Beranda / Romansa / Bukan Suami Biasa / Perkelahian Dua Perempuan

Share

Perkelahian Dua Perempuan

Penulis: Naya Naya
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-23 15:57:31

Rasanya seperti menyimpan sesuatu yang buruk, Emily pun jadi merasa gelisah. Dia memang tak menceritakan pada Abian tentang kedatangan Tomy ke rumah mereka. Sebab Emily takut emosi Abian akan terpancing lagi seperti dulu. Dia takut kedua laki-laki itu berkelahi dan membuat keadaan menjadi semakin kacau. Tapi menutupi semuanya juga bukan sesuatu yang mudah. Emily jadi merasa bersalah karena tak bersikap jujur pada suaminya. Sungguh menciptakan rasa gelisah yang mengganggu yang membuat dia tak nyaman menjalani hari-harinya.

Sedangkan Tomy, dengan perasaan tak berdosa dia datang dan datang lagi menemui Emily. Meski Emily selalu menolak kedatangannya, tapi Tomy tak merasa jera sedikit pun. Justru dia jadi semakin merasa tertantang untuk bisa menaklukkan hati Emily. Bagi Tomy, ini seperti harga diri yang dipertaruhkan. Dia seolah merasa sedang bersaing dengan Abian. Dan sebagai laki-laki yang memiliki segalanya, dia tak kan terima jika harus menyerah kalah pada laki-laki miskin se

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Uly Muliyani
Emily bodoh..seharusX jujur sj sm Abian...atau tdk tlp ibumu kasi tau klo Tomy dtg k tmpatX..kan gak jd panjang urusanX..klo diam tdk jujur sm Abian...ntar lama2 AbianX marah loh...hehrh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Bukan Suami Biasa   Semua Ini Memalukan!

    Plak! Satu tamparan keras mendarat di pipi Sinta, entah untuk yang kesekian kalinya. Sinta pun kembali menjerit dan coba membalas. Tapi Emily tak memberi kesempatan bagi Sinta untuk membalas serangannya itu. Beberapakali Sinta hanya bisa pasrah menerima pukulan, cakaran dan jambakkan dari Emily. Dia pun menangis, sementara Emily seperti semakin kalap mengikuti amarahnya.Tumpah sudah tumpukan kemarahan Emily yang selama ini dia simpan rapi. Ditambah tekanan masalah yang dibuat Tomy untuknya, membuat luapan emosinya itu semakin hebat tak terkendali. Emily memang sedang pusing menghadapi gangguan dari Tomy akhir-akhir ini. Dan Sinta datang, sengaja mencari masalah dengannya. Jika pada akhirnya Emily tak mampu menahan amarahnya, mungkin itu bukan salahnya. Sinta yang salah karena telah menyulut api di atas tumpukan kayu yang telah tersiram bensin. Jika ternyata kayu itu cepat terbakar dan melukainya, maka itu adalah hasil dari kesalahannya sendiri.Emily terus menyerang,

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-25
  • Bukan Suami Biasa   Kekesalan Sinta

    Sinta pulang dengan wajah dan tangan yang penuh luka serta rambut yang acak-acakan. Matanya pun sembab karena dia habis menangis. Ibunya yang sedang duduk santai di ruang tamu pun terkejut melihat putrinya pulang dalam keadaan yang seperti itu. Perempuan paruhbaya itu tak bisa menerka apa yang telah terjadi dengan putrinya. Sebab tadi dia keluar rumah dalam keadaan yang cantik dan rapi seperti biasanya. Tapi kenapa sekarang pulang dalam keadaan berantakan seperti itu?"Ada apa, Sinta? Apa yang terjadi denganmu? Kenapa kamu berantakan dan penuh luka seperti ini?" tanya ibunya dengan wajah terkejut menatap Sinta.Sinta cemberut. Dengan wajah kesal dia duduk di samping ibunya."Emily memukuli saya, bu," ucapnya mengadu."Apa?! Tidak mungkin!" seru ibunya terkejut dan tidak percaya."Sungguh, bu! Emily memang memukuli saya! Ini, ibu lihat sendiri wajah dan tubuh saya penuh luka!"Ibunya menatap Sinta tak berkedip. "Tidak mungkin Emily melakukan

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-25
  • Bukan Suami Biasa   Berita Dari Sinta

