Bab 27) Mengikuti Alur Sebuah kecupan mendarat di bibir Aira. Memang hanya sekilas, tapi sanggup membuat seluruh tubuh gadis itu seperti disengat listrik. Perlakuan Athar yang spontan menghantarkan daya kejut yang luar biasa. Athar beringsut menjauhi tempat tidur dan bergegas masuk ke ruang kerjanya melalui pintu penghubung. Lelaki itu menghela nafas, lantas melemparkan tas kerjanya ke meja, kemudian melepas jas dan dasi. Dia mendaratkan tubuhnya di sofa, duduk berselonjor. Pikirannya menerawang. Begitu banyak hal yang terjadi belakangan ini, tapi yang jelas semua itu bersumber dari satu muara. Kiara. Kaburnya Kiara menjelang hari pernikahan mereka dan dari sana dia lambat laun mulai menyadari bahwa sesungguhnya gadis itu tak tulus. "Apakah aku harus menerima Aira sebagai istriku seutuhnya? Sementara aku tidak tahu bagaimana perasaanku terhadap gadis itu, apalagi perasaan Aira kepadaku. Semua masih serba abu-abu," gumam lelaki itu teringat percakapan mereka barusan. "Namun video
Bab 28) Rencana KalinaKalina berlari kecil menghampiri sang kurir yang dengan segera mengeluarkan sebuah kotak berwarna kecil seperti bungkus rokok. Setelah Kalina membubuhkan tanda tangan, sang kurir pun pergi."Apa itu?" Kiara menaik turunkan kedua alisnya saat Kalina memperlihatkan benda itu."Ada deh. Sebentar lagi kamu akan tahu. Tapi kamu tenang saja. Ini adalah cara termudah untuk menyingkirkan Aira, lalu memuluskan rencanamu. Kamu inginkan Athar kembali kepadamu, kan?" ujar Kalina menjejeri pangkah putrinya masuk ke dalam rumah."Tentu saja!" jawab Kiara cepat."Kalau begitu, menurut lah sama Mama. Dan jangan coba-coba bilang pada papamu, karena ini adalah rencana kita berdua," ucap Kalina penuh dendam.Setelah segala upayanya menindas Aira selama 15 tahun tidak berhasil memaksa Hendra menyerahkan harta kekayaan peninggalan istri pertamanya, mama kandung Aira, sudah saatnya dia menyingkirkan Aira, anak yang menjadi benalu di tengah upayanya untuk menguasai harta kekayaan Hend
Bab 29) Tiket Bulan Madu"Wow ini luar biasa!" Lagi-lagi Aira dibuat takjub saat keduanya memasuki sebuah bilik. Ruangan itu memang tidak luas, tetapi interiornya sangat menakjubkan. Sebuah meja ditempatkan di tengah-tengah ruangan dengan sepasang kursi yang diletakkan menjadi saling berhadapan. Dinding ruangan dicat berwarna hijau muda dengan beberapa tanaman yang memberikan atmosfer yang berbeda. Terasa begitu khas. Namun yang lebih menakjubkan bagi Aira adalah lampu-lampu hias yang sengaja ditata membentuk hati. Athar menarik kursi dan mempersilahkan Aira untuk duduk. Di atas meja sudah tersaji berbagai macam hidangan yang menggugah selera. Mereka makan tanpa kata. Hanya denting sendok dan piring seolah menjadi penghias suasana. Sesekali Aira menatap sang suami. Bibirnya tersenyum. Athar pura-pura tak peduli. Dia asyik dengan suapannya. Waktu sudah berlalu hampir setengah jam. Seorang pelayan datang, membawa dessert berupa chocolate caramel pudding cake. Dia juga membereskan si
Bab 30) Kehilangan Harapan Tak sampai sepuluh menit, mobilnya sudah berbelok ke pelataran sebuah hotel. Athar turun dari mobil, berlari kecil dan membuka pintu untuk Aira. Athar tak membiarkan istrinya berjalan. Dia memilih menggendongnya ala bridal menuju ke lobby. Aira meronta, tetapi Athar semakin erat mendekapnya. Kedua wajah itu menyisakan jarak yang begitu dekat, sampai akhirnya Athar menurunkan Aira setelah sampai di lobby. Seorang resepsionis memberikan kartu akses untuk sebuah ruangan tipe president suite. "Kiara!" Darahnya mendadak tersirap mendapati sosok Kiara yang berjalan, di sampingnya seorang lelaki yang merangkul posesif pinggang gadis itu. Ingatannya seketika melayang mengingat sang papa. Pasti Hendra kembali bersedih andai tahu putri tirinya malam-malam di hotel bersama seorang lelaki. Kiara pun tak kalah terkejut. Wajahnya seperti maling yang sedang ketangkap basah. "Kamu kenapa di sini, Kiara?" tegur gadis itu. Langkah Kiara seketika terhenti. Dia melepaskan
