Yoshiro membukakan pintu saat ada seseorang yang memencet bel unit apartemennya. Ia cukup terkejut saat melihat kehadiran Ivona tanpa Yuri. Karena bisanya perempuan itu selalu didampingi oleh Yuri. Apalagi saat malam hari seperti ini.
Ivona masuk ke dalam unit apartemen sesaat setelah Yoshiro membuka lebar pintu. Melepaskan masker, topi, dan mantel tebal yang ia kenakan untuk menutupi identitasnya.Yoshiro berjalan di belakang Ivona. Mengambil seluruh barang yang dibuang Ivona dan menyimpannya di atas meja."Bagaimana kondisimu?" tanya Ivona duduk di atas sofa."Tubuh saya mulai membaik. Luka saya pun sudah mulai menghilang," balas Yoshiro berdiri di sisi Ivona."Bukankah hari itu aku memerintahkanmu untuk menyingkirkan Yuki. Kenapa kamu tidak pergi saat Aewon datang?""Ada nona Yuri di sana. Jika saya pergi bersamanya, kemungkinan besar Aewon akan mengejar dan melihat nona Yuri. Jadi mau tidak mau, saya harus tetap tinggal danYoshiro menghela nafas panjang setelah semuanya berakhir. Ivona pun merebahkan tubuhnya di samping Yoshiro. Menggunakan tangan Yoshiro yang merentang ke samping sebagai bantalan.Kepala Yoshiro bergerak ke sisi kanan. Atau lebih tepatnya menatap ke arah Ivona. Perempuan itu sama sepertinya. Tidur di atas kasur tanpa sehelai kain pun di tubuhnya.Kondisi sangat hening saat itu. Sampai ada telepon Ivona yang berada di nakas samping kasur berbunyi. Ivona duduk di atas kasur. Mengambil ponselnya. Lalu membuangnya ke arah Yoshiro."Jawab dan katakan aku tertidur di apartemenmu," ujar Ivona setelah membuang ponselnya ke arah Yoshiro.Yoshiro mengambil ponsel itu. Melihat nama Yuri terpampang di sana. Menekan tombol hijau untuk menjawab panggilan telepon itu. Dan saat ia ingin menjawab telepon itu, bagian dadanya terasa sesak. Karena Ivona yang tadinya duduk di pinggir kasur, kini kembali tiduran dengan memanfaatkan dada bidang Yoshiro sebagai bantalan.
Yuri dan Ivona masih berada di kantor walau jam kerja sudah selesai. Pukul 20.13. Ivona masih mengerjakan tugas yang tersisa. Dan Yuri masih menunggu Ivona. Bersiap sedia jika seandainya Ivona membutuhkan bantuannya."Saya dengar besok pagi ibu Yoshiro akan operasi. Apakah Anda akan meluangkan waktu mengunjunginya?" tanya Yuri mengecek jadwal pekerjaan Ivona besok."Tidak. Aku rasa aku tidak memiliki waktu untuk itu. Aku akan menemuinya lain waktu," balas Ivona masih mengecek berkas-berkas yang ada di mejanya."Tapi, bukankah Anda terlalu baik hati? Memindahkan ibu Yoshiro ke Rumah Sakit Orion dan mempercepat jadwal operasinya?""Anggap saja itu adalah bonus. Karena Yoshiro sudah melakukan pekerjaannya dengan baik."Ivona terlihat dingin. Namun itu terasa berbeda jika memang sudah akrab. Yuri adalah salah satu saksi hidup atas kehangatan seorang Ivona. Perempuan dengan uang tak terbatas itu sudah beberapa kali membantu kehidupan Yuri. Bah
Jika bisanya Serena dan Yoshiro menghabiskan waktu di taman saat istirahat. Kini mereka tidak keluar dari kelas Serena. Yoshiro menemani perempuan itu. Duduk di kursi. Menaruh kepalanya di atas meja Serena. Dan menutup matanya.Serena sendiri masih sibuk menggerakkan jari-jarinya yang menempel pada layar ponsel. Mencari hal-hal menarik dari media sosialnya."Jangan tidur di sekolah. Apakah rumahmu roboh sehingga membuatmu tidak bisa tidur malam tadi?" tanya Serena menegur Yoshiro."Aku tidak tidur semalam. Ada kucing masuk ke dalam rumahku. Dia memaksaku untuk bermain dengannya sampai matahari terbit. Aku bahkan tidak sempat sarapan pagi ini," balas Yoshiro mengangkat kepalanya dari meja."Apakah kamu memiliki makanan?" tanya Yoshiro menopang dagunya."Apakah kamu sedang memalakku? Aku ini atasanmu," tanya Serena balik."Aku tidak akan meminta makanan padamu, jika kamu mau pergi ke ruang makan. Aku terpaksa di sini untuk menemani
