Bab 38) Menjadi Target Pembunuhan"Nggak apa-apa, Sayang. Aku sudah lebih baik dari sebelumnya." Senyum Aira mengembang melihat kedatangan suaminya."Tapi kata dokter, kamu keracunan makanan," cecar Athar gusar. Dia menatap sang istri serius. "Berceritalah, ini bukan urusan main-main. Keselamatan nyawamu adalah segalanya. Kita baru saja berpisah barusan selesai kamu keluar dari salon, tapi sekarang kejadiannya sampai begini."Aira menghela nafas. "Aku sedang makan siang dengan Papa. Ketika aku menyuap ayam bakar yang aku cocol ke sambal terasi, entah kenapa makanan itu rasanya pahit, jadi aku muntahkan saja."Pengakuan Aira sama dengan apa yang dibilang oleh dokter barusan. "Berarti kamu memang keracunan, Aira. Setidaknya ada yang menaruh racun di makanan kamu," tukas lelaki itu."Tapi belum bisa dipastikan juga, karena hasil dari lab belum keluar," sanggah Aira."Ya, tetapi kemungkinan besar memang ada orang yang menaruh racun di makananmu. Ini tidak bisa dibiarkan." Athar mengambil
Bab 39) Kemunculan Nicko"Kurang ajar! Berani kamu mengadukan saya sama Hendra?! Saya pastikan kamu akan terima kabar kematian yang mengenaskan dari ibunda kesayanganmu itu!!" Kalina melotot sembari mengepalkan tangan."Hidup dan mati seseorang itu berada dalam kuasa Tuhan. Jikalau malaikat maut belum mencabut nyawanya, maka dia tidak akan mati. Ingat itu, Nyonya!" Suara Riko menghilang seiring dengan sosoknya yang sudah menjauh dari hadapan Kalina. Kalina menggeram, menghentakkan kaki dan mengangkat tangan penuh kemarahan. Dia tidak menyangka bocah kemarin sore yang baru saja bekerja di restoran ini menggantikan ibunya yang sudah sakit-sakitan itu sungguh berani menentangnya."Dasar bocah! Berani sekali kamu mengancamku. Kamu pikir aku takut, hah?! Kamu benar-benar tidak sayang nyawamu dan ibumu!" sumpah serapah Kalina. Dia tidak menyadari jika sebuah ponsel diacungkan dari suatu tempat yang cukup tersembunyi. Seorang lelaki berpakaian seragam pelayan mengambil semua peristiwa yang
Bab 40) Pengakuan Riko"Saya memang diminta Nyonya Kalina untuk membubuhkan semacam serbuk di sambal terasi itu." Riko menundukkan wajahnya dalam-dalam. Perasaannya campur aduk. Mungkin inilah akhir dari pekerjaannya di restoran ini."Dan kamu bersedia?" potong Nicko."Tidak, Tuan. Saya lebih baik mati daripada mengkhianati Tuan Hendra dan Nona Aira," jawab Riko.Seulas senyum terlukis di bibir Nicko. Pengakuan Riko sama seperti video yang berhasil ia dapatkan dari Beni."Baiklah, teruskan, Riko," titahnya."Saat saya tengah menuju area depan, tiba-tiba Nyonya Kalina mencegat, mengajak saya ngobrol dan meminta kesediaan saya sekali lagi, tetapi saya masih tetap menolak. Hanya itu yang saya alami saat akan mengantarkan makanan untuk nona Aira. Saya juga tidak tahu kapan persisnya sambal terasi itu menjadi beracun," ucap Riko lugas.Sejauh ini dia pun juga bingung, bagaimana bisa makanan itu sampai kemasukan racun. Walaupun Kalina mencegat dirinya, bahkan sempat ngobrol, tetapi ia bisa
Bab 41) Pertemuan Di Kantor Polisi"Karena aku mencium hal yang tidak beres dari chef Arnold belakangan ini, tentang hubungannya dengan Mama Kalina yang kurasa tidak wajar. Hanya saja aku tidak punya bukti untuk menuduhnya terang-terangan. Lagi pula setelah kita menikah, aku melupakan soal itu, kemudian malah menghilangkan kewaspadaan. Bukankah selama ini kita hanya fokus dengan Kiara yang memaksa ingin kembali kepadamu?"Athar membenarkan. Energi mereka memang habis terkuras menghadapi ulah Kiara yang memaksa untuk kembali, satu hal yang tidak pernah Athar pikirkan sebelumnya. Bahkan setelah menjalani pernikahan dengan Aira pun, Athar berpikir untuk menjaga gadis itu untuk sementara sebelum akhirnya menemukan jodohnya yang lain. Toh, pada kenyataannya dia tak bisa. Dia sendiri yang melanggar perjanjian itu dan hubungan mereka bisa berkembang seperti sekarang.Lelaki itu beringsut mengecup kening Aira, lalu pamit meninggalkan tempat itu setelah dua orang bodyguard-nya datang. Gavin da
