Share

Bertemu Mertua

Author: Anisa_Ra
last update Last Updated: 2022-04-21 10:43:32

Siang ini Dira berkunjung ke rumah mertuanya, meskipun kehadirannya akan ditolak, baginya tidak masalah dia akan tetep mencoba. 

Dira memencet bel rumah, seorang pembantu paru baya membuka pintu untuknya. 

"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?" tanyanya seperti tidak mengenal Dira.

Dira tersenyum miris, segitu tak berharganya dia sampai tak dikenal sebagai menantu dari keluarga Sander.

Namun, Dira harus tetap bersikap sopan lagi pula sampai meninggal pun mungkin dia hanya akan dikenang di keluarga Sander sebagai wanita perebut kekasih kakaknya. "Siang, Bi. Ibu Miranda ada?" 

"Ada, Non. Tunggu sebentar saya panggilkan, Non—?" 

"Dira, Bi," ucap Dira menyebutkan namanya agar pembantu itu tidak bingung.

"Baik, Non Dira. Saya Minah, Silahkan masuk," perintah Minah. 

"Terima kasih," ucap Dira. 

Bi Minah bergegas memanggil Miranda, ia takut tamu di depan mungkin orang yang penting. Karena dilihat dari penampilannya terlihat anggun dan elegan. 

Sebelum berangkat ke rumah mertua, Dira tadi sempat mampir ke salon. Dia tidak ingin dicaci maki oleh ibu mertuanya, tidak masalah jika dia harus keluar biaya untuk berpenampilan sepadan dengan sang mertua. Toh, untuk apa uang yang tiap bulan diberikan Abi dia tabung. Lagi pula dia juga tidak akan menikmati hingga tua nanti. 

Tidak lama Miranda keluar dari kamarnya. Miranda berjalan dengan anggun, penampilan seperti biasanya yang menunjukkan bahwa dia adalah wanita berkelas. 

"Untuk apa kamu datang ke sini," ucap Miranda dari kejauhan, saat melihat sosok yang dia kenal sedang duduk di bangku tamu. 

"Siang, Ma. Aku hanya ingin mengunjungi Mama. Apa Mama ada waktu, buat kita berbincang. Aku ingin mengenal Mama lebih jauh, agar aku bisa menjadi menantu idaman Mama," tutur Dira tanpa jeda.

"Jangan sok baik. Lebih baik kamu pulang, nikmati saja apa yang sudah kamu dapat, sebelum semuanya berakhir," ujar Miranda seperti memperingati dan mengancam Dira. 

Dira yang sekarang bukanlah Dira yang dulu yang selalu memendam dan menahan rasa sakit itu sendirian. Orang yang akan mengalah demi kepentingan orang lain. 

"Ma, apa yang Mama ucapkan itu benar. Aku akan menikmati apa yang aku dapat dan sekarang bukankah Mama adalah salah satu apa yang aku dapat? Aku akan menikmati itu," ujar Dira. 

"Apa kamu kira aku ini barang yang bisa kamu nikmati?" 

"Tidak. Mama adalah sosok yang akan aku sayangi. Ma, aku lapar ayo, kita makan siang bersama!" ajak Dira dengan beraninya menggandeng tangan Miranda merengek seperti anak kecil sedang meminta sesuatu. 

"Hai, apa-apaan kamu ini. Lepaskan aku!" pekik Miranda, kini tubuhnya sudah dibawa Dira ke dapur.

"Mama belum masak? Aku bantu ya Ma, tapi aku bantu ngupas bawang aja, sama cuci piring atau sayur. Karena aku belum pandai memasak," ujar Dira setelah tubuh mereka sudah sampai dapur. 

Lama kelamaan Miranda menjadi tersentuh dengan Dira, sejujurnya Miranda adalah wanita yang penuh kasih sayang. Hanya saja ia tidak bisa menerima Dira karena sering mendengar hal buruk tentangnya dan ditambah Dira sudah berani membuat Abi anak kesayangannya menikahi dirinya.

