“Kinara, kamu mau ke mana?” tanya Baim.Kinara tampak menoleh ke Kenzo. Pria jakung berlesung pipit itu seolah tahu jika dia ingin ikut kembali ke mansionnya.“Saya rasa kamu harus tinggal di rumahmu dulu sampai kita benar-benar halal.”Kinara tertunduk. “Tapi,” gantungnya dengan suara bergetar.Kenzo mengangkat dagu gadis itu. Mata kinara yang berkaca-kaca seolah menggoyahkan imannya. ‘Shit! Kenapa aku selalu lemah jika melihat matanya.’ Kenzo memberikan anggukan kepada Kinara dan berkata, “Saya akan menjamin keselamatan kamu di sini. Tidak ada yang boleh menyentuh kamu. kalau kamu sampai lecet sedikit saja, saya pastikan orang itu tidak akan melihat matahari terbit.’’Tubuh Mega membeku. Rasa takut kini menyelimutinya. ‘Sialan. Kinara benar-benar beruntung.”Mega menghindari tatapan Kenzo yang tajam. Wanita itu langsung menenggak air putih yang berada di meja hingga tandas.“Tidak usah khawatir, Nak Keny. Om berjanji, Kinara akan selalu baik-baik saja.” Baim menyahut, lalu merangkul
“Ada apa?” tanya Kenzo terlihat tegang.“Ada seseorang yang hendak membakar gudang kita. Beruntung tertangka orangnya.”Kenzo dan Kinara mengembuskan napas lega. Beruntung sekali gudang eleektroniknya tidak jadi membakar gudang dengan dana ratusan triliun itu.“Di mana orang itu?” tanya Kenzo berusaha tenang.“Sedang diamankan oleh pihak kepolisian. Masih di kantor, Pak. Pria itu berusaha untuk bunuh diri.”Mendengar jawabana dari Dirga, gigi Kenzo bergemelutuk dengan tangan mengepal karena kesal. Dia yakin jika ada orang yang sedang berusaha untuk mempermainkannya. Pria bermata lebar itu mengembuskan napas kasar. “Sekarang kita ke kantor!”Dirga melirik Kinara. “Nona Kinara bagaimana, Pak?”“Kinara biar langsung pulang. Nanti supir yang antar. Kamu gak apa-apa, kan Kinara?”Kinara mengangguk. “Gak apa-apa, Mas.”Tidak menunggu lama, Kenzo mengajak Dirga untuk pergi ke kantor.Namun, di tengah jalan Kenzo menerima kabar, jika pria yang mau membakar gudangnya itu dibawa oleh pihak yang
“Mas, kamu datang lagi? Bagaimana keadaan kantor?”“Sudah selesai urusannya. Kamu mau ke mana? Sepertinya mau pergi.” Kenzo memperhatikan penampilan Kinara yang memakai dress selutut dan tas selempang.“Aku mau ke mini market untuk beli sesuatu.”Kenzo mengangguk. “Kalau begitu, kita sekalian sekarang menemui WO. Sekalian tanya progress kesiapan pesta pernikahan kita. Kamu bisa?”Kinara mengangguk cepat. Wanita berambut coklat itu menerima uluran tangan Kenzo. Mereka berdua bergegas pergi.“Kalian mau ke mana? Enak, ya, malah pacaran,” tegur gadis berambut hitam panjang yang baru saja turun dari mobilnya.Kenzo menutup kembali pintunya. Beralih memperhatikan gadis bermata lebar dengan kulit putih pucat. Gadis yang juga berkontribusi dalam kejadian 4 tahun silam, di mana nyawanya hampir saja melayang atas ulah sepasang ibu dan anak itu.“Keny?” Gadis itu tampak terkejut melihat sosok Kenzo. Pria yang pernah dia buang ke sungai setelah dipukuli oleh beberapa orang suruhannya 4 tahun sil
“Maaf, saya tidak sengaja. Apa kamu merindukannya?”Mendengar pertanyaan dari Kenzo, hati Kinara mencelos. Entah dia harus jujur atau tidak, kini sedang berada di posisi yang serba salah. Memang Kenzo pernah mengatakan untuk menganggpnya sebagai Keny, tetapi tidak mungkin jika selamanya akan seperti itu. “Maaf, Mas.”“Harusnya saya tidak bertanya seperti itu. Maaf.” Kenzo mengernyit melihat anggukan Kinara. ‘Dia kenapa begitu mudah bersandiwara, ya? Atau hanya ingin mengambil simpatiku saja?’“Maaf, Mas. Apa kita bisa langsung pulang saja? Seperti sudah mulai petang. Bukankah Mas Kenzo juga harus menghadiri sebuah acara?”Kenzo mengangguk. Andai tidak akan menghadiri suatu acara, mungkin dia masih akan terus membuat Kinara mengingat masa-masa lalu bersama. Barang kali gadis itu akan merasa bersalah atas kejadian itu..Sesampainya di halaman rumah, Kinara turun dari mobil Audi bercat hitam. Wanita berambut sebahu itu melambaikan tangannya. Setelah mobil mewah itu keluar dari halaman r
