Share

Bukan Pernikahan Impian
Bukan Pernikahan Impian
Penulis: Yanieswiwik

Bab 1

Penulis: Yanieswiwik
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-01 20:52:50

Dara menatap tajam pada sosok pria yang berada tak jauh dari dirinya. Pria yang duduk di sofa yang hanya berjarak beberapa meter dari tempat tidurnya terlihat serius pada pekerjaannya, hal tersebut terbukti dengan jemari yang masih sibuk menari di atas laptopnya. Lelaki tersebut bahkan tak merasa terganggu dengan mata yang sedari tadi mengintainya. Sesekali Dara menarik nafas untuk menambah sisa-sisa kesabaran.

"Kamu nggak tidur, Ra?" Tanya seseorang di seberang dengan pandangan yang tak berpindah dari laptopnya, jemarinya masih sibuk menari di atas keyboard yang bunyi suaranya masih dapat didengar dari jarak yang lumayan jauh antar keduanya. 

"Ini mau tidur." Ujarnya seraya menghempaskan dan segera membungkus tubuhnya dengan selimut yang menutupi hingga sebatas lehernya. Sang pria hanya menatap sekilas pada sang wanita yang tidur dengan membelakanginya, namun hanya sekejap, tiba-tiba tubuh yang tadi terbaring kini terbangun kembali.

"Kamu.... nggak ada niatan ngapa-ngapain aku kan, Al?" Tanya sang wanita dengan tatapan menelisik. Sedangkan yang di tanya hanya mengerutkan kedua alisnya. 

"Ngapa-ngapain yang bagaimana maksud kamu?" Bukan sebuah jawaban yang diberikan sang pria melainkan sebuah pertanyaan balik yang terlontar.

"Ya pokoknya kamu jangan ngapa-ngapain aku, jangan dekat-dekat aku, jangan tidur seranjang sama aku." Ucapnya dengan nada suara yang lumayan memekakkan telinga, tak peduli jika suaranya bisa terdengar orang lain.

"Jangan tidur seranjang sama kamu?, terus kamu suruh aku tidur di mana?, sebenarnya aku bisa saja tidur di kamar lain tapi apa kata keluarga kita nanti kalau aku tidur dikamar lain dan kamu tidur di sini, sementara ini malam pertama kita." Ucap sang pria seraya melipat laptop yang tadi berada di pangkuannya lalu kemudian diletakkan di meja yang berada depannya. 

Ya pria tersebut adalah Alfan, lebih tepatnya Alfan Rasya Mahendra yang tadi pagi secara resmi mengucapkan ikrar akad atas nama wanita yang saat ini duduk di tempat tidurnya. Wanita yang dia nikahi dengan alasan ingin memberikan sosok ibu pada putri semata wayangnya, sedangkan sang wanita yang memiliki nama Dara Maharani itu pun mempunyai sebuah alasan untuk menerima pinangan darinya jika tak ingin wanita yang biasa disapa Dara harus mengikhlaskan dirinya dinikahkan dengan pilihan ayahnya. Memang benar pernikahan mereka adalah pernikahan berlandaskan simbiosis mutualisme semata bukan seperti kebanyakan pasangan suami istri yang menikah berasaskan saling cinta.

"Ya pokoknya aku nggak mau kita tidur seranjang. Kalau kamu nggak mau tidur di kamar lain, kamu bisa kok tidur di sofa." Ucap Dara. 

"Kamu....suruh aku tidur di sofa?" Tanya sang pria tak habis pikir, bahkan keningnya sampai terlihat mengeriput setelah mendengar penuturan dari sang lawan bicara. "Kamu Amnesia, Ra?, kamu nyuruh aku tidur di sofa?" Seraya jari telunjuknya menunjuk pada tempat yang saat ini di duduki. "Kamu nggak lupakan? Kalau ini masih rumah aku?, berarti aku yang tuan rumah disini." 

"Terus kamu minta aku yang tidur di sofa gitu?, minta seorang perempuan tidur di sofa sementara kamu yang laki-laki bisa pulas tidur di kasur gitu?" Tanya Dara ketus seraya melipat tangannya di bawah dada. 

