Home / Pernikahan / Bukan Suami Pilihan / Bab 33 - Tingkah Aneh Keenan

Share

Bab 33 - Tingkah Aneh Keenan

Author: Koran Meikarta
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Emily melirik ke sekitar, lalu kembali fokus pada ponselnya untuk membunuh rasa bosan yang terus mengganggunya, semenjak dia mendudukkan bokongnya. Ini sudah lama dan cukup membosankan. Namun sesuai dengan perkataannya kemarin, dia harus menjaga Javier selama belajar. Ya, menjaga dan menemani sampai selesai, bukan lagi antar-jemput.

Sialnya, di antara beberapa orang ibu yang menemani anak mereka, dia harus duduk seorang diri tanpa ada yang mau berbaur dengannya. Semua jelas tidak suka dengan kehadirannya. Emily sadar itu.

Semuanya berawal karena hari itu. Hari di mana anaknya pertama kali masuk sekolah beberapa bulan lalu. Emily telah membuat kehebohan karena bertengkar dengan orang tua murid lain, saat ayah dari seorang wali murid menggodanya. Membuat marah istrinya sampai mereka bertengkar. Dia merasa kehilangan muka dan kesal bukan main saat itu. Hingga orang tua murid tersebut akhirnya memindahkan anak mereka bahkan di hari pertama masuk. Sayangnya, kejadian tersebut tampaknya m
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Bukan Suami Pilihan   Bab 34 - Malam yang Panas

    JDERR!Suara petir terdengar menggelegar di tengah malam, bersamaan dengan lampu yang tiba-tiba mati. Membangunkan Emily yang saat ini tengah terlelap bersama sang anak. Namun yang dilihatnya hanya kegelapan. Tidak ada setitik pun cahaya yang terlihat. Hujan lebat juga terdengar sangat jelas di luar. Membuat orang tidak mungkin untuk mau berkeliaran. Emily mendesis dan meraba-raba ponselnya. Menyalakan senter agar dirinya bisa melihat. "Sial, ada apa ini?" Emily dengan ogah-ogahan turun dari ranjang. Dia berpikir hanya kamar anaknya yang mati lampu, tapi saat dirinya keluar, justru rumah itu dilanda kegelapan. Emily kembali masuk dan melihat anaknya yang tengah tertidur. Dia berniat mencari senter yang ada di laci dan membiarkan ponselnya dalam keadaan menyala di kamar sang anak.Emily kemudian menutup pintu kamarnya dengan hati-hati. Dia berniat mengecek, apakah hanya lampu rumahnya yang mati atau yang lain juga. Tak dipungkiri, dia sedikit khawatir jika ada sesuatu yang tak diingin

  • Bukan Suami Pilihan   Bab 35 - Tidak Ada yang Tahu

    Brak! Pintu ruangan terbuka. Seorang pria masuk dengan senyum tipis di wajahnya. Ekspresi penuh kepuasan terus terlihat di sana. Pagi ini seolah menjadi pagi yang cukup menyenangkan baginya menjalani hidup, setelah hampir enam tahun hidup dalam kesuraman dan keterpurukan. Tangannya pun langsung meraih ponselnya kembali dan me atap foto seorang wanita yang tengah tersenyum. Perasaannya menghangat. Dia senang karena bisa melepas rindu dengan wanitanya, setelah sekian tahun tak bertemu. Namun sialnya, dia belum bisa bicara apa pun. Semua pertanyaan yang awalnya sudah dipersiapkan, langsung menghilang saat dia duduk berdampingan dengan wanita itu. Yang ada di pikirannya hanya dia ingin kembali mencumbunya seperti dulu dan ya, semua sesuai keinginan sialannya. Dia hilang kendali saat di hadapan wanita itu. "Kau tidak pernah berubah. Kau selalu tidak bisa menolakku," gumamnya sambil tersenyum puas. Senang saat apa yang terjadi, lebih dari yang dia harapkan. "Tapi kenapa selama aku di penj

  • Bukan Suami Pilihan   Bab 36 - Jangan Sakiti Daddy, Mom!