Miranda masih diam tak bersuara. Namun, tangannya dengan cekatan mengambil sayuran yang ingin dia masak, lalu menyerahkan pada Dira agar dicuci. Begitupun dengan bumbu-bumbu yang ingin dia pakai, diserahkan pada Dira untuk dikupas. 

Dira tersenyum, ingin rasanya waktu berhenti untuk sekarang. Seumur hidupnya dia tidak pernah merasa sehangat ini, bisa seperti ibu dan anak sungguhan. Inilah mimpi kecilnya sejak dulu, bisa memasak berdua sambil bercerita. Namun, Dira tidak ingin meminta lebih. Begini saja dia sudah senang. 

"Abi suka semua makanan, kecuali yang bikin dia alergi salah satunya adalah kacang," ujar Miranda seperti memberi tahu Dira. 

Dira seperti bermimpi, wanita di sampingnya mau mengajak dia berbicara, dengan cepat Dira menjawab, "Baik, Ma. Jika suatu saat dia mau makan hasil masakanku yang gak seberapa enak. Akan aku hindari bahan itu." 

"Kenapa, kamu tidak bisa memasak? Sebagai seorang istri itu harus pandai memasak." 

"Bukannya Mama sudah tahu alasannya?" jawab Dira membuat Miranda terdiam. 

Miranda sadar jika dia sudah berbuat jahat pada Dira. Bagaimana pun hubungan antara Abi dan Nadya di belakang Dira, dia juga sudah menyetujuinya. 

Acara memasak sudah selesai. Miranda menginstruksikan Bi Minah untuk memanggil Fauzan sang suami, agar bisa makan bersama. 

"Kamu di sini?" tanya Fauzan tanpa ekspresi saat melihat Dira. 

"Iya, aku ingin makan siang bersama kalian. Semoga saja aku tidak diusir dengan perutku yang keroncong ini." Dira sedikit ingin bercanda agar bisa dekat dengan mertua lelaki. 

Fauzan tidak mengindahkan candaan Dira. Dia duduk di bangku pemimpin sedangkan Miranda dengan Dira saling berhadapan. 

"Stop, Ma. Biar aku yang mengambilkan kalian makan," ucap Dira, ia pun menyendok nasi lalu di taruh ke piring Miranda dan Fauzan. 

"Papa, mau lauk apa?" Dira dengan sendok di tangannya bersiap mengambil lauk yang akan diminta Fauzan. 

"Capcai dan udang saja." 

"Mama, mau apa?" 

"Sama," jawab Miranda, dengan senang hati Dira mengambilkan makanan itu. 

"Ma, Pa. Kenapa tidak memakan ayam goreng? Bukannya Mama sudah memasak, sayang loh," ujar Dira, ia pun mengambilkan sepotong ayam untuk Miranda dan Fauzan. 

Kedua orang tua itu dibuat tercengang dengan sikap Dira. Mereka berpikir apakah selama ini sudah salah menilai Dira?

Belum pertanyaan itu terjawab suara dari luar membuat kedua orang tua itu tersadar dan Dira yang ingin menyendokkan makanan untuk masuk ke mulutnya tidak jadi dilaksanakan. 

"Dira, apa yang kamu lakukan?" tanya Nadya yang baru saja datang dengan Abi. 

"Aku sedang makan, Kak. Kakak mau ikut makan juga? Aku bisa mengambilkan untuk Kakak." 

"Dira, berhenti bersikap sok baik di sini. Orang tuaku tidak akan menyukaimu!" seru Abi yang tidak suka jika Dira mendekati orang tuanya. 

"Baik, Kak. Dira akan pulang," jawab Dira.

"Pa, Ma. Dira pamit dulu ya, lain kali kita makan bersama lagi," imbuh Dira berpamitan sembari mengedipkan matanya.

