"Ini kuenya, Mbak!""Makasih ya, Bu!"Dengan wajah berbinar Laras menerima bungkusan berisi kue ulang tahun yang dibelinya di sebuah toko kue.Dia berharap Bagas akan suka dengan kejutan di hari jadinya ini. Ah, dia jadi tak sabaran ingin sekali tiba di rumahnya.Jarwo yang menunggu di mobil segera menyambut saat Laras datang. Ia segera membuka pintu mini bus putih itu, lantas mempersilakan Laras masuk.Tak disangka dari dalam sebuah mobil yang sedang terjebak macet di jalan, Yuta memperhatikan. Laki-laki bermata sipit itu tersenyum smirk saat melihat Laras.Sambil duduk di dalam mobil, Laras memangku bungkusan berisi kue ulang tahun Bagas. Bibirnya tak henti tersenyum.'Kamu suka kalungnya?''Suka, Mas!'Laras teringat saat Bagas membelikan sebuah kalung berlian sebagai kado ulang tahunnya. Itu terjadi sewaktu mereka masih pacaran. Bagas sering sekali membelikan barang-barang mewah untuknya.Kadang pula Bagas mengajaknya ke sebuah mall dan salon. Laki-laki itu membelikan banyak pakai
Hari mulai gelap. Di kamar, Elsa sedang menelungkup di tengah ranjang sambil menangis.Rupanya dia tidak bisa merelakan Bagas begitu saja. Hatinya sakit mendengar pengakuan laki-laki itu yang katanya sangat mencintai istrinya.Pak Danu dan Bu Retno cuma saling pandang melihat putrinya yang tak mau makan dan terus mengunci diri di dalam kamar. Mereka jadi kebingungan."Apa tidak sebaiknya kita kabari Pak Handoko saja, Pa? Mama kasihan melihat Elsa."Pak Danu yang sedang duduk sambil membaca koran dibuat menoleh mendengar ucapan istrinya."Apa Mama sudah gila? Mau ditaruh di mana muka kita? Pak Handoko sudah mengusir anaknya karena menolak menikahi Elsa, dan sekarang Bagas sudah beristri. Apa yang bisa diharapkan lagi?"Bu Retno terdiam mendengar penuturan suaminya. Itu semua benar. Mereka cuma akan mendapatkan malu kalo nekat bicara sama Pak Handoko.Sekarang Bagas sudah menikah. Laki-laki itu juga tidak mungkin mau meninggalkan istrinya demi Elsa. Bu Retno jadi kebingungan. Dia cuma t
Pagi-pagi sekali Laras sudah terbangun. Meski Bagas terus menggangunya semalaman tapi dia tetap bisa bangun pagi dan memasak sarapan untuk suaminya itu.Bagas yang baru saja terjaga dibuat terkejut saat meraba kasur di sampingnya yang sudah kosong. Kemana Laras?Dengan hanya mengenakan celana pendeknya saja, tubuh tinggi kekar itu segera beringsut dari ranjang. Langkah Bagas mengikuti aroma lezat makanan yang menyerbu indra penciumannya.Benar saja, Laras sedang sibuk di dapur. Perempuan itu masih mengenakan gaun tidurnya yang tipis dan pendek. Seketika Bagas menjadi tertantang kelelakiannya."Ah, Mas Bagas!"Laras yang sedang menyiapkan sarapan dibuat terkejut saat ada dua tangan besar yang tiba-tiba merengkuhnya dari arah belakang.Bagas cuma tersenyum usai berhasil mencium pipi istrinya. Masih memeluk Laras dari belakang, ia melihat istrinya yang sedang menata meja makan bundar di hadapan mereka."Ih, Mas Bagas kok jadi manja gini? Lepasin, Mas! Laras jadi kesusahan nih!" gerutu La
