*** “Kamu tahu kenapa saya meminta Andien untuk memanggilmu ke ruangan saya?” tanya Raka, ia menatap tajam ke kedua gadis yang saat ini sedang menunduk.“Saya tahu, Pak. Maafkan saya dan teman saya,” balasnya pelan sambil terus menunduk.“Siapa namamu?” tanya Raka dengan dingin.“De__dela, Pak,” jawabnya pelan.“Dan kamu?” tanya Raka lagi.“Ssa__saya Fitri, Pak,” jawabnya gugup.“Kenapa kalian memotret saya dan Bu Manda diam-diam di kantor?’ tanya Raka dengan tatapan yang membuat kedua gadis itu merinding.“Saya hanya iseng dan tidak sengaja, Pak. Saat itu hanya untuk seru-seruan, tidak ada niat apa-apa,” jawab Della masih dengan suara yang ketakutan.“Iseng? Seru-seruan?” tanya Raka dengan sedikit emosi. Lalu ia mengembuskan napasnya dengan kasar. “Keisengan kalian bisa menimbulkan fitnah! Dan membuat luka bagi orang lain. Apa kalian mau tanggung jawab? Apa saya perlu menegur atasan kalian karena ulah iseng kalian?” bentak Raka.Keduanya menunduk, mereka tidak berani menatap mata Ra
*** Hampir dua jam Regi dan Bara menjenguk Kanaya di rumahnya, sampai jam menujukan pukul sepuluh malam, Kanaya tiba-tiba merasa kepalanya pusing.“Kamu kenapa, Nay?” tanya Bara menatap Kanaya dengan khawatir.“Aku mau istirahat, kepalaku pusing,” sahut Kanaya pelan.“Kamu tidur saja, jangan larut dan jangan lupa minum obatnya yang tadi dokter berikan,” ucap Bara.Kanaya mengangguk pelan. “Regi, aku tidur duluan, ya. Terima kasih sudah jenguk, salam buat Wulan.”“Oke, Nay. Cepet sembuh,” balas Regi.Kanaya mengangguk dan ia langsung pergi.“Kalau begitu, saya dan Regi pamit pulang, Ma. Sudah malam, maaf menganggu waktu istirahatnya,” pamit Bara.“Enggak ganggu kok. Kapan-kapan kalau ada waktu senggang mampir yah ke rumah Mama, meski Kanaya sudah pulang ke Jakarta, kalau Nak Bara mau mampir, jangan sungkan,” tawar Santi.“Iya, Ma. Insya Allah, nanti mampir ke sini,” jawab Bara dengan sopan.“Mama ke Bara nawarin, tapi ke aku enggak,” keluh Regi, ia berpura-pura memasang ekpresi sedih.
*** Setelah anak-anaknya tidur, Kanaya merasa lapar, ia menuju ruang makan dan tak sengaja melihat ayahnya sedang termenung sendirian di depan televisi. Kanaya merasa ayahnya sedang memikirkan sesuatu hal. Kanaya mengurungkan niatnya untuk makan, ia langsung menghampiri ayahnya.“Papa, kenapa belum tidur?” tanya Kanaya, ia langsung duduk disebelah Asep.“Papa belum ngantuk, Nay. Maryam sama Adam sudah tidur?”Kanaya mengangguk. “Mama besok pulangnya pagi atau siang, Pa?”“Paling sorean, Nay. Kasihan bibimu sedang repot,” jawab Asep.“Papa enggak bisa tidur karena sendirian di kamar yah?’ goda Kanaya sambil tersenyum.“Itu salah satunya. Kamu juga tahu, Papa dan mamamu enggak pernah pisah lama, Nay,” jawab Asep sambil terkekeh. “Kamu kapan pulang ke Jakarta? Kasihan suamimu di sana sendirian,” tambah Asep.“Sabtu aja, Pa. Anak-anak habiskan liburan dulu di sini. Mas Raka juga di sana enggak sendirian ada ibu juga,” sahut Kanaya.“Ya bedalah, Nay. Meski di rumah orangtua sendiri, dia l
*** Para staff merasa heran dengan sikap Raka yang mood-nya hari ini begitu berbeda, Raka selalu menebar senyum dan menanggapi candaan para karyawan seperti biasa. Padahal seminggu terakhir, Raka mudah marah dan juga tak ramah sama sekali.“Nanti makan siang jangan pada pulang ya! Saya sudah pesan makan siang untuk kalian.” Raka berkata pada semua staff-nya.“Wah... dalam rangka apa nih, Pak? Anniversary?’ tanya Andien.“Ulang tahun pernikahan saya sudah lewat, Ndien. Saya hanya sedang bahagia saja,” sahut Raka.“Duh... pasti sumber bahagia Pak Raka, kalau bukan Bu Kanaya yah kedua anak Bapak yang lucu-lucu itu, saya jadi kangen sama Maryam dan Adam,” timpal Andien.“Mereka masih liburan, Sabtu depan baru balik Jakarta, kalau kamu mau, nanti kapan-kapan saya ajak anak-anak ke kantor saat jam istirahat atau kamu main saja ke rumah.”“Kalau masalah itu gampang, Pak. Nanti saya bisa chat Bu Kanaya,” balas Andien.Suara ruangan staff diketuk dan senyuman mengemang dari wajah Adit.“Pak A
*** Kanaya memutuskan pergi ke Jakarta sehari lebih awal, ia sengaja tidak memberitahukan Raka untuk memberi suaminya kejutan. Setelah mendapatkan nasehat dari ayahnya, hati Kanaya tersentuh, benar kata papanya, bahwa rumah tangga adalah proses belajar dan juga tidak meninggikan ego, selama berumah tangga hampir tujuh tahun, dirinyalah yang egois dan suka marah-marah tanpa jelas, sedangkan Raka selalu mengalah meski dirinya bersalah.Senyum terbit di kedua sudut bibir Kanaya, baginya percaya pada lelaki itu adalah hal pertama yang akan ia lakukan. Kehadiran cinta pertama Raka di kehidupan rumah tangganya takkan lagi menjadi penyulut api cemburunya. Raka adalah suaminya dan ia patut percaya padanya.“Enggak dijemput sama suamimu, Nay?’ tanya Santi.“Hari ini masih hari kerja, Ma. Nay juga enggak ngasih tahu Mas Raka kalau mau balik ke Jakarta sama anak-anak, biar jadi kejutan untuknya,” balas Kanaya dengan raut wajah bahagia.“Pasti suamimu bahagia. Papamu sehari tanpa Mama saja sudah
*** Kanaya tak menyangka bahwa tadinya ia yang akan memberi kejutan pada suaminya, malah dirinya yang dapat kejutan dari lelaki itu. Baru saja ia membayangkan perayaan rindu yang manis, semuanya harus hancur karena melihat senyum manis suaminya yang sedang berbicara dengan perempuan itu, Manda. Bahkan, ibu mertuanya sendirinya pun mengelus rambut Manda dengan tatapan sayang, hal yang mustahil dilakukan padanya.Hati Kanaya patah lagi, ia merasa menyesal pulang lebih awal.“Ayah...” teriak Maryam dengan girang, gadis kecil itu berlarian kecil diikuti oleh Adam.Semua yang sedang asyik berbicara di teras terkejut dengan suara lengkingan khas anak kecil. Raka tertegun sejenak, ia masih berharap yang memanggilnya ayah itu adalah nyata. Raka langsung tersentak saat Maryam memeluknya dengan manja.“Ayah kok diam saja kita pulang? Ayah enggak senang atau enggak kangen kita yah?” cicit Maryam.Raka langsung tersadar dan memeluk Maryam dengan hangat. “Ayah kaget barusan, Ayah kira Kakak pula
*** Semalam Kanaya langsung tidur di kamar anak-anaknya, Raka tahu kalau istrinya itu sedang cemburu. Raka hanya bisa menunggu kecemburuan Kanaya mereda dan saat Kanaya sudah mulai bisa berpikir jernih, maka ia akan menjelaskan semuanya.Raka langsung masuk ke kamar anak-anaknya dan ia terkejut saat melihat kamar anak-anaknya kosong. Apa mungkin mereka sedang melihat ikan di teras belakang, pikir Raka.“Raka,” sapa Manda sambil mengulas senyum dan Raka membalasnya dengan senyum tipis.“Ka, mau ke mana?” tanya Maharani.“Mau ke teras belakang.”“Mau cari anak-anak?”“Iya, Bu. Anak-anak ada di teras belakang?“Kanaya sama anak-anak sudah izin sama Ibu untuk keluar, katanya mau joging,” balas Maharani.“Joging? Kenapa Raka enggak tahu?” Raka langsung masuk ke kamarnya dengan raut wajah tak suka.