*** “Sayang, Mas mau__”“Aku ngantuk, Mas. Besok Maryam juga mau masuk sekolah dan Adam juga perdana masuk Play Group, jadi jangan bahas apa-apa dulu saat ini,” balas Kanaya, ia memotong pembicaraan suaminya. Kanaya tahu bahwa Raka akan menjelaskan semua kesalahpahaman diantara mereka berdua.“Sebentar, Sayang... hanya beberapa menit tidak akan membuang waktu tidurmu terlalu banyak. Kita harus bicara, dari kemarin kamu mendiamkan Mas terus. Kamu selalu menghindar saat Mas mau menjelaskan semuanya. Kamu selalu begitu, Nay. Jangan menyiksa dirimu sendiri dengan semua sangkaan yang akan membuatmu terluka. Kamu harus bisa membuka hatimu untuk menerima penjelasan,” ucap Raka, ia tidak mau malam ini diantara mereka berdua masalah menjadi berlarut-larut.“Mas mau menjelaskan apa? Perempuan itu ibu yang mengajak? Dan Mas selalu berduaan dengannya dengan alasan kalian adalah rekan kerja? Atau Mas mau bilang kalau aku terlalu cemburuan dan juga gampang emosi?” balas Kanaya dengan suara terceka
*** Kanaya bangun agak telat, semalam Raka membuatnya tak bisa tidur dengan nyenyak. Lelaki itu selalu bersemangat setiap meminta jatah padanya, senyum Kanaya mengembang ketika permainan manis semalam yang mereka habiskan tanpa jeda. Kanaya mengecup kening Raka pelan dan mata suaminya masih terpejam dengan lelap.Kanaya turun dari tempat tidur dengan hati-hati agar Raka tak terbangun, baru saja sebelah kakinya menyentuh lantai, lengannya ditarik dan tubuhnya di dekap oleh Raka.“Mau ke mana, Sayang,” suara Raka terdengar serak.“Mau bersih-bersih, Mas. Adzan juga sudah lewat.”“Mas masih pingin peluk kamu, Mas masih kangen,” manja Raka.Kanaya tersenyum, ia memijit hidung Raka dengan gemas. “Mas enggak cocok manja kayak gitu, aku geli dengarnya.”Raka tertawa pelan, lalu diraih tengkuk leher Kanaya dan ia kecup bibir istrinya dengan lembut, setelah mereka hanyut dalam ciuman manis itu, Raka melepaskan pagutannya. “Hanya sama kamu Mas bersikap layaknya anak kecil yang merengek, Mas su
***Di kamar, Kanaya terus saja duduk di pangkuan Raka yang sedang sibuk di depan laptopnya, sesekali ia mengecup kening Raka dan mencubit pipi suaminya dengan gemas. Raka hanya tersenyum nakal, ia langsung mengecup bibir Kanaya mesra."Pasti ada sesuatu yang ingin kamu pinta dari Mas," tebak Raka. "Kamu mau minta apa?"Kanaya tersenyum dengan manis. "Enggak mau minta apa-apa kok, Mas. Hanya saja__""Hanya saja, kamu mau minta izin sama Mas untuk pergi ke mana, kan?"Kanaya tersenyum dengan lebar. "Mas tahu deh apa yang mau aku katakan, Mas sangat peka!""Kalau lagi ngambek, suamimu itu dikatakan enggak peka dan menyebalkan ya?" goda Raka.Kanaya hanya tersenyum lebar. "Ya begitulah kurang lebih, Mas. Mas itu bisa jadi, sweet banget kalau minta jatah semalam suntuk, kalau lagi nyebelin itu pas sibuk dan enggak balas satu pesan dariku. Kalau ibu yang telepon respon banget, giliran aku malah di reject. Aku jadi sedih memikirkan hal itu."Raka melihat raut wajah Kanaya berubah muram, ia
*** Raka langsung membersihkan wajah Maryam yang dihiasi coretan make up milik Kanaya. Anak sulungnya itu ngambek karena Raka menghapus hasil karyanya. Padahal Maryam ingin pamer dengan kemampuan meriasnya.Setelah wajah Maryam bersih. Raka langsung pergi bersama kedua anaknya menikmati sore mereka dengan menghabiskan waktu bersama. “Kakak kok masih ngambek sama Ayah? Jangan cemberut, Kak. Nanti cantiknya hilang,” ucap Raka. Ia bicara sambil menyuapkan sendok ice cream ke mulut Adam.Maryam tak menggubrisnya, wajahnya semakin ditekuk karena sebal dengan Raka. Padahal, dipikirannya ia membayangkan wajahnya sangat cantik seperti artis-artis Korea yang sering ia lihat bersama tantenya, Rieke.