Bab 31) Apakah Sudah Saatnya?Begitu Athar menempelkan kartu akses, pintu pun terbuka. Sebuah ruangan yang sangat nyaman. Athar mengucapkan terima kasih kepada lelaki muda berseragam yang mengantar mereka, kemudian segera menutup pintu."Serius mau nginap di sini, Athar?" usik Aira."Menurutmu?" Athar memutar bola matanya. Tatapannya langsung tertuju ke arah ranjang berukuran besar. Dia segera melangkah menuju ranjang, lalu membaringkan tubuhnya."Sini, Sayang." Lelaki itu melambaikan tangannya, heran melihat Aira yang masih tegak berdiri di tempatnya semula.Aira segera tersadar. Dia bergegas menghampiri. Athar menyambutnya dengan sebuah pelukan. Keduanya bergulingan di ranjang. Lelaki itu melepas pengait yang ada di bagian leher sang istri. Kain penutup kepala itu pun akhirnya terlepas. "Athar...." Suaranya serak, menatap manik-manik mata sang suami. Pandangan Athar menggelap. Tak sabar ia meraup benda kenyal nan basah berwarna merah muda itu, lalu melumatnya dengan rakus. Aira
Bab 32) Patah HatiPertahanan Kiara runtuh. Suara isaknya sungguh memilukan. Dia lelah, sungguh sangat lelah. Dia pun ingin berpaling dari Athar, tapi tidak bisa. Dia tahu Alvino mencintainya, tapi dia tidak mencintai Alvino. Bukankah cinta itu tidak bisa di paksakan?Entah kenapa pula hatinya merasa berat menerima lelaki itu sebagai kekasihnya. Dia merasa Alvino tidak sebanding dengan Athar, walaupun yang dia tahu Alvino juga memiliki sebuah perusahaan dan menjadi CEO di perusahaannya.Alvino terus saja menciumnya, bahkan kini ciumannya beralih ke leher. Kiara membiarkan begitu saja, membiarkan Alvino berbuat sesukanya, bahkan kini sentuhan lelaki itu menjalar ke tengkuknya hingga menimbulkan denyar aneh.Athar dan Aira menginap di hotel. Itu fakta yang dilihatnya barusan. Bukan cuma berita, tetapi ia melihat dengan mata kepala sendiri, bagaimana manisnya perlakuan Athar kepada Aira. Sungguh menyakitkan buatnya."Apakah pintu harapan itu sudah tertutup? Apakah sudah tidak ada harapan
Bab 33) Ceroboh "No problem. Mr. Albert dan Mrs. Margaretha fasih berbahasa Indonesia. Jadi kamu tidak perlu merasa khawatir akan terkendala soal bahasa." Seolah paham isi otak sang istri, Athar menepuk bahu istrinya tanpa menoleh lantaran ia fokus mengemudi. "Bukan soal itu, Athar, tapi aku takut jika nanti pembicaraan kami tidak nyambung. Aku hanya lulusan SMA," ungkap Aira lirih. "Yang jelas Mrs. Margaretha tidak akan pernah menanyakan kamu lulusan apa. Kamu tenang saja. Yang berbicara soal bisnis hanya kaum lelaki, sedangkan kaum perempuan dipersilahkan ngobrol soal lain." Athar tertawa berderai, seakan kegelisahan Aira bukan soal baginya. "Lagi pula, Mrs. Margaretha adalah perempuan yang memiliki attitude yang baik. Dia bukan orang yang suka merendahkan orang lain. Kamu pasti senang berkenalan dengannya," jelas Athar lagi. "Pada intinya, yang meeting itu sebenarnya hanya aku, Mr Albert, asisten pribadinya, Nicko dan Gita. Dan kamu tahu kan tugas Gita seperti apa?" Tanpa men
Bab 34) Kemarahan Kalina[Kamu terlihat begitu cantik saat tidur, Sayang. Maaf ya, aku pergi tanpa pamit, karena harus berangkat kerja. Sarapan sudah aku sediakan. Kamu makan yang banyak ya, biar kondisimu pulih lagi.Jangan kemana-mana. Tunggu aku pulang. Nanti kita bicara lagi.By. Alvino]"Lebay!" maki Kiara sembari merobek kertas itu. Dia benar-benar kesal. Bisa-bisanya lelaki itu memintanya untuk menunggu sampai pulang kerja. Emangnya dia istri Alvino?!Begitu mudah lelaki itu mengklaim kepemilikan atas dirinya, padahal tak sepatah kata pun Kiara menyatakan bahwa ia menerima cinta Alvino. Kalaupun terjadi percintaan panas tadi malam, itu murni sebuah kecelakaan dan Alvino telah memanfaatkan keadaannya yang kacau akibat patah hati saat melihat kebersamaan Athar dan Aira. Jadi bukan berarti ia menyerahkan dirinya kepada Alvino secara sukarela. Tak ingin terlalu banyak berpikir soal itu, Kiara segera meraih selembar roti dan mengolesinya dengan selai coklat. Segelas susu berwarna