Home / Lain / Bukan Menantu Impian / POV emak mertua

Share

POV emak mertua

Author: Cerita_gadis
last update Last Updated: 2023-06-21 17:12:22

"Do, sepertinya Rozi nggak bakalan ke sini deh. Antar Yati pulang gih, pusing kepala emak melihat anak-anaknya yang tak mau diam itu," perintahku pada Rido. Ya, mau nunggu apalagi, makan sudah selesai, peralatan dan rumah sudah kembali kinclong. Kalau Rozi, biar Yati bawa sisa gulai ayam itu pulang untuknya.

Entahlah, mengapa Rozi tak jadi datang. Padahal tadi saat di telpon Rido dia bilang iya akan datang.

"Baik Mak," sahut anak lelaki kebanggaan ku itu patuh.

Rido pun ke belakang menghampiri Yati. Yati sedang sibuk mengelap meja kompor yang tadi kena cipratan minyak saat memasak.

"Eh, Om. Bisa ngantar kami pulang?" tanya Yati pada Rido. Pas sekali, Rido ke belakang memang mau mengatakan itu.

"Ya, Kak. Mari aku antar."

"Oh ya, Ti. Bawa saja tu sisa gulai ayam pulang semua. Untuk Rozi dan juga anak-anakmu nanti," ucapku pada Yati.

"Baik, Mak," ucap Yati seraya mengangguk. Biar semua sisa makanan itu dibawa Yati pulang. Toh, di rumah ini tak akan ada yang mau lagi. Kalau di rumah Yati pasti semua akan ludes oleh anak-anaknya itu.

"Kami pulang ya, Mak," pamit Yati padaku.

"Iya," jawabku singkat.

Yati dan anak-anaknya pun masuk ke dalam mobil Rido. Akhirnya pulang juga mereka, benar-benar pusing aku melihat kelakuan anak-anak Rozi itu. Entah bagaimana Yati dan Rozi itu mengajarkan anak-anaknya, sehingga seperti itu, nakal sekali dan tak pernah mau diam. Tak seperti Raffa selalu anteng bermain tablet. Mana kalau makan anak-anak Yati dan Rozi itu rakusnya minta ampun.

"Sudah pulang mereka, Mak?" tanya Airin keluar dari kamarnya.

"Sudah."

"Syukurlah," ucap Airin pula, "Tadi aku nggak selera makan loh, Mak. Mendengar suara ingus Ilham di tarik masuk ke dalam hidungnya itu, iii..." istri Rido itu bergidik geli. Mungkin membayangkan kejadian waktu makan tadi.

"Memang begitu Ilham itu, Rin. Ingusan."

"Nggak diobati kali Mak, sama ibuknya," ucap Airin pula.

"Mungkin jugalah, terserah dia lah, Rin. Mak juga sudah capek bilangin Yati itu, stop beranak... stop beranak. Eh, masih saja bunting. Tuh lihat buktinya, dia sendiri yang keteteran ngurusin nya. Anak sakit tak diobati, di biari sampai sembuh sendiri seperti itu..."

"Eh...Raffa mana, Rin?" tanyaku pula. Dari tadi tak kelihatan cucuku itu.

"Di kamar, Mak. Sengaja ku suruh dia di kamar saja, nanti rusak lagi tablet anakku di pegang anak-anak nakal itu. Baru juga diperbaiki kemarin," jelas Airin pula. Benar juga, anak-anak itu 'kan tak berani masuk ke dalam kamar.

____________________

Tiga hari Rozi tak pernah datang ke rumah ini. Ku telpon pun tak dijawabnya. Atap kandang ayam bocor, aku mau minta tolong padanya untuk diperbaiki. Kemana lah anak itu?

"Mau kemana, Res?" tanyaku pada bungsuku itu. Ia terlihat menyambar kunci motor di atas bufet TV.

"Mau ke rumah Bang Rozi, Mak," jawabnya singkat.

"Ya sudah bilang sama abangmu, Mak nyuruh ke sini, benerin atap kandang ayam..."

"Bang Rido 'kan ada Mak, tuuuh," tunjuk Resti pada Rido yang sedang duduk di sofa ruang tamu dan terlihat asyik memainkan ponselnya. Saking asyiknya sampai kedua tangan Rido pun memegang benda pipih itu dan kedua jempol Rido menari-nari di atasnya.

