Share

Jomlo 15

Author: Amih Lilis
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

*Happy Reading*

Aku dan Alan disambut senyum penuh arti oleh Bang Elang. Saat kami baru saja tiba di depan ruangan Pak Nyoto. 

Ck, pasti, deh. Nih polisi playboy satu mikirnya macem-macem.

"Nah, ruangan Pak Nyoto di sebelah sana, Pak. Tepat di depannya Pak Elang." Malas bertemu dengan polisi lebay itu, yang pasti berakhir dengan saling debat. Aku pun mempersilahkan Alan ke sana sendiri saja. 

Bodo amat dia mau bilang aku gak sopan atau apa? Penting tugasku mengantarkannya udah selesai, kan? Lagipula, aku masih punya kerjaan lain setelah ini.

Alan melirik Bang Elang sejenak, sebelum kembali melihatku beberapa menit. Kemudian menghela napas pelan dan mengangguk. 

"Terima kasih dan ... semangat, ya?"

Eh? Semangat? Semangat untuk apa nih? Semangat untuk melupakannya? Woyajelas! Aku pasti akan semangat untuk hal itu.

Mengangguk satu kali, aku pun membalas, "A--eh, Bapak juga semangat, ya? Jangan lupa undang saya nanti

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Yanti Keke
gas keun bu dok... biar hasmi gagal move on
goodnovel comment avatar
PenTi Komenq Bae Lach
terus aja bu dokter. Comblang in hasmi sm alan... Seru liat Mereka debat molo
goodnovel comment avatar
Dewi Balfas
Alan jaim kya.a sma hasmi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Bukan Mauku Menjomlo   Jomlo 16

    *Happy Reading*Sebenarnya, aku ingin sekali mempercayai ucapan Dokter Karina waktu itu. Setidaknya itu menandakan aku gak ngarep sendirian, ya kan? Pikirku, Alan juga ternyata sedikit tertarik padaku, benar tidak? Meski sedikit, tapi mayanlah daripada ngarep sendirian. Lebih ngenes kedengerannya.Sayangnya, gimana aku bisa percaya kalau lagi-lagi harus melihat pria itu bermesraan dengan wanita lain? Memang bukan bermesraan seperti cipok-cipokan atau elus-elusan. Hanya duduk berdua di kantin rumah sakit, sambil ngobrol akrab sekali seakan dunia milik berdua. Kan, hatiku panas lagi ini.Kulkas mana kulkas?"Eh, Mi. Itu pacarnya selingkuhan Dokter Karina, ya?"Aku auto mendengkus kesal, saat mulut julid Devi kembali menebar racun. Tentunya, sambil melirik meja Alan dan pasangannya. Ugh ... kok rasanya gak rela ya menyebutnya begitu?"Jangan mulai, Dev. Udah berapa kali dibilang. Mereka itu cuma partner kerja. Gak lebih!" Aku tidak

  • Bukan Mauku Menjomlo   Jomlo 17

    *Happy Reading*"Aa, ih! Lepasin!" Aku menghela tangan Alan yang melingkar dipinggang lumayan kasar, saat kami sudah sampai parkiran."Tangannya jan kurang ajar, dong! Kita kan bukan mahram!" salakku kemudian, setelah memastikan keamanan situasi sekitar.Aman, gaes! Gak ada yang ngikutin kami. Eh, maksudnya teman sejawat yang baru aku tebar hoax gak ngikutin. Jadi aku gak harus pura-pura lagi.Seperti biasa, Alan menatapku datar seraya menaikan alisnya. "Jangan bawa-bawa kata Mahram. Kamu sendiri tadi yang pertama menggandeng saya.""Ya, kan saya cuma akting, Bapak. Biar temen-temen saya percaya kalau kita ini pasangan. Kasian loh, Dokter Karina jadi bahan gosip terus.""Dan saya hanya membantu kamu, membuat orang-orang LEBIH percaya pada gosip yang sudah kamu tebar. Gak salahkan?"Hish! Susah emang kalau ngomong sama pengacara. Pinter banget nyautinnya. Kan, aku jadi bingung ini mau membalas apa?"Ya, tapi gak harus seme

