“Marah-marah bagaimana, Nyonya?” tanya Ana balik ke Kinara.“Maksud saya, apa Mas Kenzo suka marah-marah tidak jelas sama kalian?”Ana menggeleng kuat. “Pak Kenzo akan marah, jika kami memang melakukan kesalahan yang fatal, Nyonya. Jika kami tidak ada salah apapun dan mungkin kerjaan di kantor sedang ruwet, Pak kenzo hanya akan diam dan enggan berkata apa-apa.”Jujur saja mendengar seperti itu membuat Kinara lebih over thinking. Jika Kenzo bukanlah pria temperamental, lalu apa alasan pria itu selalu marah terhadapnya? Bahkan suaminya itu enggan tidur satu kamar dengannya. Kinara merasa ada yang janggal di sini. Dia memang menyadari, jika pernikahannya itu tanpa cinta. Namun, mengingat Kenzo pernah berjanji untuk menjadi suami yang baik, tentu membuat Kinara semakin bertanya-tanya mengenai kejelasan hubungan mereka.“Nyonya, itu telurnya kenapa ditambah lagi?” tanya Ana.Kinara berjengit. “Astaga, saya keblalasan, Mbak.”“Sepertinya Nyonya sedang banyak pikiran. Kalau begitu, biar saya
“Gagalkan kerja sama perusahaan Baim Nugroho dengan investor itu,” perintah Kenzo kepada Dirga.“Pak, bukannya Tuan baim adalah mertua Anda?” tanya Dirga terlihat heran.“Saya bilang gagalkan. Kalau bisa bujuk investor itu untuk bergabung dengan Andi Wassahi.” Kenzo tersenyum smirk.“Andi Wassahi rival bisnisnya Tuan Baim?” tanya Dirga tidak habis pikir dengan pikiran seorang pria yang sudh lebih dari 3 tahun itu menjadi atasannya.“Yups. Kalau bisa, buat perusahaan baim colabs.”Kenzo memiliki hubungan yang baik dengan investor yang hendak kerja sama dengan mertuanya. Membuat keluarga Kinara adalah sebagian dari rencananya.“Kabari jika kerjaan kamu sudah selesai,” ucap Kenzo langsung masuk ke ruangannya, lalu menutup pintu tersebut.Kenzo kembali mengingat, bagaimana mertuanya dulu menentang hubungannya dengan Kinara. Bahkan mereka menghinanya habis-habisn. Kenzo tersenyum smirk sambil mengepalkan tangannya. “Karma akan menyicil.”Kenzo berjengit setelah mendengar ketukan pintu. “Ma
“Tolong apa?”“Apa besok bisa temani aku untuk menghadiri makan malam keluarga? Papa mengundang kita untuk makan malam bersama.”Tampak Kenzo tengah berpikir keras. Besok adalah hari kehancuran keluarga Kinara. Rasanya tidak mungkin jika dia akan di sana. “Sepertinya tidak bisa. Saya ada rapat dengan klien.”‘Ternyata aku bukan apa-apa bagi dia. Harusnya aku sadar diri.’ Kinara tertunduk, detik kemudian dia mendongak dengan memasang wajah yang dibuat setegar-tegarnya. “Baiklah kalau begitu. Aku permisi du—““Tunggu!” sergah Kenzo yang kini menghampiri Kinara. Pria bertubuh jakung itu meraih tangan istrinya, lalu dia tuntun untuk duduk di tepi ranjangnya. “Saya akan berusaha untuk datang. Tapi, jika waktunya tidak keburu, saya harap kamu bisa maklum, ya.”Kinara memberanikan diri untuk menatap mata suaminya. Sorot mata yang teduh dengan wajah datar seperti biasanya. Namun, melihat mata Kenzo, hati Kinara berdesir. Sama persis ketika melihat mata Keny. Hanya saja, tatapan Keny sangat me
