"Gavin?"
Mata Ashera membulat ketika menoleh ke belakang melihat Gavin, pria yang pernah membayarnya sebagai kekasih bohongan.Ashera memutar, menunggu langkah Gavin mendekat. Dia tidak mengerti dan tidak menduga akan bertemu dengan Gavin di rumah sakit. Ashera menunggu apa yang akan dikatakan Gavin padanya.Dia tidak akan menghindari Gavin karena secara tidak langsung, pria itu telah membantunya lepas dari masalah keuangan. Dengan bayaran Gavi, Ashera bisa membayar biaya rumah sakit ibunya."Ashera," sapa Gavin setelah jarak mereka dekat."Kamu, kenapa ada di sini?" Ashera mengedarkan mata mencari seseorang yang mungkin datang bersama Gavin. Tiba-tiba Ashera teringat Gavin adalah teman Arion sehinga sedikit was-was."Sendiri. Memangnya aku akan datang bersama siapa?" jawab Gavin setelah mengikuti Ashera mengedarkan pandangnya."Ada yang sakit?" tanya Ashera.Ashera pikir Gavin sedang mengunjungi saudara atau keluarganya yang sakit, tapi rasanya tidAshera berjalan ke luar setelah memastikan ibunya telah tidur dan tidak akan bangun untuk beberapa saat ketika ditinggalkannya. Rasa sesak yang ditekan dalam hati selama ngobrol bersama ibunya, dihempaskan begitu saja lewat hembusan napas setelah menutup pintu.Ashera menyandarkan punggung dan kepala lemah pada daun pintu. Dengan mata terpejam menahan rasa sesak dan perih dalam hati, Ashera masih menahan agar air matanya tidak jatuh hanya karena perkataan ibunya tentang Alesya."Kenapa tidak bisa memandang aku sebagai aku?" gumamnya lirih menyesalkan sikap ibunya.Zanna memang sering kali mengunggulkan Alesya dibanding dirinya dan seolah-olah putri yang paling sempurna dan penting adalah Aleysa, bukan dirinya yang setiap saat, setiap waktu dan telah mengorbankan diri untuk mendapatkan uang pengobatannya. Semua itu selalu saja melukai hatinya.Sebelum Aleysa memintanya menggantikan malam pertunangan bersama Arion, Ashera menganggap apa yang dikatakan dan dirasakan ibu
"Untuk apa ke sini?" Masih dengan hati gelisah tidak tenang, Ashera memberanikan diri bertanya tujuan mereka datang ke hotel.Wajah Ashera menunjukkan ketenangan, namun sebenarnya dalam dirinya telah bergejolak gelombang besar yang membuatnya hampir tidak bisa bernapas. Dia khawatir Arion benar-benar menganggapnya sebagai Alesya dan menuntut haknya sebagai tunangan seperti malam itu.Arion tidak menjawab pertanyaan Ashera. Tatapannya lekat dan tajam memperhatikan wajah Ashera. Setelah beberapa saat pandangan mereka saling beradu, Arion membuka pintu, berjalan memutar, lalu membuka pintu mobil agar Ashera keluar.Karena Ashera tidak juga mau keluar dari mobil dan tampak ragu, Arion mengulurkan tangan meraih tangan Ashera dan memaksanya keluar. Arion membawa Ashera masuk ke dalam hotel.Ingin rasanya Ashera memberontak melepaskan diri dan memaki, tapi di sekitarnya ada beberapa orang dan dia tidak mau menjadi pusat perhatian. Yang bisa dilakukan oleh Ashera hanya terd
Ashera segera meletakkan ponselnya dan menutup mata berpura-pura tidur saat melihat pergerakan pintu kamar mandi seperti akan dibuka oleh Arion. Sebisa mungkin dia ingin mengurangi kontak dengan pria itu untuk menutup identitas dan menghindari kecurigaan Arion.Meski tubuhnya terdiam dan membeku, matanya terpejam dan sikapnya tenang, namun nyatanya di dalam dirinya ada gelombang besar yang terus menghantam dinding dada yang membuatnya merasa tidak nyaman dan khawatir.Arion baru saja selesai mandi. Tubuhnya telah menjadi segar setelah seharian bekerja dan terasa lengket. Saat membuka pintu kamar mandi dan telah mengenakan pakaian lengkap, kaos dan celana pendek, Arion melempar pandang ke arah tempat tidur di mana Ashera berbaring dengan selimut menutup tubuhnya sama seperti saat dia tinggalkan.Sembari mengeringkan rambut menggunakan handuk kecil, bibirnya tersenyum tipis melihat Ashera. Sayangnya, senyum itu hanya berlaku sesaat saja. Wajah Arion kembali dingin. Arion k
"AKu mohon jangan pergi! Jangan tinggalkan aku sendirian! Aku takut," gumam Arion masih dengan mata terpejam.Dalam rasa kaget, Ashera terdiam dan mengurungkan niat untuk beranjak meninggalkan Arion. Dia memperhatikan wajah tegang dan cemas Arion. Dia pikir laki-laki tampan di hadapannya itu sedang mengalami mimpi buruk. Ashera mengernyitkan dahi dengan kedua mata menyipit memperhatikan wajah Arion. Dia melihat sisi lain dari Arion. Dia pikir, pria itu pernah mengalami hal buruk dalam hidupnya sehingga pria yang setiap kali bertemu dengannya menunjukkan wajah dingin dan angkuh itu, kini tampak lemah dan cemas. Bahkan beberapa bulir keringat membasahi wajahnya.Ashera ingin mengusap keringat itu, namun dia takut dan khawatir malah membangunkan Arion dan membuat suasana semakin ruyam. Ashera membiarkan dan hanya memperhatikannya saja dengan perasaan heran dan kasihan.Setelah melihat wajah Arion beberapa saat dan sedikit tenang, Ashera berpikir bila Arion sepertinya m