Bagas sedang panas-panasan di bawah terik Matahari saat Fandi tiba-tiba menghampirinya.Lelaki itu bercerita tentang hubungannya dengan Elsa dan keluarganya yang sudah kembali membaik. Bagas turut senang mendengarnya.Fandi pun bertanya kepada Bagas, "Menurut kamu, apa aku cocok bersanding sama Elsa?"Bagas tersenyum. "Kenapa kamu tiba-tiba bertanya seperti itu sama saya? Hubungan itu kan kamu dan Mbak Elsa yang menjalaninya," katanya dengan santai.Fandi menyipit. "Bukankah dahulu kamu juga pernah dijodohkan dengan Elsa?"Bagas jelas sangat terkejut mendengar ucapan Fandi. Dia lantas menatap wajah laki-laki di depannya itu. Fandi cuma tersenyum tipis. Lantas ia menepuk bahu Bagas. "Terima kasih karena kamu menolak Elsa saat itu. Akhirnya aku bisa bersama dia."Bagas tersenyum lega mendengarnya. Kemudian Fandi pun pamit. Ia mengatakan sedang ada janji dengan seorang klien. Padahal dia mau pergi makan siang dengan Laras.Selepas Fandi pergi, Bagas kembali melanjutkan pekerjaannya. Hub
Adzan Magrib sudah berkumandang saat Bagas sedang mencuci tangan. Hari ini ada barang yang datang. Dia dan para buruh lainnya harus menurunkan semua barang dan memindahkannya ke ruang penyimpanan.Sepertinya dia akan pulang terlambat dikarenakan jalan yang mungkin sudah macet parah di jam pulang kantor."Bagas, ayo duluan!"Suara Basuki mengejutkan Bagas yang sedang termenung usai membasuh muka. Ia lantas menoleh ke arah sumber suara tersebut. Dilihatnya Basuki yang sudah duduk di atas motornya. Laki-laki itu bergegas tancap gas.Seperti halnya Basuki, dia pun ingin sekali segera pulang.Mobil jemputan buruh sudah menunggu. Bagas dan beberapa rekannya segera berjalan menuju ke sana. Mereka yang sudah berada di atas mobil turut membantunya naik.Angin cukup kencang menjelang malam. Lampu-lampu jalan sudah menyala. Bagas tak sabar ingin segera tiba di rumah. Entah masak apa Laras hari ini. Apa pun itu, pasti sangat nikmat. Bagas tersenyum tipis mengingat istrinya yang pandai memasak."
Pagi itu di lapas tahanan pusat Kelas Satu Cipinang."Saudara Aryo, ada yang membesuk Anda!"Laki-laki yang sedang duduk sambil memeluk kedua lututnya dibuat terkejut saat sipir tiba-tiba memanggilnya.Aryo mengangkat wajahnya. Ia lantas bangkit dan segera keluar saat pintu sel tahanan dibuka. Dua orang petugas polisi menggiringnya menuju ruang besuk.Desi hanya diam sambil memasang wajah dingin saat petugas datang sambil membawa suaminya.Aryo Wisesa, laki-laki itu tampak lebih kurus setelah dua pekan berada di dalam penjara. Pengadilan menjatuhi hukuman selama tiga tahun penjara atas tindakan pelecehan yang Aryo perbuat terhadap Laras.Dengan wajah kuyu tidak terawat, Aryo segera duduk pada bangku kosong di hadapan Desi. Sementara dua orang petugas mengawasi mereka."Apa kabar kamu sama Putra, Des?"Mendengar lelaki itu bicara, Desi segera menanggapi dengan sengit."Aku kesini cuma mau kasih ini ke kamu!" berangnya seraya melempar secarik kertas ke muka Aryo.Lelaki itu keheranan d
Matahari mulai condong ke barat saat mobil mewah yang dikemudikan Elsa menepi di lokasi proyek tempat di mana biasanya Bagas menitipkan motornya.Dari dalam mobil, Elsa memperhatikan laki-laki yang sedang mengengkol motornya di sekitar.Bagas. Apakah dia akan terkejut jika melihatnya datang?Entahlah. Yang pasti dia belum bisa merasa tenang jika tidak menemui Bagas.Menarik nafas dalam-dalam. Elsa segera mendorong pintu mobil ke luar. Ia tidak buru-buru menghampiri Bagas. Sambil beridiri di samping mobilnya, ia memandangi laki-laki itu.Tidak bisa Elsa pungkiri jika hatinya sangat sedih sejak kejadian di rumahnya tempo hari. Kemudian dia menemui Fandi dan memohon untuk melanjutkan rencana pernikahan mereka yang sempat tertunda.Tadinya ia pikir bisa membalas sakit hatinya terhadap Bagas. Nyatanya tetap dia yang hancur dan merana dalam rasa cintanya pada laki-laki beristri tersebut.Elsa kebingungan. Ia sudah berusaha membuka hatinya untuk Fandi. Namun bayangan Bagas selalu menghantui
