Beranda / Rumah Tangga / (Bukan) Istri Pilihan / Part 78 Foto di Dinding Kamar 2

Share

Part 78 Foto di Dinding Kamar 2

Penulis: Lis Susanawati
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-29 14:44:56

Sambutan Ayunda yang begitu menyakitkan tidak seberapa dibanding rasa kecewa demi melihat foto itu masih tergantung di sana. Kenapa Mayang tidak menurunkannya. Apa wanita itu memang masih berharap mereka bisa kembali rujuk. Toh katanya dia tidak pernah melakukan perselingkuhan.

Tampaknya Yoshi tidak terpengaruh dengan gambar itu meski sempat melihatnya sekilas. Apa dia memang sudah tahu sejak lama? Bukankah Yoshi juga sering menjenguk Ayun. Detak jantung Anastasya berdegup kencang.

"Ayun, nih Tante beliin cokelat sama Hello Kitty." Anastasya masih berusaha merayu. Dia juga harus berperan untuk meluluhkan hati anak tirinya.

"Nggak mau," jawab Ayunda sengit.

"Ayun, kalau masih bersikap kasar begini. Papa tinggal pulang, ya!" ancam Yoshi.

"Nggak boleh pulang." Ayunda mengeratkan tangannya yang melingkar di leher sang papa.

"Papa nggak suka Ayun bilang seperti itu lagi. Tante Anas nggak jahat. Siapa yang bilang Tante Anas jahat?"

Hening. Ayunda tidak berani menjawab tapi ia memandang ma
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (32)
goodnovel comment avatar
Andin Gemoy
mas yoshi mmgTOP sekarang, dan anas jgn lembek..meskipun tdk secerdas bu mega tp kamu harus kekuatan mamamu nas.... dan untuk mayang yg katanya cantik pasti byk dong yg mau..temukan jodohnya thor supaya tdk semakin meresahkan
goodnovel comment avatar
Lis Susanawati
🥹🥹🥹🥹🥹
goodnovel comment avatar
Lis Susanawati
gak tau malu juga 🫣🫣🫣
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 79 Tidak Akan Berpisah 1

    (Bukan) Istri Pilihan - Tidak Akan PisahAuthor's POVSakit juga dengan perlakuan Ayunda tadi. Dia sudah di brain wash oleh Mayang dan keluarganya supaya membenci dirinya. Anastasya sendiri pernah menjadi korban toxic parenting dari mamanya. Walaupun hubungan mereka sekarang membaik, tapi karena kejadian tadi, Anastasya kembali mengingat semua dan membuatnya ingin menjerit."Kenapa mas nggak ngasih tahu aku kalau Ayun nggak boleh makan cokelat?" Sorot kecewa tampak di bening mata Anastasya."Maafin mas. Sama sekali mas nggak kepikiran hal itu." Yoshi memang tidak ingat. Terlalu banyak yang ia pikirkan belakangan ini. Ketika Anastasya masuk hipermarket tadi, ia tengah menerima telepon dari pihak Agung yang selalu mengancamnya.Wajah Anastasya tidak bisa menyembunyikan rasa kecewanya.Disebabkan keadaan tidak lagi kondusif, Yoshi menepikan mobilnya. "Sayang." Direngkuhnya sang istri, tapi Anastasya menolak dan sibuk menghapus air mata. "Maafkan mas. Setelah ini nggak perlu lagi kita m

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-30
  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 80 Tidak Akan Berpisah 2