“Kakak itu enggak usah pakai make up juga cantik. Lihat saja bunda. Bunda enggak pakai riasan apapun cantik,” kata Raka berusaha membujuk anaknya.“Tapi Kakak pingin cantik kayak tante Rieke sama tante Manda. Apalagi tante Manda, dia cantik banget dengan warna bibirnya yang suka dipoles warna pink
*** Bara tidak bisa menikmati pesta malam ini. Ingatannya tentang Kanaya semakin membuat hatinya gelisah. Ia menghela napas sejenak, lidahnya terasa kelu dan tak ingin banyak bicara.“Are you ok?” tanya Mark, menatap sahabatnya dengan khawatir. Bara mengangguk dan hanya tersenyum samar.“Dia akhir-akhir ini tidak suka dengan pesta, kesibukannya hanya tentang perusahaan,” timpal Betrand.Mark dan Lea terkekeh, mereka tahu betul bagaimana Bara. Si gila pesta, saat Mark dan Bara sama-sama berkuliah di Inggris, dia tahu bagaimana kebiasaan sahabatnya itu dan saat Bara pernah menetap di Jepang pun, Lea tahu kalau Bara memang rajanya pesta dan juga terkenal sangat playboy.“Tumben banget kamu, Bara. Dan yang membuatku terkejut lagi, akhir-akhir ini tidak ada gadis yang menangis dan frustasi karena ditinggalkan olehmu,” kata Lea. “Apa karena gadis itu?” tanya Lea, matanya seolah menuntut jawaban.“Gadis? Gadis yang mana?” Bara bertanya balik.“Gadis yang santer digosipkan dengan kamu dan j
*** “Nanti di sana kalau Mas jarang hubungi kamu itu berarti susah sinyal ya, Sayang,” ucap Raka.“Iya, Mas. Kalau ada sinyal nanti Mas langsung hubungi kita. Mas harus prioritaskan aku dan anak-anak!”“Itu pasti, Sayang. Kamu adalah orang pertama yang Mas hubungi,” jawab Raka dengan pasti. Raka melihat wajah Kanaya yang muram, ia tahu pasti istrinya sedang sedih. Meski, Kanaya terus saja tersenyum di depannya, tapi hati Kanaya itu sangat sensitif. Kanaya adalah tipe orang yang selalu memendam kesedihan sendirian. “Sayang… sini!” perintah Raka.Kanaya langsung menghampiri Raka dan ia memeluk suaminya erat. “Pasti nanti bakal kangen sama kamu, Mas. Satu bulan Mas di sana. Di tempat terpencil dan juga di sana bersama dia. Aku sedikit takut, Mas,” lirih Kanaya, ia semakin erat memeluk Raka.Raka membelai puncak kepala Kanaya lembut. “Jangan takut, Sayang. Meski dengannya, Mas tidak ada rasa sedikitpun dengannya. Mas pernah bilang sama kamu kan, sejak dia pergi meninggalkan Mas, saat itu
*** Kanaya merenung di kedai kopi. Waktu menunjukan jam Sembilan pagi. Dia menunggu Adam pulang dari sekolah PG-TK. Kanaya sengaja tak pulang ke rumah karena ia tidak terlalu suka berada di kerumunan banyak orang. Di rumah, ada saudara dan kerabat Raka berkunjung. Kanaya hanya ingin menghindar dari mereka, sebab ia tahu jika bicara banyak dengan kerabat Raka pasti ujungnya nanti ia sakit hati.Tiba-tiba saja, Kanaya merindukan Raka. Sudah Seminggu suaminya berada di Jayapura. Kanaya tak mengerti kenapa tiba-tiba saja Raka dapat tugas yang mendadak, bukan perjalan dinas, tapi pelatihan. Apa benar jika mau naik pangkat harus melakukan pelatihan dan pendidikan selama itu? Kanaya terus saja bertanya dalam hatinya.