“Kamu nggak tahu kalau papanya Kinara itu hampir bangkrut dan Keny yang bantuin?”Sifa membelalakan matanya. Lama berada di luar negeri gadis berperawakan tinggi itu tampak terkejut. “Keny si miskin itu?”Mega mengarahkan jari telunjuknya di bibir. Menandakan agar anak kesayangannya itu untuk berhenti berbicara. “Jangan kenceng-kenceng! Keny itu bukan pria kere yang kita kenal. Dia adalah pria kaya raya. Pemilik perusahaan besar di negeri ini. Kamu diam, deh. Jangan nambah masalah. Nanti Papa dengar bisa berabe.”“Pria kaya? Kok bisa?” Sifa memelankan suaranya. Masih tidak percaya dengan berita yang dia dengar baru saja.“Kita salah besar. Selama ini kita salah, Fa. Keny adalah pria tajir mlintir yang cosplay jadi pria kere.”Sifa menggigit jari telunjuknya. Perasaan cemas kini menghinggapinya. Gadis berambut pirang itu mondar-mandir tidak jelas di hadapan sang mama.“Bagaimana ini, Ma?” tanyanya ketakutan. Bayangan masalalu kembali teringat. Di mana dia dan mamanya pernah membayar tu
“Kamu mikirin apa? Yang fokus, Nara” bisik Baim. Kinara mengangguk. Sungguh berat baginya untuk bersikap biasa saja. Mengingat dirinya dan Kenzo belum lama kenal, dia harus menyerahkan masa depannya bersama pria itu. Terlebih wajahnya yang sama persis dengan Keny, tentu membuatnya menjadi beban terberatnya saat ini. “Silakan, Tuan dan Nona, Pak Kenzo sudah menunggu,” ujar Dirga. Dirga menyungginggan senyumannya. Melihat sang mempelai wanita begitu cantik, matanya tidak berhenti berkedip. ‘Sadar diri, Ga!’ batinnya meronta. “Terima kasih,” jawab Baim dengan mengangguk. Pun dengan Kinara yang memberikan anggukan ramah. Acara ijab Kabul hanya dihadiri oleh kerabat dari Kenzo dan Kinara. Acara tersebut dilakukan dengan khidmat. Tidak ada awak media yang bisa masuk untuk mengabadikan moment tersebut. Mereka hanya bisa masuk setelah acara resepsi dimulai, karena Kenzo ingin acaranya berlangsung dengan khidmad. “Saya terima nikah dan kawinnya Kinara Adisty Nugroho dengan mas kawin terse
“Nggak usah mengatur hidup saya.” Kenzo melepas jas yang membungkus tubuh kekarnya. Dibuangnya di atas ranjang, lalu menarik dasi kupu-kupu yang melekar di kerah bajunya, kemudia membuka dua kancing kemejanya dan menggulung lengannya sampai siku.“Maaf.” Kinara yang merasa terluka, duduk di tepi ranjang. Gadis itu tampak tidak berbuat apapun. Hanya diam menatap pantulan diri di cermin.Kenzo merogoh ponselnya dan mengarahkannya ke telinga. “Halo Mona, kamu di mana? Kita bisa pergi untuk kencan sekarang? Okay, saya akan segera ke sana. Sampai jumpa cantik ….”Kinara membelalakkan matanya. Tidak menyangka jika Kenzo sebegitu teganya untuk berkencan dengan wanita lain di depan matanya. Padalah hari ini adalah malam pertamanya. “Mas, kamu mau ke mana?”“Sudah saya bilang, jangan pernah ikut campur dengan semua urusan saya. Kamu mengerti?” omel Kenzo membuat Kinara berkaca-kaca. Air matanya sebentar lagi akan tumpah ruah mendengar kalimat yang menohok dari Kenzo.Malam pertama yang dia ida