    "Daddy pulang!"Suara Keenan terdengar keras bersamaan dengan pintu rumah yang terbuka. Dia berjalan memasuki ruang tengah dan disambut oleh Javier serta Emily. "Daddy!"Keenan menyambut Javier yang berlari ke arahnya dengan senang. Mencium anak sambungnya itu tanpa ragu. "Daddy kangen.""Iel juga kangen Daddy. Kenapa Daddy pergi lama banget?""Daddy 'kan cari uang untuk kamu. Nih, lihat! Daddy bawain apa?" Keenan memperlihatkan dua buah paper bag besar ke arah Javier, yang berisi makanan dan satu lagi berisi kotak besar. Javier yang melihatnya, langsung antusias dan lantas membukanya tanpa pikir panjang. Hingga dia dibuat terkejut saat melihat mainan robot yang diidam-idamkannya. "Daddy, ini serius buat Iel?""Iya, kamu suka?""Ken, apa yang kaulakukan? Jangan manjakan Javier terus. Dia juga sudah besar, itu mainan anak kecil," ucap Emily yang mendekat dan melirik mainan di tangan sang anak. Entah sudah berapa banyak mainan yang dimiliki Javier saat mereka tinggal di sini. Seperti

  • Bukan Suami Pilihan   Bab 37 - Tidak Pernah Akur

    "Javier?" "Hmpph!"Emily terkejut melihat putranya dengan sengaja membuang muka saat dipanggil. Seolah menunjukkan dengan jelas kekesalannya. Apa Javier masih marah soal tadi? Ini benar-benar memalukan. Gara-gara Keenan, anaknya jadi kesal. Emily menepuk keningnya saat teringat insiden memalukan tadi. Walau begitu, dia berusaha mendekati anaknya yang masih sibuk belajar. "Javier, ini sudah malam, tidurla—""Iel juga mau tidur, Mommy keluar saja.""Eh?" Emily mengedipkan matanya melihat Javier membereskan meja belajarnya dan berjalan anggun menuju ranjang. Anaknya itu menarik selimut, lalu memejamkan mata, seolah-olah menunjukkan kalau dirinya akan tidur. "Kamu nggak mau ditemani Mommy?""Iel udah besar, Iel nggak boleh manja," jawab Javier tanpa membuka matanya. Emily yang mendengar ucapannya anaknya, hanya tersenyum masam. Sedikit susah membujuk Javier ketika anaknya sedang kesal. Hingga dia akhirnya memilih mengalah untuk saat ini. "Ya sudah, Mommy keluar kalau gitu. Selamat malam

  • Bukan Suami Pilihan   Bab 38 - Apa Kau tidak Ingin Tahu Tentangku?

    "Emily, aku ingin makan siang denganmu, bisa kau datang ke kantor sekarang?""Kenapa kau tidak datang saja ke sini atau minta ditemani oleh bawahanmu? Aku banyak kerjaan." Emily berdecak kesal saat dirinya mendapat panggilan dari Keenan ketika tengah bekerja. "Ayolah, aku sedang sibuk. Sekali-kali datang dan bawakan suamimu ini makan siang."Emily mencibir. "Kau manja sekali.""Aku tidak ingin berdebat denganmu.""Iya, iya, aku akan datang."Emily berdecak kesal dan langsung menutup panggilannya dengan cepat. Dia keluar dari ruangannya dan memanggil pelayan untuk meminta membuatkan makan siang Keenan. Namun saat dia akan berjalan keluar restoran, langkahnya dibuat terhenti oleh kehadiran lelaki yang memakai topi serta masker hitam kemarin. Pakaiannya sudah berbeda dan lebih rapi, tapi itu jelas lelaki kemarin. Tak beda jauh dengannya yang berhenti dan menatap penuh penasaran, lelaki itu juga ikut berhenti serta menatapnya. Sayangnya, kontak mata mereka hanya berlangsung sekilas, lel

