“Ada apa? Kenapa kamu nangis? Apa aku buat salah?”Kinara menggelengkan kepala. Tersenyum tipis untuk tidak membuat suaminya semakin panik. “Aku baik-baik saja.”Kinara memeluk Kenzo, menenggelamkan wajahnya di dada bidang Kenzo. Seolah pria itu adalah Keny. Meski ini salah, setidaknya dengan ini ia bisa mengucapkan kata maaf. Begitu banyak penderitaan yang suah ia berikan kepada mantan kekasihnya itu. Meski itu tidak akan mudah bagi Keny bisa memberikan maaf kepadanya yang begitu jahat.Kinara berpikir, jika ia adalah wanita terjahat di dunia ini. Meski menahan air matanya untuk tidak luruh, bulir bening it uterus menetes.Hal ini membuat Kenzo semakin panik.“Nara, ada apa ini?”“Aku kangen banget sama kamu, Mas. Aku hanya ingin seperti ini.” Kinara mengeratkan pelukannya. Seakan takut ini akan berakhir.“I-iya, ta-taoi kenapa harus nangis? Aku jadi takut, Nara.”Kinara justru menggelengkan kepalanya. Mulutnya terkunci, namun hatinya bergemuruh. Entah mengapa ia hanya ingin menumpah
“Ternyata Dirga tidak bisa dianggap remeh. Dia terus mengungkit itu. Padahal dia sudah gue kasih posisi yang baik menjadi asisten, tetapi masih melunjak.”Kenzo membuang paket berisikan foto-foto beberapa tahun yang diambil Dirga, saat Kenzo menjadi Keny.Kenzo melirik benda itu di tempat sampah. Ia takut Kinara akan menemukannya. Sehingga, ia memilih untuk membakarnya di halaman belakang, mumpung Kinara masih mandi.“Tuan, apa itu?” tanya Anna yang baru saja pulang dari supermarket.“Bukan apa-apa.Sampah yang tidak berguna.”Mendengar jawaban bosnya yang datar, Anna tahu, mood Kenzo sedang tidak baik-baik saja. Ia memilih pergi dari pada menjdi sasaran amukan dari bosnya itu.Merasa semua sudah melebur menjadi debu, Kenzo memilih untuk masuk, tetapi matanya melebar dengan perasaan was was saat melihat Kinara yang berdiri di ambang pintu.“Na-nara? Sejak kapan kamu di situ?”“Kamu kenapa tegang gitu, Mas? Paketnya isinya apaan?” Kinara mengerutkan dahi.Kini Kenzo yang kelabakan. Bahk
Sinar mentari menerobos masuk, mengusik tidur nyenyak seorang Kenzo Wirawan. Mata lebar pria tampan itu mengerjab, sembari meraba sisi ranjang yang kosong.Menyadari itu, Kenzo lantas bangun dan mengedarkan pandangan. Mencari sosok Kinara.“Sayang!” panggilnya dengan suara serak khas orang bangun tidur.Tak ada siapapun di toilet, Kenzo memutuskan untuk turun. Ia menebak, jika Kinara berada di dapur seperti biasa untuk menyiapkan sarapan.“Ana, di mana Kinara?” tanya Kenzo saat melihat ART-nya membawa gagang pel menuju ke ruang kerja.“Tadi ada di taman, Tuan. Menyiram tanaman. Tapi, tadi ada kurir yang nganter paket. Non—“ Ana menggangtung kalimatnya, karena Kenzo sudah berlari dengan menuruni anak tangga.Kenzo berlari menuju ke teras rumah, mencari keberadaan Kinara, lantas ke pos satpam, karena di depan tidak ada sosok istrinya itu.Rasa takut menghantui Kenzo. Mengingat Dirga kini sudah mulai berani.“Di mana Kinara?” tanya kenzo kepada satpam dengan napas ngos-ngosan.“Tadi ke s