Setelah cukup lama berada di dalam bathtub yang berisikan air hangat, Ivona menyandarkan punggungnya pada dada bidang laki-laki yang berada di belakangnya.Yoshiro juga berada di bathtub itu. Tanpa busana. Sama seperti Ivona. Yang membuat orang lain yang melihat keberadaan mereka pasti akan langsung mengetahui apa yang terjadi pada mereka sebelumnya."Kenapa kamu selalu saja mengeluarkannya di mukaku? Bukankah aku sudah mengatakan bahwa perawatan mukaku sangat mahal?" tanya Ivona menampung air hangat yang ada di dalam bathtub dengan telapak tangannya dan membasuhnya ke muka."Saya tidak tau harus mengeluarkannya di mana. Dan jika saya mengeluarkannya di dalam, maka pasti Anda akan membunuh saya," balas Yoshiro mengampit tubuh Ivona yang duduk di depannya menggunakan kedua kakinya yang tadinya lurus."Jangan pernah berpikir untuk mengeluarkannya di dalamku. Dan mulai besok, jika kamu mengeluarkannya di wajahku lagi, aku akan memotong setengah gaji
Keenan duduk di atas kap mobilnya sembari menghisap batang rokok yang sudah ia bakar. Menatap ke arah pertarungan yang terjadi di hadapannya.Perebutan wilayah. Itu sudah sering sekali terjadi. Sehingga Keenan tidak perlu lagi khawatir. Ditambah lagi ia percaya dengan para anak buahnya. Kalau pun memang anak buahnya kalah, maka Keenan akan langsung turun tangan. Yang tentu saja, Keenan tidak akan menahan diri dan memenangkan pertarungan itu dalam sekejap mata.Keenan mengampit batang rokoknya di jadi tengah dan jari telunjuk. Menghembuskan asap yang tertampung di mulutnya. Lalu menatap ke bagian atas mobilnya. "Sejak kapan kamu berada di sana?" tanya Keenan menatap seorang laki-laki menggunakan jaket berwarna hitam bercampur biru yang sedang duduk di atap mobilnya.Laki-laki dulu yang pernah bertarung dengannya. Laki-laki yang memiliki kemampuan untuk meniru kemampuan orang lain. Yoshiro."Baru saja. Aku hanya sedang menuju ke arah rumah
Yoshiro yang seharusnya ikut bertarung untuk membantu pasukan White Owl, ternyata tidak benar-benar membantu sepenuhnya. Yoshiro melawan semua orang yang berada di jangkauan pandangannya.Tidak peduli orang itu berasal dari White Owl. Atau anak buah dari Galil Fal. Yoshiro terlalu menarik perhatian. Laki-laki muda itu bertarung dengan pergerakan yang indah di tengah-tengah area pertempuran. Membuat pasukan White Owl dan anak buah Galil lebih fokus untuk menyerang Yoshiro dan melupakan pertarungan antara dua kelompok mereka.Semuanya tertuju pada Yoshiro. Keenan dan Aewon yang sedaritadi mengamati pun paham bahwa sejak awal Yoshiro memang tidak memiliki niat untuk membantu. Yoshiro datang untuk bersenang-senang."Apakah dia berhasil meniru kemampuan Yuki dengan sempurna?" tanya Keenan menyodorkan kotak rokok yang sudah terbuka ke arah Aewon."Aku rasa dia tidak menggunakan seluruh kemampuan Yuki dalam pertarungan ini. Dia hanya meniru kemampuan Yuki untuk menghindar atau menahan serang