  • Bukan Suami Pilihan   Bab 39 - Ingin Hamil

    "Ah, akhirnya Mama bisa melihat cucu Mama lagi, senangnya."Nyonya Silvi memecah keheningan di ruang makan, begitu acara makan malam itu selesai. Dia menunjukkan minatnya pada sang menantu dan Javier yang kini duduk diapit Keenan serta Emily. Senyum di bibirnya terlihat lebar, karena senang bisa melihat keduanya. Walau memang, acara makan ini sangat mendadak. "Iel juga senang bisa ketemu Oma," jawab Javier sambil tersenyum polos. "Ehem, hanya Oma? Bagaimana dengan Opa?" Tuan Vian berdehem pelan, bermaksud menarik perhatian Javier. "Opa juga! Iel senang ketemu Opa keren.""Kalau begitu, apa kamu mau main sama Opa?"Javier memekik senang dan bertepuk tangan. Dia mengangguk, lalu beranjak turun dari kursinya menghampiri tuan Vian. "Ayo, Opa! Iel mau!"Melihat Javier yang gampang akrab dengan orang tua Keenan, Emily hanya tersenyum. Dia senang, tapi juga sedih, dia takut mengecewakan kedua mertuanya yang sangat baik. Rasanya, Emily tidak pantas mendapat semua ini. "Emily, ngomong-ngom

  • Bukan Suami Pilihan   Bab 40 - Debaran yang Aneh

    "Pagi, bangunlah Emily.""Enggh.""Kau harus sarapan, bangunlah."Suara itu terus mengiang di telinganya. Mengganggu Emily yang masih sibuk memejamkan matanya, sampai kemudian dirasakannya kecupan ringan di pipi, lalu bibir. Dengan santai, dia membalas lumatan bibir itu sambil tersenyum. Coffee. Rasanya seperti cappucino. Emily membuka matanya dengan enggan tanpa melepaskan ciuman itu, sampai kemudian matanya terbelalak begitu mendapati siapa yang berciuman dengannya. Refleks, Emily melepaskan dirinya. "Ken, apa yang kaulakukan?" Emily memegang bibirnya dengan malu. Bisa-bisanya dia malah membalas ciuman itu. "Membangunkanmu, aku membawakan sarapan untukmu."Emily mengerutkan keningnya dan terduduk. Dia mengusap matanya sambil melirik ke arah jam. Hingga dia dibuat terkejut saat melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah sembilan pagi. Bagaimana bisa dia baru bangun? Astaga, dia bahkan bangun kesiangan di rumah mertuanya. "Kenapa kau tidak membangunkanku, Ken! Ya ampun, ba

  • Bukan Suami Pilihan   Bab 41 - Pertemuan Tak Terduga

    "Terima kasih pada semua orang yang telah hadir pada perayaan ulang tahun perusahaan Ferans Corporation yang ke 30 tahun. Saya Keenan Derrel Ferano, merasa sangat bangga pada semua karyawan yang telah bekerja keras memajukan perusahaan hingga saat ini. Saya harap, kita dapat terus bekerja sama ke depannya."Emily tersenyum lembut menatap Keenan yang begitu gagah serta serius memberikan sambutannya. Sang suami terlihat berbeda saat berada di hadapan semua orang. Tak dipungkiri, Keenan memiliki kharisma yang kuat, yang mampu membuat semua perhatian tertuju ke arahnya. Sosok yang sangat pantas menjadi pemimpin. Emily bukannya suka, tapi dia hanya menilai dari apa yang dilihatnya. Mungkinkah ini alasan sang anak menyukainya? "Bukankah Keenan sangat hebat?"Suara setengah berbisik, mengejutkan Emily. Dia tersadar dari lamunannya dan menoleh. Menatap ibu mertuanya yang tersenyum lebar saat melihatnya terus memerhatikan Keenan di atas podium. Javier yang duduk di sebelahnya pun begitu fokus

Latest chapter

  • Bukan Suami Pilihan   Bab 111 - Kejutan Untuk Keenan (Extra Part)