"Eh, mana bisa abang Rido-mu melakukan pekerjaan seperti itu. Ia 'kan terbiasa duduk di belakang meja, menghitung uang-uang masuk," ucapku tegas, pengusaha konveksi kok di suruh benerin atap bocor, ya nggak nyambung lah. Kalau Rozi 'kan memang sudah terbiasa bekerja kasar seperti itu.

"Nggak gitu juga kali, Mak," sungut Resti.

"Pokoknya bilang sama Rozi begitu, kalau dia nggak ada di rumah bilang sama Yati. Suruh dia menyampaikan kepada Rozi..."

"Iya, Mak. Iyaaaa," sahut Resti seraya keluar rumah.

"Eh... Resti, tunggu!" seruku.

"Apalagi, Mak?"

"Tunggu sebentar," ucapku seraya berjalan tergesa-gesa ke dapur.

"Bawa ini untuk anak-anak abangmu." aku menyerahkan kantong kresek yang kubawa pada Resti.

"Apa ini, Mak?" tanya Resti pula. Bawel sekali anak ini, banyak sekali pertanyaannya.

"Bakwan," jawabku singkat.

"Bakwan? Jangan-jangan ini bakwan yang kita bikin tadi malam, Mak..."

"Iya, tapi sudah mak panasi. Masih enak kok," jelasku.

"Enggak ah, tega sekali Mak ngasih anak-anak bang Rozi bakwan sisa tadi malam. Itu cucu-cucu Emak loh, bukannya lobang sampah," ucap Resti dengan sewotnya, ia mengembalikan kresek itu ke tanganku. Ucapan Resti barusan benar-benar membuat kupingku panas.

"Sudah bawa saja, nanti semua juga habis di sana," ucapku seraya menyerahkan kembali kresek itu ke tangannya.

"Enggak!' seru Resti sambil menampik kresek berisi bakwan itu, lalu ia naik ke atas sepeda motor.

"Resti!" teriakku kesal. Tapi, Resti tetap melajukan sepeda motornya tanpa mempedulikan teriakan ku.

Related chapters

  • Bukan Menantu Impian    POV Resti (adik ipar)

    "Kak, lagi apa!" kak Yati kaget mendengar panggilanku."Restiii...kaget kakak" kakak iparku itu geleng-geleng kepala."Kakak sih...masak kok sambil ngelamun," ucapku. Senyum manis pun terukir di wajah lusuh kakak iparku itu. Walau lusuh, tapi terlihat sangat tulus."Anak-anak mana, Kak?" tanyaku lagi."Lagi main di rumah kak Minah, Res.""Kaak...""Hmmm..." sahut kak Yati."Aku sebel sama kak Airin, Kak.""Kenapa lagi?" tanya kak Yati."Pemalas banget, bangun paginya siang. Masak nggak bisa, aku capek Kak. Semua tugas rumah aku yang ngerjain," ceritaku pada kak Yati.Kak Yati hanya diam, seperti tak merespon ucapanku. Tapi, ku tahu dia hanya pura-pura begitu. Seperti biasa, dia tak ingin terlalu ikut campur urusan orang lain."Kak Yati sih jarang sekali main ke rumah.""Kakak lagi repot, Res," ucap wanita sederhana itu seraya tersenyum. Tapi, dari senyumannya seperti menyembunyikan sesuatu. ___________________"Kok Mak yang nyuci piring?" tanyaku. Terlihat emakku berdiri di hadapan p

    Last Updated : 2023-06-21
  • Bukan Menantu Impian    POV Airin (istri Rido)