Sheila membuka matanya secara perlahan. Ia masih merasakan pusing pada bagian kepalanya. Namun ia masih bisa merasakan dan menggerakkan tubuhnya.Tatapannya masih tertuju pada langit-langit ruangan. Memikirkan apa yang sebenarnya terjadi sebelumnya. Sampai pada akhirnya ia mengingat detik-detik di mana ia masuk ke dalam ruangan operasi. Ia menengok ke arah samping. Berharap ada anaknya di sana. Namun tidak. Ada seorang perempuan menggunakan mantel tebal berwarna cokelat duduk di sofa dekat kasur tempatnya berbaring sekarang. Seorang perempuan cukup cantik dengan rambut hitam legam panjang. Sedang menatap ke arahnya."Apakah Anda merasa ada yang sakit pada tubuh Anda?" tanya perempuan itu berdiri dan berjalan mendekat ke arah Sheila."Siapa kamu?" tanya Sheila menatap ke wajah perempuan yang tak pernah ia lihat sebelumnya."Saya Yuri. Saya dan anak Anda bekerja di tempat yang sama. Anak Anda sedikit terlambat karena ada beberapa pekerjaan yang tidak bisa ditinggal. Jadi saya yang dimi
Ethan Wesl kembali bersekolah setelah sekian lama diskors karena terbukti bertarung dan membuat murid beasiswa trauma. Sejak awal kecil Ethan memang seperti itu. Mencari orang yang menjadi pemimpin dari sesuatu kelompok, menantangnya berkelahi, dan merebut kelompok yang dimiliki oleh orang itu. Dan kebiasaan itu terbawa sampai sekarang. Ethan mengemas barang-barang sekolahnya. Berniat pulang setelah sepanjang hari mendengarkan ocehan guru yang bahkan tidak ada materi pun yang ia mengerti. "Oh, Serena. Aku baru menyadarimu. Aku pikir tadi siapa," ujar Ethan saat matanya tak sengaja menatap ke arah Serena. "Jika kamu ingin tidur, tidak perlu pergi ke sekolah. Tidurlah di rumah. Anggap saja masa skorsingmu masih berlaku," tegur Serena menyadari sejak awal kelas dimulai, Ethan menaruh kepalanya di atas meja sampai jam pulang. "Ah, perempuan ini masih ketus seperti dulu," ujar Ethan menggaruk kepalanya. "Bagaimana bisa kamu berpacaran dengan perempuan sepertinya?" tanya Ethan
Yoshiro bersantai di dalam bathtub yang berisikan dengan air hangat. Menatap ke arah televisi berukuran 43 inci yang terpasang di dinding. Menyimak berita siaran ulang tentang Ivona yang mengadakan konferensi pers terkait pemecatan Nova Wesl. Yoshiro belum bertemu dengan Ivona sehingga Yoshiro belum tau alasan pasti mengapa perempuan itu mengambil tindakan itu. Yoshiro menatap ke arah pintu masuk yang jaraknya cukup jauh dari bathtub saat mendengar suara gagang pintu. Dan secara kebetulan perempuan yang muncul di siaran ulang, kini muncul di hadapannya. Mengunci pintu kamar mandi dari dalam. Melepaskan sepatu hak tinggi dan segala pakaian kerjanya. "Di mana ibumu?" tanya Ivona menyalakan shower dan membasahi seluruh tubuhnya. "Saya tidak tau. Tapi kemungkinan ibu saya sedang keluar untuk membeli bahan makanan makan malam," jawab Yoshiro menyalakan suara televisi sekeras mungkin supaya suara mereka tidak keluar dari luar. "A
Kemampuan bertahan milik Yuki. Teknik pukulan milik Aewon. Dan teknik tendangan milik Keenan. Martin melihat itu semua pada diri Yoshiro saat ini. Membuat Martin merasa sedikit tertarik dengan bakat yang dimiliki oleh anak muda itu.Meniru kemampuan beladiri orang lain dan menyempurnakan semua teknik dari berbagai orang dalam satu tubuh. Itu bukanlah sesuatu yang mudah. Dan Martin tidak pernah melihat itu sebelumnya.Sedangkan di satu sisi lain, Keenan merasa ada yang aneh. Yoshiro terlihat seperti bergerak di luar kendali. Seakan-akan ada yang mendorongnya untuk segera menyelesaikan pertarungan itu dengan cepat. Tidak seperti Yoshiro biasanya yang selalu menikmati segala pertarungan dan suka mengulur waktu."Hujan, 'ya? Apakah karena ini?" tanya Keenan menatap ke arah luar kaca. Atau lebih tepatnya ke arah air hujan yang turun sangat deras.Semua orang yang mafia, Yakuza, ataupun kelompok pembunuh bayaran tau bahwa Aewon sangat berbahaya saat huj