    "Maafkan saya yang belum bisa berbakti pada Papa, tapi saya harus pamitan. Saya sangat berharap, papa dan Bu Mega jangan sampai berpisah. Di mata saya, beliau wanita luar biasa."Pak Bastian memandang Fauzi dengan perasaan campur aduk. Dalam hati masih berharap bahwa keadaan bisa akur dan membaik setelah ini."Pa, saya pamit. Suatu hari nanti, entah beberapa bulan lagi, saya akan mengunjungi Papa." Fauzi mencium tangan Pak Bastian."Jaga diri baik-baik." Laki-laki itu menepuk bahu Fauzi. Keduanya saling tersenyum dan Fauzi yang lebih dulu melangkah pergi.Dalam perjalanan Fauzi ingat saat menemui Bu Nana di kantornya. Tindakan nekat supaya ia punya pertimbangan untuk membuat keputusan. Dari Bu Nana, Fauzi tahu bagaimana sebenarnya Bu Mega.Pertemuan dengan Pak Bastian tadi, Fauzi tidak ada niat membahas tentang ibunya. Tujuannya bertemu hanya untuk pamit dan mengucapkan banyak terima kasih. Jika membahas tentang hubungan mereka, itu akan semakin rumit.Mengingat sang ibu yang terlihat

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-30
  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 81 Perpisahan 1

    (Bukan) Istri Pilihan - Perpisahan Author's POV Yoshi memakai jaketnya dan Anastasya memperhatikan dengan cemas. Selama ini mama mertuanya tidak pernah sakit serius. Bahkan kalau pun sakit jarang sekali mengabari dan tahu-tahu sudah sembuh. "Mama sakit apa, Mas?""Mas belum tahu, Sayang. Tapi setelah di infus keadaannya jauh lebih baik. Tapi mas pergi nengok dulu, ya.""Jadi mama opname di rumah sakit?""Iya." Laki-laki itu keluar kamar dan di antar istrinya sampai di depan. Semoga mertuanya hanya sakit biasa. Anastasya tidak tahu kalau sebenarnya yang sakit adalah mamanya sendiri. Yoshi memang sengaja tidak memberitahu. Khawatir kalau istrinya panik. Tadi yang mengirimkan pesan Lidia.Anastasya masuk ke rumah dan Yoshi pergi dengan mobil menuju ke rumah sakit. Lalu lintas masih cukup ramai jam sembilan malam itu. Bulan Agustus memang lagi banyak kegiatan dalam rangka menyambut peringatan hari kemerdekaan. Lampu-lampu hias dengan warna dominan merah putih merata di sepanjang jal

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-31
  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 82 Perpisahan 2

    Padahal kalau dirinya dalam keadaan sakit, Bu Mega lah yang senantiasa merawat. Selama menikah dengan Bu Eri, belum pernah sekali saja Pak Bastian sakit dan tinggal di rumahnya. Kalau sakit tetap pulang ke rumah utamanya.Seperti apapun sikap Bu Mega, tapi tidak akan membiarkan suaminya yang sakit tanpa diperhatikan.Laki-laki itu menunduk dalam-dalam. Ada sesal yang menggunung di dada. Jika ingat semuanya, ia merasa malu sebagai laki-laki atas perbuatan yang dilakukannya."Pak Bas, memang laki-laki boleh beristri lebih dari satu kalau memang mampu. Tapi jangan lupa, pikirkan dulu apa istri pertama ini siap untuk di madu? Apa diri sendiri siap memiliki dua istri dan memperlakukan mereka dengan adil? Menikah lagi boleh, tapi pertimbangan dulu sisi mudhorotnya. Mampu di sini bukan hanya mampu secara finansial saja. Mampu dalam artian yang luas." Ini perkataan Pak Haji saat di temui oleh Pak Bastian suatu hari di depan masjid komplek perumahan mereka."Kenapa Pak Bastian menghadirkan wan

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-31
  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 83 Kejutan di Telepon 1

    (Bukan) Istri Pilihan - Kejutan di Telepon Author's POV"Assalamu'alaikum." Suara perempuan. Suara yang asing bagi Bu Eri, karena tidak pernah mendengarnya sebelum ini."Wa'alaikumsalam.""Ini Bu Eri, ya?""Iya. Anda siapa?""Saya mertuanya Nastasya. Ada perlu apa Ibu menelepon menantu saya?""Maaf, nggak ada apa-apa, Bu.""Tunggu sebentar. Nggak mungkin menelepon kalau nggak ada perlu. Ada perlu apa biar nanti saya sampaikan pada Nastasya.""Nggak ada apa-apa, Bu. Maaf, kalau saya mengganggu.""Ya. Mungkin lebih baik setelah ini jangan ganggu menantu saya lagi. Di mata Nas, Anda memang ibu tiri yang baik. Tapi nggak bagi saya. Mana ada seorang ibu yang mendukung perceraian pada anaknya. Apapun itu permasalahan mereka, kadang cerai bukan solusi. Kecuali masalahnya sudah sangat fatal. Saya tahu putra saya memang salah, tapi Anda nggak berhak ikut campur dalam rumah tangga mereka. Yang berhak ikut campur itu walinya. Itu pun jika permasalahan memang sudah tidak bisa ditanggulangi oleh

