Yoshiro dan Ivona sudah berada di Jepang. Mereka sudah sampai pada rumah yang telah Yuri sewa untuk mereka. Namun diluar dugaan Ivona, sebelumnya ia pikir asistennya itu akan menyewakan rumah bertingkat dan kebun yang sangat luas. Namun ternyata tidak.
Rumahnya tidak terlalu luas. Dan hanya satu lantai. Ivona sadar bahwa memang itu adalah kesengajaan. Yuri sengaja melakukan itu supaya Ivona merasa tidak betah dan kembali secepatnya.Yoshiro menaruh semua barang bawaannya di ruang tamu. Dan melihat ke segala arah untuk mengingat setiap sudut dari rumah itu."Apakah Anda ingin makan malam di luar atau di rumah?" tanya Yoshiro mengingat bahwa sebentar lagi matahari terbenam."Sepertinya lebih enak jika makan di rumah. Tubuhku masih sangat lelah saat ini. Keluar rumah dalam kondisi tubuh seperti ini hanya akan membuatku merasa kesal," balas Ivona meregangkan tubuh."Kamu bisa masak bukan?" tanya Ivona menatap ke arah Yoshiro."SayaIvona menghela nafas setelah duduk di kursi meja makan. Menyandarkan punggungnya pada kursi dengan kondisi belum melepaskan setelan jas ataupun sepatu hak tinggi miliknya.Benar-benar melelahkan. Bertemu dengan para beberapa pihak perusahan di tempat yang berbeda untuk membahas tentang perusahaan yang ia akusisi. Pandangannya tertuju pada Yoshiro yang sedang memotong beberapa bahan di meja dapur yang memang jarak dari meja makan sangatlah dekat."Apa kamu tidak memiliki rasa lelah?" tanya Ivona dengan nada lemah."Tubuh saya terlatih. Stamina saya lebih kuat jika dibandingkan dengan kebanyakan orang. Mungkin itu yang membuat saya tidak mudah merasa lelah," balas Yoshiro berniat untuk memasak daging yang kemarin ia beli."Kenapa kamu menggunakan bahasa formal padaku, tapi tidak pada Yuri?""Hmm. Mungkin karena Anda atasan saya. Sedangkan Yuri berstatus sebagai pekerja seperti saya. Itu yang membuat saya secara tidak sadar menggun
Yoshiro memasuki gang sempit di tengah-tengah kota. Gang itu sangat panjang. Untuk beberapa menit perjalanan, Yoshiro benar-benar sendiri. Sampai pada satu titik di mana gang itu benar-benar ramai. Ada perjudian, ada yang bernyanyi, bersenang-senang, dan para pelacur ada di setiap pinggir gang. Yoshiro mengabaikan itu semua. Sampai pada persimpangan. Ia memilih untuk ke kanan. Ia kembali menulusuri gang sempit itu. Sampai ia menemukan sebuah tirai yang terdapat bercak darah. Yoshiro melewati tirai itu dan sampai pada titik tujuannya.Sebuah gubuk tua yang terdapat seorang laki-laki berbadan sangat besar tanpa lengan kanan. Dan di sekeliling gubuk itu berdiri laki-laki badan penuh otot dengan tubuh penuh bekas luka memakai kimono menatap ke arahnya. Di antara semua laki-laki yang ada di sana ada dua orang yang ia kenal. Yang pertama adalah Akashi. Dan yang kedua adalah pemimpin Kelompok Sentinel, Neon Enigma. "Sepertinya kamu sudah lebih kuat dari pertemu
Neon, Akashi, dan Scars mengamati pertarungan yang terjadi. Yoshiro terlihat kewalahan. Bukan karena kalah jumlah. Melainkan juga karena kemampuan anak buah Neon lebih kuat jika dibandingkan dengan orang-orang yang pernah dilawan oleh Yoshiro. Namun Yoshiro terlihat tidak menyerah. Yoshiro tetap melawan semua orang itu. Mencari celah untuk melakukan serangan. Dan berusaha sebisa mungkin untuk menghindari serangan yang mengarah pada titik vitalnya. "Kenapa dia terlihat lemah?" tanya Scars pada Akashi. "Hmm, dia memang seperti itu. Pada awal pertarungan dia akan bermain-main sembari mengamati dan mempelajari kemampuan beladiri musuh-musuhnya. Dan saat dia sudah tertekan, dia baru mulai serius," balas Akashi melipat kedua tangannya di depan dada. "Kenapa BigBoss terlihat menyukainya?" "Lihatlah dengan baik-baik sekarang. Delapan belas orang melawan satu orang. Mereka lebih kuat dari Yoshiro. Namun dia tidak kab