"Hah ... Hah ...." Kinara terus berlari tanpa henti. Sesekali, Kinara menoleh ke belakang--memastikan bahwa dirinya tidak berhasil terkejar. Meski kakinya sudah penuh luka, Kinara tidak peduli. Yang paling penting, Kinara harus pergi sejauh mungkin dari mereka semua. Dia tidak mau menikahi pria tua yang nyaris seusia papanya. "Jika bukan karena wanita itu," lirih Kinara dengan tangan mengepal. Ya, mama tirinyalah awal dari semua lukanya. Wanita paruh baya itu selalu mencari cara untuk menyiksanya. Tidak cukup dengan kekerasan yang dilakukan selama ini, Mega mengancam akan membunuh Keny--kekasih Kinara yang hanya pegawai biasa--hingga Kinara terpaksa memutuskan pria itu dengan kejam. Menikahi pria paruh baya mesum demi melunasi hutang keluarga mereka? Itu juga ide Mega! Bahkan, wanita itu membiarkan ketika Kinara nyaris dilecehkan. Namun, yang paling menyakitkan dari itu semua adalah keterdiaman dari Papa Kinara. Pria itu sudah dipengaruhi oleh segala ucapan Mega, hingga bahkan ta
Seketika Kenzo mematung dengan tubuh memunggungi Ana.Namun, itu tak lama. Pria itu kemudian pergi ke lantai dua–tempat di mana kamarnya dan kamar Kinara berada.Sempat Kenzo terhenti kala melintas di depan kamar Kinara. Pria berlesung pipit itu menatap pintu yang tertutup rapat dengan tidak biasa.Setelah menghela napas berat, Kenzo akhirnya pergi ke kamar yang tidak jauh dari kamar Kinara.Tring!Notifikasi pesan dari ponsel mengalihkan perhatian Kenzo dari layar monitor komputernya.Tampak pesan dari Dirga, asisten kepercayaannya[Saya sudah mencari tahu tentang perusahan Sebastian Company, Pak. Ternyata perusahan itu adalah perusahaan kecil yang berada di bawah kendali kita.][Bereskan!] balas Kenzo cepat.Senyum seringai terlihat kembali di wajah Kenzo yang dingin. “Abas Sebastian, ya? Kita lihat siapa yang lebih kuat?”Kenzo lalu membuka laci mejanya dan melihat foto yang menampilkan potret kinara.Pria bermata lebar itu menatap foto itu lama, sebelum berkata, “Aku akan menghanc
“Ha?” Kinara terkejut membolakan matanya.“Ceritakan sama saya, siapa itu Keny.” Sekali lagi, Kenzo menanyakan pertanyaan yang sama.Dia paham jika wanita yang berada di hadapannya itu tengah terkejut.“Ke-keny?”“Iya. Saya dengar kau menyebut nama itu tadi.”“Di-dia mantan kekasih saya.”Kenzo manggut-manggut seraya menikmati nasi gorengnya. “Mantan? Berarti sudah putus? Dia yang putusin kamu?”Kinara menggeleng. “Saya yang putusin dia.”Kenzo meminum minumannya hingga separuh, lalu melanjutkan lagi menikmati nasi gorengnya. “Okay. Kamu putusin dia, berarti dia pria brengsek atau memang kamu sudah memiliki pria lain?”Mata Kinara berkaca-kaca. “Bukan. Bukan seperti itu. Keluarga saya tidak menyukainya dan … ada satu hal yang tidak bisa saya jelaskan.”Kenzo menatap tajam Kinara. Dia ingin menuntut jawaban dari wanita itu, tetapi Kenzo segera menahannya. Dia masih ingin menjalankan rencana untuk menyiksa Kinara. “Kamu sempat mengira saya ini Keny. Apa saya mirip dengannya?”“Tidak han
“Pak, Abas Company sudah saya bereskan. Tentu saat ini dia sedang kelimpungan mencari dana.”“Bagus. Segera tekan Abas Company untuk segera melunasinya, Ga.”“Baik, Pak.”Kenzo tersenyum penuh dengan kemenangan mendengar laporan asistennya.“Dengan ini, pria bernama Abas situ tidak bisa memberikan uang kepada Mega. Dia akan menekan Nigroho mengenai utang. Di sana aku akan muncul dan seolah menjadi dewa penyelamat untuk sesaat,” gumam Kenzo.Ya, semenjak bertemu kembali dengan Kinara, Kenzo telah mempersiapkan rencananya. Satu per satu untuk membalaskan dendam pada Kinara yang sudah memberikan rasa sakit begitu dalam. Dan … semua sudah berjalan sesuai keinginannya.Tok tok tok!Suara pintu mengalihkan fokus Kenzo. “Masuk!”Pintu ruangan pun terbuka.Ternyata, Kinara sudah mengenakan gaun selutut dengan warna merah terlihat dengan anggun. Kulitnya tampak sangat cerah dengan warna gaun tersebut.Kenzo tampak membeku dengan penampilan Kinara. Bahkan make-upnya mampu menyamarkan luka lebam