“Pak, Anda apa tidak menyesal?” tanya Dirga terlihat penasaran dengan jawaban dari Kenzo setelah ini.Pria berlesung pipit itu tersenyum smirk sambil mengitari gelasnya dengan jari telunjuk. “Saya tidak akan perna menyesal. Dia yang sudah sebegitu jahatnya dengan saya. Kamu tahu, dia sama sekali tidak pernah memikirkan perasaan saya dulu. Yang dia dan keluarganya pikirkan hanyalah uang dan uang saja. Saya jadi tahu, bagaimana mereka sebegitu rendahnya menghina orang miskin dan menyombongkan apa yang mereka miliki.”Dirga terdiam. Pria itu manggut-manggut saja, membiarkan bosnya itu menceritakan semua unek-uneknya.“Sepertinya saya malas kembali ke hotel. Nanti, antarkan saya pulang ke mansion, Ga!” perintah Kenzo yang seperti sudah mabuk. Pria itu sedari tadi ngedumel membicarakan sebagaimana buruknya keluarga Kinara.“Baik, Pak,” jawab Dirga dengan hormat.Kenzo sengaja berbohong kepada Kinara jika dirinya sedang berkencan dengan wanita lain. Tujuannya adalah memanas-manasi istrinya.
Sinar mentari menerobos masuk, mengusik tidur nyenyak seorang Kenzo Wirawan. Mata lebar pria tampan itu mengerjab, sembari meraba sisi ranjang yang kosong.Menyadari itu, Kenzo lantas bangun dan mengedarkan pandangan. Mencari sosok Kinara.“Sayang!” panggilnya dengan suara serak khas orang bangun tidur.Tak ada siapapun di toilet, Kenzo memutuskan untuk turun. Ia menebak, jika Kinara berada di dapur seperti biasa untuk menyiapkan sarapan.“Ana, di mana Kinara?” tanya Kenzo saat melihat ART-nya membawa gagang pel menuju ke ruang kerja.“Tadi ada di taman, Tuan. Menyiram tanaman. Tapi, tadi ada kurir yang nganter paket. Non—“ Ana menggangtung kalimatnya, karena Kenzo sudah berlari dengan menuruni anak tangga.Kenzo berlari menuju ke teras rumah, mencari keberadaan Kinara, lantas ke pos satpam, karena di depan tidak ada sosok istrinya itu.Rasa takut menghantui Kenzo. Mengingat Dirga kini sudah mulai berani.“Di mana Kinara?” tanya kenzo kepada satpam dengan napas ngos-ngosan.“Tadi ke s
“Ternyata Dirga tidak bisa dianggap remeh. Dia terus mengungkit itu. Padahal dia sudah gue kasih posisi yang baik menjadi asisten, tetapi masih melunjak.”Kenzo membuang paket berisikan foto-foto beberapa tahun yang diambil Dirga, saat Kenzo menjadi Keny.Kenzo melirik benda itu di tempat sampah. Ia takut Kinara akan menemukannya. Sehingga, ia memilih untuk membakarnya di halaman belakang, mumpung Kinara masih mandi.“Tuan, apa itu?” tanya Anna yang baru saja pulang dari supermarket.“Bukan apa-apa.Sampah yang tidak berguna.”Mendengar jawaban bosnya yang datar, Anna tahu, mood Kenzo sedang tidak baik-baik saja. Ia memilih pergi dari pada menjdi sasaran amukan dari bosnya itu.Merasa semua sudah melebur menjadi debu, Kenzo memilih untuk masuk, tetapi matanya melebar dengan perasaan was was saat melihat Kinara yang berdiri di ambang pintu.“Na-nara? Sejak kapan kamu di situ?”“Kamu kenapa tegang gitu, Mas? Paketnya isinya apaan?” Kinara mengerutkan dahi.Kini Kenzo yang kelabakan. Bahk
