuk ke ponsel Kanaya.Andien: Iya, Bu. Hehehe. Kita makan-makan karena di traktir sama atasan yang baru, katanya untuk salam perkenalan. Namanya Bu Manda.Kanaya: Wah, nanti Bu Manda jadi atasan kamu dong yah? Posisinya apa?Andien: Pelaksana Teknik, Bu. Menggantikan Pak Hadi yang dipindahkan ke Bali.Kanaya: Ah, begitu. Ya sudah, selamat malam yah, Ndien. Maaf ganggu malam-malam.Andien: Selamat malam juga, Bu. Enggak ganggu kok, hehehe.Kanaya langsung cemburu, bagaimana bi

    Last Updated : 2024-06-13
  • Bukan Suami Sempurna    11. Apa Kamu Masih Menyimpan Luka itu?

    *** Pagi ini, Raka tidak bisa bekerja dengan maksimal. Lagi-lagi yang menyebabkan mood-nya jelek adalah diamnya Kanaya. Selepas Subuh, istrinya tidak bisa di hubungi. Chat darinya pun tidak terkirim. Raka sangat yakin, jika Kanaya marah padanya, istrinya selalu mendiamkannya tanpa sebab tanpa menjelaskan apa salahnya.Raka melewatkan sarapan pagi karena tidak ingin berdebat panjang dengan Maharani. Apalagi saat tahu bahwa saat ini Manda satu divisi dengannya, Maharani pasti akan bertanya dengan antusias.Raka berjalan tak semangat menuju kantin kantor, ia terus melihat ponselnya, berharap chat darinya terkirim. Sungguh, istrinya tak pernah mendiamkannya seperti itu. Ia bingung, kesalahan apa yang membuat Kanaya mengabaikannya?“Pak Raka!” sapa Manda sambil tersenyum.Raka membalas sapaan perempuan itu dengan menganggukan kepala dan tersenyum. Raka tidak ingin terlalu akrab dengan Manda, ia tidak ingin ada yang tahu juga kalau Manda adalah mantan kekasihnya, jika orang-orang di kan

    Last Updated : 2024-06-14
  • Bukan Suami Sempurna    12. Menjaga Perasaannya

    *** Raka benar-benar stress, Kanaya tak menggubris panggilan darinya dari kemarin. Raka tidak mau masalah ini berlarut-larut, ia yakin kalau Kanaya memang marah padanya. Kanaya tak pernah mengabaikannya seperti ini, walaupun istrinya marah, itu hanya sebentar. Tapi, kali ini, Kanaya benar-benar tak membalas semua pesan darinya. Pekerjaannya yang hampir selesai, ia tunda sejenak. Hari ini ia harus ke Bandung, menanyakan langsung pada istrinya kenapa beberapa hari ini ia diabaikan.“Mas, mau ke Bandung nanti sore?” tanya Rieke.“Iya, sekalian ada rapat di sana, jadi bisa sekalian jemput Kanaya dan anak-anak,” jawab Raka.“Balik Jakarta berarti hari Minggu, ya?”“Insya Allah,” balas Raka. “Ibu mana?” tanyanya.“Ibu sudah pergi ke rumah Bude Ajeng pagi-pagi sekali,” jawab Rieke.“Tumben, biasanya ibu pergi selalu nunggu Mas berangkat,” ucap Raka heran.“Ibu kan lagi ngambek sama kamu, Mas,” timpal Rieke.“Ngambek sama Mas?” tanya Raka, ia menunjuk dirinya sendiri.“Iyalah sama Mas Raka,

    Last Updated : 2024-06-14
  • Bukan Suami Sempurna    13. Sempurna Bersamanya

    *** “Kenapa belum nikah?” tanya Regi.“Kamu mau nyariin calon buatku?” balas Bara.“Berat! Kalau nyari calon istri buat kamu, harus yang sempurna mirip denganmu. Aku apalah, manusia yang lingkup pertemanannya saja biasa-biasa saja,” kata Regi sambil terkekeh.“Manusia sama saja, sama-sama makan nasi juga,” timpal Bara.“Eh... aku jadi ingat. Nanti malam ada acara syukuran aqiqah anak ketigaku. Kalau kamu ada waktu, kamu mau datang?” tanya Regi penuh harap.“Sudah anak ketiga lagi? Kamu produktif sekali,” balas Bara.“Alhamdulillah sudah rezekinya. Kanaya juga sudah punya dua, kamu masih ingat sama mantanmu itu, kan?”Bara mengangguk. “Aku ingat.”“Nah, nanti Kanaya juga datang. Siapa tahu kamu penasaran dia sekarang seperti apa,” kata Regi.“Mungkin dia jauh lebih cantik,” ucap Bara sambil tertawa pelan.Regi tertawa. “Tapi, tidak selangsing dulu, tapi cantiknya enggak luntur.”“Nanti malam aku akan datang ke syukuran aqiqah anakmu,” janji Bara. Lalu ia mengeluarkan kartu namanya. “N