Sebenarnya Dira tidak ingin kehilangan moment langka seperti ini. Selain dirinya yang tidak ingin berdebat dengan Abi, dia kini merasakan ada cairan yang akan segera keluar dari hidungnya. Dia tidak ingin terlihat sangat mengenaskan di mata semua orang. 

Dira bergegas mengambil tas selempang yang dia bawa tadi, lalu dengan langkah cepat dia keluar dari rumah keluarga Sander.

Saat tiba di beranda rumah, benar saja darah segar mengalir dari hidungnya, Dira segera mengambil tisu menyumpal hidung itu agar darah yang keluar tidak berceceran di mana-mana. 

Bi Minah yang melihat itu bergegas menghampiri Dira. "Non Dira tidak apa-apa?" 

"Tidak apa-apa, Bi. Bisakah Bibi membantu Dira ke depan dan memanggil taxi?" pinta Dira. 

Dira merasa matanya sudah berkunang-kunang, tidak mungkin juga bisa berjalan ke depan sendirian. 

Bi Minah membantu Dira sampai ke depan dan sesuai permintaan Dira, ia memanggil taxi. 

"Bi, janji sama Dira. Bibi gak akan bilang ini pada siapa-siapa. Dira yakin bibi orang baik dan terima kasih," ujar Dira yang tidak membutuhkan jawaban dari Bi Minah. Dia langsung menyuruh supir taxi menjalankan kemudiannya.

Related chapters

  • Bukan Seorang Pengganti   Pasrah

    Abi tiba di apartemen. Dia bergegas mencari Dira. Dia ingin memastikan satu hal. Apa yang direncanakan wanita itu?Gedoran demi gedoran pintu, Abi layangkan di kamar Dira. Namun, hasilnya nihil tidak ada jawaban dari dalam sana. Abi memutar kenop pintu, menyapu pandangan ke seluruh penjuru kamar. Sepi seperti tidak ada kehidupan yang artinya Dira belum pulang. "Kemana wanita itu pergi!" ucap Abi. Lelaki itu kesal saat emosinya sudah memuncak justru dia tidak menemukan seseorang yang dicari. "Kakak mencariku?" Suara Dira terdengar dari arah belakang membuat Abi terkejut. "Kamu! Bisakah tidak mengejutkanku? Dari mana saja kamu?" tanya Abi.Ekspresi Abi yang terkejut membuat Dira terkesima. Bagaimana tidak, Abi memiliki ketampanan yang bisa dibilang cukup sempurna, dengan alis tebal yang hampir menyatu, bulu mata yang lentik hingga bola mata yang hitam pekat membuat tatapannya bisa melelehkan hati. Belum hidungnya yang mancung dan ditambah bibir yang sedikit tebal, tapi terlihat san

    Last Updated : 2022-04-22
  • Bukan Seorang Pengganti   Kemarahan

    Dira kini menginjakkan kakinya di rumah sakit. Dia dengan sekuat tenaga mengumpulkan keberaniannya untuk bertemu dengan kedua orang tuanya. Selama tiga bulan menikah dengan Abi, Dira sama sekali tidak ingin menunjukkan wajahnya kepada Lita dan juga Indra, dengan tujuan kedua orang tuanya itu akan merindukan dirinya dan saat bertemu akan memeluknya. Namun, apa yang dia harapkan nyatanya kini hanya sia-sia. Bukan pelukan yang dia dapatkan, tapi sebuah tamparan dan kata hinaan. "Ini pasti karena dirimu. Dasar pembawa sial!" kecam Lita dengan tangan yang masih bergetar setelah menyentuh pipi Dira dengan keras. Dira masih terdiam ditempatnya, dia sama sekali tidak bisa berucap kata saat tuduhan itu diberikan padanya. Dalam batin dia berkata, 'Sebenarnya apa salahku. Kenapa setiap kejadian yang dialami Kak Nadya selalu saja aku yang disalahkan?' Ingin rasanya Dira mendapatkan pembelaan dari seorang ayah atau seorang suami yang kini hanya menatap dirinya di seberang sana dengan tatapan

