Derai air mata perempuan manis itu tak henti-hentinya mengalir dari netra beningnya. Di sisi kiri dan kanan-nya terdapat dua sosok mungil yang Tuhan anugerahkan untuknya. Leana Pramita, yang sekarang sudah menjadi seorang ibu. Dia tak pernah menyangka akan berada di titik ini. Tiga hari yang lalu, di mana dia bisa melahirkan kedua buah hatinya secara normal. Leana tentu shock karena setelah melakukan ultrasonografi pada usia kandungannya tujuh belas minggu, sang dokter mengatakan jika dirinya hamil anak kembar. Padahal sebelumnya, saat ia memeriksakan pada dokter pribadi keluarga Elvano. Tidak ada pembicaraan mengenai ini, sang Dokter hanya mengatakan Leana harus memperbanyak porsi makan serta menjaga kesehatan. Bunyi ketukan pintu disusul oleh eksistensi pria yang selama ini ada disisinya membuat Leana menerbitkan senyuman. "Hai, bagaimana perasaanmu." Pria itu mendekat seraya mengambil duduk didekat hospital bed. "Baik, apalagi melihat mereka berada di sisiku. Rasanya ini adala
"Aku menemukanmu, dan aku sangat merindukanmu, Sayang." Elvano berhasil, dia menemukan kembali rumahnya. Selama ini Elvano tidak pernah menduga jika Leana akan berada di pulau ini. Dan mengenai Sagara, awas saja duda yang satu itu. Elvano akan memberi pelajaran kepadanya. Selama ini dia yang ada di balik punggung Leana. Pria itu sangat tahu caranya memanfaatkan privilege yang dia punya. Ah, satu lagi, sepertinya Elvano harus berterima kasih pada sahabat Leana. Berkat pelacak serta penyelidikan dari detektifnya. Pada akhirnya dia bisa menemukan tempat Leana bersembunyi selama ini. Leana melepas pelukan Elvano kasar, lalu menatap pria itu tajam. "Aku tekankan sekali lagi untuk pergi dari sini, Mas!" Elvano terdiam, dia menatap Leana lekat. Perasaan yang dia sangkal selama ini ternyata adalah cinta. Apa yang Leana miliki sehingga dalam kurun waktu singkat bisa membuat dirinya merasakan jatuh sejatuh jatuhnya. Elvano tak tahu, apa alasan dia bisa menaruh hati pada Leana. Semua pe
Perkataan Leana mampu membuat tubuh Elvano menegang, pria itu menatap istrinya dengan tatapan sakit dan kecewa disaat yang bersamaan"Aku butuh waktu, Mas."Elvano mengusap wajahnya frustasi, Dia tahu kalau dirinya terlalu terburu-buru. Tetapi, dia juga membutuhkan Leana dalam hidupnya, dia tidak bisa jauh dari perempuan yang sudah ada dalam hatinya itu. Elvano menghela nafas berat seraya menatap wajah Leana lekat. "Baik, aku akan memberikanmu waktu, tapi aku harus tinggal di sini." Leana menggeleng ribut, mana mungkin Elvano tinggal di sini. Sedangkan ada Cila dan bi Mina ada di rumahnya. "Tidak, Mas. Tidak boleh! Aku perlu waktu, Jangan memaksa atau aku akan menjauh lagi dari hidup Mas Elvano!" ancam Leana, yang mampu membuat Elvano semakin dilanda kefrustasian."Baik, aku akan tinggal di daerah dekat sini, tapi kamu jangan ke mana-mana." Leana hanya bergeming, dia tak mengiyakan maupun menolak, setelahnya Elvano memeluk perempuan itu. "Aku pergi dulu, besok aku akan ke sini lagi.