"Emangnya ada kata-kata aku tadi yang suruh kamu tidur di sofa?" Sang pria masih berbicara dengan sikap tenangnya. "Kita tetap bisa tidur satu ranjang Dara. Kalau kamu takut kamu aku apa-apain kamu, aku bisa jamin kalau nggak akan terjadi sesuatu sama kamu. Kita bisa menempatkan guling di tengah-tengah kita sebagai penyekat." Pria tersebut melangkah mendekat ke arah tempat tidur, namun tanpa di duga saat dirinya sudah semakin dekat dengan tempat tujuan justru dirinya mendapat sebuah hadiah bantal yang melayang dari sang wanita.

"Kita sedang nggak dalam pernikahan yang sesungguhnya, Al. Kamu tolong pahami itu." Setelah mengucapkan kata-kata tersebut, tubuh Dara pun seketika terjatuh ke kasur dengan arah yang memunggunginya. Sedangkan sang pria yang berdiri dekat tempat tidur akhirnya mengambil bantal yang tadi di lempar Dara, kakinya melangkah ke arah almari untuk mengambil selimut karena tak ada seseorang yang akan menghangatkan tubuhnya jika nanti dia kedinginan.  Lalu di baringkan tubuhnya pada sandaran sofa , dan mulai dipejamkan kedua matanya sebab merasakan lelah yang teramat karena seharian menerima tamu yang jumlahnya bisa dibilang tak sedikit.

***

Pagi harinya Alfan terbangun lebih dulu dibanding Dara. Dia menoleh pada wanita yang masih meringkuk di bawah selimut. Dilipatnya selimut yang tadi malam menemani tidurnya, lalu kakinya melangkah menuju almari, dikembalikannya selimut tersebut pada tempat asalnya. Kakinya kemudian melangkah pada tempat tidur, ia mengamati perempuan yang sudah sah menjadi istrinya. Tak sadar dirinya menarik kedua sudut bibirnya menatap betapa polosnya sang istri saat tertidur. Sangat berbeda sekali jika nanti dirinya sudah terbangun. Alfan memutuskan untuk mandi terlebih dahulu. 

"Aaa.....kamu mau ngapain?, awas aja kalau berani macam-macam aku akan teriak." Alfan sampai menutup kedua telinganya akibat mendengar teriakan sang istri yang memekakkan telinga.

"Kamu nggak ada hobi lain apa selain teriak-teriak, Ra?" Alfan terlihat santai berjalan ke arah almari yang terlihat tak mempedulikan pada protes dari Dara.

"Kamu bisa kan ganti bajunya di kamar mandi aja, sengaja banget mau cari perhatian aku." Protes Dara lagi. Bayangkan saja saat bangun tidur Dara langsung disuguhkan pemandangan yang menggugah selera hanya saja dia tak mau mengakui, terlalu gengsi baginya untuk memuji betapa seksinya sang suami yang keluar kamar mandi hanya menggunakan handuk sebatas paha dengan bagian atasnya yang tak memakai apa pun hingga dirinya dapat melihat roti sobek di perut suaminya. 

"Kenapa?, kamu takut kalau kamu khilaf?" Kata Alfan dengan seringaianya. 

"Jangan mimpi, udah pagi juga." Ucapnya seraya mengalihkan pandangan, bisa benar-benar khilaf nanti Dara jika terlalu lama menatap Alfan.

"Padahal aku nggak apa-apa loh kalau kamu khilaf." Masih dengan senyum saat Alfan menjawabnya.

"Pernikahan ini bukan pernikahan yang sesungguhnya, jadi kamu jangan banyak berharap sama aku. Kita hanya perlu bersikap sebagai suami istri jika di depan orang tua kita. Satu hal lagi, kamu jangan meminta aku melakukan pekerjaan selayaknya seorang istri, karena aku nggak mau dibebani oleh pekerjaan-pekerjaan itu. Aku juga bebasin kamu kalau mau dekat dengan perempuan lain, begitu pula aku berhak dekat dengan pria mana pun karena aku nggak suka di kekang." Ucap Dara panjang lebar.

"Aku nggak akan minta kamu melakukan pekerjaan rumah, karena aku punya asisten rumah tangga yang aku pekerjakan. Aku nggak akan menuntut banyak hal dari kamu, aku hanya minta satu hal sama kamu." Alfan tak langsung berbicara, dia menarik nafas dalam -dalam sebelum kemudian kembali berkata.