“Duh, ini anak! Ibu belum bilang alasannya, padahal istri dan anak-anaknya juga pergi sama Alisya,” timpal Maharani sambil menggelengkan kepalanya. “Manda, kita sarapan duluan saja, Ibu sudah b
*** “Sayang, Mas mau__”“Aku ngantuk, Mas. Besok Maryam juga mau masuk sekolah dan Adam juga perdana masuk Play Group, jadi jangan bahas apa-apa dulu saat ini,” balas Kanaya, ia memotong pembicaraan suaminya. Kanaya tahu bahwa Raka akan menjelaskan semua kesalahpahaman diantara mereka berdua.“Sebentar, Sayang... hanya beberapa menit tidak akan membuang waktu tidurmu terlalu banyak. Kita harus bicara, dari kemarin kamu mendiamkan Mas terus. Kamu selalu menghindar saat Mas mau menjelaskan semuanya. Kamu selalu begitu, Nay. Jangan menyiksa dirimu sendiri dengan semua sangkaan yang akan membuatmu terluka. Kamu harus bisa membuka hatimu untuk menerima penjelasan,” ucap Raka, ia tidak mau malam ini diantara mereka berdua masalah menjadi berlarut-larut.“Mas mau menjelaskan apa? Perempuan itu ibu yang mengajak? Dan Mas selalu berduaan dengannya dengan alasan kalian adalah rekan kerja? Atau Mas mau bilang kalau aku terlalu cemburuan dan juga gampang emosi?” balas Kanaya dengan suara terceka
***"Ini minum!" Kanaya menyerahkan segelas cappucino pada Bara.Bara mengangguk dan langsung meminumnya. Beberapa menit, mereka terdiam. "Aku itu memang manusia yang selalu membuat siapapun sial ya, Nay. Benar kata Daniel, kalau aku terlahir membawa kesialan bagi orang yang ada di sisiku.""Kamu bukan Tuhan dan Tuhan pun tak pernah menciptakan manusia untuk terlahir membawa sial," tukas Kanaya."Tapi aku berbeda, Nay. Aku membuat siapapun yang di dekatku menderita. Mulai dari kamu yang menderita karena aku. Mami yang bertahan menanggung luka demi aku dan sekarang Cherry. Dia menyelamatkanku dan mengorbankan dirinya, bahkan calon anak kami pun ikut jadi korban. Sepertinya aku hidup pun tak layak.""Kamu harus bersyukur, Bara. Kamu dikelilingi oleh orang-orang yang sangat menyayangimu. Apalagi Cherry, istrimu itu begitu mencintaimu, dia menganggap saat ini kamu membencinya karena dia keguguran. Tidak ada pun rasa dendam padamu, dia benar-benar mengkhawatirkanmu," ungkap Kanaya."Nay, ap
***"Kalian yang menjadi penyebab kenapa aku bisa begini!" ungkap Daniel."Kenapa kamu menyalahkan kami karena kemalanganmu, Ha! Kamu sendiri lah yang tahu bagaimana cara untuk membahagiakan diri sendiri. Jangan menyalahkan kemalanganmu pada siapapun!" balas Bara.Melihat keduanya semakin memanas membuat Veronica berusaha untuk menengahinya. "Sudah, kalian jangan bertengkar di depan orang yang sedang sakit," pintanya. "Daniel karena kamu sudah datang untuk menjenguk om, ayo kita makan malam. Tante sudah masak hari ini. Pasti kamu belum makan kan?""Jangan berpura-pura peduli denganku, Tante! Aku tahu selama ini perhatianmu itu palsu dan tak tulus. Kamu hanya ingin anakmu bahagia dan mengorbankan perasaanku, kan? Kamu hanya berpura-pura menyayangiku!" sahut Daniel dengan intonasi suara yang meninggi."Jangan membentak mamiku! Kamu tidak berhak untuk membentaknya!" geram Bara."Oh, kamu cemburu selama ini, kan? Cemburu pada perhatian kedua orang tuamu yang lebih padaku? Kamu ingin meng
***Akhirnya Gibran dan Mutia sah menjadi suami istri. Rasa bahagia campur haru terus saja menyelimuti kedua keluarga keduanya. Apalagi Asep, ia merasa bangga pada anak bungsunya yang begitu lantang saat