    Last Updated : 2022-04-22
  • Bukan Seorang Pengganti   Melukai harga diri

    Tubuh Dira kini semakin bergetar saat Abi mulai melepaskan satu persatu kancing baju miliknya. "Dasar wanita murahan, jadi selama ini kamu benar-benar mengharapkan aku menyentuhmu?" ucap Abi menatap wajah Dira lalu turun ke bawah, di sana Abi dengan jelas melihat aset berharga milik Dira yang masih tertutup dengan bra berwana merah menantang. Dira terus menerus meyakinkan dirinya, jika memang Abi ingin meminta haknya dia akan dengan mudah menyerahkan semuanya meskipun kata hinaan terus dia dengar. Mungkin dengan begitu harapannya bisa membuat satu kenangan indah agar bisa diingat Abi seumur hidupnya bisa terlaksana. "Kak Abi, menjadi wanita murahan untuk suami sendiri bukankah itu hal yang wajar?" Dira terus menerus memancing Abi, menyulutkan api emosi agar lelaki itu benar-benar melakukan apa yang diinginkan, meskipun dia dalam kondisi takut dan tertekan. "Bukankah, sangat indah milikku? Aku bersedia menyerahkan ini semua," imbuh Dira. "Kamu bilang indah? Milikmu tidak ada apa-a

    Last Updated : 2022-05-12
  • Bukan Seorang Pengganti   Permintaan mertua

    "Apa kamu ingin bersikap pura-pura bodoh dan tidak tahu apa-apa?" tanya Miranda dengan nada sinis. Dira masih mematung di tempatnya, karena dia sama sekali tidak mengerti dan dia ingin menunggu kalimat selanjutnya yang akan diucapkan sang mertua. "Dengar, karena kamu perusahaan mengalami kerugian!" ungkap Miranda. Dira berpikir keras. Apa maksud kalimat yang diucapkan oleh mertuanya ini. Kenapa dia dituduh sebagai penyebab kerugian pada perusahaan? Padahal selama ini dia bahkan tidak pernah berkunjung ke perusahaan itu, jangankan berkunjung tahu perusahaan itu bergerak di bisnis apa dia bahkan tidak paham. "Ma, kenapa Mama menuduhku seperti itu?" tanya Dira. Miranda menarik napas sebelum dia mengeluarkan unek-uneknya. Wanita itu perlahan-lahan mendekati diri."Dira, sejak awal kamu sudah salah karena kamu menikah dengan Abi. Apa aku salah jika aku menuduh dirimu? Karena perbuatanmu ini membuat Nadya bunuh diri dan sekarang Abi mengabaikan tugasnya untuk menjalankan perusahaan gun

    Last Updated : 2022-05-12
  • Bukan Seorang Pengganti   Hanya sandiwara

    Suasana salah satu rumah sakit di sudut ibu kota, ramai pada umumnya. Banyak orang berwarna-warni guna berobat, berkunjung atau pun hanya sekedar mengantar kerabat untuk berobat. Namun, tidak dengan ruang rawat Nadya. Ruangan ini hanya terdengar bunyi alat monitor yang dipasang di tubuh Nadya.Abi terus memegang tangan Nadya. Dia sama sekali tidak ingin melepaskan tangan itu karena Abi merasa sangat bersalah. Beberapa saat yang lalu saat Nadya terbangun dari komanya. Abi mengatakan bahwa dia akan benar-benar bertanggung jawab atas Dira, karena perbuatan yang sudah dilakukan pada wanita itu. Akan tetapi Nadya sama sekali tidak terima jika Abi meninggalkan dirinya dan untuk kedua kalinya dia menggores tangannya dan kali ini cukup dalam sehingga membuat wanita itu kehilangan banyak darah.Beruntung saja saat itu Nadya masih berada di rumah sakit. Jadi dia masih bisa mendapatkan pertolongan secara langsung. Namun, nyatanya dokter memberikan vonis jika Nadia kini kembali koma lagi."Nad,