“Ada apa? Kenapa kamu nangis? Apa aku buat salah?”Kinara menggelengkan kepala. Tersenyum tipis untuk tidak membuat suaminya semakin panik. “Aku baik-baik saja.”Kinara memeluk Kenzo, menenggelamkan wajahnya di dada bidang Kenzo. Seolah pria itu adalah Keny. Meski ini salah, setidaknya dengan ini ia bisa mengucapkan kata maaf. Begitu banyak penderitaan yang suah ia berikan kepada mantan kekasihnya itu. Meski itu tidak akan mudah bagi Keny bisa memberikan maaf kepadanya yang begitu jahat.Kinara berpikir, jika ia adalah wanita terjahat di dunia ini. Meski menahan air matanya untuk tidak luruh, bulir bening it uterus menetes.Hal ini membuat Kenzo semakin panik.“Nara, ada apa ini?”“Aku kangen banget sama kamu, Mas. Aku hanya ingin seperti ini.” Kinara mengeratkan pelukannya. Seakan takut ini akan berakhir.“I-iya, ta-taoi kenapa harus nangis? Aku jadi takut, Nara.”Kinara justru menggelengkan kepalanya. Mulutnya terkunci, namun hatinya bergemuruh. Entah mengapa ia hanya ingin menumpah
Kinara berencana untuk membuatkan kue untuk Kenzo. Selama ini, ia melihat suaminya begitu lahap memakan makanan yang ia buat.Cheese cake caramel menjadi pilihat Kinara saat ini. Ia tak tahu banyak mengenai makanan kesukaan Kenzo.Tidak, kue itu adalah kesukaan Keny. Kinara memejamkan mata, karena terlalu ceroboh.“Nona, daging ayam ini apa akan dimasak nanti?”“Tolong masukkan itu ke dalam freezer saja, Mbak Ana. Mbak Ana bisa langsung beli dagingnya di super market. Biar saya sendiri yang melanjutkan ini.” Kinara kembali mengaduk adonan kuenya.“Baik, Nona. Saya akan mencari iga sapinya sekarang juga.” Ana mengulas senyuman. Ia meraih tas belanjaannya, lantas pergi dari dapur.Hanya Kinara seorang yang di sana dengan bahan-bahan untuk membuat cheese cake untuk suaminya.Kinara berlonjak, saat ada yang memeluknya dari belakang. Ia lantas menoleh ke belakang, rasa takutnya menghilang saat melihat senyuman Kenzo.“Aku pikir siapa? Tiba-tiba meluk begitu. Kamu bikin aku horor.”Kenzo me
“Kamu adalah yang terbaik.” Kinara memeluk Kenzo dengan erat, sesekali wanita cantik itu menghidu wangi mawar pemberian suaminya. Bahkan wanginya saja mampu menggetarkan hati.“Kamu yang tersayang. Bahkan kamu lebih indahh dari mawar itu, Kinara.” Kenzo memejamkan mata, menikmati kesempatan seperti ini. Di mana ia bisa libur dan menghabiskan waktu bersama seharian bersama Kinara.“Bagus, Pak Keny!”Buru-buru Kinara melerai pelukannya. Ia menoleh pada Dirga yang baru saja datang dengan senyuman sinis dan tepuk tangannya.“Apa maksud Anda?” Kinara merasa bingung dengan sebutan itu.Dirga tengah menyeringai. “Suamimu itu penipu, Kinara! Harusnya kamu bersamaku. Dia adalah Keny. Mantan kekasihmu yang kamu buang dulu. Tujuannya menikahimu adalah demi untuk balas dendam. Setelah kamu menyerahkan semuanya, dia akan menyampakkanya seperti sampah. Kamu lihat ini.” Dirga menunjukkan selembar kertas.Sebuah gambar lukisan Kinara dan Keny. Gambar itu diambil setahun setelah mereka pacaran dulu. Sa
Kinara tidak habis pikir dengan Kenzo. Suaminya itu benar-benar diluar dugaannya. Ia hanya menitip beberapa benag wol dengan warna putih dan hitam. Namun, suaminya itu membeli satu kardus dengan berbagai warna.“Mas, kamu berlebihan gak sih?” Kinara sampai geleng-geleng kepala.“Ya dari pada salah, kan? Saya juga lupa kamu minta warna apa. Lagian, dengan berbagai warna ini, kamu bisa membuat kreasi yang berbeda-beda, bukan?”“Tapi ini pemborosan, Mas. Pasti kamu—““Ini enggak seberapa, Sayang.” Kenzo duduk di sebelah istrinya itu, lalu mengeluarkan isi dalam tas kartonnya. “Ini buat kamu. Sudah saya isi dengan nomor baru.”Kinara mengeryitkan dahi. “Untuk apa kamu beliin aku ponsel lagi, Mas?”Kenzo tengah memilih kalimat yang tepat, ia menggaruk pelipisnya, masih terlihat bingung, hal itu membuat Kinara semakin penasaran dan meletakkan rajutannya di atas meja.“Ini aku beli karena model terbaru. Banyak diskon juga. Aku dapat vocernya langsung soalnya. Sayang kan kalau enggak diambil.