Martin menatap secara saksama pertarungan yang terjadi di gedung olahraga. Yoshiro menggunakan tangan kosong. Dan Galil menggunakan pedang katana. Keuntungan penuh ada di sisi Galil. Hanya saja Martin merasa bahwa pertarungan yang ada tidak berjalan sesuai dengan keinginan Galil. Seakan-akan Galil bertarung sesuai dengan kemauan Yoshiro. Semua orang yang ada di sana pun menyadarinya bahkan Yoshiro tidak sama sekali merasakan tekanan atas kondisi yang menguntungkan Galil. Tidak ada satupun tebasan Galil yang dapat mengenai titik vital Yoshiro. Dan Yoshiro terus bisa bergerak ke sana ke mari sesuka hatinya. "Apa yang sedang dia lakukan?" tanya Martin pada Aewon. "Mengulur waktu. Dia selalu seperti itu. Bertarung sesuka hatinya di awal. Dan mulai serius setelah mendapatkan luka fatal," balas Aewon mengamati pergerakan Martin. "Bukankah kamu sudah pernah bertarung dengannya sebelumnya? Lalu mengapa dia masih ber
Yuri masuk ke dalam ruangan kerja Ivona setelah menjawab sebuah sambungan telepon. "Yoshiro bertemu dengan perdana menteri dan memprovokasinya," ujar Yuri melaporkan keadaan yang ada.Ivona diam sejenak. Ia mengenal baik bagaimana sikap Martin. Tidak mungkin orang sepertinya akan meladeni tingkah anak kecil seperti Yoshiro. Sehingga Ivona yakin kalaupun memang ada pertarungan di sana, maka yang akan bertarung bukanlah Martin ataupun orang bawaan Martin."Siapa yang akan dilawan oleh Yoshiro?" tanya Ivona mengambil ponselnya."Galil Fal. Pengawal dari Keluarga Wesl," jawab Yuri. "Wesl? Bukankah kepala keluarga mereka anggota partaiku?" "Benar. Nova Wesl. Dan anaknya Ethan Wesl."Ivona bukanlah tipe ketua partai yang sering menghabiskan waktu bersama dengan anggota partainya. Apalagi dengan anggota partainya yang berjenis kelamin laki-laki. Ivona bahkan tidak pernah mau datang jika seandainya ada undangan minum yang ber
Pertemuan antara orang tua dilaksanakan di sekolah. Untuk membahas beberapa hal termasuk progam studi lanjutan, serta penerimaan hasil laporan sementara terkait nilai siswa.Itu dilaksanakan di dua hari yang berbeda. Hari pertama akan didatangi oleh orang tua dari murid kelas elite. Sedangkan hari kedua didatangi oleh orang tua dari murid kelas beasiswa.Hari ini adalah hari di mana para orang tua murid kelas elite menampilkan kekayaaan yang mereka punya. Mereka membawa mobil yang sangat mahal. Menggunakan setelan jas serta barang-barang mewah. Serta membawa pengawal dengan nama besar.Martin Mcknight. Seorang perdana menteri datang dan menjadi pusat perhatian. Tubuh laki-laki itu benar-benar besar, melebihi tubuh orang pada umumnya. Serta dipenuhi oleh otot. Membuat semua orang yang melihat kedatangan perdana menteri itu tidak berani bertindak macam-macam."Sepertinya baru kali ini kita bertemu setelah sekian lama," ujar Martin menatap seorang la