    "Oek ... oek ...."Suara tangis anak kecil terdengar jelas dan mengusik ketenangan Keenan yang saat ini sedang asyik terlelap. Dia menutup telinganya dengan bantal, tapi suara itu tetap terdengar dan justru semakin keras. Dia berdecak kesal, tapi tak ayal matanya terbuka. Keenan setengah mengantuk, terduduk dan melihat ke arah keranjang bayi. Lalu beralih melirik Emily yang tertidur pulas. "Yang, Sayang? Anak kita nangis." Keenan mengguncang tubuh Emily, berharap istrinya akan segera bangun. Namun Emily hanya melenguh dan tetap terlelap. "Sayang, Feli nangis."Keenan masih mencoba membangunkan Emily, tapi istrinya masih terlelap. Dia yang melihat itu, merasa bingung karena tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Ini sudah nyaris empat puluh hari sejak Feli lahir, tapi dia belum bisa menggendongnya. Namun melihat Emily yang sepertinya tidak akan bangun, Keenan akhirnya berusaha mendekat dan menatap anaknya. "Ssstt, Feli sayang, jangan nangis ya. Mommy lagi tidur, kamu juga harus tidu

  • Bukan Suami Pilihan   Bab 110 - Kelahiran Malaikat Kecil (End)

    Lima bulan kemudian .... "Akhhh ... akhhh ... sakit!"Emily mengerang hebat. Dia mencengkeram kuat lengan Keenan sembari mendengar intruksi sang dokter untuk terus mengejan. Keringat bercucuran seiring dengan dirinya yang berusaha keras mengeluarkan sang anak. Rasa sakit di perutnya semakin menjadi dan Emily harus tetap dalam kesadarannya agar bisa melahirkan anak keduanya dengan selamat. "Sayang, ayo semangat! Kamu pasti bisa," ucap Keenan sambil mengecup tangan Emily dan mengusap keringat di keningnya. Dia takut dan cemas melihat Emily bersusah payah mengeluarkan anaknya. Hingga dirinya kini membiarkan saat kukuk-kukuk tajam Emily menancap di kulitnya. Rasa sakit yang dia rasakan sekarang, sama sekali tidak ada apa-apanya dibanding apa yang dirasakan oleh istrinya. "Ayo, Bu, sedikit lagi. Kepalanya sudah keluar."Keenan tak berani melihat anaknya. Dia hanya fokus pada Emily yang kini berjuang keras, hingga akhirnya istrinya itu menjerit kuat sampai kemudian disusul oleh suara tang

  • Bukan Suami Pilihan   Bab 109 - Cinta Terakhir

    "Tiup lilinnya, tiup lilinnya, tiup lilinnya sekarang juga, sekarang juga, sekarang ... juga ...."Suara nyanyian ulang tahun bergema di sebuah ballroom hotel, yang mana saat ini mereka sedang merayakan hari ulang tahun Evelyn. Mengundang beberapa anak, termasuk Javier yang datang bersama Emily dan Keenan. Ada juga James yang turut hadir untuk menemani. Perayaan ulang tahun itu juga digelar bersamaan dengan acara syukuran atas kehamilan kedua Ashley, hingga cukup banyak orang dewasa yang datang. "Selamat ulang tahun, Evelyn."Semua orang berseru memberi selamat hingga acara terus berlanjut pada pemotongan kue. Gadis kecil yang kini seusia Javier itu tampak sangat antuasias saat memotong kue untuk dibagikan pada teman-temannya. Namun sebelum itu, Evelyn hendak memberikan kue potongan pertamanya. Emily, Keenan dan Javier hanya mengamati Evelyn yang menuruni panggung sampai gadis itu tak disangka berjalan ke arah mereka. Emily hanya bisa mengernyit kebingungan menanti aksi apa lagi yan