    "Mas... maafkan aku..." lirihku. Lelaki tampanku itu sedang duduk termenung di teras samping rumah mertuaku ini.Dia bergeming, masih tetap termenung, entah apa yang ia pikirkan.Aku pun duduk di sampingnya, tanpa ditawari, "Mas, dengarkan aku dulu," ucapku lagi seraya memegang tangannya dengan lembut."Aku... kecewa padamu, Dek..." lirihnya. Tatapannya masih lurus ke depan."Adek, sama sekali tak menghargai keluargaku. Terutama emak, wanita yang telah melahirkan aku.""Bukan begitu, Mas. Tadi, aku hanya terpancing emosi mendengar ucapan Resti," ucapku seraya mendengus kesal. Terbayang wajah ngeselin gadis nyebelin itu, arrgh!"Mas dengerin sendiri 'kan, bagaimana Resti berbicara padaku. Tidak sopan sama sekali," ucapku lembut. Berharap mas Rido luluh mendengarnya."Sudah tahu Resti memang begitu, masih Adek dengar," ucapnya seraya melihat ke arahku. Kelihatannya, mas Rido sudah mulai mendengar ucapanku."Ya, Mas. Maaf..." lirihku lagi. Aku tahu mas Rido tak akan bisa marah lama-lama

    Last Updated : 2023-06-21
  • Bukan Menantu Impian    POV Rido (adik ipar)

    "Mas...kapan sih, mobil kita di ganti," rengek Airin, istriku. Dia baru saja pulang dari arisan sosialitanya."Lihat Amel, teman arisan adek, tadi pamer mobil baru. Padahal suaminya hanya punya toko grosir sembako. Masa adek yang istri seorang pengusaha masih pakai mobil butut sudah ketinggalan zaman pula," ucapnya lagi seraya bergelayut manja di lenganku."Jangan samakan rezeki orang dengan kita, Dek. Mana tahu suaminya mbak Amel punya toko grosir banyak dan tersebar di mana-mana...""Ah... Mas, selalu ngomong begitu. Suka banget hidupnya stay di tempat saja. Susah sekali di ajak maju," sungutnya. Wajah cantik itu seketika muram."Bukan begitu, Dek. Tapi, untuk saat sekarang mas memang tak bisa mengabulkan permintaanmu, usaha kita lagi sepi, Dek," ucapku lagi, berusaha menjelaskan."Aku 'kan nggak minta di belikan mobil lagi, Mas. Mobil yang kita sekarang di ganti ke yang lebih bagus, palingan Mas tambah dikit aja," ucapnya masih keukeh dengan keinginannya."Apa bedanya sih, Dek. Ade

    Last Updated : 2023-06-27
  • Bukan Menantu Impian    Emak pingsan

    Air muka suamiku berubah, setelah tadi ia berbicara di telpon dengan seseorang. Aku pun mendekat ke arahnya perlahan, mana tahu ia butuh teman berbagi."Kita ke rumah emak sekarang, Dek," ucapnya dengan cepat. Wajah tampan itu terlihat gusar."Ada apa, Bang?" tanyaku."Emak pingsan, Dek. Barusan Resti yang nelpon.""Emak sakit, Bang?" tanyaku pula."Nggak tahu, Dek. Tadi Resti cuma bilang emak bertengkar dengan bapak," jelasnya lagi, kemudian bang Rozi pergi memanggil anak-anaknya yang sedang bermain di rumah tetangga sebelah."Dek, abang antar anak-anak ke rumah kak Minah dulu ya," ucapnya lagi. Rani, Alif dan Pian sudah nangkring di atas motor ayah mereka."Iya, Bang," jawabku. Kemudian masuk membawa Ilham ke dalam rumah untuk ku pakaikan baju, karena tadi Ilham bermain hanya memakai singlet saja.___________________"Mana emak, Res?" tanya Bang Rozi pada adiknya itu. Mata Resti terlihat sembab, seperti habis menangis."Di kamar, Bang," jawab Resti serak. Bang Rozi pun segera pergi

    Last Updated : 2023-06-27
  • Bukan Menantu Impian    Penyebab emak pingsan

    "Pak..." panggilku pelan. Saat bapakku sedang asyik memberi ayam peliharaannya makan."Hhmm..." sahut bapak. Ia menoleh sekilas padaku, setelah itu kembali fokus dengan ayam-ayam itu."Resti...mau bicara sebentar, Pak," ucapku lagi dengan perasaan ragu-ragu."Ya, bicara saja Res." lelaki cinta pertamaku itu tersenyum. Aku menghela nafas panjang, ini adalah waktu yang pas untuk aku kasih tahu rekaman itu pada bapak. Bang Rido sedang ke kota menemani istrinya ke salon. Emak juga ikut dengan mereka, katanya sekalian jalan-jalan untuk nyenengin emak. Entahlah, sepertinya ada embel-embel lain, makanya kak Airin begitu manisnya mengajak emak jalan-jalan."Tapi, Bapak janji. Setelah mengetahui semuanya nanti, Bapak harus tegas mengambilnya keputusan...""Ayo sini." bapak menarik tanganku untuk duduk di bangku di bawah pohon mangga.Setelah kami duduk, aku putar rekaman suara kak Airin bertengkar denganku tempo hari. Bapakku tak memberi tanggapan apa-apa tentang rekaman itu. Mukanya terlihat