********

Like dan koment selalu ditunggu??

Bab terkait

  • Bukan Pernikahan Impian   Bab 2

    "Aku nggak akan minta kamu melakukan pekerjaan rumah, karena aku punya asisten rumah tangga yang aku pekerjakan. Aku juga nggak akan menuntut banyak hal dari kamu, aku hanya minta satu hal sama kamu." Alfan tak langsung berbicara, dia menarik nafas dalam -dalam sebelum kemudian kembali berkata."Aku hanya minta kamu menyayangi Kania." Ucapnya dengan tatapan penuh harap."Aku terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan, hingga Kania merasa kurang kasih sayang dari orang tuanya. Itulah sebabnya aku minta kamu agar lebih banyak meluangkan waktu untuk Kania. Setidaknya, ada orang yang menemaninya bermain, atau membacakan cerita dongeng sebelum dia tidur." Penjelasan berhasil membuat Dara merasa terenyuh."Deal." Balas Dara seraya mengulurkan tangan kanannya sebagai tanda kesepakan yang dibalas uluran tangan pula oleh Alfan."Awalnya aku kira kita butuh perjanjian hitam di atas putih, tapi sekarang kurasa tidak perlu. Karena jika kamu mengingkarinya aku punya bukt

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-01
  • Bukan Pernikahan Impian   Bab 3

    Disudut ruangan, Dara tertunduk lesu, selepas menerima panggilan telepon dari keluarganya. Bagaimana tidak, pasalnya sang bunda selalu menanyakan dirinya apakah sudah memiliki pacar atau belum. Karena menurut keluarganya seorang perempuan tidaklah baik jika sampai berumur 25 tahun tapi belum menikah. Bisa jadi bahan gunjingan tetangga. Dara mengembuskan nafas kasar lalu menenggelamkan kepalanya di antara kedua tangannya yang berada di meja."Masalah menikah lagi, Ra?" Nita bertanya seraya menarik sebuah kursi yang ada di depan Dara. Sontak saja kepalanya mendongak ke atas hingga bertemu sorot mata teduh sang sahabat. Nita merupakan salah satu sahabat dari Dara yang tahu tentang masalah yang sedang dihadapi perempuan itu. Keduanya tak pernah saling menutupi permasalahan yang sedang di hadapi. Mereka akan bercerita dan saling mencari solusi dari setiap masalah."Nggak tahu tuh, perasaan kolot banget pemikiran orang tua gue. Belum juga umur 25 udah ditodong suam

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-01
  • Bukan Pernikahan Impian   Bab 4

    “Selamat pagi, Papi."“Selamat pagi juga, Princess”.Kucium keningnya, kemudian kutarik kursi yang berada di samping tempat duduknya.“Pagi Pa, Ma”. Ucapku sambil menerima piring yang disodorkan oleh mama.“Hari ini princess cantik banget sih sayang, ada acara apa?” Tanyaku kepada gadis kecil berbando pink tersebut. Rambutnya sengaja dibiarkan terurai karena menurutnya dia akan terlihat lebih lucu dengan gayanya yang seperti itu. Tak heran karena dia juga memiliki pipi tembam yang semakin menggemaskan untuk dicubit.“Papi emangnya lupa?" Tanyanya balik kepadaku. Aku mengerutkan kening mencoba mengingat adakah hal penting hari ini. Namun sudah beberapa hitungan detik ingatan tentang janji tersebut tak jua aku temukan.“Memangnya ada apa sayang?, papi tidak ingat”. Ya mungkin karena beban pekerjaan jadi aku sering melupakan beberapa hal bahkan mungkin lupa pada hal yang penting sekali pun. Meskipun begitu aku beruntung karena di rumah aku memp

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-01
  • Bukan Pernikahan Impian   Bab 5