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-01
  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 84 Kejutan di Telepon 2

    Kenapa takut sekali dia kehilangan lelaki yang sangat ia cintai. Laki-laki yang kehadirannya bak pahlawan di tengah kehidupannya yang morat-marit. Karena rasa itu, sampai ia menyangkal cerita tentang Bu Mega. Di matanya wanita itu hanya perempuan otoriter, keras, kasar, dan tidak tahu menghargai suaminya.Harusnya ia bersyukur kalau Bu Mega minta cerai. Namun kenapa malah cemas. Bagaimana jika ternyata Pak Bastian yang tidak mau berpisah? Bagaimana jika ternyata sang suami lebih memilih istri pertamanya daripada dirinya. Padahal dirinya telah memutuskan tetap tinggal di Surabaya daripada ikut Fauzi, agar bisa tetap bersama suaminya.***L***Anastasya termangu di balik dinding setelah mendengar mama mertuanya mengangkat panggilan di ponsel miliknya. Ia mendengar semua yang diucapkan sang mertua pada Bu Eri yang menelepon ke nomernya. Ternyata begitu sakit dan rumitnya hubungan kedua orang tuanya."Nas," panggilan itu membuat Anastasya terkejut dan mengangkat wajahnya.Bu Nana sudah ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-01
  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 85 Malam Penentuan 1

    (Bukan) Istri Pilihan - Malam Penentuan Author's POVSabar. Semalaman tidak bisa tidur, Yoshi harus tetap sabar. Mungkin mamanya yang salah ucap tadi malam. Buktinya tidak ada mukena dan Anastasya belum menunaikan salat. Padahal istrinya itu tidak pernah absen melaksanakan kewajibannya. Ketika Yoshi masih bolong-bolong salatnya, Anastasya tidak pernah meninggalkan kecuali dalam keadaan haid.Empat puluh empat hari. Harusnya sudah selesai bukan? Tapi batas waktunya bisa sampai enam puluh hari dan itu sebenarnya jarang terjadi."Sayang, mas nanti pulang telat lagi ya. Siang nanti ada sidang dan sorenya ada meeting," kata Yoshi sambil mengancingkan lengan kemejanya."Iya.""Besok sore kita ke rumah Mama Mega. Sepulangnya mas dari kantor, kita langsung ke sana."Anastasya mendekati suaminya. Mereka berhadapan dan Anastasya membantu memakaikan jam tangan. "Aku sebenarnya nggak ingin mama dan papaku bercerai, Mas. Tapi Mbak Lidia dan Mbak Sinta bilang, semua terserah mama. Walaupun merek

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-02
  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 86 Malam Penentuan 2

    "Selagi Yoshi ada niat untuk memperbaiki hubungan kalian. Berikan peluang, Nas. Hargai itikad baik suami yang memperjuangkanmu. Jangan menjadi seperti hubungan papa dan mamamu ini. "Jika kamu memilih memaafkan, bangun hubungan yang baik. Jangan lagi menoleh ke belakang. Layani suami dengan baik. Berikan hak-haknya. Namun jika kamu memilih mundur, pikirkan berulang kali sebelum mengambil keputusan. Karena anak yang akan menjadi korban. Kamu lihat bagaimana Lili, Ayun. Mereka anak-anak korban broken home. Mental mereka cacat oleh keadaan . Dan bisa jadi mengalami trauma yang tidak disadari oleh kedua orang tuanya. "Mama bertahan selama ini juga demi kalian. Sekarang kalian sudah pada dewasa. Giliran mama mengambil sikap untuk hidup mama sendiri. Tapi permasalahan kita sebenarnya berbeda, Sayang. Mama yakin, Yoshi pasti bisa berubah dan tahu bagaimana menjaga komitmennya." Sedih Anastasya mendengar penuturan mamanya. Hanya empat tahun dia merasa diabaikan, bagaimana dengan mamanya yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-02

