"Nona, terima kasih," ucap ibu sang bayi.
Ashera baru memberikan bayi itu pada ibunya ketika pesawat telah mendarat. Dia merasa senang bisa menolong ibu itu menenangkan bayinya. Ada kebanggaan tersendiri dalam dirinya karena berhasil menghentikan tangis sang bayi, padahal selama ini belum pernah melakukannya.Ashera masih berdiri dan memperhatikan kepergian ibu dan bayi itu hingga bayangan mereka menghilang di antara kerumunan orang banyak di bandara. Di sampingnya ada Arion yang juga melakukan hal yang sama.Setelah beberapa saat, Arion mengalihkan pandangnya memperhatikan Ashera. Wanita cantik yang memiliki wajah mirip kekasihnya itu tampak masih menyunggingkan senyum senangnya. Jakun Arion bergerak naik turun melihat senyum tipis Ashera. Arion menelan saliva mengakui bila wanita di sampingnya itu tampak lebih cantik dan manis, terlebih aura bahagianya terpancar.Arion gelagapan dan gugup saat pandangnya masih memperhatikan Ashera, tiba-tiba pemilik wajah menoleh k"Berikan padaku!" Ashera langsung merebut ponsel Arion dari arah belakang."Hei!" Arion yang sedang fokus memperhatikan foto Ashera sedang menggendong dan menenangkan bayi pun kaget setengah mati ketika ponselnya lepas dari tangan.Dengan gerakan cepat dan gesit, Arion berusaha merebut kembali benda pipih miliknya, tetapi Ashera menghindari kejaran dan rebutannya, hingga akhirnya terjadi keributan di dalam kamar itu. Ashera berusaha mempertahankan ponsel Arion di tangannya sembari berusaha menghapus foto dirinya, sedangkan Arion berusaha merebut dan mencegah Ashera menghapus foto yang dia ambil di dalam pesawat."Kembalikan padaku!" minta Arion dengan nada memerintah."Tidak akan. Lancang sekali kamu mengambil fotoku!" tolak Ashera terus berusaha menghindari gapaian tangan Arion ke arah ponsel di tangannya.Karena Ashera tetap tidak mau memberikan ponselnya, Arion terus merebutnya. Dia marah. Arion menyukai foto itu dan berniat untuk menyimpannya. Bahka
Karena Ashera tidak juga segera keluar dari kamar, Arion segera mengetuk dan memanggilnya."Sudah belum?" panggil Arion sembari terus mengetuk pintu kamar hotel.Tidak ada jawaban. Tidak ada suara lain juga. Arion semakin cemas. Sudah hampir satu jam Ashera berada di dalam karena dia menyuruhnya berganti pakaian dan merias diri.Pintu baru terbuka setelah beberapa kali Arion mengetuk dan memanggilnya, bahkan dia hampir saja menghubungi petugas hotel untuk membantu membukakan pintu. Rasa kesal yang sempat menghinggapinya karena Ashera menguji kesabarannya, hilang sudah setelah melihat bidadari cantik berdiri di hadapannya menggunakan gaun putih yang dia berikan.Mata Arion hampir tidak berkedip melihat kecantikan Ashera. Bibirnya hampir mengucap kekaguman atas pesona Ashera. Arion seperti sedang menyelami lautan dengan kedalaman paling dasar dan sangat dalam. Dia menahan napas, seolah bila melepaskan napasnya dan kembali menghirup, maka bukan udara yang masuk ke dala
"Mari kita tunjukkan pada mereka siapa kita!" Arion mengulurkan tangan pada Ashera untuk mengajaknya berdansa karena dia tidak mengizinkan Ashera berdansa dengan pria lain.Ashera sedikit ragu sehingga tidak segera menyambut uluran tangan Arion. Bola matanya bergerak-gerak menatap manik Arion. Dia tidak pernah menghadiri pesta dansa. Bagaimana dia bisa melakukannya, apalagi di tempat itu banyak orang besar?Arion mengedipkan mata meyakinkan ketika melihat keraguan Ashera.Meski tidak mengenal Arion lebih dalam, Ashera tidak mau membuat tunangan Aleysa malu. Yang mereka tau, saat ini Arion datang ke pesta berasama tunangan, Aleysa. Itu artinya dia harus berbuat dan bersikap layaknya Aleysa. Paling tidak Arion telah menjaganya dengan tidak mengizinkan pria lain membawanya berdansa.Akhirnya Ashera menyambut uluran tangan Arion dan mengikuti langkah Arion. Mereka turun dan berbaur bersama beberapa pasangan yang telah lebih dahulu melakukan gerakan dansa."Jangan kha
"Nona, ada apa denganmu?" Ashera segera mendekati wanita muda yang terduduk di atas kloset dengan memegangi perutnya setelah berhasil membuka pintu secara paksa. Ashera mencungkil kunci pintu. Wajah wanita itu tampak pucat dengan ringis dan rintih kesakitan."Perutku, perutku sakit sekali!" jawabnya dengan tubuh membungkuk menahan sakit."Apa yang bisa aku lakukan untuk membantumu?" Ashera panik. "Apa kamu membawa obat?" "Tidak. Tolong bawa aku ke rumah sakit!" minta wanita itu memohon.Ashera tidak berpikir panjang. Dia langsung menyetujui permintaan wanita itu dan membantunya berdiri. Meski tertatih karena sakit, berkat bantuan Ashera, wanita itu memaksakan diri untuk berdiri. Ashera meraih tangannya dan meletakkan di atas pundak, lalu memapahnya keluar dari dalam toilet."Lewat belakang saja!" ucap wanita itu ketika mereka telah keluar dari kamar mandi. "Lewat depan banyak orang, aku tidak mau menjadi pusat perhatian," sambungnya ketika melihat keraguan