    "Al, masih pagi Kenapa muka loe sudah lecek gitu sih, gue setrika juga muka lu lama-lama." kata Dion yang saat ini sedang berada di dalam lift bersamaku."Tahu ah, Pusing gue Yon, pagi ini Kania ada acara di sekolahnya, gue diminta Kania datang, tapi lu kan tahu kalau hari ini ada rapat jajaran komisaris.""Lah yang rapat kan pak bos, kenapa loe yang pusing." Sekilas menoleh ke arah pria jangkung yang tiba-tiba hadir tanpa di undang. Begini nih kalau punya teman otaknya pindah ke dengkul, bikin tambah enggak semangat kerja saja. Batinku dalam hati."Loe enggak ingat kalau Pak Bos beserta keluarganya lagi ada perjalanan bisnis ke Luar Negeri. Jadi beliau mengutus gue buat jadi perwakilannya." Jelasku dengan sedikit tidak santai, sedangkan Dion yang mendengar nada suaraku malah hanya tertawa saja. Dikiranya gue badut apa. Memang antara aku dan Dion pemikiran berbeda seratus delapan puluh derajat mungkin. Ya iyalah kalau dia segenius Alfan sudah pasti

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-01
  • Bukan Pernikahan Impian   Bab 6

    Bagaimana acaranya tadi Princess?" Tanyaku kepada gadis kecil yang saat ini duduk di sampingku."Bagus banget pi, tadi ada yang bernyanyi, menari, baca puisi, pokoknya tadi aku suka banget pi." Ceritanya kepada sosok lelaki yang saat ini berada di samping sang putri dengan senyum yang tak lepas dari kedua sudut bibirnya."Princess sendiri tadi dapat bagian apa, sayang?" Masih dengan tatapan yang fokus kepada gadis kecil berbando pink dengan gaun warna putih yang menambah kesan cantik di wajah sang gadis belia tersebut."Kelas aku menampilkan drama Pih, jadi tadi aku sama teman-temanku jadi artis. Kalau sudah besar nanti Kania mau jadi artis beneran yah pi, biar terkenal dan membanggakan buat papi. Pokoknya tadi Kania seneng banget, pi." Gadis kecil yang bernama Kania tersebut menjawab pertanyaan ayahnya yang tak lain adalah Alfan seraya mulutnya memakan makanan, sedangkan sang ayah yang melihat bagaimana Kania bercerita ikut tersenyum. Kadang Alfan juga in

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-20
  • Bukan Pernikahan Impian   Bab 7

    Mata ini masih menatap komputer di depan namun pikiranku berkelana entah ke dunia mana. Sedari tadi aku hanya memandangi layar tersebut tanpa melakukan tugas-tugasku. Kubiarkan saja tugas-tugas tersebut tergeletak di atas meja, barangkali nanti mungkin akan ada orang baik hati yang membantu mengerjakan tugas tersebut.Sudah seminggu ini aku tak fokus pada pekerjaan, hingga mengakibatkan diriku yang mendapat teguran langsung dari atasan yang tak lain adalah Alfan, ya dan kalian tahu karena pria itu pula yang membuatku tak fokus pada pekerjaanku akhir-akhir ini.Kupikir dia hanya bercanda saat memintaku menjadi mami Kania, tapi ternyata aku salah. Karena pada malam dia mengantarku pulang Alfan kembali berbicara seperti itu."Aku serius Ra, sama ucapan aku tadi. Dan aku harap kamu bisa mempertimbangkannya. Aku akan menerima apapun keputusan kamu."Ya seperti itulah yang Alfan ucapkan malam itu saat kami berada di dalam mobil dengan Kania ya

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-20
  • Bukan Pernikahan Impian   Bab 8

    Pagi ini aku bangun lebih awal, semalam aku mendapat sebuah bisikan aneh agar pagi ini aku saja menyiapkan sarapan bagi penghuni rumah. Ya gimana pun aku tetaplah orang baru di kelurga ini, tak sopan rasanya jika aku terlihat malas dimata mertua. Memang pernikahan yang aku jalani bukanlah pernikahan impianku, tapi setidaknya orang tuaku menjunjung tinggi sopan santun dan itu yang sekarang coba aku terapkan pada keluarga baruku."Pagi-pagi enaknya buat sarapan apa ya?" Gumamku pada diri sendiri. Kubuka pintu kulkas, meneliti kiranya apa yang bisa kubuat dengan bahan-bahan yang masih tersedia disana."Ck, sepertinya Alfan belum belanja bulanan." Ucapku karena hanya melihat beberapa Snak kemasan ringan yang biasa jadi camilannya dan Kania. Sedangkan untuk membuat sarapan hanya ada telur dan jamur. Aku tanpa menggigit kuku jariku kebiasaan jika aku sedang berpikir."Buat nasi goreng aja kali ya." Gumamku seraya mengambil beberapa telur dari almari pendin