Laras tertidur dalam rasa lelah yang tidak terkira. Dalam mimpinya ia melihat Bagas yang sedang tertawa bersama seorang perempuan.Suasana di sana seperti sedang ada resepsi pernikahan yang mewah. Langkah kecilnya menuju sepasang mempelai yang sedang berswa foto di sekitar pelaminan yang megah."Mas Bagas ..."Air matanya berjatuhan seiring tatapan dingin si mempelai laki-laki padanya.Bagas terlihat seolah tidak mengenalinya. Baju pengantin adat Solo tampak begitu gagah ia kenakan. Sementara perempuan dengan baju pengantin yang sedang merangkul lengan Bagas, ia tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas."Mas Bagas ..."Sampailah langkah Laras di atas pelaminan. Dipandanginya wajah mempelai laki-laki yang teramat tampan itu."Siapa kamu?"Ucapan Bagas membuatnya tersentak. Dan Laras pun segera terjaga dari tidurnya. Ia sangat terkejut melihat ke sekeliling. Ini bukan kamarnya?"Laras, kamu sudah bangun?"Suara seorang laki-laki membuatnya sangat terkejut. Laras segera menoleh ke arah s
Musim hujan di bulan Juni tahun 2011.Angin bertiup kencang menjelang sore. Gerimis mulai turun di tengah langit yang terus saja mendung. Satu tahun sudah berlalu pasca insiden kecelakaan yang merenggut nyawa Laras. Sudah saatnya Bagas menata hidupnya lagi. Tanpa Laras.Pengemudi mobil yang menabrak Laras juga sudah menjalani proses hukum di Lapas Pusat, Jakarta. Pelakunya tidak lain adalah Aryo. Rupanya lelaki itu sudah dibayar oleh Pak Wirya untuk menghabisi Laras dan juga Bagas.Lagi, rencana jahat Pak Wirya gagal lagi. Akhirnya pebisnis itu harus menghabiskan hari tuanya di balik jeruji besi. Hukuman seumur hidup itu rasanya masih belum cukup untuk membayar semua kejahatannya.Hari ini pada tanggal 20 Juni. Jatuh di hari selasa dan bertepatan dengan hari jadi Laras yang ke 25 tahun. Bagas mengunci pintu rumahnya. Lelaki itu berjalan menuju motornya yang sudah menunggu di pelataran.Sebelum ia melajukan motor, Bagas melirik ke arah rumahnya. Dilihatnya Laras yang sedang berdiri di
Hari mulai siang saat mini bus yang dikemudikan oleh Anto terjebak macet di pertigaan jalan menuju arah bandara. Dengan wajah gelisah Laras menoleh ke luar dari kaca jendela mobil.Sudah dua hari ia tidak pulang. Pasti Bagas sudah kelimpungan mencarinya. Namun apa yang harus ia lakukan sekarang? Alex akan mengirim dia ke Jepang siang ini juga.Ekor mata Laras melirik ke arah lelaki yang duduk di sampingnya. Alex tampak sibuk dengan aktifitas ponsel.Membuang nafas berat, Laras kembali memandang ke luar mobil. Dilihatnya mobil Fandi yang juga sedang terjebak macet di sekitar.Apa dia tidak saah lihat? Ya, itu memang mobil Mas Fandi!Ada sedikit cahaya dalam kegelapan yang sedang melanda jiwa Laras. Sepertinya dia bisa minta bantuan kepada Fandi untuk kabur dari Alex."Aduuh!"Laras berpura-pura meringis kesakitan sambil meremas bagian depan dressnya. Alex segera menoleh ke arah perempuan itu."Laras, kamu kenapa?" tanya Alex.Laras meringis, "Perut saya sakit banget, Mas Alex. Bisa kit