Beberapa bukti transfer membuat tangan Kenzo bergetar. Ia sama sekali tidak menyangka akan penghianatan ini. Sungguh, hal ini membuat dadanya seakan ingin meledak. Ia begitu sangat percaya dengan Dirga. Tidak tahunya kecurigaannya terjawab sudah.“Jadi, Pak Dirga mengirimkan sejumlah uang di rekening pak Gunawan. Pak Gunawan rela melakukan hal itu demi putrinya, Pak.”Sebelah tangan Kenzo mengepal dengan kuat. Sungguh, ia ingin menghajar pria itu sekarang juga. “Di mana dia sekarang? Tadi dia sempat menghubungi Nara. Saya harap, dia tidak berbuat nekat dengan mengacaukan semuanya.”“Pak Dirga sudah tahu tentang penyelidikan saya ini, Pak. Saya juga tidak tahu kalau selama ini Pak Dirga inging menghancurkan usaha Bapak.”Kenzo sejenak diam. Ia mengungat sesuatu, yang mungkin sebagai pemicu tindakan Dirga itu.‘Apa kamu mengenal wanita tadi?’‘Kenal, Pak. Di-dia—‘‘Sudahlah, Ga. Banyak gadis di dunia ini. Tinggalkan saja! Toh, dia sudah pergi dengan pria lain. Kerja saja yang benar, jik
“Mas, ada apa?” Kinara terlihat panik saat melihat Kenzo yang tersulut emosi.“Bukan apa-apa. Ini hanya masalah kecil. Kamu enggak usah khawatir. Saya harap, kamu enggak kasih apapun ke Dirga.” Kenzo memegang kedua bahu istrinya itu, bahkan ia menatap penuh harap, supaya Kinara tidak melakukan hal apapun.“Iya. Aku akan menurut. Tapi, kamu bisa cerita apapun sama aku, Mas. Aku istri kamu, kan?” Meski ini terdengar berlebihan bagi Kinara sendiri, ia memang ingin menjadi teman yang baik bagi suaminya. Mengingat Kenzo sedah melakukan banyak hal terhadapnya, termasuk menghukum Bu Mega.“Nanti kalau semuanya sudah selesai urusannya, saya akan cerita sama kamu. Semuanya. Saya enggak mau nutupin apapun sama kamu, Nar. Tapo, saat ini saya sedang buru-buru.” Kenzo mengusap rambut Kinara dengan lembut.Kinara mengangguk, mengerti. Ia sudah sangat bersyukur atas perubaha sikap Kenzo yang begitu manis terhadapnya. Setidaknya, kali ini ia akan menanti janji dari Kenzo. Akan selalu terbuka, membagi
Kinara sama sekali tidak habis pikir dengan perbuatan suaminya. Di lain sisi ia merasa geli, di sisi lainjuga ia merasa kasihan dengan Kenzo. Sejak tadi ia hanya diam, merasa canggung sendiri.“Nara,” lirih Kenzo usai membuka matanya.Kinara yang baru saja menyelesaikan rajutannya pun mendekat, meletakkan benang dan jarumnya d atas meja. Wanita dengan rambut sebahu itu mencoba bersikap biasa saja, meski ia sendiri malu akan pengakuan Kenzo mengenai penyebab sakitnya sang suami pagi tadi.“Ya, Mas.”“Badan saya sudah enakan. Saya harus ke kantor.”Kinara membulatkan matanya. Ia bahkan menoleh pada jam yang ada di dinding. “Ini sudah sore, Mas. Apa sebaiknya besok saja? Lagian, kamu belum baik-baik saja, kan?”“Saya sudah membaik. Kamu jangan khawatir.” Kenzo mengusap pipi Kinara dengan lembut, kelakuannya itu justru membuat Kinara menjadi salah tingkah sendiri. Pi[inya sudah terlihat merona.“Ka-kamu beneran tidak apa-apa?”Kenzo menggelengkan kepalanya. “Yakin, saya jauh lebih baik. K