Arion menyugar rambut kasar menggunakan kedua tangan. Kepalanya terasa sakit karena tidak menemukan Ashera. Pihak rumah sakit pun mengatakan tidak mengetahui ke mana mereka pergi. "Tolong berikan alamat wanita itu padaku!" paksa Arion."Maaf, Tuan. Kami tidak bisa memberikan informasi tentang data pasien pada orang lain. Apalagi pasien memintanya secara khusus.""Tapi dia membawa pergi kekasihku." Arion kesal."Sekali lagi maafkan kami. Kami berkewajiban melindungi privasi pasien."Pihak rumah sakit tidak mau memberikan informasi tentang Ceryl lebih lengkap karena wanita itu telah menandatangani berkas yang meminta pihak rumah sakit untuk tidak memberikan identitasnya pada siapa pun, tidak terkecuali Arion. Apalagi Arion sama sekali tidak mengenalnya.Arion mengepalkan tinju menahan amarah dalam diri. Andai rumah sakit itu berada di tempatnya tinggal, maka dia akan membuat rumah sakit itu lumpuh. Sayangnya, sekarang dia berada di negeri orang. Sadar bila dir
Ashera dengan canggung melepaskan pelukan Arion dan memberi jarak tubuh mereka. Andai pria yang berdiri di hadapannya bukan tunangan Aleysa, kakaknya dan andai yang berdiri di depan pria itu bukan Ashera sebagai Aleysa, mungkin ucapan Arion akan menjadi bibit bunga yang akan mekar dengan indah.Sayangnya, pria yang berdiri di hadapannya dan berkata seperti itu adalah orang lain, orang asing yang hanya singgah dalam kehidupannya untuk memberikan luka yang tidak akan pernah bisa dilupakan seumur hidupnya karena dia hanyalah persinggahan dan pengganti satu malam saja."Aku ngantuk," bohong Ashera mencari cara untuk menghindari tatapan Arion.Ashera memutar tubuh dan berjalan meninggalkan Arion mendekati tempat tidur. Dia mencoba untuk tidak peduli dengan tatapan Arion yang mengikuti arah tubuhnya pergi. Sebisa mungkin dia menjaga jarak dengan Arion untuk menghindari segala kemungkinan yang akan terjadi.Ashera menarik selimut dan merebahkan tubuhnya. Dengan selimut teba
"He ... he ... he ...." Ashera tersenyum memperlihatkan barisan gigi putihnya yang rapi. "Foto sendiri juga tidak kalah bagusnya," ucap Ashera kembali mengangkat ponselnya dan mengarahkan kamera untuk selfi.Ashera memasang wajah cuek. Dia tidak peduli dengan apa yang dikatakan oleh orang lain. Yang ada dalam pikirannya saat ini adalah menikmati liburannya, mumpung gratis. "Masa bodoh kata orang. Belum tentu aku bisa ke sini lagi," gumam Ashera sembari beberapa kali mengambil foto dirinya dengan latar belakang pemandangan sekitar menara Eifel.Di saat Ashera menikmati sesi selfi sendiri, Arion hanya berdiri dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Sejak tadi dia hanya memperhatikan tingkah Ashera yang bisa dikatakan norak karena belum pernah datang ke tempat itu. Dimanapun dia berjalan, Ashera selalu mengambil gambar dirinya. Datang dan mengunjungi menara Eifel adalah mimpinya di waktu kecil. Dalam hati secara tidak langsung dia berterima kasih pada Arion karena
"Ah, sebaiknya kita akhiri saja! Aku sudah capek," ucap Ashera menghindari gaya yang diarahkan oleh Same untuk dirinya dan Arion.Entah sudah berapa gaya yang mereka peragakan dan berapa latar yang mereka gunakan untuk berfoto berdua. Ashera juga tidak tau apakah Same melakukan dengan secara sengaja atau memang ini natural tanpa ada tujuan atau maksud tertentu. Yang jelas Ashera mulai terasa tidak nyaman dan tidak menikmati liburan gratisnya.Menurutnya gaya foto dengan perpelukan saja sudah membuat jantungnya berdetak tidak karuan. Bukan karena dia telah jatuh cinta pada Arion, tetapi ada perasaan tidak nyaman yang dirasakannya. Ashera merasa risih, apalagi sampai berfoto dengan menyentuhkan bibir mereka. Ashera menolak secara halus.Saat Ashera melepaskan tangannya dari leher Arion dan memberi jarak, tidak ada yang dilakukan Arion. Arion juga tidak menahan saat Ashera menjauhinya, apalagi sampai memaksa agar Ashera melakukannya perintah Same. Arion berdiri dengan tatap