    Last Updated : 2022-05-12
  • Bukan Seorang Pengganti   Korban jadi tersangka

    "Bu, aku sama sekali tidak pernah menyangka Ibu akan melakukan hal seperti ini untuk Kak Nadya!" seru Dira mendekat ke arah sisi ranjang. Lita memasang wajah datarnya, lalu berkata, "Kenapa? Apa kamu iri?" "Aku tidak pernah iri, tapi ini semua tidak bisa dibenarkan, Bu." "Lalu hal seperti apa yang bisa dibenarkan? Kamu menikahi kekasih kakakmu sendiri apa itu bisa dibenarkan?" sergah Lita yang tak terima. "Sudahlah, Bu. Jangan berdebat dengannya, lagi pula dia bukan lagi keluarga kita. Sama halnya dia bukan bagian dari Ayah Indra," sahut Nadya. Lita langsung melihat ekspresi Dira saat Nadya mengatakan kalimat itu. Mungkin ini sudah saatnya anak tidak tahu diri itu tahu hal yang sesungguhnya. Namun, Lita sama sekali tidak melihat ekspresi terkejut dari wajah Dira. Dia justru mendengar kalimat yang sama sekali tak pernah dia duga. "Benar apa kata Kakak. Terima kasih sudah ingin mengatakan rahasia yang sudah aku tunggu sejak lama." Dira menatap wajah Nadya lalu kini beralih pada Li

    Last Updated : 2022-05-13
  • Bukan Seorang Pengganti   Mencoba menghalangi

    Dengan langkah lebar-lebar Abi memasuki apartemen yang beberapa hari ini tidak pernah dia injak. Setelah membuka pintu lengkingan suaranya memanggil nama Dira. "Dira!" Adi yang tak kunjung mendapatkan jawaban, dia langsung menunju kamar Dira. Benar saja saat dia masuk kamar wanita itu, bola matanya menemukan Dira sedang memejamkan mata. "Dira, bangun! Jangan pura-pura tidak dengar aku memanggilmu," ujar Abi yang kini membangunkan Dira menggunakan kakinya. Dengan mata yang masih berat Dira mencoba melebarkan pandangannya. Pusing yang dia rasakan setelah dari rumah sakit ditambah dengan benturan akibat perbuatan Abi. Membuta tubuhnya semakin melemah. "Kak Abi sudah pulang?" Pertanyaan yang seharusnya tidak ditanyakan oleh Dira, sebab Dira yang meminta Abi untuk pulang. Namun, karena pusing di kepalanya yang gak kunjung reda membuat wanita itu sedikit lupa ingatan."Sekarang jangan berlaga sok manis, Dira. Sementara kamu di luar sana bersikap bar-bar! Dan ingat aku pulang bukan untu

    Last Updated : 2022-05-16
  • Bukan Seorang Pengganti   Kedatangan Indra

    Bola mata Dira membulat saat dia mengetahui sosok lelaki yang kini berada sampingnya dan memegang tangannya. "Ibu Dira, kenapa Anda di sini?" tanya Dokter Rico.Dira langsung menghempaskan tangan Dokter Rico lalu dia mencoba berdiri. Namun, sayangnya kaki Dira kesemutan hingga tak mampu menopang tubuhnya. Beruntung ada Dokter Rico di sana jadi tubuh itu tidak langsung menyentuh lantai kembali. Dokter Rico terpesona dengan kecantikan yang di miliki oleh Dira. Sejak awal dia sudah menaruh hati pada pasiennya itu. "Terima kasih, Dokter Rico," ucap Dira menyadarkan Dokter Rico. Rico langsung melepaskan tangannya saat Dira berusaha untuk berdiri tegap. Dia langsung berkata, "Panggil Rico saja. Karena ini di luar jam kerja." "Iya," jawab Dira dengan tersenyum simpul. "Ibu Dira kenapa di sini? Apa Ibu Dira tinggal di sini?" tanya Rico memberondong Dira. Dira nampak gelagapan saat ditanya oleh Rico. Dia tidak mungkin memberi tahu jika dia tinggal di apartemen ini bersama dengan suami y