Neon menghilangkan senyuman di bibirnya. Laki-laki yang dulu ia tinggalkan, kini sudah kembali kepadanya sebagai petarung yang kuat.Sedangkan Yoshiro sendiri menyeka darah segar yang keluar dari bibirnya menggunakan tangan. Pertarungan yang cukup sengit. Namun Yoshiro rasa itu belum memuaskannya. Butuh sesuatu yang lebih supaya Yoshiro bisa lebih berkembang setelah keluar dari sana."Hebat, 'ya. Tapi sayang sekali. Aku masih tidak ada niatan untuk bertarung melawanmu," ujar Neon berdiri menghadap Yoshiro."Kenapa?" tanya Yoshiro dengan wajah malas."Kamu sudah berubah. Aku tidak bisa melihat dirimu yang dulu dalam tubuhmu yang sekarang.""Aku rasa kamu benar. Aku yang sekarang memiliki seorang teman. Ada seseorang yang ingin aku lindungi. Tidak seperti dulu lagi."Neon mengangguk kecil. Yoshiro memiliki teman. Itu yang sudah ia ingin lihat dari dulu. Hanya saja karena keterbatasan waktu, ia harus pergi lebih dulu sebelum bisa me
Ivona membuka pintu kamarnya saat mendengar suara dari arah luar. Sudah lewat dari tengah malam dan Yoshiro baru pulang. Ivona ingin marah karena ia sudah lama sekali menunggu laki-laki itu. Namun amarah Ivona tertahan saat melihat wajah laki-laki itu terluka.Ivona mendekat ke arah Yoshiro yang berdiri mematung di dekat sofa. Menyentuh bagian dagu laki-laki itu dan menggerakkannya ke arah kanan lalu kiri untuk memastikan bagian mana saja yang terluka."Kenapa?" tanya Ivona mengamati luka-luka yang ada di wajah Yoshiro."Saya tidak sengaja bertemu dengan preman," balas Yoshiro mencoba menutupi kejadian sebelumnya."Sebelum itu, kamu dari mana saja? Bukankah aku sudah mengatakan bahwa sebelum matahari terbenam kamu harus sudah berada di kamar?" "Saya berlari mengelilingi taman yang jaraknya tidak terlalu jauh dari sini.""Sudah dua kali kamu mengabaikan perkataanku. Bukankah kamu harus menyesali itu dan meminta maaf kepadaku?"
Ivona mencoba duduk setelah terbangun dari tidurnya. Melihat langit dari kaca kamar yang masih gelap. Menandakan bahwa ia terbangun sebelum matahari terbit. Matanya beralih menuju jam dinding. Jam 03.21. Masih terlalu pagi untuk Ivona bangun.Kepalanya terasa sangat pusing. Badannya juga terasa tidak nyaman. Ia merasa sangat ingin muntah. Ivona berniat untuk melaporkan itu pada Yoshiro, namun saat ia melihat ke sisi kasur sebelehnya, ternyata tidak ada siapa pun di sana. Sebelumnya ia masuk kamar dan tidur lebih dulu setelah makan malam. Sehingga ia berpikir bahwa Yoshiro menggunakan kesempatan itu untuk tidur di luar.Namun tidak lama suara gagang pintu terdengar. Pandangan Ivona beralih menuju pintu dan melihat Yoshiro masuk ke dalam kamar dengan membawa sebuah mangkok dan handuk kecil yang telah dilipat."Sepertinya kita harus menunda rencana kita hari ini," ujar Yoshiro menaruh mangkok berisikan air hangat itu di atas nakas dan duduk di sisi sofa."Kamu bekerja terlalu keras akhir