“Nay!” suara perempuan yang melengking langsung membuyarkan lamunannya, ia langsung melihat siapa yang memanggilnya. “Lea! Pekiknya terkejut.Lea langsung menghampiri Kanaya dan memeluk Kanaya. “Aku merindukanmu,” ucapnya dengan gayanya yang manja.“Gadis nakal! Mana bisa kamu
***“Aku sudah melupakanmu, tepat saat Kanaya mencuri hatiku dan membuat bahagia menyapaku kembali. Kamu seluruhnya telah terhapus di hatiku,” tegas Raka.“Kenapa? Kenapa kamu begitu mencintainya sampai bisa dengan mudah melupakanku?” lirih Manda.“Kenapa aku mencintainya?” tanya Raka sambil tersenyum tipis. “Aku mencintainya karena bersamanya aku menjadi utuh,” tandasnya.Manda tersenyum, menahan luka yang semakin basah. “Aku kalah darinya. Dia sudah mengambil hatimu yang dulu pernah kumiliki. Aku menyesal karena pergi darimu, sungguh aku benar-benar menyesal,” kata Manda dengan suara yang tersekat.“Tidak ada yang tahu bagaimana akhirnya hati manusia di labuhkan. Yang mengendalikan hati bukan kuasa kita, tapi Tuhan yang menghendaki. Dan juga, kamu harus melupakan kisah kita yang lalu, kisah kita telah usai. Jangan terus dibayangi masa lalu kita. Kamu harus menyudahi rasa sesal itu.”“Tapi, jika dulu aku tidak meninggalkanmu. Apa kamu tetap mencintaiku?” tanya Manda, ia semakin beran
***"Ini minum!" Kanaya menyerahkan segelas cappucino pada Bara.Bara mengangguk dan langsung meminumnya. Beberapa menit, mereka terdiam. "Aku itu memang manusia yang selalu membuat siapapun sial ya, Nay. Benar kata Daniel, kalau aku terlahir membawa kesialan bagi orang yang ada di sisiku.""Kamu bukan Tuhan dan Tuhan pun tak pernah menciptakan manusia untuk terlahir membawa sial," tukas Kanaya."Tapi aku berbeda, Nay. Aku membuat siapapun yang di dekatku menderita. Mulai dari kamu yang menderita karena aku. Mami yang bertahan menanggung luka demi aku dan sekarang Cherry. Dia menyelamatkanku dan mengorbankan dirinya, bahkan calon anak kami pun ikut jadi korban. Sepertinya aku hidup pun tak layak.""Kamu harus bersyukur, Bara. Kamu dikelilingi oleh orang-orang yang sangat menyayangimu. Apalagi Cherry, istrimu itu begitu mencintaimu, dia menganggap saat ini kamu membencinya karena dia keguguran. Tidak ada pun rasa dendam padamu, dia benar-benar mengkhawatirkanmu," ungkap Kanaya."Nay, ap
***"Kalian yang menjadi penyebab kenapa aku bisa begini!" ungkap Daniel."Kenapa kamu menyalahkan kami karena kemalanganmu, Ha! Kamu sendiri lah yang tahu bagaimana cara untuk membahagiakan diri sendiri. Jangan menyalahkan kemalanganmu pada siapapun!" balas Bara.Melihat keduanya semakin memanas membuat Veronica berusaha untuk menengahinya. "Sudah, kalian jangan bertengkar di depan orang yang sedang sakit," pintanya. "Daniel karena kamu sudah datang untuk menjenguk om, ayo kita makan malam. Tante sudah masak hari ini. Pasti kamu belum makan kan?""Jangan berpura-pura peduli denganku, Tante! Aku tahu selama ini perhatianmu itu palsu dan tak tulus. Kamu hanya ingin anakmu bahagia dan mengorbankan perasaanku, kan? Kamu hanya berpura-pura menyayangiku!" sahut Daniel dengan intonasi suara yang meninggi."Jangan membentak mamiku! Kamu tidak berhak untuk membentaknya!" geram Bara."Oh, kamu cemburu selama ini, kan? Cemburu pada perhatian kedua orang tuamu yang lebih padaku? Kamu ingin meng
***Akhirnya Gibran dan Mutia sah menjadi suami istri. Rasa bahagia campur haru terus saja menyelimuti kedua keluarga keduanya. Apalagi Asep, ia merasa bangga pada anak bungsunya yang begitu lantang