    Last Updated : 2023-06-27
  • Bukan Menantu Impian    Tuduhan Rido

    "Dek..." panggil suamiku pelan."Hmm," sahutku seraya mengalihkan badanku berhadapan dengannya."Belum tidur," ucapnya lagi. Matanya menatapku lekat, seolah ingin menyampaikan sesuatu.Aku menggeleng."Dek, tadi bapak bilang...ingin mengalihkan sertifikat tanah itu atas namaku," ucapnya lagi dengan pelan."Hah!..." mataku terbelalak."Menurutmu bagaimana, Dek?" tanya bang Rozi lagi.Aku menarik napas panjang seraya menatap lelaki yang sangat kucintai itu."Aku yakin Abang pasti sudah tahu jawabannya," jawabku lembut. Aku terus menatapnya.Suamiku mengangguk, kemudian tersenyum seolah mengisyaratkan kalau dia mengerti dengan apa yang kupikirkan.___________________"Bang Rozi! Bang Rozi!" lengkingan suara terdengar dari teras rumahku. Rumah yang hanya sepetak ini memudahkan suara itu sampai di telingaku, walaupun aku di belakang rumah sekalipun.Aku bergegas menuju teras, di sana telah berdiri Rido sambil berkacak pinggang."Mana bang Rozi, Kak?" tanya Rido saat melihatku."Ada, lagi i

    Last Updated : 2023-06-27
  • Bukan Menantu Impian    Strategi Resti (POV Resti)

    "Bapak kenapa?" tanyaku pada lelaki cinta pertamaku itu. Lelaki paruh baya itu sedang duduk termenung di depan TV yang sedang menyala, matanya sama sekali tak fokus kepada layar kaca itu."Hmmm... nggak ada apa-apa, Nak," jawabnya pelan, ia terlihat menarik napas dalam-dalam."Ayo cerita pada Resti, Pak," ucapku seraya memegang tangannya.Bapak menoleh, tapi terlihat seperti ragu berbicara."Resti akan jadi pendengar yang baik. Ayo cerita, Pak. Jangan di pendem sendiri," ucapkan lagi seraya bergelayut manja di tangan yang telah menafkahi ku itu.Bapakku mengangguk, "Bapak bingung, Nak... Emakmu terus memaksa bapak menjual tanah itu," ucapnya pelan, terdengar seperti bisikan di telingaku."Tapi, setelah melihat kelakuan Rido dan Airin bapak tak rela kalau uangnya di serahkan pada mereka." aku masih diam mendengarkan curhat bapakku, tak ingin berkomentar apapun, karena tadi aku sudah berucap kalau aku akan jadi pendengar yang baik."Bagaimana menurutmu, Nak?" bapak meminta pendapatku, o

    Last Updated : 2023-06-28
  • Bukan Menantu Impian    Ada apa dengan emak

    "Abang saja yang pergi ya," ucapku pada bang Rozi. Malam ini, selepas magrib aku dan anak-anak di ajak ke rumah emak oleh bang Rozi, katanya besok Rido mau pergi. Jadi malam ini kami di suruh kumpul bersama di sana."Jangan gitu dong, Dek. Ini bapak yang minta, masak Adek tolak," balas bang Rozi pula."Tapi, Bang...""Kenapa?...Kau takut di sindir emak dan Airin," ucapnya lagi, seolah bisa membaca pikiranku.Aku tersenyum kecut mendengar ucapannya, "Tenang ada...Abang," ucapnya seraya berlagak seperti jagoan.Aku tersenyum geli melihat tingkah lelaki-ku itu, "Sudah... nggak usah di ambil hati, biarkan saja mereka bicara apa, yang penting Adek tetap yang terbaik di hati abang." kali ini bang Rozi berbicara seraya tersenyum dan mengedip-ngedipkan matanya. Ya Tuhan, dia berusaha merayuku. Tapi, Tak bisa di pungkiri hatiku merasa tersanjung mendengar ucapannya.Akhirnya kami pun pergi ke rumah emak, tetap seperti biasa bang Rozi mengantar anak-anak dulu, baru kemudian menjemputku berdua d