Pesta terjadi di wilayah kekuasaan Sentinel. Karena beberapa waktu lalu, Akashi berhasil menjalankan tugas untuk menyingkirkan Lucas Archine. Dan mereka mendapatkan bayaran yang sangat besar.Neon memandangi semua orang yang sedang berpesta dalam keadaan mabuk di sekitar api unggun. Ditemani oleh Akashi yang berdiri di belakangnya. "Kamu semakin melemah, 'ya," ujar Neon dengan nada halus."Menurut saya tidak demikian," balas Akashi menatap ke arah yang sama dengan Neon."Lalu mengapa kamu tidak berhasil memenangkannya?""Karena saya menahan diri. Saya mengerti bahwa Yoshiro satu-satunya kandidat yang akan memimpin organisasi ini di masa depan menggantikan Anda. Jika saya serius dalam pertarungan itu, maka dia akan terbunuh. Dan ada kemungkinan juga Anda akan membunuh saya, saat Anda melihat Yoshiro terbunuh.""Di mataku, kamu melemah. Kemampuan beladirimu masih sama. Hanya saja keyakinanmu yang lemah. Jika kamu masih sama seperti dulu saat kita bertemu, maka sudah dipastikan Yoshiro
Yoshiro datang ke kantor pusat untuk menggantikan posisi Yuri yang sedang melakukan tugas lainnya sehingga tidak bisa berada di sisi Ivona.Yoshiro masih berada di ruang ganti. Melepaskan sepatu sekolahnya dan menggantinya dengan sepatu formal yang dulu ia beli dengan Yuri.Gerakan Yoshiro berhenti dan pandangannya menatap ke arah pintu masuk ruang ganti saat menyadari ada suara langkah kaki. Ia kebingungan saat melihat ada seorang perempuan cantik dengan perkiraan usia tidak jauh beda dengan Ivona masuk ke ruang ganti laki-laki."Maaf, tapi ini ruangan ganti laki-laki," ujar Yoshiro dengan tenang."Aku tau itu. Aku memang sengaja. Karena jika tidak sekarang, maka aku tidak akan bisa melihatmu," ujar perempuan itu dengan kedua tangan berada di belakang tubuh.Fei Olivia. Kakak perempuan dari Ivona Olivia. Namun Yoshiro tidak mengetahui itu. Di mata Yoshiro sekarang, Fei adalah orang asing yang secara sengaja memasuki ruang ganti laki-laki."Apakah Anda ada keperluan dengan saya?" tany
Yoshiro membuka matanya. Pandangannya tertuju pada langit-langit ruangan yang ia yakin itu adalah ruangan direktur, atau lebih tepatnya ruangan Fei. Yoshiro mengingat kejadian di mana ia diberi minum dan kehilangan kesadarannya. Ia jatuh ke lantai. Namun kepalanya sama sekali tidak merasakan sakit akibat kerasnya lantai. Ia merasa ada sesuatu yang lembut menjadi bantalan dari kepalanya. Dan saat ia mencari tau ternyata itu adalah paha dari seorang Ivona. Ivona duduk di lantai dengan bagian punggung bersandar di tembok, sedangkan Yoshiro masih dalam posisi tidur terlentang di atas lantai dan menggunakan paha Ivona sebagai bantalan. Ivona dalam keadaan sadar dan melihat dengan jelas Yoshiro sudah membuka matanya. Ivona menggerakkan tangannya. Mengelus kening Yoshiro dengan lembut. "Kenapa kamu berada di sini?" tanya Yoshiro. "Tidak ada. Aku hanya bosan di rumah," balas Ivona menggeleng pelan. "Ap