  • Bukan Mauku Menjomlo   Jomlo 18

    *Happy reading*Gara-gara pengacara jalan tol si-Alan kampretos minta dijotos. Aku terpaksa ijin pulang sebentar, untuk mengamankan semua belanjaan yang baru saja Alan kembalikan.Masalahnya belanjaanku terlalu banyak hingga tidak muat di loker. Makanya dari pada mengganggu hilir mudik teman sejawatku di sana, berakhir ketendang-tendang sampai rusak. Mending aku amankan segera, yee kan?Toh, Kontrakan aku juga gak jauh dari sana. Jadi gak akan memakan waktu lama jika hanya sekedar menaruhnya saja. Ya ... kecuali aku nyambi rebahan sambil nonton drakor. Alamat gak balik Rumah sakit sampai berabad-abad saking nyamannya.Tergoda sih melakukan hal itu. Tetapi berhubung aku masih butuh cuan buat naikin haji abah sama umi. Aku pun harus lebih giat lagi ngevet di Rumah sakit."Mi, dari mana aja lo? Abis mojok ya sama Pak Pengacara?" goda maya, yang tadi memang ada saat Alan menyeretku pergi."Biasa, bikin kuping dulu tadi di

  • Bukan Mauku Menjomlo   Jomlo 19

    *Happy Reading*"Hasmi, Abah kritis! Kamu bisa pulang sekarang, gak?"Degh!"Astaga, Hasmi! Kamu kenapa?!" Dokter Karina dengan tanggap menahan tubuhku yang tiba-tiba oleng dan hampir jatuh terduduk, akibat syok seusai mendengar kabar dari orang di seberang sana.Abah Kritis?! Bagaimana bisa?Bukannya Abah selama ini sehat dan bugar? Kenapa tiba-tiba kritis? Apa yang terjadi?"Mi? Hasmi?" Umi terdengar memanggilku, meminta atensiku kembali. Aku pun sekuat tenaga menguatkan diri agar bisa melanjutkan sambungan telpon ini."A-apa, Umi? A-Abah kritis?" Terbata aku menyahuti Umi, benar-benar tak percaya dengan Info yang dibawanya barusan."Iya, Neng. Abah kritis. Sekarang sedang ada di Rumah sakit terdekat. Makanya kamu bisakan ijin pulang, Neng. Cuti atau apalah gitu, Mi. Pokoknya cepet pulang. Umi mohon!" jawab Umi dengan suara sengau khas orang kebanyakan menangis.Ya Tuhan ... apa kondisi abah seb

  • Bukan Mauku Menjomlo   Jomlo 20

    *Happy Reading*"Kenapa?" tanya Alan tiba-tiba muncul, seraya menghampiri dengan alis bertaut bingung.Tentu saja, dia pasti bingung dengan seruan Bang Elang tadi. Alan kan baru datang dan tidak tahu duduk masalah yang tengah terjadi."Benar! Kamu aja deh, Lan, yang anter Hasmi pulang." Dokter Karina mengambil alih obrolan dengan semangat."Gak usah! Gak perlu! Dok? Saya beneran bisa pulang sendiri. Saya janji gak akan ngebut, kok. Percaya kenapa, sih? Saya gak mau ngerepotin orang." Aku menolak dengan keras, karena benar-benar tak ingin membebani siapapun."No!" tolak Dokter Karina keras kepala."Dok? ayolah! Saya cuma mau pulang. Kenapa harus dipersulit seperti ini?" Tangisku pecah kembali. Benar-benar kesal dengan keadaan.Aku ingin pulang! Tidak adakah yang bisa mengerti perasaanku?"Lan, anterin Hasmi pulang bisa, kan? Dia baru saja dapat kabar Abahnya kritis. Uminya minta dia pulang sek

  • Bukan Mauku Menjomlo   Jomlo 21

    *Happy Reading*"Bagaimana para saksi? Sah?" tanya Pak RT, yang juga merangkap sebagai seorang penghulu. Sesaat setelah pria di sampingku ini, mengucapkan ijab qobul atas nama diriku, dengan satu tarikan napas saja."Sahhh!" Para saksi di ruang kecil itu pun menjawab bersamaan."Alhamdulilah …." ucap kami serempak, sebelum Pak Penghulu membacakan doa untukku dan pria di sebelahku, yang kini telah sah menjadi suamiku dimata agama.Setelah doa diakhiri kata 'Aamiin'. Aku pun meraih tangan suamiku dan menciumnya dengan perlahan. Sebagai tanda baktiku padanya. Dilanjutkan dengan dia yang mencium keningku cukup lama, dan sebuah lantunan doa, yang ku tahu biasa diucapkan seorang suami pada istrinya.Kemudian, aku pun melirik Abah di ranjang rumah sakit, dan memaksakan tersenyum semanis mungkin kepadanya. Yang juga dibalas Abah dengan senyum tipis."Alham … du … lillah … " ucapnya tanpa suara, sesaat sebelum matany