"Tidak bisa," tolak Ashera. Meski dia tidak yakin pekerjaan yang dimaksud Arion adalah cafe, tapi dengan tegas Ashera menolak permintaan pria itu.Bagaimana dia akan meninggalkan pekerjaannya? Susah payah dia mendapatkan pekerjaan itu. Kalau bukan berkat bantuan Trixi, dia tidak akan mendapatkan pekerjaannya. Dia tidak akan bisa memikiki uang untuk biaya rumah sakit dan juga biaya hidupnya."Berapa uang yang kamu dapatkan dalam satu malam?"Sorot mata Arion menunjukkan sebuah tuduhan yang menyakitkan. Meski tidak secara langsung pria itu mengatakan bila Ashera adalah wanita murahan, tapi kata-katanya mengarah ke sana. Padahal bukan pria lain yang dilayani, melainkan Arion sendiri yang pernah Ashera layani. Bahkan satu rupiah pun, Ashera tidak mendapatkannya. Aleysa dan Kafi telah menipunya.Ashera mencebik dengan senyum getir. Sakit rasanya mendapatkan tuduhan dari pria yang telah merenggut mahkotanya. Meski tidak memiliki perasaan apa-apa, tapi perkataan itu meluka
Ashera duduk dengan canggung di samping Arion saat mereka di dalam mobil selama perjalanan. Arion tidak memberitahu padanya ke mana dan ke kota apa mereka akan pergi sehingga dia tidak bisa memberi kabar pada Trixi ketika sahabatnya itu bertanya ke mana dia akan pergi.Ashera tidak bisa meninggalkan ibunya begitu saja dalam waktu yang lama tanpa memberitahu Trixi, makanya dia mengirim pesan dan meminta Trixi menemani ibunya beberapa hari selama dia pergi. Dia hanya mengatakan pada Trixi bila ada pekerjaan tambahan di luar kota."Berikan paspormu padaku!" Arion mengulurkan tangan pada Ashera membuat mata Ashera yang tadinya fokus pada layar handphone karena sedang ngobrol via chat dengan Trixi langsung menoleh dan menatapnya."Paspor?" Ashera malah balik bertanya. Dia tidak mengerti."Ya, paspor. Berikan padaku!" Arion menggerakkan tangan menegaskan apa yang dia minta."Aku tidak punya," jawab Ashera menarik pandangnya dari Arion dan kembali membalas pesan ch
"Saya juga tidak tau, Nona. Bayi itu tiba-tiba menangis histeris dan tidak mau diam meski ibunya dan beberapa orang sudah mencoba menenangkannya," jawab pramugari dengan wajah sedih merasa kasihan pada bayi dan ibunya.Pramugari itu langsung meninggalkan Ashera, sedangkan Ashera sendiri kembali memperhatikan bayi dan ibunya yang kebingungan.Mendengar tangis bayi, ternyata bisa membuat Arion juga terbangun dan membuka penutup kepalanya. Arion juga penasaran, lalu menoleh dan melihat apa yang terjadi.Ashera menoleh ke arah Arion sebentar, lalu mengedarkan mata melihat kepanikan beberapa penumpang pesawat di belakangnya. Suara tangis dan jeritan bayi itu mampu memekak telinga dan membuat sakit. Mendengar suara tangis bayi yang tiba-tiba, jelas saja membuat semua penumpang menjadi panik.Bagaimana tidak panik dan merasa khawatir? Bayi itu awalnya tidur dengan nyenyak, tapi tiba-tiba menangis dengan kuat seperti habis dicubit dengan keras, padahal tidak ada yang menyak
"Nona, terima kasih," ucap ibu sang bayi.Ashera baru memberikan bayi itu pada ibunya ketika pesawat telah mendarat. Dia merasa senang bisa menolong ibu itu menenangkan bayinya. Ada kebanggaan tersendiri dalam dirinya karena berhasil menghentikan tangis sang bayi, padahal selama ini belum pernah melakukannya.Ashera masih berdiri dan memperhatikan kepergian ibu dan bayi itu hingga bayangan mereka menghilang di antara kerumunan orang banyak di bandara. Di sampingnya ada Arion yang juga melakukan hal yang sama.Setelah beberapa saat, Arion mengalihkan pandangnya memperhatikan Ashera. Wanita cantik yang memiliki wajah mirip kekasihnya itu tampak masih menyunggingkan senyum senangnya. Jakun Arion bergerak naik turun melihat senyum tipis Ashera. Arion menelan saliva mengakui bila wanita di sampingnya itu tampak lebih cantik dan manis, terlebih aura bahagianya terpancar.Arion gelagapan dan gugup saat pandangnya masih memperhatikan Ashera, tiba-tiba pemilik wajah menoleh k