mengucapkan ijab Kabul."Akhirnya ya, sekarang enggak jomlo dan galau lagi," goda Kanaya sambil terkekeh."Memangnya a Gibran pernah galau, Teh?" tanya Mutia penasaran."Pernah dan galaunya Gibran itu sampai enggak mau makan dan ngurung diri di kamar," jawab Kanaya, ia sengaja menaikkan volume suaranya agar Gibran mendengarnya dengan sangat jelas."Apaan sih, Teh. Teteh mah ngarang! Siapa juga yang galau sampai enggak mau makan," sahut Gibran protes. "Jangan percaya sama teteh ya, geulis (cantik)," tambahnya menatap mesra sang istri."Dih, ngarang dari mana coba! Kalau Teteh ngarang, lalu ucapan mama sama papa disebut apa? Halu?" tukas Kanaya."Teteh bisa diam tidak? Sudah, itu kan zaman Gibran masih labil," ucap Gibran. Ia tidak mau sampai Kanaya terus membahasnya karena takut rahasi
***Pembatalan pernikahan yang diumumkan oleh keluarga Kimberly membuat publik heboh lagi. Publik sudah menduganya karena memang video dan foto tak senonoh yang tersebar itu memang milik Daniel dan mantan kekasihnya. Hal itu sudah dipertegas juga oleh pihak kepolisian dan Daniel pun sudah dimintai keterangan dari pihak berwajib.Daniel diam seribu bahasa saat para awak media terus saja mencecarnya dengan banyak pertanyaan. Kali ini sikap Daniel tak bersahabat, ia berbeda seratus delapan puluh derajat yang biasanya selalu bersikap ramah.Daniel masuk ke mobilnya, hari ini ia sudah janjian bertemu dengan Kim. Daniel yakin pernyataan keluarga besar Kim itu bukan dari perempuan itu.Daniel sudah datang ke salah satu restoran privat, tampak di sana sudah ada Kim yang sudah menunggunya. Daniel senang karena akhirnya ia bisa bertemu dengan calon istrinya itu."Sayang, kamu nunggu lama ya? Maaf ya, aku harus sembunyi-sembunyi menemuimu karena para wartawan terus saja membututiku," ucap Danie
***Berita pagi ini membuat publik sangat heboh. Publik terkejut dengan tersebarnya video dan foto tidak senonoh dari Daniel dan Lucy. Tampak terlihat keduanya dengan jelas adalah pemeran dari video-video itu. Awalnya saat satu foto tersebar, publik menganggap itu hanya foto editan untuk merusak rencana pernikahan Daniel dan Kimberly, namun saat foto dan video lain tersebar membuat publik jadi yakin bahwa keduanya memang pelaku dari video tak senonoh tersebut.Daniel geram karena ponselnya pagi ini sering berdering dan ia terkejut karena berita pagi ini terus saja memojokannya.'Kenapa sampai tersebar berita sialan itu, Ha? Apa kamu belum juga mengurus si jalang itu dan keluarganya?' bentak Daniel, ia memaki asistennya di telepon.'Maaf, Tuan. Berita itu begitu tersebar tanpa bisa saya kendalikan. Saya juga sulit menemukan perempuan itu,' jawabnya.'Kamu tak bisa langsung membungkam media? Harusnya kamu langsung suap mereka dan meminta meraka untuk menghapus berita sialan itu! Kalau p
***Cherry merasa kepalanya pusing dan badannya terasa berbeda. Mood-nya pun kadang tak stabil. Tak jarang ia selalu ketus pada suaminya. Beruntung Bara hanya diam, marahnya lelaki itu hanya mengepalkan tangannya dan meninju ke sembarang tempat.Sebenarnya dua hari ia sempat beli tespack, tapi tak pernah ia pakai karena takut kecewa. Atas saran dari Kanaya karena melihat gejala yang dialaminya seperti sedang hamil.Cherry menghela napas panjang, pagi ini ia harus berani dan jika pun nanti hasilnya tak seperti yang ia harapkan, Cherry tak akan kecewa. Ditatapnya Bara yang sedang tertidur pulas