    "Mau kemana, bu?" tanya Sinta saat dilihatnya ibunya bersiap hendak keluar rumah."Mau beli kue buat hidangan nanti sore. Guntur kan mau datang. Apa kau lupa?" Ibunya balik bertanya."Saya ingat, bu. Kan, dari semalam ibu nggak berhenti mengingatkan saya," jawab Sinta."Kau memang harus selalu diingatkan.""Ah, ibunya saja yang bawel.""Kalau ibu tidak bawel, kau tidak akan menurut. Sekarang kau tunggu ibu di rumah, jangan kemana-mana. Ibu cuma keluar sebentar membeli kue.""Biar saya saja yang beli, bu. Nanti kaki ibu pegal-pegal lagi dipakai berjalan jauh," kata Sinta menawarkan jasa menolong ibunya membelikan kue."Ah!" Ibunya berdecak pelan. "Nanti kau malah keluyuran! Nanti kau pergi ke toko Abian dan berlama-lama ngobrol di sana. Akalmu terlalu banyak!" tolak ibunya."Nggak kok, bu. Saya nggak akan keluyuran. Dan saya juga nggak akan ke toko Mas Abi. Saya akan ke toko kue yang satunya walau pun jaraknya agak jauh dari sin

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-26
  • Bukan Suami Biasa   Laki-laki Pilihan Ibu

    Sinta berjalan pulang dengan langkah yang ringan. Dia merasa puas karena telah berhasil membuat Emily diam tak berkutik. Sinta tahu, Emily pasti sedang gundah saat ini. Sebab bagaimana pun berita tentang kedatangan Tomy pasti mengganggu pikirannya. Apa lagi tadi Sinta mengucap nama Tomy, pertanda kalau dia telah berkenalan dengan laki-laki tampan itu yang pasti telah membuat Emily merasa takut jika rahasianya diketahui.Sinta tersenyum senang sesaat. Tapi kemudian terasa kecut ketika dia teringat pada Guntur. Kedatangan laki-laki itu telah mengganjal langkahnya. Apa lagi ibunya terus berkeras untuk menikahkan dia dengan laki-laki yang tidak dikenalnya itu. Bagaimana mungkin dia bisa terus mendekati Abian jika ada seorang calon suami untuknya? Huh, rasanya Sinta sudah kehabisan akal untuk menolak perjodohan itu. Tapi ibunya malah semakin berkeras pada keinginannya untuk segera menikahkan Sinta dengan laki-laki pilihannya itu.Sore ini Guntur datang. Sinta pun berjalan s

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-27
  • Bukan Suami Biasa   Singa Kecil Yang Bertaring Tajam

    Pagi itu Emily membuka matanya dengan malas. Rasa kantuk masih menguasainya teramat sangat. Pantas saja, semalam ia tidak bisa tidur. Lelapnya tak nyenyak. Sesekali ia terjaga dan sulit untuk kembali tidur. Hatinya gelisah. Pikirannya terus berkelana memikirkan tentang kenekatan Tomy yang terus mendatanginya, juga pada Sinta yang mulai usil mencari tahu tentang Tomy dan menuduhnya atas dasar pemikirannya sendiri. Kedua orang itu seperti duri dalam kehidupan rumah tangganya bersama Abian. Harus segera dibuang jauh agar duri itu tak terus melukai.Tidak bisa tidak, ia harus menemui Tomy secepatnya. Laki-laki brengsek itu harus dibuat mengerti kalau dia tak ingin lagi untuk dekat dengannya. Kalau dipikir, Tomy jadi terasa bebal seperti Sinta. Tak mengerti jika orang telah menolak dan ingin jauh darinya. Dia datang dan datang lagi seakan tak peduli pada perasaan orang yang terganggu olehnya.Mungkin hari ini aku akan menemui Tomy. Tapi tak perlu Mas Abi tahu tentang rencan

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-27
  • Bukan Suami Biasa   Ketika Turun Hujan

    Hari-hari berlalu dalam ketenangan. Tak ada yang merusuh, tak ada yang membuat jengkel. Tomy tak pernah datang lagi sejak Emily mendatangi dan mengancamnya waktu itu. Sinta pun entah kemana, tak pernah lagi menampakkan batang hidungnya di depan Emily. Emily pun senang dan bersyukur. Setidaknya hampir dua minggu ini dia bisa merasakan hidup tenang tanpa gangguan dari mereka sedikit pun."Kemana Sinta, ya? Sudah lama nggak kelihatan. Tumben. Biasanya dia mondar-mandir di depan setiap hari," kata Emily pada Inung yang pagi itu datang mengajak Abian untuk pergi ke toko."Kabarnya sih diajak ibunya pulang kampung. Apa mungkin untuk mengurus pernikahannya dengan laki-laki yang waktu itu mencari alamat rumahnya?" jawab Inung.Emily menggeleng pelan. "Rasanya aneh kalau tiba-tiba saja dia mau menikah dengan laki-laki itu. Sebab terakhir ketemu dulu, dia masih mengejar Mas Abi," katanya menyahuti."Iya juga sih. Rasanya aneh memang," kata Inung menimpali."