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-20
  • Bukan Pernikahan Impian   Bab 9

    Suasana di dalam mobil terasa canggung, tak ada yang memulai pembicaraan antara aku dan Dara hanya terdengar suara musik dari radio yang kebetulan sedang kuputar. Sesekali aku menoleh ke arahnya, atau Dara menoleh ke arahku atau kadang juga tatapan kami saling bertabrak sebelum salah satu dari kita akan segera memutuskan pandangan tersebut.Sebelumnya kami memang tak begitu akrab, hanya sesekali saja kita pergi itu pun tak pernah hanya berdua jadi wajar saja jika saat ini kita terlibat kecanggungan saat hanya berdua begini.“Kamu biasa melakukan hal seperti itu?” tanyanya yang tak kumengerti.“Maksud kamu gimana?” tanyaku balik seraya menoleh kearahnya.“Biasa ngasih orang seperti tadi?” Jawabnya. Aku kembali menoleh kearahnya. Sebelum kembali melajukan mobil karena lampu yang sudah kembali hijau.“Tidak sering juga, hanya kadang saat kebetulan terjebak situasi sep

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-20

Bab terbaru

  • Bukan Pernikahan Impian   Bab 30

    “A-aku.....” lidahku kelu, tenggorokan juga terasa serat hanya untuk menelan ludah. Pikiranku buntu, pandanganku berlari ke mana saja agar tak berserobok dengan pandangan tajam pria di depanku. Jantung... oh jangan tanyakan bagaimana detak jantungku yang jedag-jedug tak karuan sekarang. Yang mungkin saja bisa mengalahkan musik di clup malam. Duh hiperbola banget sih, Ra. Rutukku kepada diri sendiri.“Bagaimana kalau kita mencoba malam ini, Ra?” duh gusti, aku harus jawab apa?, kalau menolak takutnya dia kecewa dan tak akan meminta hal itu lagi, juga bukannya menolak suami tanpa alasan dosa, tapi kalau aku mengiyakan bisa saja Alfan menganggap aku wanita gampangan yang bisa di ajak berhubungan meski tanpa cinta. Cinta?, mungkin saja aku sudah cinta hanya saja aku tak yakin dengan Alfan. Pria itu terkenal dingin dan tertutup. Layaknya kutup utara. Bahkan selama menikah tak banyak cerita yang dia bagi kepadaku.“A...aku.”

  • Bukan Pernikahan Impian   Bab 29

    Dara sedang duduk dengan bersandar kepala ranjang. Di tangannya terdapat gawai kesayangan. Gawai dengan lambang apel di gigit. Matanya tak lepas mengawasi gambar Kania yang ada di dalamnya. Pikirannya terus berkelana kepada wanita yang sempat dia temui beberapa kali namun tak pernah tahu siapa namanya. Siapa yang menduga jika dia akan berkenalan langsung dengan seseorang ingin dia temui itu.“Embun.” Iya Dara masih ingat betul siapa nama perempuan yang tadi siang dia temui. Perempuan dengan kulit putih dan rambut hitam panjang sebatas punggung. Entah mengapa dia merasa mengenal Embun. Mata indah dan lesung pipi jika perempuan itu tersenyum seakan sering Dara lihat. Dara tak merasa asing dengan ekspresi tersebut. Sekilas Kania seperti kemiripan dengan Embun. Tapi bagaimana mungkin?, mungkin hanya pikirannya saja.“Aku pikir kamu belum pulang.” Dara terlonjak dari lamunannya. Tanpa memandang-pun Dara jelas tahu siapa pemilik suara itu. Dar