Ivona berlari kencang menuju ke ruangan kerjanya dulu setelah membaca pesan yang dikirimkan oleh Fei. Ia membuka pintu dan melihat tubuh Yoshiro yang sedang terkapar di lantai.Ivona berjalan cepat masuk ke arah dalam dan membiarkan pintu tertutup dengan sendirinya. Namun saat beberapa langkah ada yang mencengkeram tangannya dan mendorong tubuhnya menjauh.Fei muncul. Tidak membiarkan Ivona mendekat ke arah Yoshiro."Apa yang kamu lakukan sebenarnya? Apakah kamu ingin meruntuhkan perusahaan yang susah payah keluarga kita bangun? Apakah kamu mau merusak nama baik keluarga hanya karena laki-laki seperti dia?" tanya Fei dengan nada keras."Apa yang kamu tau? Sejak awal kamu tidak ada di sisiku. Kamu tidak ada saat aku menjatuhkan pilihanku padanya. Lalu mengapa kamu bersikap seakan-akan mengerti akan segala kondisiku?" tanya Ivona berjalan mendekati Fei dengan mata melotot."Lalu menurutmu aku harus diam saja saat dia dekat dengan seorang la
Fei dan Yoshiro berjalan dari lantai satu ke lift. Tujuan lantai 65. Fei baru saja datang setelah mengunjungi perusahaan cabang. Sedangkan Yoshiro baru saja selesai mengumpulkan dokumen yang harus diserahkan dan ditandatangani oleh Fei.Menurut Fei, Yoshiro bisa melakukan segala pekerjaannya dengan baik dan cepat. Kekurangan Yoshiro hanyalah tidak bisa bekerja penuh waktu. Laki-laki itu masih bekerja paruh waktu dikarenakan sekolah. "Apa kamu berniat untuk bekerja di sini setelah lulus?" tanya Fei setelah pintu lift terbuka dan masuk ke dalam lift."Saya belum memikirkan itu. Saya masih berada di tingkat High School. Dan masih kelas dua. Saya masih butuh satu tahun untuk lulus dari sana. Dan berniat untuk melanjutkan kuliah," jawab Yoshiro mengikuti Fei masuk ke dalam lift. "Aku lupa kalau kamu masih tujuh belas tahun. Masih terlalu dini untukmu memikirkan pekerjaan seperti ini. Lalu kenapa adik bodohku itu menyerahkan pekerjaan ini padamu?"
Ivona kembali ke rumah Yoshiro setelah dari salon. Yuri mengantarkannya menggunakan mobil. Ivona sampai rumah tepat sesaat setelah matahari terbenam. Yang mengartikan bahwa Yoshiro juga sudah berada di dalam rumah.Ivona masuk ke dalam rumah. Ingin mengejutkan Yoshiro dengan penampilan barunya. Rambut yang tadinya sepanjang pinggang, kini sudah ia potong sepanjang bahu. Dengan model layer hair, membuat penampilan Ivona berbeda dari sebelumnya.Ivona mendengar suara dari arah kamarnya. Ia berpikir bahwa Yoshiro mungkin saja ada di sana untuk membersihkan kasur. Ivona melangkahkan kakinya ke sana. Dan benar. Ada Yoshiro di dalam sana."Yoshiro," ujar Ivona dengan wajah sangat gembira.Yoshiro berbalik. Menatap Ivona. Ia sadar ada yang berbeda dari penampilan Ivona. Rambut. Yoshiro diam dalam waktu yang cukup lama dengan pandangan mengarah pada rambut Ivona."Itu terlihat sangat cocok denganmu," ujar Yoshiro tersenyum lebar."Benark
Ivona masuk ke dalam kamar Yoshiro. Ada Serena yang sudah tertidur dalam kondisi miring membelakangi sisi kasur yang kosong. Ivona duduk lalu merebahkan tubuhnya di kasur. Terasa lebih empuk dari kasur yang ia gunakan di rumah Yoshiro. Namun entah mengapa terasa ada yang kurang. Walau sama-sama ada dua orang di kasur yang sama. Ivona merasa tidak nyaman dengan keberadaan Serena. Sejak awal ia tau bahwa Serena akan tinggal di apartemen itu, ia benar-benar ingin menolak dan menyuruh perempuan itu pergi. Namun ia tidak bisa melakukan itu karena Sheila sudah nyaman dengan keberadaan perempuan itu. "Sejak kapan Anda mengenal Yoshiro?" tanya Serena sedikit mengejutkan Ivona. "Aku tidak memiliki waktu untuk mengingat kejadian kecil seperti itu," balas Ivona. "Kalau begitu, bagaimana bisa Yoshiro bekerja untuk Anda?" "Dia tidak bekerja untukku. Dia bekerja untuk kakakku. Dia akrab dengan sekretarisku."