    Last Updated : 2024-06-14
  • Bukan Suami Sempurna    14. Kamu Hanya Pernah Singgah

    *** Kanaya tak menjawab pertanyaan Bara, ia hanya tersenyum. “Aku mau pamit dulu sama Regi dan Wulan,” ucapnya sambil beranjak dari duduknya.“Kamu pulang sendiri, kan?” tanya Bara.Kanaya menggeleng. “Aku sudah ada yang jemput,” balasnya berbohong. Kanaya tahu jika ia bilang pulang naik ojeg online, pasti Bara akan memaksanya untuk diantar pulang.Kanaya pamit pada keluarga besar Regi dan Wulan, meski mereka memaksanya agar diantar oleh Regi, tapi Kanaya tetap dengan pendiriannya. Ia tidak mau merepotkan siapapun.“Kamu itu dari dulu kepala batu, Nay,” keluh Regi.“Itulah sahabatmu, Kanaya Humaira,” balasnya sambil terkekeh.“Saya juga mau pamit pulang, terima kasih jamuan dan sambutan dari semuanya. Saya terharu disambut dengan hangat,” ucap Bara menimpali.“Kita yang tidak enak, takut sambutannya kurang. Kita enggak nyangka, kamu mau datang ke tempat kumuh seperti ini. Terima kasih, Bara,” kata Regi terharu.“Kita itu teman dan juga aku senang berkunjung ke rumahmu, terima kasih m

    Last Updated : 2024-06-15

Latest chapter

  • Bukan Suami Sempurna    143. Mari Saling Mengenggam Tangan (TAMAT)

    ***"Ini minum!" Kanaya menyerahkan segelas cappucino pada Bara.Bara mengangguk dan langsung meminumnya. Beberapa menit, mereka terdiam. "Aku itu memang manusia yang selalu membuat siapapun sial ya, Nay. Benar kata Daniel, kalau aku terlahir membawa kesialan bagi orang yang ada di sisiku.""Kamu bukan Tuhan dan Tuhan pun tak pernah menciptakan manusia untuk terlahir membawa sial," tukas Kanaya."Tapi aku berbeda, Nay. Aku membuat siapapun yang di dekatku menderita. Mulai dari kamu yang menderita karena aku. Mami yang bertahan menanggung luka demi aku dan sekarang Cherry. Dia menyelamatkanku dan mengorbankan dirinya, bahkan calon anak kami pun ikut jadi korban. Sepertinya aku hidup pun tak layak.""Kamu harus bersyukur, Bara. Kamu dikelilingi oleh orang-orang yang sangat menyayangimu. Apalagi Cherry, istrimu itu begitu mencintaimu, dia menganggap saat ini kamu membencinya karena dia keguguran. Tidak ada pun rasa dendam padamu, dia benar-benar mengkhawatirkanmu," ungkap Kanaya."Nay, ap

  • Bukan Suami Sempurna    142. Ingin Bahagia

    ***"Kalian yang menjadi penyebab kenapa aku bisa begini!" ungkap Daniel."Kenapa kamu menyalahkan kami karena kemalanganmu, Ha! Kamu sendiri lah yang tahu bagaimana cara untuk membahagiakan diri sendiri. Jangan menyalahkan kemalanganmu pada siapapun!" balas Bara.Melihat keduanya semakin memanas membuat Veronica berusaha untuk menengahinya. "Sudah, kalian jangan bertengkar di depan orang yang sedang sakit," pintanya. "Daniel karena kamu sudah datang untuk menjenguk om, ayo kita makan malam. Tante sudah masak hari ini. Pasti kamu belum makan kan?""Jangan berpura-pura peduli denganku, Tante! Aku tahu selama ini perhatianmu itu palsu dan tak tulus. Kamu hanya ingin anakmu bahagia dan mengorbankan perasaanku, kan? Kamu hanya berpura-pura menyayangiku!" sahut Daniel dengan intonasi suara yang meninggi."Jangan membentak mamiku! Kamu tidak berhak untuk membentaknya!" geram Bara."Oh, kamu cemburu selama ini, kan? Cemburu pada perhatian kedua orang tuamu yang lebih padaku? Kamu ingin meng