  • Bukan Suami Pilihan   Bab 108 - Apa pun Demi Anak Kita

    "Mom, jadi Mommy suka sama Ayah, ya?""Eh? Kenapa kamu bertanya begitu?" Emily yang sedang mengusap puncak kepala Javier untuk menidurkan sang anak, terkejut oleh pertanyaan yang tiba-tiba terlontar dari mulut kecil itu. "Kata Ayah, Mommy itu cinta banget sama Ayah, jadi Mommy ngejar-ngejar Ayah, terus hamil Iel deh. Beneran gitu, ya, Mom?" tanya Javier dengan penasaran. Dia tidak sadar jika pertanyaannya itu membuat Emily langsung mati kutu. 'James, kau bilang apa saja pada anakmu!' Emily menggeram dalam hati. "Y-ya, itu masa lalu. Ayahmu bilang apa lagi sama kamu?""Buanyyakkk banget, Mom!" Javier melebarkan kedua tangannya untuk mengekspresikan sebanyak apa James bercerita tentang Emily. "Ayah banyak cerita tentang Mommy. Katanya, Mommy, Ayah dan Tante Ashley itu teman. Ayah itu populer dan Mommy suka Ayah karena Ayah ganteng. Iya sih, Ayah ganteng, Iel juga jadinya ganteng.""Iya, itu benar. Terus apalagi yang Ayahmu katakan?""Hmm, itu ... Ayah bilang, dulu Ayah nggak suka Mom

  • Bukan Suami Pilihan   Bab 107 - Perkara Camilan

    Satu minggu kemudian .... "Mommy! Daddy! Iel kangen!"Javier berhambur ke dalam pelukan Emily dan Keenan begitu pintu rumah terbuka. Hari ini tepat dua hari setelah Javier akhirnya keluar dari rumah sakit dan menginap bersama James serta Sheila. Mereka menahan Javier lebih lama dari permintaan dan Emily mau tak mau mengizinkannya. Hingga kini, James sendiri yang datang mengembalikan Javier padanya. "Sayang—maksudku, Emily, akhir pekan besok aku ingin mengajak Javier ke luar kota bersama Mama, sekalian jalan-jalan. Apa aku boleh membawanya?" James meralat ucapannya saat melihat tatapan posesif Keenan. Suami dari wanita yang dia cintai, masih tampak waspada saat dia datang. James belum sepenuhnya menerima keputusan wanita itu, tapi dia juga tidak mau dipisahkan dari Javier atau membuat sang anak kecewa, jika dia tetap memaksakan kehendaknya. James hanya bisa mencintai Emily dalam hatinya. "Keluar kota?" Emily menatap Keenan dengan ragu. Dia meminta pendapat suaminya soal masalah ini,

  • Bukan Suami Pilihan   Bab 106 - Kecemburuan Emily

    "Ini, ambillah."Emily menyodorkan kunci mobil pada Ashley yang terkejut. Dia yang kalah taruhan beberapa waktu lalu, tentu saja akan memenuhi janjinya. Meski uang tabungannya terkuras habis. Bagaimana lagi? Ucapan Ashley jadi kenyataannya. "Kenapa kau memberikan mobil? Memangnya ada apa? Ini bukan ulang tahunku." Ashley mengambil kunci mobil itu dan menatap Emily dengan bingung. "Kau tidak ingat kita taruhan? Jika aku kalah aku harus membelikanmu mobil dan jika kau salah, kau harus menyerahkan semua restoran ini jadi milikku. Ingat?" jelas Emily dengan sedikit gemas melihat Ashley yang tampaknya melupakan apa yang dipertaruhkan. Padahal wanita itu sendiri yang mengajaknya bertaruh. "Aahh! Jadi aku menang? Ahahaha ... sudah kuduga, kau pasti jatuh cinta dan tidak bisa berjauhan dengan Keenan. Sekarang sepertinya kau sudah mengakui itu.""Berhenti mengejekku.""Ayolah, jangan malu. Sudah kubilang Keenan itu tampan. Kau sih gengsi terus."Emily berdecak dan diam membiarkan Ashley men