Lapas Pusat Jakarta."Saudara Aryo! Anda dibebaskan!"Aryo yang sedang duduk di dalam sel tahanan sangat terkejut saat seorang opsir memberinya kabar itu.Seorang pengusaha datang dengan membawa pengacara. Dia memberi jaminan sampai akhirnya dia dibebaskan. Aryo sangat ingin bertemu dengan orang dernawan tersebut."Jadi, Bapak yang sudah membebaskan saya? Mohon maaf, apa kita saling kenal?" Aryo keheranan saat bertemu dengan pengusaha yang memberinya jaminan.Pak Wirya menaikan sudut bibirnya lalu berkata dengan jumawa, "Saya seorang pebisnis besar! Mana mungkin punya kenalan seorang Narapidana macam kamu!"Aryo menunduk kaget dan malu. "Lalu kenapa Bapak menjamin saya?" tanyanya ragu-ragu.Pak Wirya tersenyum miring, " Saya punya kerjaan buat kamu."Aryo dibuat terkejut. Pak Wirya cuma tersenyum remeh menanggapi tatapan laki-laki itu."Mas Fandi, jangan ngebut-ngebut!"Agus sangat ketakutan dan panik saat duduk di dalam mobil yang sedang Fandi kemudikan. Dia tidak tahu apa masalah an
Fandi mulai terjaga dari tidurnya. Ia sangat terkejut saat melihat sosok perempuan yang sedang duduk di sofa.Elsa membuka kacamata hitam yang menutupi sebagian wajah, "Hai, Fandi. Bagaimana kabar kamu?"Fandi mencengkeram tepi ranjang. Dia segera bangkit lalu melotot pada Elsa. "Ngapain kamu di sini? Puas kamu sekarang, hah?!" gertaknya penuh emosi.Elsa tersenyum remeh menanggapi. Dia lantas bangkit dan segera menuju pada seorang lelaki yang sedang duduk di tengah ranjang pasien."Fandi, mestinya kamu tidak melakukan hal yang bodoh sampai berakhir di rumah sakit ini," ujar Elsa dengan sinis setelah ia berdiri di hadapan Fandi.Lelaki itu mendengus kesal. Segera ia mencabut jarum infus dari lengannya lalu beringsut dari ranjang. Elsa cuma memicingkan alisnya saat lelaki itu mendekat."Kamu dan Bagas, kalian sengaja bersekongkol, kan?! Dasar perempuan murahan kamu, Elsa!" Fandi menunjuk-nunjuk muka Elsa dan menghinanya.Plaak!"Tutup mulut busuk kamu itu!"Elsa tidak tinggal diam saat
"Bawa perempuan itu ke kamar!""Baik, Bos!"Dua orang pengawal segera menuju mobil hitam yang menepi di depan sebuah villa. Mereka segera membuka pintu mobil dan menyeret wanita yang tergolek di dalam sana.Laras tidak sadarkan diri setelah Frans memberinya minuman yang dicampur dengan obat tidur. Kini tubuhnya yang ringkih itu segera dikeluarkan dari mobil dan dibawa masuk villa.Lelaki berperawakan tinggi bernama Alex cuma tersenyum smirk saat para pengawal melewatinya sambil memapah Laras."Elu nggak usah mikirin cewek itu, dia udah aman sama gue," ucapnya lewat sambungan ponselnya.Frans yang dia hubungi. Alex berencana mau mengirim Laras malam ini juga ke Jepang. Namun kecantikan perempuan itu membuatnya tergiur.Alex ingin mencicipi tubuh Laras sebelum mengirim dia ke luar negeri. Oleh karena itu dia membawa Laras ke villanya.Frans tersenyum puas mendengar ucapan Alex lewat sambungan ponsel. "Ya! Kamu atur sajalah! Saya terima beres!"Setelah panggilan berakhir, Alex segera ber
"Uhuk! Uhuk!"Fandi berusaha mengangkat tubuh ringkihnya. Sambil terbatuk-batuk lelaki itu menuju mobil."Gus, jemput saya ..."Ia berujar dengan suara pelan usai meraih ponselnya dari dalam mobil. Kemudian tubuhnya merosot sampai jatuh duduk bersandar di mobil."Uhuk!"Bajingan si Bagas!Lelaki itu menghajar dia sudah seperti preman. Kini tubuhnya terasa lemah tak bertenaga lagi.Untuk kembali bangkit saja Fandi tak kuasa. Pandangannya mulai berubah kabur dan dadanya terasa sangat sesak. Setelah penglihatan memudar, ia pun tak sadarkan diri lagi."Mas Fandi!"Agus berlari menuju sosok yang tergolek di samping mobil. Dia sangat terkejut melihat kondisi Fandi."Tolong segera kirim ambulans!"Usai menghubungi rumah sakit, Agus langsung membenahi ponselnya. Dia berusaha membantu Fandi berdiri.Suara sirine ambulans terdengar begitu cetar saat mereka melarikan lelaki itu menuju rumah sakit.Fandi kritis. Agus segera menghubungi orang tua lelaki itu."Blegedes! Bisa-bisanya lelaki itu biki