Bab terbaru

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 146 Cinta yang Indah 2

    Baru tiga menit memejam, pintu kamar perlahan terbuka. Lidia muncul dari sana. Agung kembali duduk."Kutelepon nggak kamu angkat tadi," ujar Agung. "Aku lagi meeting, Mas. Selesai meeting kutelepon nomer Mas nggak aktif. Aku telepon rumah, katanya Mas sudah pulang." Lidia menjelaskan seraya melepaskan blazer yang dipakainya."Ponselku kehabisan baterai tadi."Agung menarik lengan istrinya supaya duduk di dekatnya. "Aku mau mandi dulu, Mas. Terus nyiapin pakaian. Setelah Lili pulang ngaji kita langsung berangkat, kan?""Iya. Kalau gitu kita mandi bareng.""Jangan. Biasanya Lili nyelonong masuk setelah pulang ngaji. Mas, duluan saja yang mandi. Biar aku nyiapin pakaian." Lidia membuka lemari. "Aku sudah bilang ke mbak yang nganterin Lili ngaji. Kita akan ngajak dia staycation sore ini," kata Agung sambil melepaskan kancing kemeja."Kenapa ngajak si mbak, Mas?""Aku sudah booking dua kamar. Tidak mungkin kita biarkan Lili tidur sendirian, kan?"Lidia diam sejenak. "Mas, memang nggak

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 145 Cinta yang Indah 1

    (Bukan) Istri Pilihan - Cinta yang Indah Author's POVMobil Agung langsung masuk ke dalam carport rumahnya. Hujan masih deras mengguyur malam. Mereka turun. Agung membuka pintu samping yang terus terhubung dari area carport ke ruang keluarga.Masuk ke dalam suasana rumah sepi. Ruang tamu hanya ada lampu malam yang menyala. Setelah mengunci pintu, ia menggandeng tangan istrinya menaiki tangga. "Mbak ART ke mana, Mas?" tanya Lidia sambil melangkah di samping suaminya."Aku suruh pulang sore tadi. Selama tiga hari dia nggak akan ke sini. Kita habiskan waktu tiga hari hanya berdua saja," jawab Agung sambil memandang sang istri. Tatapannya begitu jahil dan menyiratkan rencana besar dalam benaknya.Lidia bisa menangkap apa yang akan terjadi tiga hari ke depan. Siap-siap saja kalau ia akan dibuat tak berdaya oleh Agung.Mereka berdua masuk kamar. Agung mengunci pintu. Meski tiada sesiapa di sana, ia tidak ingin dibuat was-was. Kamar menguarkan wangi vanila, aroma kesukaan Lidia. Harumny

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 144 Akad Nikah 2

    Usai makan malam, Pak Bastian, Bu Mega, Lidia, dan Agung duduk di ruang keluarga. Sedangkan Lili sedang belajar bersama guru lesnya di ruangan lain yang biasanya digunakan juga untuk bersantai karena langsung menghadap ke taman samping yang ada miniatur air terjun di sana."Papa dan mama merestui kalian berdua jika ingin rujuk. Segera menikah, sama-sama saling mendukung dan memperbaiki diri. Menjadi orang tua yang bisa jadi panutan anak kalian. Tapi papa menyarankan, Agung tetap mengajak Lidia untuk menemui kedua orang tuamu. Minta restu apapun tanggapan mereka. Yang terpenting pada orang tua, jika nggak ingin bertemu keluarga yang lain.""Bener apa kata papamu. Kalian berdua tetap harus menemui kedua orang tuamu, Gung." Bu Mega setuju dengan pendapat sang suami. Apapun tanggapan mereka, yang terpenting tetap meminta restu."Kapan rencana kalian akad nikah?" tanya Pak Bastian."Minggu depan, Pa," jawab Agung spontan. Membuat Lidia menatapnya karena kaget. Sebab mereka belum membahas t