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-27
  • Bukan Suami Biasa   Malaikat Penolong

    Jeritan itu mengejutkan, sekaligus memberikan harapan. Setidaknya suara jeritan itulah yang menghentikan aksi Tomy yang ingin menodainya. Dan sungguh Emily bersyukur pada si pemilik jeritan itu. Emily pun mengangkat wajahnya melihat ke arah pintu kamarnya. Sinta. Ya, ada Sinta di sana yang sedang berdiri dengan mulut yang menganga. Perempuan itu tampak sangat terkejut melihat semuanya. Dia pun menatap Emily dan Tomy bergantian dengan mata yang terbelalak lebar.Untuk jelasnya, mari kita mundur beberapa menit ke belakang.Ketika itu, Sinta berjalan di tengah derasnya hujan. Dia hendak ke apotek membeli obat untuk ibunya yang sakit. Sejak kembali dari kampung kemarin, penyakit asam urat ibunya kambuh. Mungkin karena selama berada di kampung ibunya tak menjaga makanannya. Sayuran yang menjadi pantangannya dimakan juga. Jadilah begitu kembali pulang asam uratnya kambuh seperti itu.Akhirnya siang ini Sinta pun terpaksa menerobos derasnya hujan demi untuk membeli oba

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-28
  • Bukan Suami Biasa   Hinaan Sandra

    Beberapa saat lamanya Abian menatap Emily dengan kening berkerut. "Tomy? Tapi bagaimana mungkin dia bisa datang kemari? Darimana dia bisa tahu alamat rumah ini?"Emily menggeleng. "Saya nggak tahu darimana dia tahu alamat rumah ini. Tapi tiba-tiba saja dia datang menemui saya dan dia mengulangi niat buruknya yang dulu."Rahang Abian mengeras menahan rasa amarah. Sungguh terlalu jika Tomy mengejar Emily sampai ke rumah ini dan kembali ingin menodainya! Abian tak terima perlakuan kurangajarnya itu terhadap Emily. Laki-laki perlente itu harus diberi pelajaran lebih keras lagi dari kemarin, geram Abian dengan emosi yang hampir memuncak."Tapi bagaimana kau bisa lepas dari Tomy, Mily?" tanya Abian setelah sesaat terdiam menenangkan hatinya yang terbakar emosi."Sinta menyelamatkan saya, mas.""Sinta?""Ya. Tadi Sinta tiba-tiba masuk dan mengejutkan Tomy. Nasib baik masih melindungi saya. Tuhan mengirim Sinta untuk menolong saya."Abian men

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-28

Bab terbaru

  • Bukan Suami Biasa   Berakhir Dengan Indah

    <span;>Emily mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Rumah ini masih tetap sama seperti ketika dia tinggalkan dulu. Masih tetap bersih dan terasa sejuk. Sungguh nyaman dan mendamaikan. Dengan perasaan haru Emily pun tersenyum. Tanpa dia sadari, telah banyak kenangan terukir di rumah ini. Rumah ini adalah saksi dari perjalanan cintanya bersama Abian. Juga tentang bagaimana dia berubah dari seorang gadis kaya yang manja, menjadi seorang perempuan sederhana yang pandai mengurus rumah. Ah, Emily merindukan rumah ini. Dan sungguh saat ini dia bahagia bisa kembali kemari. <span;>Ketika itu, Abian yang baru kembali dari kamar untuk menidurkan Amanda di ranjangnya pun tersenyum melihat tingkah Emily yang berdiri di tengah ruangan sambil mengedarkan pandangan. <span;>"Selamat datang, ratuku," katanya sambil menatap Emily dengan romantis. Pagi itu memang mereka baru saja sampai. Dan Abian tahu kalau Emily merindukan rumah ini. <span;>

  • Bukan Suami Biasa   Akhir Sebuah Masalah

    <span;>Pagi itu Abian baru saja terjaga dari tidurnya ketika didengarnya suara ponsel yang berdenting pertanda ada sebuah pesan yang masuk. Abian mengambil ponsel itu dengan malas. Siapa yang menghubunginya pagi buta begini? Dengan mata yang masih mengantuk dia pun berusaha memfokuskan pandangannya pada layar hp. <span;>Emily?! Abian tersentak bagai terkena aliran listrik. Dia pun segera duduk dan membaca pesan itu. 'Mas Abi sayang, nanti malam datang ke sini ya. Ada yang harus kita bicarakan.' <span;>Abian tercekat. Sekali lagi dia membaca pesan itu untuk meyakinkan dirinya kalau isi pesan yang dibacanya memang benar seperti itu. Tapi..., Emily memanggil sayang? Ah, Abian jadi merasa bingung. Bukankah istrinya itu sedang marah padanya? Sedang marah, tapi memanggil sayang? <span;>'Ya, Mily sayang. Saya akan datang nanti malam. Tapi ada apakah?' <span;>'Nggak bisa saya bicarakan di telepon, mas. Pokoknya Ma