  • Bukan Pernikahan Impian   Bab 28

    Butuh waktu lebih dari empat puluh menit bagi Dara untuk sampai ke tempat tujuan. Hujan yang turun tanpa aba-aba otomatis membuat perjalanannya lebih lama. Cuaca akhir-akhir ini memang seperti tidak bersahabat. Jika pagi cerah bisa saja siang hujan turun dengan derasnya. Sama seperti hari ini. Dara tadi sempat memberi kabar kepada Gladis jika dirinya akan telat nanti dan meminta sang adik memesan beberapa makanan selagi menunggu dirinya yang masih terjebak macet. Meski siang ini kendaraan tak terlalu ramai, namun air yang menggenangi jalanan membuat Dara melajukan kendaraannya di bawah rata-rata. Dara ingin mengumpat merasakan jalanan yang tergenang air, namun dia tak ingin gadis kecil yang sedang duduk manis di kursi samping kemudinya tak nyaman. Bagaimanapun Dara ingin menjadi sosok ibu yang baik untuk Kania. Bukan karena dia ingin menunjukkan ke Alfan kalau dirinya bisa menjadi sosok ibu yang baik untuk sang putri semata wayang, melainkan memang hatinya yang seperti sudah bertaut

  • Bukan Pernikahan Impian   Bab 27

    Harusnya saat ini aku sudah mendapat jawaban tentang sosok Reyhan, namun sepertinya tuhan sedang ingin menguji kesabaranku dan memainkan teka-teki tentang siapa Reyhan. Kania yang tiba-tiba muncul dan mengatakan ingin tidur kami menjadi tersangka utamanya. Marah?, tidak mungkin bisa. Setiap langkah kecilnya memasuki pintu seakan mengundangku untuk menariknya ke dalam pelukan. Gadis kecil yang memakai baju tidur berwarna pink tersebut tak segera naik ke ranjang kami. Dirinya masih berdiri tegak di depan ranjang di mana aku dan Dara sedang duduk dan menatapnya bingung. Aku dan Dara saling pandang penuh tanya.“Hei, kenapa masih berdiri di sana, Princess?” tanyaku segera turun dari ranjang dan menghampirinya. Kania menatap bergantian antara aku dan Dara yang membuat kami semakin bingung. Kania menunduk, menyembunyikan wajahnya dari tatapan penuh tanyaku. Jemari-jemarinya saling bertautan. Kurentangkan kedua telapak tanganku guna memeluknya. Tubuhku yang lebih tin

  • Bukan Pernikahan Impian   Bab 26

    Dara yang sedang duduk di meja rias seketika menoleh ke arah Pintu begitu telinganya mendengar derit pintu yang terbuka, menampilkan sang suami yang berjalan menuju tempat tidur mereka. Alfan memilih duduk dengan bersandar pada kepala ranjang dengan tangan yang sibuk dengan gawai pintarnya. Dara sesekali mencuri pandang lewat pantulan cermin.Dara melangkahkan kakinya menuju tempat tidur begitu ritual Skin care malamnya telah selesai. Dia segera duduk di tepi ranjang , mengambil ponsel yang terletak di nakas yang berada tepat di samping ranjangnya. Dirinya menata bantal sebelum ikut duduk dengan bersandar pada kepala ranjang mengikuti posisi sang suami. Beberapa menit keduanya sibuk dengan gawai masing-masing. Denting jam dinding menjadi satu-satunya bunyi yang tercipta di ruangan tersebut.“Besok sepertinya aku ijin tidak berangkat kerja dulu.” Ucap Dara begitu meletakkan ponselnya ke nakas. Alfan menautkan kedua alisnya seakan bertanya alasan apa yang m

  • Bukan Pernikahan Impian   Bab 25

    “Di mana sih mereka?” monolog Dara pada dirinya sendiri. Matanya mengedar sekeliling kantin perusahaan yang memang selalu ramai seperti biasa. Dara telat sepuluh menit karena harus mengerjakan tugas yang tanggung untuk tinggalkan jadilah seperti sekarang. Sebenarnya Dara tidak begitu lapar, hanya saja sejak tadi Nita terus menghubunginya yang mengatakan ingin makan siang bersama dan dirinya tidak menerima penolakan. Dara mengambil ponselnya berniat menghubungi Nita namun tiba-tiba tangannya terlebih dahulu di tarik seseorang. Dara berniat melawan namun kembali dia urungkan begitu pandangannya menangkap sosok yang menarik tangannya adalah pria yang sangat di kenalnya.“Mereka duduk di meja ujung. Kalau kamu lihatnya dari sini ya tidak akan terlihat.” Alfan menarik tangan Dara, keduanya berjalan menuju meja ujung. Di sana sudah ada Nita, Arga, dan Dion. Dara duduk di antara Alfan dan Dion, sementara di depan mereka ada Nita dan Arga yang di dep