Sementara itu, Kenzo dan Kinara telah turun dari mobil.Keduanya terpisah dan Kenzo janji akan lekas datang di waktu yang tepat. Meski tidak mengerti, Kinara segera menurutinya.Kinara benar-benar terlihat sangat cantik saat ini. Pilihan rambut dan dress menyempurnakan tubuhnya yang ramping–membuat siapa saja akan terpesona, termasuk beberapa pelayan restoran ini.Setelah menanyakan ruangan yang Mega pesan, seorang pelayan kemudian mengantarkannya ke sebuah ruangan VVIP.“Terima kasih, Mbak.” Kinara masuk ke dalam.Ternyata, sudah ada Mega dan juga Abas tengah menikmati wine-nya. Namun, tidak ada papanya di sana.Meski dalam hati sangat takut, Kinara mencoba untuk bersikap biasa-biasa saja. “Ma, Om. Maaf menunggu lama.”Mega terkesiap melihat penampilan putri sambungnya. Kinara terlihat sangat cantik dan anggun. Bahkan pakaian yang Kinara pakai adalah pakaian limited edition. Tidak semua orang bisa membelinya. ‘Bagaimana mungkin! Siapa yang mendandaninya sampai seperti ini?’ batinnya.
Sinar mentari menerobos masuk, mengusik tidur nyenyak seorang Kenzo Wirawan. Mata lebar pria tampan itu mengerjab, sembari meraba sisi ranjang yang kosong.Menyadari itu, Kenzo lantas bangun dan mengedarkan pandangan. Mencari sosok Kinara.“Sayang!” panggilnya dengan suara serak khas orang bangun tidur.Tak ada siapapun di toilet, Kenzo memutuskan untuk turun. Ia menebak, jika Kinara berada di dapur seperti biasa untuk menyiapkan sarapan.“Ana, di mana Kinara?” tanya Kenzo saat melihat ART-nya membawa gagang pel menuju ke ruang kerja.“Tadi ada di taman, Tuan. Menyiram tanaman. Tapi, tadi ada kurir yang nganter paket. Non—“ Ana menggangtung kalimatnya, karena Kenzo sudah berlari dengan menuruni anak tangga.Kenzo berlari menuju ke teras rumah, mencari keberadaan Kinara, lantas ke pos satpam, karena di depan tidak ada sosok istrinya itu.Rasa takut menghantui Kenzo. Mengingat Dirga kini sudah mulai berani.“Di mana Kinara?” tanya kenzo kepada satpam dengan napas ngos-ngosan.“Tadi ke s
“Ternyata Dirga tidak bisa dianggap remeh. Dia terus mengungkit itu. Padahal dia sudah gue kasih posisi yang baik menjadi asisten, tetapi masih melunjak.”Kenzo membuang paket berisikan foto-foto beberapa tahun yang diambil Dirga, saat Kenzo menjadi Keny.Kenzo melirik benda itu di tempat sampah. Ia takut Kinara akan menemukannya. Sehingga, ia memilih untuk membakarnya di halaman belakang, mumpung Kinara masih mandi.“Tuan, apa itu?” tanya Anna yang baru saja pulang dari supermarket.“Bukan apa-apa.Sampah yang tidak berguna.”Mendengar jawaban bosnya yang datar, Anna tahu, mood Kenzo sedang tidak baik-baik saja. Ia memilih pergi dari pada menjdi sasaran amukan dari bosnya itu.Merasa semua sudah melebur menjadi debu, Kenzo memilih untuk masuk, tetapi matanya melebar dengan perasaan was was saat melihat Kinara yang berdiri di ambang pintu.“Na-nara? Sejak kapan kamu di situ?”“Kamu kenapa tegang gitu, Mas? Paketnya isinya apaan?” Kinara mengerutkan dahi.Kini Kenzo yang kelabakan. Bahk
“Ada apa? Kenapa kamu nangis? Apa aku buat salah?”Kinara menggelengkan kepala. Tersenyum tipis untuk tidak membuat suaminya semakin panik. “Aku baik-baik saja.”Kinara memeluk Kenzo, menenggelamkan wajahnya di dada bidang Kenzo. Seolah pria itu adalah Keny. Meski ini salah, setidaknya dengan ini ia bisa mengucapkan kata maaf. Begitu banyak penderitaan yang suah ia berikan kepada mantan kekasihnya itu. Meski itu tidak akan mudah bagi Keny bisa memberikan maaf kepadanya yang begitu jahat.Kinara berpikir, jika ia adalah wanita terjahat di dunia ini. Meski menahan air matanya untuk tidak luruh, bulir bening it uterus menetes.Hal ini membuat Kenzo semakin panik.“Nara, ada apa ini?”“Aku kangen banget sama kamu, Mas. Aku hanya ingin seperti ini.” Kinara mengeratkan pelukannya. Seakan takut ini akan berakhir.“I-iya, ta-taoi kenapa harus nangis? Aku jadi takut, Nara.”Kinara justru menggelengkan kepalanya. Mulutnya terkunci, namun hatinya bergemuruh. Entah mengapa ia hanya ingin menumpah