  • Bukan Suami Sempurna    141. Hati yang Terlalu Berharga

    ***Akhirnya Gibran dan Mutia sah menjadi suami istri. Rasa bahagia campur haru terus saja menyelimuti kedua keluarga keduanya. Apalagi Asep, ia merasa bangga pada anak bungsunya yang begitu lantang saat mengucapkan ijab Kabul."Akhirnya ya, sekarang enggak jomlo dan galau lagi," goda Kanaya sambil terkekeh."Memangnya a Gibran pernah galau, Teh?" tanya Mutia penasaran."Pernah dan galaunya Gibran itu sampai enggak mau makan dan ngurung diri di kamar," jawab Kanaya, ia sengaja menaikkan volume suaranya agar Gibran mendengarnya dengan sangat jelas."Apaan sih, Teh. Teteh mah ngarang! Siapa juga yang galau sampai enggak mau makan," sahut Gibran protes. "Jangan percaya sama teteh ya, geulis (cantik)," tambahnya menatap mesra sang istri."Dih, ngarang dari mana coba! Kalau Teteh ngarang, lalu ucapan mama sama papa disebut apa? Halu?" tukas Kanaya."Teteh bisa diam tidak? Sudah, itu kan zaman Gibran masih labil," ucap Gibran. Ia tidak mau sampai Kanaya terus membahasnya karena takut rahasi

  • Bukan Suami Sempurna    140. Sedekat Denyut Nadi

    ***Pembatalan pernikahan yang diumumkan oleh keluarga Kimberly membuat publik heboh lagi. Publik sudah menduganya karena memang video dan foto tak senonoh yang tersebar itu memang milik Daniel dan mantan kekasihnya. Hal itu sudah dipertegas juga oleh pihak kepolisian dan Daniel pun sudah dimintai keterangan dari pihak berwajib.Daniel diam seribu bahasa saat para awak media terus saja mencecarnya dengan banyak pertanyaan. Kali ini sikap Daniel tak bersahabat, ia berbeda seratus delapan puluh derajat yang biasanya selalu bersikap ramah.Daniel masuk ke mobilnya, hari ini ia sudah janjian bertemu dengan Kim. Daniel yakin pernyataan keluarga besar Kim itu bukan dari perempuan itu.Daniel sudah datang ke salah satu restoran privat, tampak di sana sudah ada Kim yang sudah menunggunya. Daniel senang karena akhirnya ia bisa bertemu dengan calon istrinya itu."Sayang, kamu nunggu lama ya? Maaf ya, aku harus sembunyi-sembunyi menemuimu karena para wartawan terus saja membututiku," ucap Danie

  • Bukan Suami Sempurna    139. Badai Kehancuran Telah Datang

    ***Berita pagi ini membuat publik sangat heboh. Publik terkejut dengan tersebarnya video dan foto tidak senonoh dari Daniel dan Lucy. Tampak terlihat keduanya dengan jelas adalah pemeran dari video-video itu. Awalnya saat satu foto tersebar, publik menganggap itu hanya foto editan untuk merusak rencana pernikahan Daniel dan Kimberly, namun saat foto dan video lain tersebar membuat publik jadi yakin bahwa keduanya memang pelaku dari video tak senonoh tersebut.Daniel geram karena ponselnya pagi ini sering berdering dan ia terkejut karena berita pagi ini terus saja memojokannya.'Kenapa sampai tersebar berita sialan itu, Ha? Apa kamu belum juga mengurus si jalang itu dan keluarganya?' bentak Daniel, ia memaki asistennya di telepon.'Maaf, Tuan. Berita itu begitu tersebar tanpa bisa saya kendalikan. Saya juga sulit menemukan perempuan itu,' jawabnya.'Kamu tak bisa langsung membungkam media? Harusnya kamu langsung suap mereka dan meminta meraka untuk menghapus berita sialan itu! Kalau p

  • Bukan Suami Sempurna    138. Dendam yang Tak Bisa Dipadamkan

    ***Cherry merasa kepalanya pusing dan badannya terasa berbeda. Mood-nya pun kadang tak stabil. Tak jarang ia selalu ketus pada suaminya. Beruntung Bara hanya diam, marahnya lelaki itu hanya mengepalkan tangannya dan meninju ke sembarang tempat.Sebenarnya dua hari ia sempat beli tespack, tapi tak pernah ia pakai karena takut kecewa. Atas saran dari Kanaya karena melihat gejala yang dialaminya seperti sedang hamil.Cherry menghela napas panjang, pagi ini ia harus berani dan jika pun nanti hasilnya tak seperti yang ia harapkan, Cherry tak akan kecewa. Ditatapnya Bara yang sedang tertidur pulas di sampingnya. "Semoga ada kabar bahagia untuk kita, Kak," gumamnya tersenyum dan ia hati-hati turun dari atas kasur.Dua puluh menit Cherry masih di dalam kamar mandi. Bara yang sudah terbangun pun mencari keberadaan istrinya itu. Tampak Cherry ke luar dari kamar mandi dengan wajah yang Bara duga sedang ada masalah."Kamu kenapa? Sakit?" tanya Bara.Chery tersenyum tipis. "Kak pagi ini bisa anta