di sampingnya. "Semoga ada kabar bahagia untuk kita, Kak," gumamnya tersenyum dan ia hati-hati turun dari atas kasur.Dua puluh menit Cherry masih di dalam kamar mandi. Bara yang sudah terbangun pun mencari keberadaan istrinya itu. Tampak Cherry ke luar dari kamar mandi dengan wajah yang Bara duga sedang ada masalah."Kamu kenapa? Sakit?" tanya Bara.Chery tersenyum tipis. "Kak pagi ini bisa anta
***Raka saat ini sedang menunggu seseorang di sebuah cafe. Semalam ia tidak bisa tidur saat Kanaya menceritakan dengan detail tentang pertemuannya dengan Daniel. Raka merasa beruntung karena saat ini Kanaya tak menyembunyikan rahasia apapun darinya.Raka sudah menunggu kurang lebih lima belas menit, lelaki itu tak kunjung datang. Tak lama datanglah orang yang ia tunggu kedatangannya."Maaf agak telat," ucapnya beralasan."Tak masalah, hanya lima belas menit menunggumu," balas Raka. "Mau pesan apa?" tanyanya."Capuccino panas saja," jawabnya. Raka langsung memanggil pelayan dan mengatakan pesanannya, setelah pelayan pergi, barulah Raka mulai bicara serius. "Maaf menganggu waktumu, pasti kamu bingung kenapa tiba-tiba aku menghubungimu dan meminta untuk bertemu," ucapnya."Iya, ada hal yang ingin kamu bicarakan denganku?" tanya Bara."Banyak, apalagi ini menyangkut istriku," jawab Raka."Ada apa dengan Kanaya?" tanya Bara, ia merasa cemas jika terjadi sesuatu pada Kanaya."Dia tak kenap
***"Ternyata capek ya ngurus lamaran juga. Apalagi nanti kalau nikah," keluh Rieke."Kalau memang ingin di handle sendiri ya pasti capek, tapi nanti ada kepuasan sendiri setelah semua yang kamu susun itu berhasil dengan sempurna," ujar Kanaya."Iya, Nay. Aku ingin pernikahanku ini benar-benar berkesan. Biar aku ingat terus," timpal Rieke. "Dulu saat kamu dan mas Raka nikah, apa secapek ini?" tanyanya penasaran.Kanaya mengangguk. "Pasti capek, stres karena ngurus sendiri. Ada yang salah dikit, cemasnya luar biasa. Takut saja ada yang kurang," jawabnya tersenyum."Iya, sih. Kita kan enggak pakai jasa WO. Aku sih ditawarin sama teman, tapi aku menolak karena memang ingin mengurusnya sendirian," sahut Rieke."Tapi nanti jangan kecapean ya! Kamu kan calon pengantinnya, harus sehat biar enggak sakit. Jangan kayak aku, pas acara berakhir kan masuk rumah sakit karena kelelahan," ucap Kanaya mengingatkan."Iya, Nay. Nanti kalau seminggu mau mendekati hari H-nya, aku mau istirahat full di rum
***Publik heboh dengan berita rencana pernikahan Daniel dengan Kimberly. Publik tak menyangka bahwa perjalanan si lelaki playboy itu akhirnya berhenti di hati Kimberly. Padahal yang publik ketahui bahwa selama ini Daniel selalu mengatakan bahwa lelaki itu akan melajang dan tak ingin menikah sama sekali.Berita yang menjadi hot topik itu tentu saja membuat siapapun ingin tahu dan membayangkan bahwa pesta pernikahan keduanya pasti akan digelar sangat mewah, tak kalah dari pesta pernikahan Bara dan juga Cherry."Daniel..." Kim memanggil calon suaminya itu dengan lembut."Ada apa, Honey?" tanya Daniel menatap Kim mesra."Apa kamu serius menikah denganku?" tanya Kim menatap ragu.Daniel tersenyum. "Bukankah aku sudah datang menemui kedua orang tuamu di Jerman? Aku menemui mereka tanpa diketahui kamu. Aku serius denganmu, apa kamu masih meragukan ketulusanku?"Kim menggelengkan kepalanya. "Aku hanya tak yakin saja dengan rencana ini yang tiba-tiba. Apa kamu benar-benar melabuhkan hatimu pa