    Last Updated : 2023-06-28

Latest chapter

  • Bukan Menantu Impian    kabar Airin (end)

    "Dek...Dek...bukan itu Rido yang mengetuk-ngetuk pintu," ucap bang Rozi seraya menggoyang-goyangkan tubuhku.Aku terkesiap bangun, "Iya, Bang. Ada apa ya?""Nggak tahu, ayo kita bukakan pintu," ucap suamiku seraya bangkit dari peraduan kami.Aku pun mengekor di belakang bang Rozi, saat melewati ruang tamu kulirik jam dinding, menunjukkan hampir pukul setengah empat pagi."Ada apa, Do?" tanya bang Rozi pada adiknya itu saat pintu rumah kami terbuka."Bang...aku baru saja dapat kabar kalau Airin meninggal...""Hah!..." Aku dan bang Rozi serentak terkejut."Inalillahi wa Inna ilaihi Raji'un," ucapku pelan, "Siapa yang ngabarin, Om? Nanti jangan..." tanyaku pula."Nggak, Kak. Ini beneran, Joe yang menelpon ku tadi," sahut Rido cepat."Astaghfirullah...maaf, Do," ucapku sungkan, wajar saja aku suudzon Airin sudah berulangkali bersandiwara membohongi kami dengan tujuan untuk menarik perhatian Rido."Iya, Kak nggak apa-apa, awalnya tadi aku sempat mikir gitu juga," ucap Rido pelan, "Kasihan

  • Bukan Menantu Impian    apakah ini sandiwara Airin

    Hari ini, hari minggu kami semua berkumpul di rumah emak, kami masak tumpeng bersama. Karena hari ini ulang tahun emak, tidak ada salahnya kami anak-anaknya memberi sedikit kejutan untuknya.Potong tumpeng sudah selesai, makan bersama pun juga sudah. Emak dan bapak terlihat begitu bahagia, bermain bersama ketujuh cucu-cucunya di halaman belakang. Emak dan bapak tak henti-hentinya tersenyum melihat tingkah polah cucu-cucunya itu.Santi dan Resti membereskan dapur. Sedangkan aku menyapu seluruh rumah, karena rumah sudah seperti kapal pecah, karena ulah dari anak-anak kami. 'Drett...drett''Dret...drett...'Berulang kali ponsel milik Rido bergetar, ponsel itu tergeletak di atas meja ruang tamu. Sedangkan Rido mengobrol di teras bersama bang Rozi dan suami Resti.Aku ambil ponsel itu, dan melihat nama yang memanggil. Ternyata mama Airin yang berulang kali menghubungi Rido."Om, dari tadi hpnya berbunyi," ucapku seraya menyerahkan ponsel itu pada Rido.Rido pun menyambut ponselnya dari ta

  • Bukan Menantu Impian    POV Rido

    "Mama, Afa mau tidur dengan Mama," rengek anak sulungku pada Airin. Mungkin ia begitu rindu pada mamanya itu."Tapi, mama nggak bisa lama-lama di sini, Nak," sahut Airin dengan lembut."Kemarin mama janji mau tidur di sini sama Afa," ucap Raffa lagi, Ia terlihat begitu kecewa."Iya, tapi...""Mama jahat!" Seru Raffa, lalu pergi berlari ke kamarnya.Nggak bisa dipungkiri, hati ayah mana yang tak terluka melihat anaknya bersedih seperti itu. Ya Tuhan, andaikan aku dan Airin tak bercerai, pasti hati anakku tak akan terluka seperti itu.Apa yang ku pikirkan ini, sekarang ada Santi dan Raisa di hidupku. Walau bagaimanapun, Santi, Raisa dan Raffa adalah hal yang terpenting dalam hidupku. Airin masa lalu, akan tetap jadi masa lalu. Masa depanku adalah keluarga kecilku saat ini."Kau mau pulang sekarang, Rin?" tanyaku pada Airin.Aku keluar dari kamar dan menemui Airin yang duduk termenung di ruang tamu sendirian."Eh... iya, Mas," sahut Airin sedikit terkejut."Apa Kau tak ingin tidur sama R