    Last Updated : 2022-05-23

Latest chapter

  • Bukan Seorang Pengganti   Mempertegas hubungan

    Abi merasa sangat bersalah ketika hidung yang ia tarik tadi bukan hanya merah tapi juga mengeluarkan cairan berwarna merah. Seketika itu Abi langsung membawa Dira ke rumah sakit. Lelaki itu berdecak sebal saat di rumah sakit justru dokter yang menangani Dira lagi dan lagi adalah Rico. "Sudah selesai belum? Jangan mengambil kesempatan dalam kesempitan!" seru Abi saat melihat Rico yang kini membersihkan darah dari hidung Dira yang tak kunjung berhenti. "Bawel amat! Ini juga karena perbuatan dirimu. Aku heran kenapa wajah Dira penuh memar apa kamu melakukan KDRT?" tuduh Rico. "Jangan sembarang bicara! Sudahlah lebih baik panggil dokter yang lain. Aku mampu membayar tiga kali lipat," ujar Abi kesal dengan tuduhan Rico tadi. Dahi Rico mengkerut sembari menatap penuh tanya pada Dira. Lelaki itu berharap Dira dapat memberikan jawaban yang kini mengganjal di benaknya. Iya, pertanyaan apa kira-kira hubungan Dira dan Abi kini sudah membaik? "Aku sudah tidak apa-apa. Ini juga akan segera b

  • Bukan Seorang Pengganti   Membatalkan perjanjian

    Dira tercengah saat mengetahui hal penting yang ingin dilakukan Abi. Setelah kepergian Miranda, Abi langsung menghubungi Zain pengacara yang mengurusi perjanjian yang kemarin dibuat untuk kedua belah pihak. "Jadi ini hal penting yang Kakak maksud?" tanya Dira menatap wajah tampan sang suami yang kini berada di sampingnya."Iya, ini hal penting yang harus segera kita selesaikan." Abi memegang tangan Dira lalu menautkan tangannya, "aku sudah bilang padamu jika aku akan memulai dari awal denganmu. Dan langkah pertama yaitu membatalkan perjanjian konyol yang sudah kita buat." Bola mata Dira berbinar di ujungnya ada tumpukan cairan yang hampir saja keluar dari bendungan. Dira sama sekali tidak menduga hal sepele seperti ini tak luput dari pemikiran Abi. "Kamu menangis?" Tangan Abi yang menganggur kini menghapus air bening yang sempat mengalir. Kedua bola mata keduanya kini saling bertatapan seakan tidak ada habisnya Abi langsung meletakkan kepala Dira di pundaknya. Tentu saja Zain yan

  • Bukan Seorang Pengganti   Hal penting

    "Jadi ini alasan kamu tidak pulang?" cetus seorang wanita paru baya yang tak lain adalah Lita. Iya, sejak tadi ia mengikuti Nadya. Sebagai seorang ibu iya tahu persis apa yang dialami sang anak yang tiba-tiba berubah. Lalu fakta yang barusan ia dapatkan jika Indra sang suami justru memberikan ide gila pada sang anak guna memiliki Abi dan menyelamatkan gudang. "Bu, aku bisa menjelaskan ini semua," ucap Indra yang langsung menghampiri Lita yang kini masih berada di pintu masuk. "Penjelasan apa? Ini semua sudah cukup jelas bagiku. Kamu membuatku hidup bak ratu dengan cara seperti ini?" pungkas Lita tak terima. Tidak! Lebih tepatnya ia membohongi dirinya sendiri, dia senang hidup bak ratu karena itu semua adalah hal yang paling ia inginkan sejak dulu, hidup miskin dengan banyak kekurangan tak mampu ia hadapi ditambah dengan kelahiran Dira sebagai mana janin itu sama sekali tidak ia inginkan. "Lalu aku harus bagaimana? Omset kita semakin hari semakin menurun. Bahan yang kita dapatkan t