“Iya, Pak. Kami juga ingin seperti Bapak yang memiliki bayi yang menggemaskan.” Kinara menjawab dengan tenang, meski terlihat dari wajahnya, jika Kinara sedang menutupi perasaannya.“Semoga kalian lekas diberikan momongan, ya.”Keduanya mengaminkan ucapan Mike.“Oh, ya, Pak Mike. Kita ke sana dulu, ya. Belum ucapin selamat buat Pak jhony juga,” pamit Kenzo seraya menggandeng Kinara.“Silakan.” Mike mengangguk..Sementara Kenzo berbicara mengenai bisnis bersama rekan-rekannya, Kinara duduk sendiri menikmati makanannya. Wanita bertubuh sexy itu merasa tidak nyaman dengan tatapan beberapa pria yang tidak dia kenal.Kinara berusaha untuk tidak menghiraukan tatapan mereka. ‘Duh, ini kapan selesainya, sih. Risi sekali melihat mereka.’Seorang pria jakung dengan rambut gondrong yang diikat menaruh minumannya di meja, tepat di depan Kinara. “Boleh saya gabung?”Kinara mendongak. Memberanikan diri menatap pria yang sudah terlebih dahulu berani duduk di mejanya.“Maaf, saya sudah ada—““Saya s
“Mau kamu apa, sih, Mas?”Kenzo melirik Kinara sekilas, lalu kembali fokus dengan kemudi. “Saya tidak suka sama istri pembangkang.”“Sepertinya aku bukan istri kamu. Aku hanya boneka kamu,” ucap Kinara.Kenzo yang mendengar ucapan Kinara seperti itu, lantas menepikan mobilnya. “Apa kamu bilang?” tanyanya dengan suara meninggi.“Aku bukan istri kamu, Mas. Tapi aku ini boneka kamu. Mana janji kamu yang akan memperlakukan aku sebagai seorang istri? Sepertinya semua hanya janji-janji palsu.”Kenzo mengepalkan tangannya. Begitu tidak suka dengan ucapan Kinara yang menurutnya sangatlah lancang. “Diam,” desisnya.Kinara terdiam. Wanita bermata sipit itu tertunduk. Bahkan Kenzo bisa mendengarkan isak tangis dari Kinara.Kobaran api ammarah yang berada pada Kenzo perlahan mereda setelah mendengar tangis dari Kinara yang semakin keras. Tidak tahu apa yang akan dia perbuat, Kenzo kembali menjalankan lagi mobilnya. Kali ini dengan kecepatan lebih. Berharap jika Kinara akan berhenti menangis.Kina
“Kamu kenapa, Mas?” tanya Kinara.“Maaf,” ucap Kenzo terlihat menyesal.Kinara menghela napas panjang. “Tidak perlu berminta maaf. Aku hanya melakukan yang semestinya. Maaf, sudah lancang karena sudah berani marah kepadamu. Lain kali, aku akan diam saja. Aku cukup tahu diri. Kamu sudah menyelamatku dari penjahat bernama Abas Sebastian.”Entah mengapa dada Kenzo malah semakin sesak mendengarnya. Seolah Kinara sudah menyerah dengan hubungan mereka. Bukankah ini yang dia inginkan? Tetapi Kenzo malah merasa sakit.“Maaf, Mas. Aku mau ke bawah. Apa kamu menginginkan sesuatu? Sekalian. Barangkali mau minum teh atau kopi?”Kenzo tidak dapat melihat binar cinta pada mata Kinara. Pria jakung itu menatap nanar sang istri. Lidahnya terasa kelu untuk mengeluarkan sepatah katapun. Kenzo menggeleng. Dia tidak membutuhkan sesuatu. Yang dia butuhkan saat ini adalah Kinara.“Ya sudah. Kalu begitu, aku permisi mau turun dulu.” Kinara turun ke lantai dasar, meninggalkan Kenzo yang berdiri mematung..“N
“Nar, kamu terlihat kurusan. Apa kamu sedang hamil?” tanya Baim di sela makannya.Nara tersenyum getir mendengar pertanyaan itu. ‘Mau hamil bagaimana, Pa? Mas kenzo saja tidak pernah menyentuhku sama sekali.’Kinara memaksakan dirinya untuk tersenyum lagi, lalu menggeleng. “Tidak, Pa.”Mega mengamati mimik Kinara yang terlihat sedang tidak baik-baik saja. “Apa kalian ada masalah apa-apa? Saya harap tidak, karena ini akan mempengaruhi kita semua.”Memang Mega sama sekali tidak menyukai Kinara, bahkan tidak menginginkan putri sambungnya itu bahagia. Namun, mengingat masa depan mereka semua berada di ujung tanduk, tentu Mega tidak ingin bertambah miskin karena tidak mendapatkan bantuan apapun dari Kenzo lagi. Sungguh, wanita itu tidak siap menjadi gembel jalanan.“Saya tidak apa-apa,” jawab Kinara dengan ketus.Sekitar dua jaman Kinara berada di rumah Baim. Dia pamit pulang, karena tidak enak dengan Dirga yang menunggunya di mobil.Dirga memang sengaja tidak mau ikut masuk, karena tidak