  • Bukan Menantu Impian    Airin takut pada Resti

    "Kau sakit, Rin?" tanyaku pada Airin, saat aku baru saja masuk ke dalam rumah Rido.Resti tertawa mendengar ucapanku, entahlah, mungkin ucapanku terdengar lucu di kupingnya. "Ada yang lucu, Res. Kok ketawa?" tanyaku terheran-heran."Hahaha... nggak ada, Kak. Cuma lagi pengen ketawa ajah." Tawa Resti tambah lebar.Aku garuk-garuk kepala, bingung melihat ekspresi Resti, ada apa dengan adik iparku itu. Dia tertawa terpingkal-pingkal, sedangkan Airin tertunduk lesu, dan diam seribu bahasa."Kakak mau tahu, Kak Airin kenapa?"Aku mengangguk, dan Airin menoleh cepat ke arah Resti."Kak Airin itu memang sedang sakit...""Sakit apa? Pantes pucat begitu...""Kak Airin itu mengidap penyakit hati, dan itu susah sembuhnya...""Res... sudah," sela Airin serak, suaranya seperti tercekat di tenggorokannya."Mengapa, Kak? Takuuuuut..." ucap Resti sinis.Airin tertunduk lesu."Res, ini ada apa?" tanyaku pula."Nggak ada apa-apa, Kak. Aku cuma sedang bersilaturahmi saja dengan kak Airin," ucap Resti p

  • Bukan Menantu Impian    Ancaman Resti pada Airin (POV Airin)

    Aku terkejut mendengar ucapan bang Rido, kalau wanita yang berusaha mendekati bang Ferdi itu sepupunya Airin. Aku yakin tak yang kebetulan saja, semua ini pasti ada campur tangan Airin di dalamnya. Awas Kau Airin, suatu saat pasti aku akan buat perhitungan.Ka tatap bang Ferdi, dari kemarin di tuduh selingkuh, padahal dia tidak melakukan apapun."Maafkan aku, Bang..." lirihku seraya menunduk."Iya, Dek. Abang juga minta maaf, karena ulah wanita itu membuat Adek tak nyaman.""Aku yang salah, Bang..."Bang Ferdi menggeleng, "Nggak, Dek aku yang bodoh, seharusnya dari awal aku sudah curiga kalau wanita bernama Siska itu bukan fatner bisnis yang tepat buat usaha baru kita. Bahkan dia sama sekali tidak mengerti tentang kuliner tradisional.""Eh, sudah...kok Kalian jadi saling menyalahkan sih," sela bang Rido pula."Anggap saja yang terjadi kemarin adalah ujian rumah tangga kalian," tambah kak Yati.Aku dan Ferdi tersenyum, lalu kami saling berpelukan."Percayalah, Dek. Tak akan ada yang bi

  • Bukan Menantu Impian    POV Airin

    Hatiku hancur melihat keharmonisan mas Rido dan Santi. Mas Rido memperlakukan Santi dengan lembut, sama seperti yang dilakukannya padaku dulu. Mas Rido adalah sosok suami yang selalu ingin membuat istrinya bahagia, oh aku rindu padamu mas Rasa cemburu menyelinap ke dalam hatiku, aku tak bisa terima semua ini, aku harus melakukan sesuatu untuk membalas rasa sakit ini. Aku hancur mas, dan kau juga sama denganku.Berbagai macam cara aku lakukan untuk memisahkan mas Rido dan Santi, tapi itu tak berhasil juga. Baiklah, kalau aku tak bisa menghancurkan mereka, aku akan cara lain untuk membuat keluarga itu sedih dan sakit hati. Kalau salah satu keluarganya hancur pasti mas Rido ikut merasakan sedihnya, dan aku suka itu.Hari ini, sepulang bekerja aku sengaja mampir ke rumah Siska sepupu jauhku yang juga sahabat karib di masa sekolah dulu. Aku akan meminta bantuan padanya, iya hanya Siska yang ku rasa bisa menjalankan misi ku kali ini."Tumben Lo ke sini," ucap Siska saat aku baru saja duduk

  • Bukan Menantu Impian    Ferdi selingkuh?