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 143 Akad Nikah 1

    (Bukan) Istri Pilihan - Akad Nikah Author's POV"Beneran kamu mau rujuk sama Lidia? Kamu nggak dengar mama bilang apa sama kamu?"Agung masih diam mendengarkan kemarahan sang mama, saat ia memberitahu akan rujuk dengan Lidia. Sedangkan -Pak Ringgo- papanya diam menatap layar televisi yang menampilkan acara berita."Kenapa kamu keras kepala? Sedangkan keluarga sudah sepakat dengan perjodohanmu dan Grace.""Sejak awal aku nggak setuju dengan rencana, Mama. Aku hanya akan menikah lagi dengan Lidia. Kami punya Lili, Ma. Keluarga setuju atau pun tidak, aku akan kembali menikahi Lidia."Bu Ringgo menatap marah pada putranya. "Mengenai Lili, kamu kan masih bisa menemuinya. Atau ambil dia dan ajak tinggal bersamamu."Tidak semudah itu. Apa mamanya pikir, Lidia akan diam saja kalau Lili diambil darinya?"Kamu nggak ingat apa yang terjadi dua tahun kemarin? Kita harus menanggung malu atas semua yang terjadi," lanjut Bu Ringgo."Itu salahku, Ma," bantah Agung. "Bahkan keluarga Lidia yang telah

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 142 Kita Akan Menikah 2

    "Mas mau meeting di kantor papa nanti jam dua. Makanya mas mampir pulang dulu." Yoshi mengusap pipi Yasha dan mengecupnya. "Yusa, mana?""Barusan tidur.""Kamu belum makan?" Yoshi memandang piring yang masih berisi penuh di atas nakas."Belum. Mau makan keburu Yasha nangis."Yoshi mengambil piring. "Mas suapi."Anastasya makan dari tangan Yoshi hingga makanan di piring tandas. Yasha kembali terlelap dan ditidurkan di atas tempat tidur. Untuk sementara ini kedua anaknya memang tidur di pisah. Khawatir akan saling ganggu jika salah satunya terbangun lebih dulu."Mas, mau makan apa sholat zhuhur dulu?" Anastasya bangkit dari duduknya."Mas sudah sholat sebelum masuk kamar tadi.""Ya udah, kalau gitu aku ambilin makan dulu." Anastasya keluar kamar dan kembali dengan nasi, lauk, potongan buah semangka, dan minum di nampan."Makasih, Sayang." Yoshi mengecup kening istrinya. Kemudian duduk di karpet ditemani Anastasya."Besok mas ada seminar tiga hari di Malang.""Nginep?" tanya Anastasya un

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 141 Kita Akan Menikah 1

    (Bukan) Istri Pilihan - Kita Akan Menikah Author's POVLidia bangkit dari duduknya sambil membenahi ikatan kimononya. "Aku nemui Sinta dulu, Mas. Ada hal penting yang akan kami bahas." Selesai bicara Lidia langsung keluar kamar. Sedangkan Agung bangkit dari duduknya dan berdiri di dekat jendela kamar. Menatap langit kelabu di atas sana.Sinta berdehem ketika Lidia masuk ke ruang kerja papanya. Ruangan yang lumayan luas. Ada meja panjang dengan kursi-kursi yang mengitarinya. Juga ada layar proyektor di sana. Biasa digunakan untuk meeting dadakan jika ada sesuatu yang harus dibahas segera."Pasti kamu mikir yang enggak-enggak tadi," ucap Lidia sambil duduk di depan adiknya.Dengan gaun se*si, tipis, dan dibalut kimono luarnya, rambut diikat asal-asalan dan terkesan semrawut, belum lagi wajah dan leher yang basah berpeluh, otomatis pikiran Sinta sudah terbang ke mana-mana. Apalagi jika ingat bagaimana Agung begitu agresif belakangan ini. Mereka manusia dewasa yang pernah hidup bersam