Kinara berencana untuk membuatkan kue untuk Kenzo. Selama ini, ia melihat suaminya begitu lahap memakan makanan yang ia buat.Cheese cake caramel menjadi pilihat Kinara saat ini. Ia tak tahu banyak mengenai makanan kesukaan Kenzo.Tidak, kue itu adalah kesukaan Keny. Kinara memejamkan mata, karena terlalu ceroboh.“Nona, daging ayam ini apa akan dimasak nanti?”“Tolong masukkan itu ke dalam freezer saja, Mbak Ana. Mbak Ana bisa langsung beli dagingnya di super market. Biar saya sendiri yang melanjutkan ini.” Kinara kembali mengaduk adonan kuenya.“Baik, Nona. Saya akan mencari iga sapinya sekarang juga.” Ana mengulas senyuman. Ia meraih tas belanjaannya, lantas pergi dari dapur.Hanya Kinara seorang yang di sana dengan bahan-bahan untuk membuat cheese cake untuk suaminya.Kinara berlonjak, saat ada yang memeluknya dari belakang. Ia lantas menoleh ke belakang, rasa takutnya menghilang saat melihat senyuman Kenzo.“Aku pikir siapa? Tiba-tiba meluk begitu. Kamu bikin aku horor.”Kenzo me
“Kamu adalah yang terbaik.” Kinara memeluk Kenzo dengan erat, sesekali wanita cantik itu menghidu wangi mawar pemberian suaminya. Bahkan wanginya saja mampu menggetarkan hati.“Kamu yang tersayang. Bahkan kamu lebih indahh dari mawar itu, Kinara.” Kenzo memejamkan mata, menikmati kesempatan seperti ini. Di mana ia bisa libur dan menghabiskan waktu bersama seharian bersama Kinara.“Bagus, Pak Keny!”Buru-buru Kinara melerai pelukannya. Ia menoleh pada Dirga yang baru saja datang dengan senyuman sinis dan tepuk tangannya.“Apa maksud Anda?” Kinara merasa bingung dengan sebutan itu.Dirga tengah menyeringai. “Suamimu itu penipu, Kinara! Harusnya kamu bersamaku. Dia adalah Keny. Mantan kekasihmu yang kamu buang dulu. Tujuannya menikahimu adalah demi untuk balas dendam. Setelah kamu menyerahkan semuanya, dia akan menyampakkanya seperti sampah. Kamu lihat ini.” Dirga menunjukkan selembar kertas.Sebuah gambar lukisan Kinara dan Keny. Gambar itu diambil setahun setelah mereka pacaran dulu. Sa
Kinara tidak habis pikir dengan Kenzo. Suaminya itu benar-benar diluar dugaannya. Ia hanya menitip beberapa benag wol dengan warna putih dan hitam. Namun, suaminya itu membeli satu kardus dengan berbagai warna.“Mas, kamu berlebihan gak sih?” Kinara sampai geleng-geleng kepala.“Ya dari pada salah, kan? Saya juga lupa kamu minta warna apa. Lagian, dengan berbagai warna ini, kamu bisa membuat kreasi yang berbeda-beda, bukan?”“Tapi ini pemborosan, Mas. Pasti kamu—““Ini enggak seberapa, Sayang.” Kenzo duduk di sebelah istrinya itu, lalu mengeluarkan isi dalam tas kartonnya. “Ini buat kamu. Sudah saya isi dengan nomor baru.”Kinara mengeryitkan dahi. “Untuk apa kamu beliin aku ponsel lagi, Mas?”Kenzo tengah memilih kalimat yang tepat, ia menggaruk pelipisnya, masih terlihat bingung, hal itu membuat Kinara semakin penasaran dan meletakkan rajutannya di atas meja.“Ini aku beli karena model terbaru. Banyak diskon juga. Aku dapat vocernya langsung soalnya. Sayang kan kalau enggak diambil.