Selang satu bulan kemudian, Leana kembali ke kediaman Elvano, dia tak menyangka jika para pekerja di sana menyambutnya begitu hangat. Leana juga bertemu dengan sahabat Elvano serta mertuanya saat di Lombok, dia terharu kala mereka ternyata masih sangat mempedulikannya. "Mas, aku tidak mau, ya. Kalau kamu sampai ngulang kejadian satu minggu yang lalu, aku tidak enak tahu! Padahal Kak Sagara sudah membantuku sejauh ini." Leana berucap kesal pada Elvano. Setelah dia menidurkan si kembar, Leana kembali berfokus kepada suaminya yang bak bayi besar itu. "Kenapa harus menyebutnya, kakak?! Memangnya kalian adik kakak?" Leana mendesah lelah, selalu ini yang Elvano perdebatkan. "Fine, tapi jangan seperti itu lagi. Kasihan tahu, dia capek-capek sehabis pulang kerja malah Mas kasarin. Padahal niatnya cuma ingin bertemu si kembar." Leana tak pernah menduga jika perubahan sikap Elvano sangat drastis, dia bahkan kewalahan menghadapinya. "Dia saja yang lebay. Padahal aku cuma memberinya salam per
"Nathan, sayang. Kenapa hm? Sayangnya Mama mengantuk, ya?" Leana mencium gemas pipi sang putra, terkadang Leana tak terima kala melihat wajah Nathan serta Nala yang begitu mirip dengan Elvano. Hanya mata mereka yang mirip dengannya. "Lucunya, anak ganteng harus bobok siang, ya. Adik Nala saja sudah pulas, tuh." Leana semakin gemas kala Nathan tersenyum tipis sambil memejamkan mata. Astaga, Leana tak pernah menyangka jika yang ada di dalam crib itu kedua anaknya. Yang lahir dari rahimnya sendiri. Setelah sepuluh menit lamanya, Nathan pun tertidur pulas. Leana mengecup pipi si kembar sebelum keluar menuju kamarnya. Dia sudah tidak bekerja, karena ingin fokus pada tumbuh kembang putra putrinya. Leana lantas bersiap-siap karena akan pergi rumah sakit tempat Cila di rawat. Perempuan itu akhirnya tumbang karena kelelahan bekerja. "Bi Mina, tolong jagain Nathan sama Nala, ya? Saya pergi ke rumah sakit sebentar untuk menjenguk, Cila." Leana memang memboyong bi Mina ke kediamannya, untuk me
Hal pertama yang Elvano lihat ketika membuka mata adalah raut dingin Leana, pria itu terdiam sejenak. Saat mengingat apa yang terjadi, barulah dia berseru sembari memegang tangan Leana erat. "Maaf, Sayang! Maafkan aku, tapi sumpah demi apa pun, ini semua tidak seperti yang kamu pikirkan!" Leana bergeming, dia sama sekali tak menunjukkan reaksi apapun. Apalagi kala mendengar nada bicara Elvano yang bergetar. "Aku hanya ingin menyelesaikan semuanya, tapi dia mencampurkan obat pada makananku. Itu bukan kesalahanku, Sayang! Kamu sendiri yang datang sebelum perempuan itu berbuat lebih." Elvano mencium punggung tangan Leana, dia semakin ketakutan ketika tak mendapat respon apapun."Sayang ... bicaralah. Jangan membuatku takut!" Pria itu bangkit dari tidurnya dan memeluk Leana erat. Dia benar-benar akan memberikan Sasmita pelajaran jika Leana kembali salah paham padanya. "Sayang …." rengeknya, hilang sudah harga diri serta wibawanya jika menyangkut kecintaannya, memang—sekarang Elvano sudah
'Kita Selesai' Kalimat yang Leana lontarkan bak tombak berkarat yang menusuk jantungnya, Elvano semakin meraung dengan bahu naik turun. Tak peduli jika seluruh isi rumah mendengarkan tangisnya. "Jadi, mari kita mulai semuanya dari awal. Aku, si kembar dan Mas Elvano. Kita akan membuat keluarga kecil yang bahagia." Seketika Elvano menghentikan tangisnya, dia menatap Leana dengan pipi penuh air mata. "Ma-maksud kamu apa, Sayang? Ki-kita ...?" lirihnya terbata-bata. Elvano tak salah dengar, bukan? Jika Leana ingin memulai hubungan kembali dengannya. Leana tersenyum tipis, lalu mengusap air mata Elvano yang sudah mengalir deras. "Maksud aku, semua masa lalu serta kesakitan kita sudah selesai. Jadi, untuk selanjutnya kita akan membangun keluarga kecil yang bahagia. Mas mau, 'kan untuk memulai dari awal denganku?" Elvano menggigit bibir bawahnya, setelahnya mengangguk kuat. "Mau, Sayang! Mau!" serunya kencang. "Tapi kamu tidak bercanda, bukan? Jika iya aku akan sangat marah denganmu!"
Dulu Leana tak ingin berekspektasi tinggi mengenai pernikahannya dengan Elvano, mengingat tidak ada cinta di hati mereka. Leana juga sadar diri jika dirinya hanya sosok pengganti sang kakak. Namun, sekarang Elvano memberikannya dunia yang selama ini tak berani dia mimpikan. Elvano mengumumkan pernikahan mereka tepat di hari ulang tahunnya. Sahabat serta kerabat pun ikut andil, para wartawan juga memadati hotel tempat acara itu berlangsung. Keluarga Mahendra menjadi perbincangan hangat pada malam ini, baik di televisi maupun media sosial. Mengingat jika putra satu-satunya pebisnis besar ini sudah ada yang punya. Tak ada harapan lagi bagi para perempuan yang bermimpi untuk bersanding dengan Elvano Mahendra. "Apa kamu bahagia?" bisik Elvano pertama kali ketika sampai di kamar hotel mereka. Leana melempar senyum manis, lalu menyatukan keningnya dengan sang suami. "Ya, terima kasih." Elvano memejamkan mata, nyaman sekali kala berada dekat dengan sang pujaan. "Terima kasih juga sudah m