“Apa salah saya? Saya tidak pernah tahu kesalahan apa yang telah saya berikan kepada Mas Kenzo. Saya merasa jika dia sangat membenci saya. Saya ti….” Kinara tidak bisa melanjutkan lagi perkataannya. Semuanya terasa sangat sesak. Berulang kali Kinara meraup wajahnya sendiri.Dirga menatap nanar wanita yang tengah terisak itu. Di ambil tisu di dalam dashboard dan diberikan kepada Kinara. “Bu, puaskan menangis kali ini, setelah ini berhentilah menangis lagi. Air mata Anda jauh lebih berharga.”Kinara menerima tisu pemberian dari Dirga. “Terima kasih.”Kinara turun dari mobil. Dia mengajak Dirga untuk duduk di bawah pohon randu. Menikmati angina yang sepoi-sepoi. Tempat ini adalh tempat di mana Kinara selalu bertemu dengan Keny.“Saya memiliki cerita di sini, Pak.”Dirga dan Kinara saling pandang untuk sekilas. Wanita berambut coklat itu mengulas senyum tipis.“Kisah apa, Bu? Eungh … kalau ingin cerita, cerita saja. Saya siap menjadi teman cerita Bu Kinara. Saya janji, tidak akan membeber
Sinar mentari menerobos masuk, mengusik tidur nyenyak seorang Kenzo Wirawan. Mata lebar pria tampan itu mengerjab, sembari meraba sisi ranjang yang kosong.Menyadari itu, Kenzo lantas bangun dan mengedarkan pandangan. Mencari sosok Kinara.“Sayang!” panggilnya dengan suara serak khas orang bangun tidur.Tak ada siapapun di toilet, Kenzo memutuskan untuk turun. Ia menebak, jika Kinara berada di dapur seperti biasa untuk menyiapkan sarapan.“Ana, di mana Kinara?” tanya Kenzo saat melihat ART-nya membawa gagang pel menuju ke ruang kerja.“Tadi ada di taman, Tuan. Menyiram tanaman. Tapi, tadi ada kurir yang nganter paket. Non—“ Ana menggangtung kalimatnya, karena Kenzo sudah berlari dengan menuruni anak tangga.Kenzo berlari menuju ke teras rumah, mencari keberadaan Kinara, lantas ke pos satpam, karena di depan tidak ada sosok istrinya itu.Rasa takut menghantui Kenzo. Mengingat Dirga kini sudah mulai berani.“Di mana Kinara?” tanya kenzo kepada satpam dengan napas ngos-ngosan.“Tadi ke s
“Ternyata Dirga tidak bisa dianggap remeh. Dia terus mengungkit itu. Padahal dia sudah gue kasih posisi yang baik menjadi asisten, tetapi masih melunjak.”Kenzo membuang paket berisikan foto-foto beberapa tahun yang diambil Dirga, saat Kenzo menjadi Keny.Kenzo melirik benda itu di tempat sampah. Ia takut Kinara akan menemukannya. Sehingga, ia memilih untuk membakarnya di halaman belakang, mumpung Kinara masih mandi.“Tuan, apa itu?” tanya Anna yang baru saja pulang dari supermarket.“Bukan apa-apa.Sampah yang tidak berguna.”Mendengar jawaban bosnya yang datar, Anna tahu, mood Kenzo sedang tidak baik-baik saja. Ia memilih pergi dari pada menjdi sasaran amukan dari bosnya itu.Merasa semua sudah melebur menjadi debu, Kenzo memilih untuk masuk, tetapi matanya melebar dengan perasaan was was saat melihat Kinara yang berdiri di ambang pintu.“Na-nara? Sejak kapan kamu di situ?”“Kamu kenapa tegang gitu, Mas? Paketnya isinya apaan?” Kinara mengerutkan dahi.Kini Kenzo yang kelabakan. Bahk
“Ada apa? Kenapa kamu nangis? Apa aku buat salah?”Kinara menggelengkan kepala. Tersenyum tipis untuk tidak membuat suaminya semakin panik. “Aku baik-baik saja.”Kinara memeluk Kenzo, menenggelamkan wajahnya di dada bidang Kenzo. Seolah pria itu adalah Keny. Meski ini salah, setidaknya dengan ini ia bisa mengucapkan kata maaf. Begitu banyak penderitaan yang suah ia berikan kepada mantan kekasihnya itu. Meski itu tidak akan mudah bagi Keny bisa memberikan maaf kepadanya yang begitu jahat.Kinara berpikir, jika ia adalah wanita terjahat di dunia ini. Meski menahan air matanya untuk tidak luruh, bulir bening it uterus menetes.Hal ini membuat Kenzo semakin panik.“Nara, ada apa ini?”“Aku kangen banget sama kamu, Mas. Aku hanya ingin seperti ini.” Kinara mengeratkan pelukannya. Seakan takut ini akan berakhir.“I-iya, ta-taoi kenapa harus nangis? Aku jadi takut, Nara.”Kinara justru menggelengkan kepalanya. Mulutnya terkunci, namun hatinya bergemuruh. Entah mengapa ia hanya ingin menumpah