  • Bukan Mauku Menjomlo   Jomlo 22

    *Happy Reading*"P-pak?" panggilku lirih, di belakang tubuhnya yang berjarak beberapa langkah dariku.Merasa ada yang memanggil, pria itu pun menghentikan pekerjaannya sebelum menoleh, dan ...Glek!Seketika aku menelan saliva kelat, saat melihat tatapan tajamnya padaku. Membuat aku seperti seorang tersangka yang baru saja tercyduk maling ayam.Njir! Tatapannya tajem banget, sih? Bikin aku jadi deg-degan aja."Kenapa?" tanyanya datar sekali."Eh? Uhm … itu … anu … uhm …." Tiba-tiba aku malah gelagapan mendapatkan pertanyaan, yang sebenarnya jawabannya sangat mudah."Anu ... apa?" tanya pria itu lagi. Masih dengan wajah datarnya."Anu … uhm … itu … uhm … ma-makan dulu." Akhirnya, aku pun berhasil memberitahukan tujuanku, walaupun masih dengan grogi parah.Bagaimana tidak grogi. Kalau sekarang aku harus menganggap pria ini adalah suamiku. Padahal sebelumn

  • Bukan Mauku Menjomlo   Jomlo 23

    *Happy Reading*Flashback on (part 1)Aku hampir saja mengangguk pasrah jika saja tak mendapatkan tepukan di bahu dari Dokter Karina.Astaga!!Saking paniknya. Aku sampai lupa pada orang-orang yang mengantarku pulang. Dokter Karina dan Alan. Eh, tapi ... kenapa Alan masuk? Bukannya dia katanya mau langsung pergi?"Dok?" panggilku dengan suara parau akhirnya."Jangan menyerah, Mi. Jangan lakukan jika memang kamu gak mau melakukannya. Saya udah pernah bilang, kan? Jangan pernah menikah, hanya karena desakan orang lain atau desakan usia. Tapi menikahlah karena Allah.""Tapi ... Abah saya--""Ayo! Saya bantu jelasin sama Abah kamu," sela Dokter Karina lagi, seraya menyemangati dan meraih handle pintu."Tapi, Neng. Di dalam ada ...." Tiba-tiba Umi menyela dengan ragu-ragu."Ada apa, Umi?" Tak ayal, rasa penasaran pun hadir seketika di sana."Uhm ... itu ... itu ... di dalem, itu ... uhm ....""Di Da

Latest chapter

  • Bukan Mauku Menjomlo   Last ekstra part

    "Aduh! Terus kumaha iye? Mana si Bapak udah pergi? Saya telepon Bapak lagi aja, gimana? Pasti belum jauh, kan?" Asisten yang bernama Mbok Minah itu pun seketika panik. "Jangan, Mbok. Jangan ganggu Bapak," larang Hasmi yang kini berusaha mengatur napasnya, demi meredakan sakit yang semakin mendera perut bawahnya. "Ya, terus. Ini gimana, Bu? Saya harus apa?" Meski agak heran dengan permintaan sang nyonya. Mbok Minah pun kembali bertanya. "Suruh Pak Komang siapin mobil. Terus, tolong ambilin tas bayi di kamar yang sudah saya siapin. Mbok nanti temenin saya ke Rumah sakit, mau, ya?" pinta Hasmi setelah memberi titah pad sang asisten. "Iya, iya, Bu. Nanti saya temani. Kalau gitu, ibu tunggu bentar, ya? Saya nyari si Komang dulu." Mbok Minah pun pamit, mencari sopir yang sengaja Alan pekerjakan untuk mengantar-antar Hasmi jika ingin bepergian sendiri. Sementara Mbok Minah melaksanakan titah Sang nyonya. Hasmi sendiri kini tengah sibuk mera

  • Bukan Mauku Menjomlo   Ektra part 5

    Ektra part 5*Happy Reading*Hasmi mendesah berat, saat terbangun dari tidur malamnya tapi tidak menemukan Alan di sisi tempat tidur. Melirik jam di atas nakas sejenak, yang menunjukan pukul dua pagi. Hasmi pun memutuskan turun dari tempat tidur, dan menghampiri suaminya itu. Ruang kerja menjadi tujuan Hasmi. Karena setelah makan malam, Alan memang pamit meneruskan pekerjaan yang belum sempat dia selesaikan di kantor. Sementara Hasmi, memilih langsung tidur setelah sholat isya.Kehamilan yang sudah semakin besar membuatnya mudah lelah. Itulah kenapa, Hasmi jadi sering mengantuk dan mageran. Ditambah lagi, sekarang ada beberapa asisten rumah tangga di rumahnya. Makin-makin saja kemagerannya itu. Hasmi kembali menghela napas panjang, saat menemukan kebenaran atas dugaannya. Di sana, di dalam ruang kerjanya. Alan tengah menatap layar laptopnya dengan tampang serius sekali. Membuatnya terlihat bersahaja dan tampan sekali. Ah, mema