Ivona dan Yuri berada di balkon. Mereka membiarkan udara malam menerpa wajah cantik mereka. Sedangkan Yoshiro, Sheila, dan Serena sudah berada di kamar. Bersiap untuk tidur."Jadi bagaimana keadaan kantor?" tanya Ivona menaruh kedua tangannya di atas railing balkon."Semua baik-baik saja. Kakak Anda sangat paham perihal bisnis dan cara mengelola perusahaan. Jadi saya rasa Anda bisa tenang dan menggunakan waktu yang ada untuk istirahat," balas Yuri."Apakah Anda berniat untuk mengambil kembali perusahaan?" tanya Yuri melirik Ivona."Tidak. Aku akan membiarkannya untuk sementara," jawab Ivona."Benar katamu, aku akan mencoba menikmati kondisi yang sekarang. Lagipula ada Yoshiro di sisiku. Dia lebih bisa diandalkan dibandingkan dengan apa yang aku pikirkan sebelumnya. Tanpa aku sadari, semua kebutuhanku bisa dipenuhi olehnya," lanjut Ivona.Yuri pun mendengarnya bahwa Yoshiro masih berada di kantor pusat. Menjadi asisten utama Fei O
Ada total lima orang di meja makan. Dengan meja makan penuh dengan berbagai makanan. Mulai dari daging, sayuran, dan beberapa makanan instan yang sudah digoreng.Empat orang perempuan. Dan satu laki-laki. Sheila, Serena, Yuri, Ivona, dan Yoshiro. Serena sendiri sudah diberitahu lebih awal kalau rekan kerja Yoshiro sering datang untuk makan malam bersama. Serena sudah menyiapkan diri untuk bertemu dan berbicara dengan mereka. Namun Serena tidak menyangka bahwa rekan kerja Yoshiro adalah Ivona Olivia. Seorang ketua umum dari Partai Unity. Dan pemilik dari berbagai perusahaan yang sudah berdiri di berbagai titik.Seorang perempuan yang bahkan tidak akan pernah bisa Serena tandingi. Baik secara kecantikan, pencapaian, dan kesuksesan."Sangat jarang sekali kamu bisa datang untuk makan malam bersama," ujar Sheila pada Yuri."Untuk sementara waktu, saya dipindahkan ke kantor cabang. Sehingga saya memiliki banyak waktu lenggang," jawab Yuri."Apa
Serena terkejut saat melihat ada sepatu laki-laki di rak sepatu. Memikirkan kondisi yang ada, Serena menebak bahwa sepatu itu milik Yoshiro. Laki-laki itu kembali ke apartemen karena perintah dari Sheila."Aku pulang," ujar Serena dengan ragu melangkah ke arah ruang tengah.Serena melihat ke sekitar. Sampai pada satu titik ia mendapati ada dua orang yang sedang duduk berhadapan di meja makan. Serena meletakkan tasnya di sofa dan berjalan menuju ke arah meja makan. Tebakannya benar. Ada Sheila dan Yoshiro di sana. Sheila menatap ke arah Serena. Memberikan isyarat melalui mata dan gerakan kepala pada Serena untuk duduk di kursi kosong di samping Yoshiro. Serena duduk. Suasana hatinya yang tadinya terasa nyaman tiba-tiba merasa khawatir."Apakah kamu sudah mengatakan pada Serena?" tanya Sheila menatap ke Yoshiro."Aku akan pergi ke luar negeri setelah ajaran tahun ini berakhir," ujar Yoshiro menyandarkan punggungnya pada kursi."Su
Ivona memasuki area dapur. Menatap ke seorang laki-laki menggunakan kemeja putih yang sedang memasak. Ivona berpikir bahwa laki-laki itu pasti sedang kelelahan sekarang. Karena jadwal laki-laki itu sangatlah padat. Pagi sampai siang, Yoshiro harus bersekolah. Lalu sepulang sekolah, Yoshiro harus ke kantor untuk menjadi asisten Fei. Dan ketika pulang ke rumah, laki-laki itu harus mengurus pekerjaan rumah. Memasak, menyapu, mencuci. Berbanding terbalik dengan Ivona yang seharian hanya tidur di kasur dan memainkan ponselnya."Tunggu saja di kamar atau ruang tengah," ujar Yoshiro masih fokus memotong kecil cabai."Aku bosan seharian di rumah," keluh Serena mendekat ke sisi Yoshiro."Bukankah ini baik untukmu? Kamu sudah bekerja sangat keras beberapa tahun belakangan. Jadi ambillah waktu untuk istirahat lebih banyak. Tidak perlu memikirkan tentang pekerjaan. Biar aku saja yang bekerja.""Apa kamu tidak lelah?""Tidak juga.