  • Bukan Pernikahan Impian   Bab 24

    Cuaca pagi hari ini terasa hangat karena matahari telah menyapa bumi dengan sempurna, namun berbanding terbalik dengan situasi di dalam sebuah mobil yang sedang di kemudikan oleh Alfan. Dua makhluk yang mengisi di dalamnya masih belum ada yang mencoba mencairkan suasana beku yang tercipta. Dara merasakan jika akhir-akhir jantungnya tak normal karena setiap berdekatan dengan Alfan jantungnya seakan berdetak lebih cepat di banding biasanya. Dara duduk di kursi penumpang dengan gelisah, beberapa kali Dara mengalihkan pandangan ke arah luar jendela lalu kembali sibuk dengan gawai pintarnya. Alfan tahu jika beberapa kali Dara mencuri pandang ke arah dirinya lewat kaca spion yang ada di dalam mobil namun dia memilih pura-pura tidak tahu dan fokus dengan stir bundarnya. Bukan karena Alfan tak ingin mencairkan suasana namun dirinya juga merasa bingung harus memulai pembicaraan tentang apa. Mereka tak ubahnya dua orang asing yang tinggal bersama hingga untuk memulai pembicaraan saja terasa s

  • Bukan Pernikahan Impian   Bab 23

    Pagi telah tiba, cahaya matahari yang masuk melewati celah gorden kamar mengusik tidur Dara. Dara menggeliat sebelum kemudian menyembunyikan wajah di dada bidang sang suami, hingga dapat di rasakan jelas hembusan nafas hangatnya oleh Dara. Dara merasakan bagian perutnya terasa berat, dirinya mengerjapkan matanya berulang, masih mencoba membiasakan dengan cahaya yang sedikit menyilaukan matanya. Pandangannya turun ke bawah hingga menampakkan tangan kekar yang melingkar erat di bagian perutnya. Meski dirasa berat, toh nyatanya Dara tak ingin menyingkirkan tangan sang pria yang sekarang mulai mengisi hatinya itu. Posisi tidur yang saling berhadapan memudahkan Dara memandangi wajah teduh sang suami. Dara merapikan bagian depan rambut Alfan yang terlihat acak-acakan tersebut dengan tangannya. Perlahan tangannya turun meraba wajah tegas namun penuh kasih sayang dan turun ke rahang kokohnya. Dara mengecup sekilas kening sang suami, sebelum sebelah tangannya menurunkan tangan po

  • Bukan Pernikahan Impian   Bab 22

    Tuhan apakah aku sudah jatuh cinta kepada Alfan dengan begitu mudahnya. Seseorang yang tak pernah aku bayangkan akan menjadi salah satu sosok yang mengambil alih duniaku. Meskipun begitu, aku masih terlalu meragu untuk mengatakan jika perasaan yang kumiliki saat ini adalah bentuk cinta dan bukan rasa kagum semata. Tuhan semoga saja aku tak salah melabuhkan hati pada pelabuhan yang semestinya.Tuhan apakah aku sudah salah karena selama ini mempermainkan ikatan yang begitu sakral?, meskipun pernikahanku yang kita jalani bukan pernikahan atas dasar saling mencintai, tapi bukankah tidak ada yang tidak mungkin menurut sang kuasa?, lalu bagaimana jika aku dan Alfan di takdirkan berjodoh?. Bukankah seharusnya aku berusaha membuat Alfan mencintaiku? Dan juga sebaliknya.Jika dulu aku pernah berdoa kepadamu agar kelak di jodohkan dengan Reyhan, maka mulai sekarang aku akan mengubahku doaku, memintamu agar melunakkan hatiku, agar lebih ikhlas menerima pria lain sebagai imamku.

DMCA.com Protection Status