Beberapa bukti transfer membuat tangan Kenzo bergetar. Ia sama sekali tidak menyangka akan penghianatan ini. Sungguh, hal ini membuat dadanya seakan ingin meledak. Ia begitu sangat percaya dengan Dirga. Tidak tahunya kecurigaannya terjawab sudah.“Jadi, Pak Dirga mengirimkan sejumlah uang di rekening pak Gunawan. Pak Gunawan rela melakukan hal itu demi putrinya, Pak.”Sebelah tangan Kenzo mengepal dengan kuat. Sungguh, ia ingin menghajar pria itu sekarang juga. “Di mana dia sekarang? Tadi dia sempat menghubungi Nara. Saya harap, dia tidak berbuat nekat dengan mengacaukan semuanya.”“Pak Dirga sudah tahu tentang penyelidikan saya ini, Pak. Saya juga tidak tahu kalau selama ini Pak Dirga inging menghancurkan usaha Bapak.”Kenzo sejenak diam. Ia mengungat sesuatu, yang mungkin sebagai pemicu tindakan Dirga itu.‘Apa kamu mengenal wanita tadi?’‘Kenal, Pak. Di-dia—‘‘Sudahlah, Ga. Banyak gadis di dunia ini. Tinggalkan saja! Toh, dia sudah pergi dengan pria lain. Kerja saja yang benar, jik
“Mas, ada apa?” Kinara terlihat panik saat melihat Kenzo yang tersulut emosi.“Bukan apa-apa. Ini hanya masalah kecil. Kamu enggak usah khawatir. Saya harap, kamu enggak kasih apapun ke Dirga.” Kenzo memegang kedua bahu istrinya itu, bahkan ia menatap penuh harap, supaya Kinara tidak melakukan hal apapun.“Iya. Aku akan menurut. Tapi, kamu bisa cerita apapun sama aku, Mas. Aku istri kamu, kan?” Meski ini terdengar berlebihan bagi Kinara sendiri, ia memang ingin menjadi teman yang baik bagi suaminya. Mengingat Kenzo sedah melakukan banyak hal terhadapnya, termasuk menghukum Bu Mega.“Nanti kalau semuanya sudah selesai urusannya, saya akan cerita sama kamu. Semuanya. Saya enggak mau nutupin apapun sama kamu, Nar. Tapo, saat ini saya sedang buru-buru.” Kenzo mengusap rambut Kinara dengan lembut.Kinara mengangguk, mengerti. Ia sudah sangat bersyukur atas perubaha sikap Kenzo yang begitu manis terhadapnya. Setidaknya, kali ini ia akan menanti janji dari Kenzo. Akan selalu terbuka, membagi
Kinara sama sekali tidak habis pikir dengan perbuatan suaminya. Di lain sisi ia merasa geli, di sisi lainjuga ia merasa kasihan dengan Kenzo. Sejak tadi ia hanya diam, merasa canggung sendiri.“Nara,” lirih Kenzo usai membuka matanya.Kinara yang baru saja menyelesaikan rajutannya pun mendekat, meletakkan benang dan jarumnya d atas meja. Wanita dengan rambut sebahu itu mencoba bersikap biasa saja, meski ia sendiri malu akan pengakuan Kenzo mengenai penyebab sakitnya sang suami pagi tadi.“Ya, Mas.”“Badan saya sudah enakan. Saya harus ke kantor.”Kinara membulatkan matanya. Ia bahkan menoleh pada jam yang ada di dinding. “Ini sudah sore, Mas. Apa sebaiknya besok saja? Lagian, kamu belum baik-baik saja, kan?”“Saya sudah membaik. Kamu jangan khawatir.” Kenzo mengusap pipi Kinara dengan lembut, kelakuannya itu justru membuat Kinara menjadi salah tingkah sendiri. Pi[inya sudah terlihat merona.“Ka-kamu beneran tidak apa-apa?”Kenzo menggelengkan kepalanya. “Yakin, saya jauh lebih baik. K