saat mengucapkan ijab Kabul."Akhirnya ya, sekarang enggak jomlo dan galau lagi," goda Kanaya sambil terkekeh."Memangnya a Gibran pernah galau, Teh?" tanya Mutia penasaran."Pernah dan galaunya Gibran itu sampai enggak mau makan dan ngurung diri di kamar," jawab Kanaya, ia sengaja menaikkan volume suaranya agar Gibran mendengarnya dengan sangat jelas."Apaan sih, Teh. Teteh mah ngarang! Siapa juga yang galau sampai enggak mau makan," sahut Gibran protes. "Jangan percaya sama teteh ya, geulis (cantik)," tambahnya menatap mesra sang istri."Dih, ngarang dari mana coba! Kalau Teteh ngarang, lalu ucapan mama sama papa disebut apa? Halu?" tukas Kanaya."Teteh bisa diam tidak? Sudah, itu kan zaman Gibran masih labil," ucap Gibran. Ia tidak mau sampai Kanaya terus membahasnya karena takut rahasi
***Pembatalan pernikahan yang diumumkan oleh keluarga Kimberly membuat publik heboh lagi. Publik sudah menduganya karena memang video dan foto tak senonoh yang tersebar itu memang milik Daniel dan mantan kekasihnya. Hal itu sudah dipertegas juga oleh pihak kepolisian dan Daniel pun sudah dimintai keterangan dari pihak berwajib.Daniel diam seribu bahasa saat para awak media terus saja mencecarnya dengan banyak pertanyaan. Kali ini sikap Daniel tak bersahabat, ia berbeda seratus delapan puluh derajat yang biasanya selalu bersikap ramah.Daniel masuk ke mobilnya, hari ini ia sudah janjian bertemu dengan Kim. Daniel yakin pernyataan keluarga besar Kim itu bukan dari perempuan itu.Daniel sudah datang ke salah satu restoran privat, tampak di sana sudah ada Kim yang sudah menunggunya. Daniel senang karena akhirnya ia bisa bertemu dengan calon istrinya itu."Sayang, kamu nunggu lama ya? Maaf ya, aku harus sembunyi-sembunyi menemuimu karena para wartawan terus saja membututiku," ucap Danie
***Berita pagi ini membuat publik sangat heboh. Publik terkejut dengan tersebarnya video dan foto tidak senonoh dari Daniel dan Lucy. Tampak terlihat keduanya dengan jelas adalah pemeran dari video-video itu. Awalnya saat satu foto tersebar, publik menganggap itu hanya foto editan untuk merusak rencana pernikahan Daniel dan Kimberly, namun saat foto dan video lain tersebar membuat publik jadi yakin bahwa keduanya memang pelaku dari video tak senonoh tersebut.Daniel geram karena ponselnya pagi ini sering berdering dan ia terkejut karena berita pagi ini terus saja memojokannya.'Kenapa sampai tersebar berita sialan itu, Ha? Apa kamu belum juga mengurus si jalang itu dan keluarganya?' bentak Daniel, ia memaki asistennya di telepon.'Maaf, Tuan. Berita itu begitu tersebar tanpa bisa saya kendalikan. Saya juga sulit menemukan perempuan itu,' jawabnya.'Kamu tak bisa langsung membungkam media? Harusnya kamu langsung suap mereka dan meminta meraka untuk menghapus berita sialan itu! Kalau p
***Cherry merasa kepalanya pusing dan badannya terasa berbeda. Mood-nya pun kadang tak stabil. Tak jarang ia selalu ketus pada suaminya. Beruntung Bara hanya diam, marahnya lelaki itu hanya mengepalkan tangannya dan meninju ke sembarang tempat.Sebenarnya dua hari ia sempat beli tespack, tapi tak pernah ia pakai karena takut kecewa. Atas saran dari Kanaya karena melihat gejala yang dialaminya seperti sedang hamil.Cherry menghela napas panjang, pagi ini ia harus berani dan jika pun nanti hasilnya tak seperti yang ia harapkan, Cherry tak akan kecewa. Ditatapnya Bara yang sedang tertidur