  • Bukan Seorang Pengganti   Membela istri

    "Di—Dira, kenapa kamu ada di sini?" tanya Nadya sembari mengacungkan jari telunjuknya ke arah Dira. Wanita itu juga merasa sesak di dadanya saat melihat Dira keluar dari kamar Abi. "Kak Nadya." Mulut Dira bergerak menyebut nama sang kakak. Entah apa yang terjadi pada Dira saat ini setalah ia melihat bola mata sang kakak penuh dengan kebencian saat menatap dirinya. Seolah Dira kini sudah menghancurkan hati sang kakak, tidak heran dan hal itu disadari Dira terlebih ia sudah tidur dengan Abi. Sementara itu, Nadya langsung menghampiri Dira, wanita yang kini memiliki status sebagai kakak Dira itu ingin memberikan tanda merah di pipi sang adik. Namun, sayangnya saat tangannya hampir melayang ke pipi mulus sang adik tertahan di udara. Nadya langsung melirik pada sosok lelaki yang kini memegang pergelangan tangannya. "Kak Abi." "Jangan pernah kamu melakukan kekerasan lagi pada Dira, Nadya. Jika kamu melakukan itu lagi aku akan membuat kamu menerima akibatnya." Ancam Abi sembari melepaskan

  • Bukan Seorang Pengganti   Pengakuan

    "Selamat pagi, Ma," sapa Abi pada Miranda yang kini terduduk di meja makan. Tersirat dengan jelas wajah cemas wanita paru baya itu, tak kala ia tidak melihat Dira. "Abi, mana Dira? Kamu tidak melakukan apapun kan padanya?" cecar Miranda sembari berdiri lalu menggeser Tubun Abi berharap wajah sang menantu berada di balik punggung sang anak. "Ada Ma, Dira di kamar katanya lagi gak enak badan," jawab Abi. "Gak enak badan?" Miranda mengulang kalimat terakhir Abi, setelah wanita itu sadar ia langsung melangkahkan kakinya menuju kamar. "Mama mau kemana?" Abi menarik tangan Miranda guna mencegah wanita paru baya itu tidak melihat keadaan Dira. Abi sedikit menyesali perbuatannya, akibat ia sudah tidak bisa menahan hasratnya saat di kamar mandi, lelaki itu mengulangi kejadian semalam hingga membuat Dira lemas dan seluruh tubuhnya yang putih penuh dengan tanda kemerahan. "Mama ingin melihat Dira, Abi. Mama yakin keadaan Dira semakin memburuk, kita harus ke rumah sakit." Miranda ingat kead

  • Bukan Seorang Pengganti   Mulai dari awal

    Dira tersenyum miris, berulang kali suara Abi yang menyebutkan nama Nadya terus terdengar di gendang telinganya. Wanita yang kini sudah tidak bisa dikatakan sebagai seorang gadis lagi langsung mengubah posisinya memunggungi sang suami. Perlahan tapi pasti kali ini ia tidak sekuat biasanya yang dapat menahan butiran air bening saat bersama dengan Abi. Rasa sesak di dada wanita itu sudah tidak bisa ia tahan hingga menimbulkan suara isak kan. Tentu saja isakan yang dikeluarkan Dira didengar oleh Abi. Lelaki yang kini masih mengatur napasnya mulai sadar mungkin ia sudah salah berbicara. "Dira apa kamu menangis?" tanya Abi yang langsung mengubah posisinya menatap punggung Dira. Dira diam saat mendengar pertanyaan Abi, haruskah disaat menyedihkan seperti ini ia menjawab pertanyaan Abi yang menurutnya sedang mempermainkan dirinya."Dira, kali ini aku benar-benar dalam keadaan sadar. Aku tahu selama ini aku sudah bersikap keterlaluan padamu, aku sudah melimpahkan semua kesalahan padamu. S

  • Bukan Seorang Pengganti   Apa kamu mencintaiku?