  • Bukan Suami Biasa   Jebakan Tomy

    <span;>Esok sore, di jam yang sama, Sandra mengetuk pintu kamar Nadya yang tertutup rapat. Tak menunggu lama, pintu kamar itu pun terbuka. Wajah Nadya sedikit bingung karena tak biasanya Sandra mengetuk pintu kamarnya seperti ini. <span;>"Ya, Mbak Sandra, ada apa?" tanya Nadya segera. <span;>"Apa kamu sedang sibuk? Saya ingin minta tolong sebentar," jawab Sandra dengan sikap yang sewajarnya. <span;>"Minta tolong apa, mbak?" <span;>"Tomy datang ingin bertemu dengan Rangga. Tapi Rangga baru saja tidur. Sekarang dia sedang menunggu di teras belakang. Mau kamu menemani dia sebentar? Kamu kan tahu kalau saya atau Mily tidak mungkin menemani dia? Hubungan kami belum baik sampai sekarang." <span;>Nadya pun mengangguk hingga membuat Sandra merasa lega. Lalu tanpa curiga Nadya segera berjalan menuruni tangga menuju ke teras belakang dimana Tomy sedang duduk melamun sendirian. <span;

  • Bukan Suami Biasa   Rencana Tomy

    <span;>"Rasanya sulit untuk percaya kalau Abian berbuat seperti itu, Mily," kata Sandra pada Emily di sore itu. <span;>Emily pun menoleh menatap Sandra untuk beberapa saat. "Jadi kakak percaya pada cerita Mas Abi?" tanyanya sedikit terkejut. <span;>"Percaya seratus persen sih tidak. Tapi kakak melihat pribadi Abian selama ini dan Abian yang diceritakan oleh Nadya, kok, sepertinya bertolak belakang sampai seratus delapan puluh derajat. Coba kamu ingat bagaimana bertanggungjawabnya dia selama ini sebagai suamimu. Juga bagaimana dia berkorban demi memenuhi keinginanmu untuk bisa kuliah lagi. Dia sampai mau mengojek sampai malam, Mily. Dan coba kamu ingat lagi bagaimana dulu Abian tetap bertahan untuk tidak menyentuhmu hanya karena menunggu restu dari papa dan mama. Kamu sudah sah menjadi istrinya ketika itu. Kalian pun tinggal bersama dalam satu rumah. Tapi dia bertahan, Mily. Dia tidak menyentuhmu sampai restu itu dia dapatkan. Jadi, aneh rasa

  • Bukan Suami Biasa   Pertemuan Tiga Lelaki

    <span;>"Seorang saksi? Bagaimana mungkin lo bisa menghadirkan seorang saksi, Bi? Siang itu cuma ada lo dan Nadya aja kan di sana?" kata Inung dengan nada bingung. <span;>"Gue juga bingung, Nung. Tapi tanpa kehadiran seorang saksi yang bisa membenarkan cerita gue, Emily akan tetap berpikir kalau gue yang salah. Atau jangan-jangan...." <span;>"Jangan-jangan apa?" <span;>"Atau jangan-jangan dia sengaja berbuat begitu biar dia bisa dekat dengan teman laki-lakinya itu tanpa ada yang menghalangi?" <span;>"Apa iya seperti itu, Bi?" tanya Inung sedikit ragu. <span;>Abian mendesah gelisah. "Gue memang nggak mau nuduh secara langsung sama dia. Tapi bagaimana pun rasa curiga itu tetap ada." <span;>"Semoga rasa curiga lo itu salah, Bi," harap Inung. <span;>"Sore ini gue mau datang lagi ke sana, Nung. Gue kangen banget sama Amanda," kata Abian kemudian. <span;>"Ya, gue ngerti per

