"AKu mohon jangan pergi! Jangan tinggalkan aku sendirian! Aku takut," gumam Arion masih dengan mata terpejam.
Dalam rasa kaget, Ashera terdiam dan mengurungkan niat untuk beranjak meninggalkan Arion. Dia memperhatikan wajah tegang dan cemas Arion. Dia pikir laki-laki tampan di hadapannya itu sedang mengalami mimpi buruk.Ashera mengernyitkan dahi dengan kedua mata menyipit memperhatikan wajah Arion. Dia melihat sisi lain dari Arion. Dia pikir, pria itu pernah mengalami hal buruk dalam hidupnya sehingga pria yang setiap kali bertemu dengannya menunjukkan wajah dingin dan angkuh itu, kini tampak lemah dan cemas. Bahkan beberapa bulir keringat membasahi wajahnya.Ashera ingin mengusap keringat itu, namun dia takut dan khawatir malah membangunkan Arion dan membuat suasana semakin ruyam. Ashera membiarkan dan hanya memperhatikannya saja dengan perasaan heran dan kasihan.Setelah melihat wajah Arion beberapa saat dan sedikit tenang, Ashera berpikir bila Arion sepertinya m"Tidak bisa," tolak Ashera. Meski dia tidak yakin pekerjaan yang dimaksud Arion adalah cafe, tapi dengan tegas Ashera menolak permintaan pria itu.Bagaimana dia akan meninggalkan pekerjaannya? Susah payah dia mendapatkan pekerjaan itu. Kalau bukan berkat bantuan Trixi, dia tidak akan mendapatkan pekerjaannya. Dia tidak akan bisa memikiki uang untuk biaya rumah sakit dan juga biaya hidupnya."Berapa uang yang kamu dapatkan dalam satu malam?"Sorot mata Arion menunjukkan sebuah tuduhan yang menyakitkan. Meski tidak secara langsung pria itu mengatakan bila Ashera adalah wanita murahan, tapi kata-katanya mengarah ke sana. Padahal bukan pria lain yang dilayani, melainkan Arion sendiri yang pernah Ashera layani. Bahkan satu rupiah pun, Ashera tidak mendapatkannya. Aleysa dan Kafi telah menipunya.Ashera mencebik dengan senyum getir. Sakit rasanya mendapatkan tuduhan dari pria yang telah merenggut mahkotanya. Meski tidak memiliki perasaan apa-apa, tapi perkataan itu meluka
Ashera duduk dengan canggung di samping Arion saat mereka di dalam mobil selama perjalanan. Arion tidak memberitahu padanya ke mana dan ke kota apa mereka akan pergi sehingga dia tidak bisa memberi kabar pada Trixi ketika sahabatnya itu bertanya ke mana dia akan pergi.Ashera tidak bisa meninggalkan ibunya begitu saja dalam waktu yang lama tanpa memberitahu Trixi, makanya dia mengirim pesan dan meminta Trixi menemani ibunya beberapa hari selama dia pergi. Dia hanya mengatakan pada Trixi bila ada pekerjaan tambahan di luar kota."Berikan paspormu padaku!" Arion mengulurkan tangan pada Ashera membuat mata Ashera yang tadinya fokus pada layar handphone karena sedang ngobrol via chat dengan Trixi langsung menoleh dan menatapnya."Paspor?" Ashera malah balik bertanya. Dia tidak mengerti."Ya, paspor. Berikan padaku!" Arion menggerakkan tangan menegaskan apa yang dia minta."Aku tidak punya," jawab Ashera menarik pandangnya dari Arion dan kembali membalas pesan ch
"Saya juga tidak tau, Nona. Bayi itu tiba-tiba menangis histeris dan tidak mau diam meski ibunya dan beberapa orang sudah mencoba menenangkannya," jawab pramugari dengan wajah sedih merasa kasihan pada bayi dan ibunya.Pramugari itu langsung meninggalkan Ashera, sedangkan Ashera sendiri kembali memperhatikan bayi dan ibunya yang kebingungan.Mendengar tangis bayi, ternyata bisa membuat Arion juga terbangun dan membuka penutup kepalanya. Arion juga penasaran, lalu menoleh dan melihat apa yang terjadi.Ashera menoleh ke arah Arion sebentar, lalu mengedarkan mata melihat kepanikan beberapa penumpang pesawat di belakangnya. Suara tangis dan jeritan bayi itu mampu memekak telinga dan membuat sakit. Mendengar suara tangis bayi yang tiba-tiba, jelas saja membuat semua penumpang menjadi panik.Bagaimana tidak panik dan merasa khawatir? Bayi itu awalnya tidur dengan nyenyak, tapi tiba-tiba menangis dengan kuat seperti habis dicubit dengan keras, padahal tidak ada yang menyak