Kinara berencana untuk membuatkan kue untuk Kenzo. Selama ini, ia melihat suaminya begitu lahap memakan makanan yang ia buat.Cheese cake caramel menjadi pilihat Kinara saat ini. Ia tak tahu banyak mengenai makanan kesukaan Kenzo.Tidak, kue itu adalah kesukaan Keny. Kinara memejamkan mata, karena terlalu ceroboh.“Nona, daging ayam ini apa akan dimasak nanti?”“Tolong masukkan itu ke dalam freezer saja, Mbak Ana. Mbak Ana bisa langsung beli dagingnya di super market. Biar saya sendiri yang melanjutkan ini.” Kinara kembali mengaduk adonan kuenya.“Baik, Nona. Saya akan mencari iga sapinya sekarang juga.” Ana mengulas senyuman. Ia meraih tas belanjaannya, lantas pergi dari dapur.Hanya Kinara seorang yang di sana dengan bahan-bahan untuk membuat cheese cake untuk suaminya.Kinara berlonjak, saat ada yang memeluknya dari belakang. Ia lantas menoleh ke belakang, rasa takutnya menghilang saat melihat senyuman Kenzo.“Aku pikir siapa? Tiba-tiba meluk begitu. Kamu bikin aku horor.”Kenzo me
“Kamu adalah yang terbaik.” Kinara memeluk Kenzo dengan erat, sesekali wanita cantik itu menghidu wangi mawar pemberian suaminya. Bahkan wanginya saja mampu menggetarkan hati.“Kamu yang tersayang. Bahkan kamu lebih indahh dari mawar itu, Kinara.” Kenzo memejamkan mata, menikmati kesempatan seperti ini. Di mana ia bisa libur dan menghabiskan waktu bersama seharian bersama Kinara.“Bagus, Pak Keny!”Buru-buru Kinara melerai pelukannya. Ia menoleh pada Dirga yang baru saja datang dengan senyuman sinis dan tepuk tangannya.“Apa maksud Anda?” Kinara merasa bingung dengan sebutan itu.Dirga tengah menyeringai. “Suamimu itu penipu, Kinara! Harusnya kamu bersamaku. Dia adalah Keny. Mantan kekasihmu yang kamu buang dulu. Tujuannya menikahimu adalah demi untuk balas dendam. Setelah kamu menyerahkan semuanya, dia akan menyampakkanya seperti sampah. Kamu lihat ini.” Dirga menunjukkan selembar kertas.Sebuah gambar lukisan Kinara dan Keny. Gambar itu diambil setahun setelah mereka pacaran dulu. Sa
Kinara tidak habis pikir dengan Kenzo. Suaminya itu benar-benar diluar dugaannya. Ia hanya menitip beberapa benag wol dengan warna putih dan hitam. Namun, suaminya itu membeli satu kardus dengan berbagai warna.“Mas, kamu berlebihan gak sih?” Kinara sampai geleng-geleng kepala.“Ya dari pada salah, kan? Saya juga lupa kamu minta warna apa. Lagian, dengan berbagai warna ini, kamu bisa membuat kreasi yang berbeda-beda, bukan?”“Tapi ini pemborosan, Mas. Pasti kamu—““Ini enggak seberapa, Sayang.” Kenzo duduk di sebelah istrinya itu, lalu mengeluarkan isi dalam tas kartonnya. “Ini buat kamu. Sudah saya isi dengan nomor baru.”Kinara mengeryitkan dahi. “Untuk apa kamu beliin aku ponsel lagi, Mas?”Kenzo tengah memilih kalimat yang tepat, ia menggaruk pelipisnya, masih terlihat bingung, hal itu membuat Kinara semakin penasaran dan meletakkan rajutannya di atas meja.“Ini aku beli karena model terbaru. Banyak diskon juga. Aku dapat vocernya langsung soalnya. Sayang kan kalau enggak diambil.
