Bab 66) Aristide Keano FavianSementara itu, Hendra pun tak lepas memandangi sosok lelaki muda yang tengah berjalan menghampirinya. Gagah dan tampan. Itu kesan pertamanya. Namun perawakan dan raut wajah lelaki muda itu membuat angan Hendra melayang, mengingatkannya kepada sosok seorang anak laki-laki yang sering ia lihat lewat foto yang dulu di berikan oleh Alia, mendiang istri pertamanya.Hendra berusaha keras mengumpulkan semua ingatannya. Ingatan yang sebenarnya coba ia kubur karena deraan rasa bersalah terhadap Alia dan putranya, Favian.Saat itu anak laki-laki itu baru berumur 5 tahun. Mungkinkah ia adalah Favian, putra Alia dari suami pertamanya? Kecamuk rasa bersalah itu kembali menyelimuti diri Hendra, karena pernikahan mereka, Alia harus terpisah dengan Favian, putra semata wayang yang tinggal bersama papa mertuanya. Albana sengaja memisahkan Favian dengan Alia, karena berharap Alia mengurungkan niat untuk menikah dengannya. Namun Alia tetap berkeras, membuat keputusan bes
Bab 67) Aira, Adikku?!Tak ingin membuang banyak waktu, Hendra dan Aira segera pergi ke kantor Diamond Group. Sebelumnya mereka mampir dulu ke Alia Resto and Cafe yang sudah tutup itu, karena Hendra menyimpan foto Favian kecil di ruang kerjanya."Loh, Aira, Om Hendra," sambut Keano. Lelaki itu mengerutkan kening melihat kemunculan Aira dan Hendra di depan ruang kerjanya. Sedianya dia dan sekretarisnya akan menghadiri sebuah pertemuan yang nantinya membahas soal perkembangan teknologi perbankan saat ini. Kecenderungan masyarakat yang mulai beralih ke bank digital membuat Diamond Group harus merancang strategi yang tepat agar bisa sejalan dengan animo masyarakat."Ada yang ingin Papa bicarakan sama kamu, Keano," ujar Aira. Sebenarnya ia sungkan. Namun sudah terlanjur datang. Dia melihat Keano dan sekretarisnya sedang bersiap-siap untuk pergi, tentu saja karena ada hal penting yang harus mereka selesaikan. Maklum, Keano pun adalah seorang CEO sebuah grup perusahaan perbankan ternama di
Bab 68) Memenuhi Janji"Aira, adikku?!" Keano melapalkan kata-kata itu berulang-ulang, seolah meyakinkan dirinya sendiri. Padahal seharusnya tak sepantasnya ia meragukan. Jika Aira adalah putri Hendra dan Alia, maka benar Aira adalah adiknya.Adik, saudara seibu dari ayah yang berbeda. Apapun itu, tetap saja mereka di satukan dalam ikatan darah. Darah yang sama mengalir di tubuh Aira. Keano meratapi nasibnya dalam hati. Bencana apalagi ini?Haruskah rasa cinta ini semakin ia kubur? Bagaimana cara mengikis rasa ini? Mencintai dan menginginkan istri orang saja suatu hal yang tak bisa di benarkan, apalagi mencintai dan ingin memiliki adik sendiri!"Aira, adikmu." Suara Hendra kini lebih tegas seolah meyakinkan Keano. Diraihnya tangan lelaki muda itu, digenggamnya kuat-kuat. "Om minta maaf jika ini merepotkan, tapi mengingat kondisi Om yang sudah tidak berdaya seperti ini, Om sangat berharap jika kamu mau membimbing Aira. Ibu kalian mawariskan Alia Resto and Cafe yang sekarang sudah dit
Bab 69) Hal Yang Paling Berharga Patutlah jika banyak orang berkata, tiada hal yang paling berharga, selain keluarga. Seperti mimpi rasanya bisa berhadapan dengan kakek kandungnya sendiri, bisa menggenggam dan mencium tangannya. Selama ini ia hanya tahu papa dan mamanya. Tak pernah sekalipun ia di kenalkan ke keluarga orang tuanya. Isakannya lirih. Bukan sedih, tapi terharu teramat sangat. Albana pun sama. Sesungguhnya bukan cuma Hendra yang menyesal, tapi juga dirinya. Hanya saja, egonya terlalu tinggi. Puluhan tahun ia berpura-pura tak peduli pada Alia dan Aira, sampai akhirnya krisis kepemimpinan di Diamond Group tak bisa terhindarkan. Albana terpaksa memanggil Keano untuk pulang ke negara ini, sekaligus memintanya supaya melacak keberadaan adik perempuannya. Lagi-lagi egonya bermain, padahal tak seharusnya ia meminta Keano untuk hal sepele itu. Albana pun seharusnya melakukan hal itu sejak lama, sehingga Aira tidak perlu diperlakukan seperti pembantu di rumahnya sendiri setelah