"Nona, terima kasih," ucap ibu sang bayi.Ashera baru memberikan bayi itu pada ibunya ketika pesawat telah mendarat. Dia merasa senang bisa menolong ibu itu menenangkan bayinya. Ada kebanggaan tersendiri dalam dirinya karena berhasil menghentikan tangis sang bayi, padahal selama ini belum pernah melakukannya.Ashera masih berdiri dan memperhatikan kepergian ibu dan bayi itu hingga bayangan mereka menghilang di antara kerumunan orang banyak di bandara. Di sampingnya ada Arion yang juga melakukan hal yang sama.Setelah beberapa saat, Arion mengalihkan pandangnya memperhatikan Ashera. Wanita cantik yang memiliki wajah mirip kekasihnya itu tampak masih menyunggingkan senyum senangnya. Jakun Arion bergerak naik turun melihat senyum tipis Ashera. Arion menelan saliva mengakui bila wanita di sampingnya itu tampak lebih cantik dan manis, terlebih aura bahagianya terpancar.Arion gelagapan dan gugup saat pandangnya masih memperhatikan Ashera, tiba-tiba pemilik wajah menoleh k
"Berikan padaku!" Ashera langsung merebut ponsel Arion dari arah belakang."Hei!" Arion yang sedang fokus memperhatikan foto Ashera sedang menggendong dan menenangkan bayi pun kaget setengah mati ketika ponselnya lepas dari tangan.Dengan gerakan cepat dan gesit, Arion berusaha merebut kembali benda pipih miliknya, tetapi Ashera menghindari kejaran dan rebutannya, hingga akhirnya terjadi keributan di dalam kamar itu. Ashera berusaha mempertahankan ponsel Arion di tangannya sembari berusaha menghapus foto dirinya, sedangkan Arion berusaha merebut dan mencegah Ashera menghapus foto yang dia ambil di dalam pesawat."Kembalikan padaku!" minta Arion dengan nada memerintah."Tidak akan. Lancang sekali kamu mengambil fotoku!" tolak Ashera terus berusaha menghindari gapaian tangan Arion ke arah ponsel di tangannya.Karena Ashera tetap tidak mau memberikan ponselnya, Arion terus merebutnya. Dia marah. Arion menyukai foto itu dan berniat untuk menyimpannya. Bahka
Karena Ashera tidak juga segera keluar dari kamar, Arion segera mengetuk dan memanggilnya."Sudah belum?" panggil Arion sembari terus mengetuk pintu kamar hotel.Tidak ada jawaban. Tidak ada suara lain juga. Arion semakin cemas. Sudah hampir satu jam Ashera berada di dalam karena dia menyuruhnya berganti pakaian dan merias diri.Pintu baru terbuka setelah beberapa kali Arion mengetuk dan memanggilnya, bahkan dia hampir saja menghubungi petugas hotel untuk membantu membukakan pintu. Rasa kesal yang sempat menghinggapinya karena Ashera menguji kesabarannya, hilang sudah setelah melihat bidadari cantik berdiri di hadapannya menggunakan gaun putih yang dia berikan.Mata Arion hampir tidak berkedip melihat kecantikan Ashera. Bibirnya hampir mengucap kekaguman atas pesona Ashera. Arion seperti sedang menyelami lautan dengan kedalaman paling dasar dan sangat dalam. Dia menahan napas, seolah bila melepaskan napasnya dan kembali menghirup, maka bukan udara yang masuk ke dala
"Mari kita tunjukkan pada mereka siapa kita!" Arion mengulurkan tangan pada Ashera untuk mengajaknya berdansa karena dia tidak mengizinkan Ashera berdansa dengan pria lain.Ashera sedikit ragu sehingga tidak segera menyambut uluran tangan Arion. Bola matanya bergerak-gerak menatap manik Arion. Dia tidak pernah menghadiri pesta dansa. Bagaimana dia bisa melakukannya, apalagi di tempat itu banyak orang besar?Arion mengedipkan mata meyakinkan ketika melihat keraguan Ashera.Meski tidak mengenal Arion lebih dalam, Ashera tidak mau membuat tunangan Aleysa malu. Yang mereka tau, saat ini Arion datang ke pesta berasama tunangan, Aleysa. Itu artinya dia harus berbuat dan bersikap layaknya Aleysa. Paling tidak Arion telah menjaganya dengan tidak mengizinkan pria lain membawanya berdansa.Akhirnya Ashera menyambut uluran tangan Arion dan mengikuti langkah Arion. Mereka turun dan berbaur bersama beberapa pasangan yang telah lebih dahulu melakukan gerakan dansa."Jangan kha
"Nona, ada apa denganmu?" Ashera segera mendekati wanita muda yang terduduk di atas kloset dengan memegangi perutnya setelah berhasil membuka pintu secara paksa. Ashera mencungkil kunci pintu. Wajah wanita itu tampak pucat dengan ringis dan rintih kesakitan."Perutku, perutku sakit sekali!" jawabnya dengan tubuh membungkuk menahan sakit."Apa yang bisa aku lakukan untuk membantumu?" Ashera panik. "Apa kamu membawa obat?" "Tidak. Tolong bawa aku ke rumah sakit!" minta wanita itu memohon.Ashera tidak berpikir panjang. Dia langsung menyetujui permintaan wanita itu dan membantunya berdiri. Meski tertatih karena sakit, berkat bantuan Ashera, wanita itu memaksakan diri untuk berdiri. Ashera meraih tangannya dan meletakkan di atas pundak, lalu memapahnya keluar dari dalam toilet."Lewat belakang saja!" ucap wanita itu ketika mereka telah keluar dari kamar mandi. "Lewat depan banyak orang, aku tidak mau menjadi pusat perhatian," sambungnya ketika melihat keraguan