"Gua udah hubungi lu dan suruh untuk tangani orang Jepang itu, tapi lu nya kebanyakan menye-menye! Sekarang lu tanggung sendiri akibatnya!"Frans terlihat sedang berhadapan dengan seorang lelaki berpakaian formal. Rupanya lelaki itu adalah orang yang berada di belakang bisnis prostitusi online yang Frans geluti selama ini.Alex, nama lelaki berperawakan tinggi kekar dan selalu berpenampilan layaknya seorang pebisnis itu.Alex datang ke kantor Frans untuk menegur anak buahnya itu yang dirasanya mulai tidak becus mengurus bisnis gelap mereka.Bukan cuma itu, Alex juga mendapat surel dari orang-orangnya di Jepang. Mereka mengatakan jika Yuta akan menutup situs prostitusi online mereka.Entah apa alasannya. Yang pasti dia akan rugi besar kalau situs mereka ditutup. Sedang Yuta sendiri sangat sulit untuk dihubungi.Frans gemetaran mendengar semua penuturan Alex. "Jadi, apa yang harus saya lakukan?"Alex menyipit mendengar ucapan lelaki yang sedang berdiri di depan mejanya. Ia lantas mencon
Brak!Baron menapakkan satu kakinya pada meja yang berada di depan Pak Wirya. Telunjuknya mengangkat dagu lelaki paruh baya yang terikat di kursi. Bibirnya menyeringai tipis saat mata lelah Pak Wirya terangkat ke wajahnya."Blegedes! Kenapa kalian malah menculik saya?!" berang Pak Wirya dengan marah.Baron tersenyum. "Karena lu nggak kasih gue uang muka. Malah tuh cewek yang kasih gue duit 50 juta buat kirim lu ke rumah sakit," desisnya.Pak Wirya tercengang.Sial!Jadi Elsa yang mengirim para preman itu untuk menculik dan memukulinya semalam suntuk. Kini tubuhnya terasa sakit semua. Dia butuh penanganan medis sesegera mungkin.Melihat Pak Wirya menatap, Baron bicara lagi, "Gue bisa aja lepasin lu tapi ada syaratnya.""Syarat?" Pak Wirya menyipitkan mata.Baron mengangguk. "Kalo lu bisa bayar gue lebih dari yang Elsa kasih, maka lu bakal gue lepasin sekarang juga," desisnya ke wajah lelaki paruh baya di hadapannya.Pak Wirya tercengang.Hari berikutnya di kediaman Bagas. Laras sedang
Malam tak juga menemukan pagi. Bagas yang putus asa mencari Laras akhirnya memutuskan untuk pulang. Mungkin Laras sudah sampai di rumah saat ini. Ia berpikir sambil mengendarai motornya menuju pulang.Mini bus putih terlihat melaju meninggalkan pintu pagar rumah. Bagas sangat terkejut melihat punggung seorang perempuan yang sedang menuju rumahnya.Laras?Segera ia melajukan motornya mendekat. "Laras?!"Perempuan yang sedang menuju pintu pagar rumah dibuat terkejut saat ada yang menyerukan namanya. Bergegas ia menoleh. Dilihatnya seorang lelaki yang sedang mengendarai sepeda motor mendekat ke arahnya."Mas Bagas?"Bagas segera melepaskan motornya lantas berlari menuju pada Laras. Wajahnya kelihatan sangat cemas sekaligus senang melihat istrinya sudah pulang."Laras, kamu kemana saja? Mas mencarimu sejak tadi sore," ujar Bagas. Matanya fokus menatap wajah perempuan yang sedang berdiri di depannya saat ini.Laras tidak buru-buru menjawab pertanyaan Bagas. Ia masih bergeming saat lelaki