pulas di sampingnya. "Semoga ada kabar bahagia untuk kita, Kak," gumamnya tersenyum dan ia hati-hati turun dari atas kasur.Dua puluh menit Cherry masih di dalam kamar mandi. Bara yang sudah terbangun pun mencari keberadaan istrinya itu. Tampak Cherry ke luar dari kamar mandi dengan wajah yang Bara duga sedang ada masalah."Kamu kenapa? Sakit?" tanya Bara.Chery tersenyum tipis. "Kak pagi ini bisa anta
***Raka saat ini sedang menunggu seseorang di sebuah cafe. Semalam ia tidak bisa tidur saat Kanaya menceritakan dengan detail tentang pertemuannya dengan Daniel. Raka merasa beruntung karena saat ini Kanaya tak menyembunyikan rahasia apapun darinya.Raka sudah menunggu kurang lebih lima belas menit, lelaki itu tak kunjung datang. Tak lama datanglah orang yang ia tunggu kedatangannya."Maaf agak telat," ucapnya beralasan."Tak masalah, hanya lima belas menit menunggumu," balas Raka. "Mau pesan apa?" tanyanya."Capuccino panas saja," jawabnya. Raka langsung memanggil pelayan dan mengatakan pesanannya, setelah pelayan pergi, barulah Raka mulai bicara serius. "Maaf menganggu waktumu, pasti kamu bingung kenapa tiba-tiba aku menghubungimu dan meminta untuk bertemu," ucapnya."Iya, ada hal yang ingin kamu bicarakan denganku?" tanya Bara."Banyak, apalagi ini menyangkut istriku," jawab Raka."Ada apa dengan Kanaya?" tanya Bara, ia merasa cemas jika terjadi sesuatu pada Kanaya."Dia tak kenap
***"Ternyata capek ya ngurus lamaran juga. Apalagi nanti kalau nikah," keluh Rieke."Kalau memang ingin di handle sendiri ya pasti capek, tapi nanti ada kepuasan sendiri setelah semua yang kamu susun itu berhasil dengan sempurna," ujar Kanaya."Iya, Nay. Aku ingin pernikahanku ini benar-benar berkesan. Biar aku ingat terus," timpal Rieke. "Dulu saat kamu dan mas Raka nikah, apa secapek ini?" tanyanya penasaran.Kanaya mengangguk. "Pasti capek, stres karena ngurus sendiri. Ada yang salah dikit, cemasnya luar biasa. Takut saja ada yang kurang," jawabnya tersenyum."Iya, sih. Kita kan enggak pakai jasa WO. Aku sih ditawarin sama teman, tapi aku menolak karena memang ingin mengurusnya sendirian," sahut Rieke."Tapi nanti jangan kecapean ya! Kamu kan calon pengantinnya, harus sehat biar enggak sakit. Jangan kayak aku, pas acara berakhir kan masuk rumah sakit karena kelelahan," ucap Kanaya mengingatkan."Iya, Nay. Nanti kalau seminggu mau mendekati hari H-nya, aku mau istirahat full di rum
***Publik heboh dengan berita rencana pernikahan Daniel dengan Kimberly. Publik tak menyangka bahwa perjalanan si lelaki playboy itu akhirnya berhenti di hati Kimberly. Padahal yang publik ketahui bahwa selama ini Daniel selalu mengatakan bahwa lelaki itu akan melajang dan tak ingin menikah sama sekali.Berita yang menjadi hot topik itu tentu saja membuat siapapun ingin tahu dan membayangkan bahwa pesta pernikahan keduanya pasti akan digelar sangat mewah, tak kalah dari pesta pernikahan Bara dan juga Cherry."Daniel..." Kim memanggil calon suaminya itu dengan lembut."Ada apa, Honey?" tanya Daniel menatap Kim mesra."Apa kamu serius menikah denganku?" tanya Kim menatap ragu.Daniel tersenyum. "Bukankah aku sudah datang menemui kedua orang tuamu di Jerman? Aku menemui mereka tanpa diketahui kamu. Aku serius denganmu, apa kamu masih meragukan ketulusanku?"Kim menggelengkan kepalanya. "Aku hanya tak yakin saja dengan rencana ini yang tiba-tiba. Apa kamu benar-benar melabuhkan hatimu pa