  • Bukan Mauku Menjomlo   Ekstra part 4

    Ekstra part 4"Sudahlah, Alan. Biar aku saja yang jadi mengajak istrimu berkeliling. Aku janji tidak akan membuat istrimu lecet. Jadi, kau tidak harus menyusahkan diri sendiri seperti itu."Alan langsung mendengkus kesal, saat lagi-lagi Frans mengejeknya ketika jatuh dari motor.Ya. Demi Hasmi. Alan akhirnya memutuskan belajar motor kembali, agar bisa memenuhi ngidam sang istri. Meminta bantuan pada Frans yang memang lihai dalam hal kendaraan beroda dua itu. Awalnya Alan ingin minta di ajarkan lagi dalam mengendarai motor. Siapa sangka? Ternyata pria itu malah terus mengejeknya sepanjang latihan."Terima kasih, Frans. Aku masih bisa menuruti ngidam istriku seorang diri. Kau diam menyimak saja," balas Alan kemudian. Tidak akan pernah mengijinkan Frans berdekatan dengan istrinya lagi. Apalagi, setelah tahu perasaan pria itu pada sang istri. Alan tidak ingin memberi celah sedikitpun untuk sebuah perselingkuhan. Ah, ya! Satu rahasia ya

  • Bukan Mauku Menjomlo   Ekstra part 3

    *Happy Reading*Entah sudah jadi sugesti atau memang kebetulan saja. Sejak mengetahui jika sudah berbadan dua, tubuh Hasmi pun mulai merasakan kodisi yang biasa ibu hamil rasakan. Mual-mual dan lain macamnya. Namun, yang paling membuat Hasmi kewalahan adalah muntah-muntah yang di alaminya. Karena hal itu bukan cuma saat pagi hari saja, tetapi bisa seharian full dan membuatnya tidak bisa berjauhan dari kamar mandi. Selain muntah yang berlebihan, Hasmi juga tidak berselera makan sejak hamil. Semakin dia makan, semakin sering dia muntah. Terutama dengan makanan pokok negara kita, yaitu nasi. Jangankan memakannya, mendengar namanya saja dia sudah mual. Dengan kondisinya yang seperti itu, sudah bisa dipastikan. Hanya dalam hitungan hari saja, Hasmi pun drop. Mengharuskannya bedrest total dan mendapat asupan makanan dari selang infus.Sebagai seorang suami, Alan pun dirundung kesedihan melihat kondisi Hasmi. Seandainya saja dia bisa menggant

  • Bukan Mauku Menjomlo   Ekstra part 2

    *Happy Reading*"Nah, udah kelar! Lo? Udah kelar juga, gak?" Hasmi melirik Mira, menanyakan pekerjaan gadis itu. "Bereslah! Miwra gitchu, loh!""Najis! So imut bet lo!" Hasmi misuh-misuh kesal melihat tingkah Mira. "Emang imoet kakak ...." sahut Mira sengaja mengedip-ngedipkan mata seperti orang cacingan. Ingin menggoda Hasmi"Semerdeka lo aja dah, Mir. Males debat gue." Hasmi mengalah. "Dahlah, yuk sholat dulu. Udah masuk waktunya, kan?" Hasmi memilih mengalihkan obrolan pada yang lebih berfaedah. "Udah, sih. Tapi lo duluan aja.""Lah, Ngapa? Lagi males atau ngerasa udah banyak pahala?" sindir Hasmi."Bukan, gela! Gue lagi dateng bulan."Owh ... pantas saja. Soalnya setahu Hasmi, meski si Mira ini bar-bar dan adminnya lambe jemblehnya rumah sakit ini. Tetapi perkara sholat, gak pernah ketinggalan. Bahkan bisa dikatakan jempolan, soalnya gak nunda-nunda waktu. "Oh gitu ...." Hasmi menganggu