    Tahun berlalu, hari-hari kami jalani sangat damai. Airin tak lagi berusaha menganggu ketentraman keluarga ini. Dia sering datang menengok Raffa, juga sekali-kali Raffa di bawanya pergi ikut dengannya.Airin memang banyak berubah, penampilannya tak seperti dulu lagi, lebih sopan dan terkesan sederhana. Mungkin karena faktor keuangan juga, Airin sekarang bekerja di sebuah butik milik temannya. Rido dan Santi pun sudah menempati rumah mereka yang dibangunnya di sebelah rumah kami. Anak mereka pun sudah besar, sudah berusia setahun dan berjenis kelamin perempuan bernama Raisa. Dan itu menjadi pelengkap kebahagiaan mereka.____________________"Kak, mari ke rumahku, mbak Airin datang." "Kapan Airin datang, San?" tanyaku saat kami berjalan menuju rumahnya."Barusan, Kak.""Rido...ada?""Belum pulang, Kak. Palingan sebentar lagi," ucap Santi pula.Saat kami masuk rumah, terlihat Airin duduk di sofa ruang tamu seraya memangku Raisa. Dadaku berdegup kencang, takut Airin melakukan sesuatu pad

  • Bukan Menantu Impian    firasat Raffa

    "Kak, Raffa main di sini, ya." Rido dan Raffa mendatangi rumahku siang ini.Aku mengangguk, "Ayo Afa masuk, main dengan iIham di belakang gih," ucapku.Rido pun terduduk lesu di teras rumahku."Ada apa, Om?" tanyaku pula."Aku pusing, Kak. Sudah dua Minggu ini Raffa murung saja, makan pun tak berselera," cerita Rido."Emang kenapa? Raffa lagi tak sehat ya?"Rido menggeleng, "Raffa kangen mamanya, sedangkan Airin sudah sebulan ini tak bisa di hubungi.""Terus bagaimana, Om?""Entahlah, Kak. Aku hanya takut Raffa jatuh sakit, karena terlalu memikirkan mamanya.""Iya juga ya, Om," sahutku ikut mengkhawatirkan Raffa."Bawa saja Raffa menemui Airin, Om.""Iya, Kak. Santi juga menyarankan begitu, tapi emak tak mengizinkan," ucap Rido lagi seraya menarik napas panjang. Adik iparku itu terlihat frustasi."Nanti, Kakak bantu bicara dengan emak ya, Om," ucapku lagi.Rido mengangguk, "Iya, Kak. Aku memang mau meminta tolong Kakak untuk berbicara pada emak.""Baiklah, nanti sore Kakak dan abangmu

  • Bukan Menantu Impian    karma untuk Airin (POV Airin)

    ATM-ku sudah menipis, transferan dari sugar Daddy-ku Minggu lalu sudah ku habiskan untuk menyewa mobil yang ku pakai pergi menemui Raffa. Kemarin itu aku sangat merindukan anak itu, ingin rasanya kubawa dia bersamaku saja. Tapi, hidupku yang tak terarah ini membuatku buang jauh-jauh keinginan itu Belum lagi mama, hampir setiap hari meminta uang padaku. Sekarang mama mempunyai kebiasaan baru, hampir setiap ia malam ke clubbing dan pulang-pulangnya pasti sudah teler.Kemana lagi, aku mencari uang yang banyak dengan cepat untuk memenuhi biaya hidupku dan mama, kalau tidak dengan cara merayu om-om hidung belang. Aku cantik, postur tubuh menarik, lelaki hidung belang mana yang tak tergoda saat aku merengek memanja merayunya."Sayang, mama minta uang dong," ucap mama malam ini."Mau kemana lagi, Ma?" tanyaku pelan."Kamu nggak usah banyak tanya, Sayang. Membuat kepala mama yang pusing ini tambah pusing saja. Berikan saja mama uang, teman mama sudah menunggu tuh diluar," sahut mama seraya m

DMCA.com Protection Status