  • Bukan Suami Sempurna    137. Sayap Pelindung

    ***Raka saat ini sedang menunggu seseorang di sebuah cafe. Semalam ia tidak bisa tidur saat Kanaya menceritakan dengan detail tentang pertemuannya dengan Daniel. Raka merasa beruntung karena saat ini Kanaya tak menyembunyikan rahasia apapun darinya.Raka sudah menunggu kurang lebih lima belas menit, lelaki itu tak kunjung datang. Tak lama datanglah orang yang ia tunggu kedatangannya."Maaf agak telat," ucapnya beralasan."Tak masalah, hanya lima belas menit menunggumu," balas Raka. "Mau pesan apa?" tanyanya."Capuccino panas saja," jawabnya. Raka langsung memanggil pelayan dan mengatakan pesanannya, setelah pelayan pergi, barulah Raka mulai bicara serius. "Maaf menganggu waktumu, pasti kamu bingung kenapa tiba-tiba aku menghubungimu dan meminta untuk bertemu," ucapnya."Iya, ada hal yang ingin kamu bicarakan denganku?" tanya Bara."Banyak, apalagi ini menyangkut istriku," jawab Raka."Ada apa dengan Kanaya?" tanya Bara, ia merasa cemas jika terjadi sesuatu pada Kanaya."Dia tak kenap

  • Bukan Suami Sempurna    136. Candu yang Memabukkan

    ***"Ternyata capek ya ngurus lamaran juga. Apalagi nanti kalau nikah," keluh Rieke."Kalau memang ingin di handle sendiri ya pasti capek, tapi nanti ada kepuasan sendiri setelah semua yang kamu susun itu berhasil dengan sempurna," ujar Kanaya."Iya, Nay. Aku ingin pernikahanku ini benar-benar berkesan. Biar aku ingat terus," timpal Rieke. "Dulu saat kamu dan mas Raka nikah, apa secapek ini?" tanyanya penasaran.Kanaya mengangguk. "Pasti capek, stres karena ngurus sendiri. Ada yang salah dikit, cemasnya luar biasa. Takut saja ada yang kurang," jawabnya tersenyum."Iya, sih. Kita kan enggak pakai jasa WO. Aku sih ditawarin sama teman, tapi aku menolak karena memang ingin mengurusnya sendirian," sahut Rieke."Tapi nanti jangan kecapean ya! Kamu kan calon pengantinnya, harus sehat biar enggak sakit. Jangan kayak aku, pas acara berakhir kan masuk rumah sakit karena kelelahan," ucap Kanaya mengingatkan."Iya, Nay. Nanti kalau seminggu mau mendekati hari H-nya, aku mau istirahat full di rum

  • Bukan Suami Sempurna    135. Jimat Kebahagiaan

    ***Publik heboh dengan berita rencana pernikahan Daniel dengan Kimberly. Publik tak menyangka bahwa perjalanan si lelaki playboy itu akhirnya berhenti di hati Kimberly. Padahal yang publik ketahui bahwa selama ini Daniel selalu mengatakan bahwa lelaki itu akan melajang dan tak ingin menikah sama sekali.Berita yang menjadi hot topik itu tentu saja membuat siapapun ingin tahu dan membayangkan bahwa pesta pernikahan keduanya pasti akan digelar sangat mewah, tak kalah dari pesta pernikahan Bara dan juga Cherry."Daniel..." Kim memanggil calon suaminya itu dengan lembut."Ada apa, Honey?" tanya Daniel menatap Kim mesra."Apa kamu serius menikah denganku?" tanya Kim menatap ragu.Daniel tersenyum. "Bukankah aku sudah datang menemui kedua orang tuamu di Jerman? Aku menemui mereka tanpa diketahui kamu. Aku serius denganmu, apa kamu masih meragukan ketulusanku?"Kim menggelengkan kepalanya. "Aku hanya tak yakin saja dengan rencana ini yang tiba-tiba. Apa kamu benar-benar melabuhkan hatimu pa

DMCA.com Protection Status