Bab 42) Akting Kalina "Ya, memang akan kulakukan, tapi tidak perlu tergesa-gesa karena sebelumnya aku harus mengirim kalian berdua ke hotel prodeo lebih dulu." Hendra membalas seraya menyeringai. "Apa?!" pekik Kalina histeris. "Kamu berani memenjarakan istri sendiri?" "Apa yang mesti aku takutkan? Kalian sekarang tak ubahnya seperti sampah di dalam kehidupanku, jadi harus aku singkirkan." "Kurangnya aku sama kalian itu apa?! Aku sudah memberikan apapun yang kalian inginkan. Namun kalian mengkhianati kepercayaan yang kuberikan. Sudah bagus aku tak membunuh kalian." Hendra mendengus kesal. "Kalau aku masuk penjara, bagaimana dengan Kiara? Dia pasti akan sedih." "Kiara itu sudah besar. Dia bisa mengurus dirinya sendiri. Bukankah selama ini dia jarang pulang?" sinis Hendra. "Iya, Pa. Mama tahu. Tapi Kiara akan malu kalau mamanya masuk penjara..." "Berani berbuat harus berani pula bertanggung jawab. Bukankah begitu, Athar?" Kata-kata Hendra yang di tanggapi anggukan lelaki muda it
Bab 43) I Love You, My Wife "Sudahlah, Pa. Soal itu tidak perlu dipikirkan saat ini. Urusan cabut mencabut laporan itu gampang. Selama berkas belum dilimpahkan ke kejaksaan, kita masih bisa mencabut laporan. Yang penting Papa sudah bikin keputusan untuk chef Arnold. Alia Resto and Cafe juga butuh perhatian Papa. Sekarang kita harus menormalkan kegiatan operasional di restoran pasca chef Arnold diberhentikan dari jabatannya," saran Athar buka suara. Dia merangkul hangat pundak mertuanya. "Ah, bener juga kamu, Athar. Ya sudahlah. Sebaiknya Papa kembali ke restoran. Papa harus segera membenahi semua kekacauan di sana." Tanpa berpikir panjang, lelaki itu segera berdiri. Athar mencium tangan mertuanya sebelum lelaki paruh baya, tapi terlihat masih gagah itu pergi meninggalkan kantor polisi. Lelaki itu menghela nafas panjang. Dia menoleh kepada Nicko. "Kamu pun boleh meninggalkan tempat ini, Nicko. Terima kasih atas segalanya. Sisanya biar aku sendiri yang mengurus," titah Athar. "Tapi
Bab 44) Aku Sudah Lihat Semuanya "Kamu sudah bangun, Sayang?" tegur Athar saat wanita itu membuka mata. Lelaki itu tampak segar dengan penampilannya yang hanya mengenakan baju kaos dan celana pendek. Rambutnya pun terlihat masih lembab. Susah payah Aira berusaha menggerakkan tubuh, persendiannya terasa remuk redam. Aktivitas yang barusan mereka lakukan cukup melelahkan juga. Menyakitkan, tapi juga membuatnya bahagia. "Iya." Aira tersenyum malu. Seharusnya ia yang bangun lebih dulu dan menyiapkan keperluan Athar. Nyatanya ia tertidur begitu pulas efek kelelahan. "Kamu sudah mandi?" Athar mengacungkan sepasang jempolnya, lalu duduk di pinggir pembaringan. Dia membantu istrinya untuk duduk. Darahnya kembali berdesir saat melihat bagian atas tubuh Aira saat selimut yang menutupinya melorot. Refleks Aira menarik selimut, menahannya dengan tangannya. "Tidak usah di tutupi juga nggak papa. Aku sudah lihat semuanya." Athar tersenyum devil. "Ish..." Athar terkekeh. Dia melepas selimut
Bab 45) Video ViralGadis itu berusaha untuk tidak hilang kesadaran. Tangannya bergerak-gerak, memungut ponselnya yang sempat terjatuh, lalu mendorong pintu lift dan segera keluar.Kiara berdiri di depan pintu lift. Menghirup udara sebanyak-banyaknya dan menghembuskannya perlahan. Dia tak menyangka efek perbuatan ibunya begitu besar. Kini video berisi insiden di restoran itu viral di media sosial dan ditonton oleh banyak orang."Mama, kamu benar-benar ceroboh. Ceroboh sekali!" maki gadis itu dalam hati. Ini adalah tindakan terbodoh ibunya selama kurun waktu mereka bersama. Mengapa juga ibunya bertindak secepat itu? Apakah demi mencegah supaya Aira dan Athar tidak jadi berbulan madu?Kini ibunya harus berurusan dengan pihak berwajib, sementara Aira dan Athar tetap melenggang ke Bali. Bahkan mungkin sekarang mereka tengah memadu cinta di atas ranjang hotel.Tak cukup itu. Bahkan kelangsungan restoran pun terancam. Entah siapa yang merekam dan mengunggah pertama kali ke media sosial, yan