  • Bukan Mauku Menjomlo   Ekstra part 1

    *Happy Reading*(Author pov)Hari ini sabtu dan Alan sedang libur. Pria itu sengaja tidur lagi sehabis sholat subuh, karena memang tak punya rencana apapun hari ini. Hanya bersantai ria dengan istri tercinta yang pastinya sedang sibuk membersihkan rumah.Jangan salah kira. Alan bukannya mau menjadikan istrinya itu sebagai pembantu di rumahnya sendiri. Hanya saja, Hasmi memang suka bebenah orangnya, dan tidak ingin memiliki pembantu dulu."Nanti saja punya pembantunya, A. Sekarang Hasmi belum butuh. Lagian, di rumah ini juga hanya kita berdua. Hasmi masih bisa mengurus semuanya sendirian."Itu katanya, saat Alan tawarkan seorang pembantu untuk membantunya mengurus rumah mereka. Meski sudah dibujuk bagaimana pun. Jawaban wanita itu tetap sama. Belum butuh. Begitu saja terus. Sampai Alan menyerah dalam membujuk wanitanya. Karena tak ingin malah jadi ribut nantinya. Kadang, istrinya itu memang sangat keras kepala. Makanya Alan memilih me

  • Bukan Mauku Menjomlo   Jomlo 93

    *Happy Reading*"Jangan iseng, ya? Aku gak mau sampai kehilangan kontrol di sini," ucapnya lembut membuat aku tertegun. "Kecuali ... kamu mau coba bikin anak di dalam mobil, aku sih gak akan keberatan sama sekali."Eh? "Bikin anak dalam mobil?" Aku membeo. "Atuh jangan Aa. Sempit, ih! Di kamar Apartemen yang luas aja saya engap kalau Aa udah naek. Nah ini malah di dalam mobil. Gepen nanti saya," lanjutku dengan tak habis pikir. "Kamu nanti di atas, biar saya yang di bawah," balas Alan, setelah mengulum senyum berapa saat. Apa, sih? Dia pasti mau ngisengin aku lagi."Di atas gimana? Nanti kepala saya benjol, dong. Mentok mulu pas goyangin Aa." Aku memukul dada bidangnya dengan kesal. "Udahlah jan ngadi-ngadi. Bikin anaknya di rumah aja. Jangan di tempat macem-macem.""Ya, makanya kamu juga jangan iseng di sini. Kalau mau di rumah aja. Biar nanti kalau si 'itu' bangun. Gak susah nyari tempatnya, ya?"Kali ini a

  • Bukan Mauku Menjomlo   Jomlo 92

    *Happy Reading*Keesokan harinya, kami semua memutuskan untuk liburan bersama ke tempat wisata di Tokyo. Tidak, lebih tepatnya, Dokter Karina yang mempunyai rencana itu, dan aku memaksa ikut.Kenapa memaksa? Ya, karena aku awalnya gak diijinkan. Nyebelin banget, kan? Masa pengen ikut liburan gak boleh? Pelit bet dah, ah."Gak habis pikir saya sama kamu. Orang abis nikah tuh honeymoon Hasmi. Jalan ke mana gitu, beduaan sama Alan. Atau ngedekem di kamar bikin anak tujuh hari tujuh malam juga gak papa. Pokoknya penting beduaan dulu sama suami. Ini kok malah ikut kami. Aneh, kamu!"Itu komentar Dokter Karina saat aku bersikukuh ikut mereka kemarin. Membuat aku cemberut kesal plus gemes banget.Ck, dikira bikin anak mulu kagak capek, apa? Capek kali, Mak! Apalagi ini disuruh begituan tujuh hari tujuh malam. Bah! Ledes nanti dorayakiku. Ganti bentuk jadi okonomiyaki. Haduh, haduh ... tuh dokter kalau ngomong emang bikin orang pengen nguncir mul

  • Bukan Mauku Menjomlo   Jomlo 91

    *Happy Reading*"Uhuk! Cie pengantin baru, akhirnya keluar kandang juga. Gimana? Dapat berapa ronde semalam? Ugh ... kayaknya gempur abis-abisan, tuh! Jalannya udah beda, cuy!"Aku ingin sekali menyumpel mulut bocor Dokter Karina dengan Burger jumbo di hadapannya, saat mendengar celetukan jahilnya itu ketika waktunya makan malam di restaurant bawah. Ya, ternyata kami semua satu apartemen. Hanya beda lantai saja, soalnya si Nyonya Sultan sudah pasti membutuhkan Apartemen lebih besar, untuk menampung orang-orang yang dia bawa turut serta ke negara ini.Maksudku, ketiga anaknya dan baby sitter mereka masing-masing. Tahu sendiri, kan, dia dan suaminya sangat sibuk. Jadi pastinya butuh bantuan Baby sitter untuk mengurus anak-anaknya. Hanya saja, untuk urusan memandikan dan makanan. Dokter Karina biasanya turun tangan langsung mengurus ketiga anaknya. Dia itu ibu yang hebat. Tapi atasan yang nyebelin kadang. Terutama mulut bocornya. Suka nyeplos gak pandang tempat. Sepert

DMCA.com Protection Status