    Dira sama sekali tidak menyangka jika Abi benar-benar menginginkan dirinya. Namun, ada hal yang mengganjal di indra penciumannya bahwa kini ada bau aneh yang dicium Dira dari napas Abi. Apa ini alkohol? Dira mencoba menebak sebab ia sama sekali tidak familiar dengan bau itu, tapi jika dipikir-pikir Abi tidak akan meracu tidak jelas dengan menginginkan dirinya jika lelaki itu sadar. "Kak, apa Kakak sadar dengan apa yang Kakak katakan barusan? Aku ini wanita murahan yang sama sekali tidak pernah kamu inginkan, lebih baik Kakak bersihkan diri agar Kakak kembali sadar," ungkap Dira yang kini berani menyentuh tangan Abi yang masih berada di atas aset berharga miliknya. "Selama ini aku menuduh dirimu sebagai wanita murahan, harusnya kamu membuktikan jika dirimu bukanlah wanita seperti itu kan? Selain itu aku tetap masih suamimu tidak masalah jika aku menuntut hak sebagai seorang suami," sahut Abi terkesan memaksa ia tidak ingin ada penolakan. Hasratnya kini sudah menggebu, apa di umurnya

  • Bukan Seorang Pengganti   Hak suami

    Abi mendorong kuat tubuh beraroma parfum jasmine yang digunakan Nadya, saat ini Abi sama sekali tidak bisa mengontrol dirinya. Hampir saja jemari lentik miliknya menelusuri setiap jengkal pangkal tubuh Nadya. "Nad, bawa aku pulang," rengek Abi pada Nadya. "Kak, aku ini kekasihmu. Jika Kakak menginginkan aku, ayo, tunggu apa lagi," ucap Nadya mencoba merayu Abi. "Jika kamu tidak mau mengantar aku pulang aku bisa cari taxi," ancam Abi. Sungguh lelaki itu ingin sekali menumpahkan kekesalannya pada Nadya. Bisa-bisanya wanita yang sudah ia percayai membuat ia merasakan hal menjijikkan seperti ini. Jika Abi lelaki bejat mungkin ia akan sangat senang bersentuhan dengan siapa saja, tapi dia memiliki prinsip yang sama sekali sudah tertanam kokoh di benaknya. Selain itu ia juga ingin menjaga kehormatan Nadya, kenapa wanita itu sama sekali tidak paham akan niat baiknya?"Iya, aku akan mengantar Kakak pulang," ucap Nadya. Nadya sebenarnya kesal dalam keadaan seperti ini Abi masih saja menola

  • Bukan Seorang Pengganti   Masuk jebakan

    Nadya mengetuk pintu yang terbuat dari kayu jati di mana pintu itu menjadi pembatas antara dirinya dengan sosok di dalam sana. Perlahan-lahan Nadya memutar gagang pintu itu lalu menyembulkan kepalanya diikuti seluruh tubuh guna bisa masuk ke dalam. "Selamat pagi Pak Abi, hari ini jadwal Anda tidak terlalu padat. Anda hanya memiliki beberapa berkas yang harus di periksa dan ditandatangani, untuk meeting di luar yang sudah dijadwalkan dibatalkan oleh pihak mereka," jelas Nadya yang kini sudah berada tepat di depan Abi hanya ada pembatas meja diantara mereka. Tentu saja ini semua bukan kebetulan semata, karena Nadya yang sudah membatalkan semua jadwal Abi. Ia ingin membuat Abi memiliki banyak waktu agar apa yang ia rencanakan berjalan dengan lancar.Sementara itu, Abi menautkan kedua alisnya, sangat jarang koleganya membatalkan janji terlebih mereka sangat ingin bekerjasama dengan perusahaanya. Namun, jika ia memikirkan lebih jauh tidak ada salahnya para kolega membatalkan janji karen

DMCA.com Protection Status