  • Bukan Suami Pilihan   Bab 105 - Takut Kehilangan

    "Kau pasti kelelahan. Maaf selama ini aku selalu menyusahkanmu."Emily menatap Keenan yang terlelap di sebelahnya setelah mereka menghabiskan waktu bersama. Dia tanpa sungkan mengecup puncak kepala Keenan cukup lama, sebelum kemudian bangun dan menyelimuti tubuh Keenan. Emily turun dari ranjang dengan hati-hati. Memungut kembali pakaian dan mengenakannya. Pinggangnya sedikit sakit, padahal mereka sudah berhati-hati. "Sayang, kamu baik-baik saja 'kan? Maafkan Mommy," ucap Emily sambil mengelus perutnya. Dia tersenyum, sampai kemudian meriah ponsel miliknya dan berjalan keluar dengan hati-hati. Emily tidak mau membangunkan suaminya yang sedang tertidur pulas karena kelelahan. Keenan harus istirahat. Emily berjalan pelan dan memainkan ponselnya. Dia ingin mengontak ibu mertuanya, tapi baru saja dia hendak melakukan panggilan, nama James muncul di layar ponselnya. Emily mengernyit sesaat, tapi tak ayal dia menerima panggilan tersebut. "James, apa yang terja—""Emily, ini Tante.""Oh, Ta

  • Bukan Suami Pilihan   Bab 104 - Mengkhawatirkan Keenan

    "Keenan?"Emily refleks mendorong tubuh James dan terkejut melihat kehadiran suaminya di ambang pintu. Ekspresi Keenan seperti terluka melihat dirinya dicium oleh James. Sial, dia tidak bisa mengelak karena semua terjadi begitu cepat. Keenan tidak boleh salah paham. "Aku sepertinya mengganggu, aku akan pergi.""Eh, tunggu, Ken!" cegah Emily yang langsung berlari mendekati suaminya. Dia meninggalkan James yang tersenyum kecut dan membuang muka. Grep! Tangan Keenan berhasil digenggam cepat oleh Emily sebelum lelaki itu kabur. Keenan masih tampak lemah, sehingga tidak sulit bagi dia menangkapnya. "Ken, apa yang kau lihat tadi salah paham. Tolong dengarkan aku ya? Kita bicara sebentar?""Tidak apa-apa, aku tidak akan mencegahmu lagi kalau kau mau kembali padanya," gumam Keenan dengan nada sedih. Berusaha sebisa mungkin untuk tidak menatap Emily. Namun sayangnya, Keenan harus terkejut saat tubuhnya dibalik dengan cepat oleh sang istri dan membuat mereka saling berhadapan. "Astaga, waja

  • Bukan Suami Pilihan   Bab 103 - Cinta Tak Harus Memiliki

    Keenan berkali-kali menghela napas sambil terkantuk-kantuk di meja kerjanya. Dia tidak bisa fokus pada meeting kali ini karena semalaman menjaga Javier. James juga berkali-kali mengajaknya berdebat tentang apa yang dilakukannya di masa lalu. Lelaki itu memberinya ketakutan jika suatu saat Emily akan meninggalkannya. Tidak, tentu saja Keenan tidak berharap demikian. Dia tidak mampu berpisah dengan Emily serta anak-anaknya. "Pa? Pak Ken?" Sam menegur Keenan yang kala itu menjadi pusat perhatian semua orang di meja rapat. "Anda sepertinya tidak baik-baik saja, bagaimana kalau rapat ini diakhiri?""Ah iya, kepalaku sedikit pusing. Lakukan saja," jawab Keenan tak acuh. Membuat Sam seketika mengambil alih perhatian dan menutup pertemuan dengan cepat. Keenan yang memang tidak dalam kondisi baik-baik saja, meninggalkan ruangan lebih dulu. Dia pergi menuju ruangannya untuk beristirahat sejenak sambil diikuti oleh Sam dari belakang. "Sam, aku sepertinya butuh obat sakit kepala.""Hanya itu, P

DMCA.com Protection Status