Bab 70) Mengunjungi Alia Resto and CafeAira tidak pernah main-main dengan ucapannya. Dia benar-benar mengirim seorang pengacara untuk membantu memuluskan rencana perceraian Hendra dengan Kalina. Arnando adalah seorang pengacara handal, bahkan seringkali menangani kasus perceraian para artis. Sepak terjang pengacara yang satu ini cukup membuat siapapun bergetar jika harus berurusan dengannya. Entah berapa uang yang dikeluarkan oleh Aira untuk membayar pengacara sehebat Arnando.Tampaknya putrinya itu menyadari jika Hendra memang lelaki lemah jika berhadapan dengan Kalina. Sejauh ini Hendra lebih banyak mengalah, bahkan nyaris mengorbankan putrinya sendiri. Di dalam berbagai hal, Hendra membiarkan Kalina dan Kiara berbuat sesuka hatinya.Lelaki paruh baya bernama Arnando itu menjelaskan beberapa hal yang bisa dipahami oleh Hendra. Hendra memutuskan untuk menyerahkan semuanya kepada sang pengacara. Dia mau terima beres saja, pokoknya ia dan Kalina segera bercerai. Wanita sampah itu haru
Bab 71) Penawaran Dari AlvinoAira bergegas menuju pintu depan restoran yang masih masih tertutup. Keningnya berkerut saat melihat dari samping, sosok yang sangat dikenalnya berlari mendekat."Kiara," gumamnya spontan.Wanita muda itu menubruk Aira dan memeluknya sangat erat. Aira merasa sangat surprise. Sudah lama sekali Kiara tidak memeluknya seperti ini. Pelukan yang tulus, pelukan seorang saudara. Aira yang merasakan ada yang mengganjal di perutnya lantas merenggangkan pelukannya dan terkaget-kaget melihat penampilan Kiara sekarang."Kiara, kamu hamil?" cecar Aira.Kiara mengangguk dan melambaikan tangan kepada Alvino yang berdiri tegak, tak jauh di belakangnya. Lelaki itu sempat kehilangan fokus saat melihat kehadiran Keano di tempat itu."Kenalkan, ini Alvino, suamiku," ujar Kiara sedikit canggung. Bagaimanapun ia pernah berkonflik dengan Aira akibat memperebutkan Athar.Alvino bergegas mendekat seraya mengangguk lalu mengulurkan tangan kepada Aira."Jadi sejak kapan kalian men
Bab 72) Penolakan Aira"Kamu bilang aku tidak profesional? Kamulah yang nggak profesional," tukas Keano."Apakah profesional namanya, jika menolak sesuatu yang bahkan kita belum mendengar apa yang mereka tawarkan?" bantah Aira. Dia benar-benar heran dengan Keano. Tidak biasanya Keano bersikap sekeras ini sepanjang mereka bergaul. "Aku harap kamu bisa berpikir ulang untuk menerima tawaran dari Kiara dan Alvino. Mereka itu bukan partner kerja yang baik. Kalau kamu memang ingin membuka kembali restoran ini, aku siap buat modalin kamu. Kamu nggak perlu susah payah kerjasama dengan kedua orang itu...."Namun Aira hanya tersenyum dingin. Tentu saja Keano akan bisa, karena di belakangnya ada kakek Albana yang pasti akan dengan sukarela menggelontorkan dana berapapun demi restoran mendiang putrinya."Terima kasih atas tawaran modal dari kamu, tapi aku mau mendengarkan mereka dulu. Siapa tahu mereka punya visi yang bagus atas restoran ini. Ini bukan soal modal, Keano, tetapi konsep dan strate
Bab 73) Surat CeraiKiara berjalan tergesa, menghambur masuk ke dalam ruangan bercat putih ini. Seorang wanita tengah terbaring. Matanya terpejam. Kalina memang belum juga sadar, padahal sudah dua jam berlalu, sejak dia dibawa ke rumah sakit ini.Wanita itu harus mengalami kekerasan fisik saat melayani kliennya yang belakangan diketahui memiliki kelainan seksual. Bukan cuma satu orang, tetapi dua orang sekaligus, hingga penyiksaan yang diterima Kalina menjadi dua kali lipat beratnya."Mama...." Tangannya terulur menggenggam tangan Kalina yang terhubung dengan selang infus. "Kenapa menjadi begini, Ma? Aku sudah memperingatkan Mama, tapi Mama tak pernah mendengar kata-kataku supaya berhenti dari pekerjaan itu," sesal Kiara. Meskipun tidak lagi tinggal bersama dengan ibunya, tapi bagaimanapun juga, Kalina adalah ibunya. Dia tak tega melihat kondisi wanita itu.Kondisi Kalina begitu memprihatinkan. Bukan cuma tidak sadar, tetapi beberapa bagian tubuhnya terluka dan harus diperban, termas