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 140 Menikahlah Denganku 2

    Sambil nyetir, Agung memperhatikan Lidia yang ketiduran bersandar pada jok. Wanita itu tidak bisa menahan kantuknya. Terbesit pula pikiran konyol ingin membawa Lidia pulang saja ke rumah mereka. Sampai mobil berhenti di depan pagar rumah, Lidia tidak terbangun. Akhirnya Agung pun bersedekap dan memejam, karena sudah ngantuk berat. Keduanya sama-sama tertidur hingga azan subuh berkumandang. Lidia yang terbangun lebih dulu, kaget dengan posisinya yang ternyata masih di dalam mobil. Di sebelahnya Agung masih lelap. Kenapa ia tidak dibangunkan ketika mereka sampai?"Mas." Lidia mengguncang pelan lengan mantannya.Dua kali panggilan, Agung membuka mata. Laki-laki itu menegakkan duduknya."Sudah subuh. Kenapa tadi malam mas nggak bangunin aku?""Kamu pules banget tidurnya."Lidia mengambil ponsel dari dalam tas, kemudian menelepon salah satu ART supaya membuka pintu pagar. Tak lama pintu pagar terbuka perlahan secara otomatis."Mas, aku turun dulu, ya. Hati-hati kalau nyetir," pesan Lidia

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 139 Menikahlah Denganku 1

    (Bukan) Istri Pilihan - Menikahlah Denganku Author's POVSuasana bahagia di restoran hotel sejam yang lalu berubah menjadi ketegangan di bangsal rumah sakit. Di akhir acara, Anastasya membisiki sang suami kalau perutnya terasa mulas tak tertahankan. Tanpa banyak bicara, Yoshi pamitan membawa Anastasya ke rumah sakit dan semua keluarga mengikuti. Sampai di rumah sakit sudah bukaan dua ketika diperiksa oleh bidan yang berjaga. Pak Bastian, Deny, Sinta, membawa anak-anak pulang. Sedangkan yang tinggal di rumah sakit, Yoshi, Bu Mega, Lidia, dan Agung. Jarak setengah jam kemudian Bu Nana dan Pak Yudi datang.Yoshi gelisah menemani Anastasya yang berjalan mondar-mandir di dalam ruangan. Ia ingat saat sang istri melahirkan anak pertama mereka waktu itu. Begitu menegangkan karena keadaan Anastasya yang sedang down. Malah sempat berwasiat pula pada kakaknya yang nomer dua. Semoga kali ini tidak ada drama lagi. Sekarang ini Yoshi menyarankan cesar, tapi Anastasya memilih lahiran pervaginam.

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 138 Romansa 2

    Bu Mega meninggalkan ruangan putrinya. Dia tidak bisa memaksa Lidia harus mengubah keputusannya. Biar putri sulungnya itu membuat keputusan sendiri. Walaupun sebagai nenek, ia sangat kashian pada Lili. Sebab dulu ia bertahan dengan rasa sakit demi melihat anak-anaknya tetap memiliki keluarga yang utuh. Sosok ayah yang ada untuk mereka. Broken home efeknya sangat luar biasa untuk psikologi seorang anak.Setelah sang mama pergi, Lidia membuka map yang diletakkan asistennya di atas meja. Namun jujur saja, pikirannya tidak bisa berkonsentrasi. Adakalanya ia ingin bisa hidup seperti kedua adiknya atau wanita lain di luar sana. Lifestyle yang sangat balance dan no overwork. Tapi kesendirian membuatnya gila kerja untuk menghilangkan kesepian.Sepertinya dialah penerus jejak nasib mamanya. Karena perselingkuhan papanya, sejak awal Lidia sudah dipersiapkan sang mama untuk menjadi wanita kuat, tangguh, dan mandiri. Persis seperti masa muda sang mama. Hanya saja, mamanya hidup dalam keluarga tan

DMCA.com Protection Status