  • Bukan Suami Biasa   Jalan Buntu

    <span;>Beberapa hari telah berlalu. Abian masih tetap berusaha sabar untuk tidak menemui Emily, meskipun kerinduannya pada Emily dan Amanda terasa begitu menyesakan dada. Abian tak dapat tidur, juga tak enak makan. Hari-harinya diisi dengan gelisah. Tak ada yang lain yang mengisi kepalanya selain istri dan putrinya itu. Tapi jika dia datang sekarang, apakah Emily sudah bisa diajak bicara? <span;>"Gue udah nggak bisa nahan rasa kangen gue, Nung. Gue juga nggak bisa membiarkan masalah ini berlarut-larut seperti ini. Gue harus menemui Emily sekarang," kata Abian pada Inung di pagi ini. <span;>"Rasanya memang udah saatnya kalian selesaikan masalah ini. Lo udah kasih waktu untuk dia selama beberapa hari ini. Sekarang saatnya dia dengarkan penjelasan dari lo, Bi. Emily nggak boleh cuma dengar cerita dari satu pihak aja. Dia juga harus mau dengar cerita dari lo," sahut Inung. <span;>"Gue nggak ngerti kenapa Emily bisa termakan cer

  • Bukan Suami Biasa   Beri Dia Waktu

    <span;>Abian mengulangi pertanyaannya hingga beberapakali. Tapi jawaban dan reaksi Emily tetap sama. Dia tetap berseru meminta Abian untuk pergi dengan wajah yang menyiratkan rasa marah dan kecewa. Abian jadi semakin bingung. Dia tak tahu harus berbuat apa hingga hanya bisa mematung di tempatnya berdiri. Emily seperti tak bisa diajak bicara. Dia terlalu histeris dalam tangis dan kemarahannya. <span;>"Tenang dulu, Mily. Coba jelaskan dulu pada saya ada apa ini sebenarnya? Saya benar-benar nggak ngerti kenapa kamu bersikap seperti ini pada saya?" kata Abian bingung. <span;>"Tanya pada diri Mas Abi sendiri, apa yang sudah Mas Abi lakukan?!" sembur Emily marah. <span;>"Apa yang sudah saya lakukan?" Abian tak mengerti dengan perkataan Emily. "Memangnya apa yang sudah saya lakukan, Mily?" <span;>"Mas yang lebih tahu apa yang sudah Mas lakukan! Dasar laki-laki jahat! Saya benci Mas Abi!" Histeris Emily semakin me

  • Bukan Suami Biasa   Menjemput Emily

    <span;>Sore itu Abian bergegas pulang. Dia ingin mendengar cerita Emily tentang pertemuannya dengan Nadya tadi siang. Abian khawatir terjadi keributan antara Emily dan adik sepupunya itu. Meski Abian tahu kalau Nadya tak akan berani membangkitkan rasa cemburu Emily, tapi tetap saja hati Abian tak tenang membayangkan kedua perempuan itu bertemu dan bicara tentang alasan Nadya meninggalkan rumah mereka dengan cara seperti itu. <span;>Motor Abian berhenti di depan pintu pagar rumahnya. Dia melihat ke arah rumahnya yang sepi. Bahkan jendela pun tertutup rapat. Sepertinya Emily belum pulang. Abian pun berpikir sejenak. Apakah sebaiknya dia menunggu Emily di rumah saja, atau kembali ke toko dan pulang ke rumah lagi nanti? Hm, rasanya lebih baik kembali saja ke toko. Nanti sebelum maghrib, barulah pulang menemui Emily. <span;>Abian pun segera memutar motornya dan melajukannya kembali ke toko. Dan ketika dia memasuki halaman parkir di depan tokonya,

  • Bukan Suami Biasa   Terguncang

    <span;>"Nggak mungkin!" seru Emily pelan. "Nggak mungkin Mas Abi melakukan itu!" <span;>"Saya tahu Mbak Mily tidak akan percaya dengan cerita Saya. Karena itulah saya memilih pergi dan diam," kata Nadya dengan ekspresi wajah yang sangat meyakinkan. <span;>"Oh!" Emily kembali terpekik pelan. Benarkah itu? Benarkah suaminya melakukan perbuatan serendah itu? Rasanya ingin tak percaya, tapi raut wajah Nadya sepertinya tidak main-main. Tampaknya dia tidak sedang bercanda, apa lagi berdusta. <span;>"Maafkan saya, Mbak Mily. Saya tidak tahu kalau selama ini Mas Abi memiliki perasaan yang lain terhadap saya. Andai saja saya tahu, pasti saya tidak akan tinggal di rumah Mbak Mily. Saya pikir, selama ini Mas Abi cuma menganggap saya sebagai adik. Tapi ternyata tidak seperti itu." <span;>"Tapi Mas Abi bukan laki-laki seperti itu, Nadya!" Emily masih mencoba untuk percaya pada kesetiaan suaminya. <span;&

DMCA.com Protection Status