Beberapa bukti transfer membuat tangan Kenzo bergetar. Ia sama sekali tidak menyangka akan penghianatan ini. Sungguh, hal ini membuat dadanya seakan ingin meledak. Ia begitu sangat percaya dengan Dirga. Tidak tahunya kecurigaannya terjawab sudah.“Jadi, Pak Dirga mengirimkan sejumlah uang di rekening pak Gunawan. Pak Gunawan rela melakukan hal itu demi putrinya, Pak.”Sebelah tangan Kenzo mengepal dengan kuat. Sungguh, ia ingin menghajar pria itu sekarang juga. “Di mana dia sekarang? Tadi dia sempat menghubungi Nara. Saya harap, dia tidak berbuat nekat dengan mengacaukan semuanya.”“Pak Dirga sudah tahu tentang penyelidikan saya ini, Pak. Saya juga tidak tahu kalau selama ini Pak Dirga inging menghancurkan usaha Bapak.”Kenzo sejenak diam. Ia mengungat sesuatu, yang mungkin sebagai pemicu tindakan Dirga itu.‘Apa kamu mengenal wanita tadi?’‘Kenal, Pak. Di-dia—‘‘Sudahlah, Ga. Banyak gadis di dunia ini. Tinggalkan saja! Toh, dia sudah pergi dengan pria lain. Kerja saja yang benar, jik
“Mas, ada apa?” Kinara terlihat panik saat melihat Kenzo yang tersulut emosi.“Bukan apa-apa. Ini hanya masalah kecil. Kamu enggak usah khawatir. Saya harap, kamu enggak kasih apapun ke Dirga.” Kenzo memegang kedua bahu istrinya itu, bahkan ia menatap penuh harap, supaya Kinara tidak melakukan hal apapun.“Iya. Aku akan menurut. Tapi, kamu bisa cerita apapun sama aku, Mas. Aku istri kamu, kan?” Meski ini terdengar berlebihan bagi Kinara sendiri, ia memang ingin menjadi teman yang baik bagi suaminya. Mengingat Kenzo sedah melakukan banyak hal terhadapnya, termasuk menghukum Bu Mega.“Nanti kalau semuanya sudah selesai urusannya, saya akan cerita sama kamu. Semuanya. Saya enggak mau nutupin apapun sama kamu, Nar. Tapo, saat ini saya sedang buru-buru.” Kenzo mengusap rambut Kinara dengan lembut.Kinara mengangguk, mengerti. Ia sudah sangat bersyukur atas perubaha sikap Kenzo yang begitu manis terhadapnya. Setidaknya, kali ini ia akan menanti janji dari Kenzo. Akan selalu terbuka, membagi
Kinara sama sekali tidak habis pikir dengan perbuatan suaminya. Di lain sisi ia merasa geli, di sisi lainjuga ia merasa kasihan dengan Kenzo. Sejak tadi ia hanya diam, merasa canggung sendiri.“Nara,” lirih Kenzo usai membuka matanya.Kinara yang baru saja menyelesaikan rajutannya pun mendekat, meletakkan benang dan jarumnya d atas meja. Wanita dengan rambut sebahu itu mencoba bersikap biasa saja, meski ia sendiri malu akan pengakuan Kenzo mengenai penyebab sakitnya sang suami pagi tadi.“Ya, Mas.”“Badan saya sudah enakan. Saya harus ke kantor.”Kinara membulatkan matanya. Ia bahkan menoleh pada jam yang ada di dinding. “Ini sudah sore, Mas. Apa sebaiknya besok saja? Lagian, kamu belum baik-baik saja, kan?”“Saya sudah membaik. Kamu jangan khawatir.” Kenzo mengusap pipi Kinara dengan lembut, kelakuannya itu justru membuat Kinara menjadi salah tingkah sendiri. Pi[inya sudah terlihat merona.“Ka-kamu beneran tidak apa-apa?”Kenzo menggelengkan kepalanya. “Yakin, saya jauh lebih baik. K