Kazue dan Serena berdiri di sisi danau. Menikmati hawa dingin dari angin malam. Serena baru saja selesai melakukan pemeriksaan rutin. Ia tidak mau langsung pulang ke rumah karena di rumah tidak ada siapa pun. Ayahnya sedang ada tugas di luar. Sehingga Serena meminta Kazue untuk membawanya ke danau yang pernah dikunjunginya bersama Yoshiro. Jika saja saat itu Yoshiro tidak membawanya ke sana, Serena tidak akan tau bahwa ada danau dengan pemandangan sebagus itu sampai detik ini. "Dari mana Nona Muda tau tentang danau ini?" tanya Kazue berdiri di belakang kursi roda Serena. "Yoshiro pernah membawaku ke sini," balas Serena. "Sepertinya pengetahuannya tentang tempat-tempat sepi seperti ini cukup bagus." "Tempat ini lebih bagus jika datang sesaat sebelum matahari terbenam." "Benarkah? Saya akan datang lain waktu untuk memeriksanya." Suasana hening. Serena menikmati keindahan air danau
Ivona bangun dalam kondisi terkejut saat melihat ada seorang perempuan melintas di hadapannya. Ia memegang dengan sempurna selimut yang menutupi tubuhnya. Ia teringat bahwa ia sedang berada di apartemen Yoshiro.Selama ini, ia berada di apartemen Yoshiro untuk tidur bersama laki-laki itu. Menghabiskan malam bersama sampai lupa waktu. Ia berpikir bahwa ia ketiduran saat sedang melakukan itu bersama dengan Yoshiro. Dan masih dalam kondisi telanjang. Namun ternyata tidak. Ia masih menggunakan kemeja putih miliknya. Terkejutnya Serena membuat Sheila dan Yoshiro yang berada di sana pun ikut terkejut. "Kenapa? Apakah ada yang salah?" tanya Sheila menatap Ivona dengan cemas."Tidak. Aku hanya bermimpi buruk," balas Ivona memegang keningnya. Yoshiro datang membawa sebotol air mineral dingin yang ia ambil dari kulkas dan memberikannya pada Ivona. Ia tidak tau apa yang terjadi pada perempuan itu. Namun setidaknya dengan seteguk air putih bisa me
Sheila baru saja kembali dari supermarket untuk membeli beberapa sayur dan daging menggunakan kartu kredit milik Yoshiro. Ia berniat untuk memasak sebelum Yoshiro datang. Anaknya itu akan datang sedikit lebih malam karena pekerjaannya ada yang belum selesai. Saat sampai di unit apartemen milik Yoshiro, Sheila mendapati pintu apartemennya terbuka sedikit. Ia berpikir bahwa mungkin saja Yoshiro datang lebih awal. Namun setelah ia masuk dan menutup pintu rapat-rapat, ia mendapati sepatu hak tinggi berwarna hitam. Itu bukan miliknya ataupun milik Yoshiro. Menandakan bahwa ada orang lain di dalam sana. Sheila masuk ke area ruang tamu. Ia mendapati seorang wanita yang sangat cantik sedang duduk di sofa. Seorang wanita dengan kulit seputih salju. Rambut hitam berkilau sepanjang pinggang. Dan badan ideal yang terlihat jelas walau sedang menggunakan kemeja berwarna putih. "Siapa?" tanya Sheila setelah sadar dari lamunannya. "Ah, ini
Brain dan Ethan duduk di kursi VVIP pada gedung sikuit balap milik Keluarga Mcknight. Mereka menatap ke arah lintasan kosong tanpa mobil balap. Mereka hanya ingin menghabiskan waktu di sana. Dengan makanan dan minuman yang menumpuk di meja depan mereka. Dan Aewon serta Galil yang berdiri di belakang kursi mereka. "Siapa laki-laki itu?" tanya Ethan masih mempertanyakan siapakah sebenarnya laki-laki yang tadi menjemput Serena."Yoshiro. Aku lupa nama panjangnya. Tapi yang jelas, dia pengawal Serena sampai kaki Serena bisa berjalan lagi," balas Aewon."Apakah dia memang menjengkelkan seperti itu?" "Terkadang. Tapi dia juga sudah beberapa kali membantuku. Aku rasa dia tidak terlalu buruk."Aewon masih belum mengerti Yoshiro sepenuhnya. Karena memang laki-laki itu datang dan pergi sesuka hatinya sendiri. Aewon tidak pernah benar-benar memiliki waktu untuk mengenal lebih dalam siapakah Yoshiro sebenarnya."Apa dia memang sekuat itu s