Hal pertama yang Elvano lihat ketika membuka mata adalah raut dingin Leana, pria itu terdiam sejenak. Saat mengingat apa yang terjadi, barulah dia berseru sembari memegang tangan Leana erat. "Maaf, Sayang! Maafkan aku, tapi sumpah demi apa pun, ini semua tidak seperti yang kamu pikirkan!" Leana bergeming, dia sama sekali tak menunjukkan reaksi apapun. Apalagi kala mendengar nada bicara Elvano yang bergetar. "Aku hanya ingin menyelesaikan semuanya, tapi dia mencampurkan obat pada makananku. Itu bukan kesalahanku, Sayang! Kamu sendiri yang datang sebelum perempuan itu berbuat lebih." Elvano mencium punggung tangan Leana, dia semakin ketakutan ketika tak mendapat respon apapun."Sayang ... bicaralah. Jangan membuatku takut!" Pria itu bangkit dari tidurnya dan memeluk Leana erat. Dia benar-benar akan memberikan Sasmita pelajaran jika Leana kembali salah paham padanya. "Sayang …." rengeknya, hilang sudah harga diri serta wibawanya jika menyangkut kecintaannya, memang—sekarang Elvano sudah
'Kita Selesai' Kalimat yang Leana lontarkan bak tombak berkarat yang menusuk jantungnya, Elvano semakin meraung dengan bahu naik turun. Tak peduli jika seluruh isi rumah mendengarkan tangisnya. "Jadi, mari kita mulai semuanya dari awal. Aku, si kembar dan Mas Elvano. Kita akan membuat keluarga kecil yang bahagia." Seketika Elvano menghentikan tangisnya, dia menatap Leana dengan pipi penuh air mata. "Ma-maksud kamu apa, Sayang? Ki-kita ...?" lirihnya terbata-bata. Elvano tak salah dengar, bukan? Jika Leana ingin memulai hubungan kembali dengannya. Leana tersenyum tipis, lalu mengusap air mata Elvano yang sudah mengalir deras. "Maksud aku, semua masa lalu serta kesakitan kita sudah selesai. Jadi, untuk selanjutnya kita akan membangun keluarga kecil yang bahagia. Mas mau, 'kan untuk memulai dari awal denganku?" Elvano menggigit bibir bawahnya, setelahnya mengangguk kuat. "Mau, Sayang! Mau!" serunya kencang. "Tapi kamu tidak bercanda, bukan? Jika iya aku akan sangat marah denganmu!"
Dulu Leana tak ingin berekspektasi tinggi mengenai pernikahannya dengan Elvano, mengingat tidak ada cinta di hati mereka. Leana juga sadar diri jika dirinya hanya sosok pengganti sang kakak. Namun, sekarang Elvano memberikannya dunia yang selama ini tak berani dia mimpikan. Elvano mengumumkan pernikahan mereka tepat di hari ulang tahunnya. Sahabat serta kerabat pun ikut andil, para wartawan juga memadati hotel tempat acara itu berlangsung. Keluarga Mahendra menjadi perbincangan hangat pada malam ini, baik di televisi maupun media sosial. Mengingat jika putra satu-satunya pebisnis besar ini sudah ada yang punya. Tak ada harapan lagi bagi para perempuan yang bermimpi untuk bersanding dengan Elvano Mahendra. "Apa kamu bahagia?" bisik Elvano pertama kali ketika sampai di kamar hotel mereka. Leana melempar senyum manis, lalu menyatukan keningnya dengan sang suami. "Ya, terima kasih." Elvano memejamkan mata, nyaman sekali kala berada dekat dengan sang pujaan. "Terima kasih juga sudah m
Sasmita mendecih, dia sangat muak melihat sikap Leana yang sok menasehatinya. "Iya, andai kamu tidak datang. Mungkin aku sudah mengandung anak Elvano!" "Kak!" Leana berteriak marah, kali ini Sasmita benar-benar keterlaluan. "Aku tidak heran jika semua orang meninggalkanmu, kamu egois dan keras kepala. Tidak selamanya apa yang kamu inginkan akan selalu kamu dapatkan!" Leana beringsut menjauh, dia menormalkan nafasnya yang memburu, Leana merasa jika kedatangannya hanya sia-sia. Sasmita memang tidak akan pernah bisa berubah."Ya, memang manusia sepertiku pantas ditinggalkan, bukan? Apalah aku dibandingkan kamu, dari dulu dunia seolah-olah memihakmu." Sasmita berujar serak, kini raut menyebalkan itu tergantikan dengan wajah pedih. "Kamu tahu? Aku selalu iri dengan apa yang kamu dapatkan. Mulai dari kasih sayang Arsen dan Ayah, mereka sangat menyayangimu. Bahkan Ayah selalu menjadi tameng ketika kamu dimarahi oleh Ibu. Belum lagi kamu mempunyai teman yang sangat setia padamu, aku iri. K
Tak terasa usia si kembar sudah memasuki dua belas bulan. Leana dan Elvano semakin menikmati perannya menjadi orang tua. Memang melelahkan, tapi di sisi lain sangat mendebarkan kala menyaksikan tumbuh kembang sang buah hati."Mas, aku curiga deh. Kalau Mas Zion sama Mbak Zelina lagi tidak akur? Coba Mas perhatikan tingkah mereka, seperti sedang menjauh satu sama lain. Benar tidak?" Ketahuilan, Leana sangat anti mencampuri urusan orang. Namun, entah mengapa kisah Zion dan Zelina membuatnya tertarik. "Hah? Tumben kamu peduli tentang hubungan orang, Sayang." Elvano melepas setelan kerjanya, dia beringsut mendekat pada sang istri. "Em, tidak apa-apa. Aku hanya penasaran, soalnya gemas sekali tahu! Memangnya selama ini Mas tidak curiga jika mereka menjalin hubungan?" Elvano menggeleng polos, Elvano yang pada dasarnya manusia dengan tingkat kepekaan yang begitu minim. Mana tahu perihal seperti ini. "Lho, jangan bilang kalau Mas juga tidak tau kalau dulu Mbak Zelina sering membuatku
"Jelaskan." Titah Elvano kepada kedua sahabatnya, setelah Zelina mengatakan hal itu. Elvano langsung menyuruh Zion ke rumahnya, dan benar saja. Ternyata Zion sedang mencari keberadaan Zelina yang tiba-tiba kabur saat mereka di restoran."Kita memang menjalin hubungan, sekitar lima bulan yang lalu." Zion melirik Zelina, perempuan itu langsung membuang pandangan ke arah lain. "Aku bukan berniat tidak memberitahu kamu, Vano. Tapi mau menunggu momen yang tepat saja." Elvano menggeram kesal, Leana yang melihat itu mengelus lembut lengan sang suami. "Zelina yang menyatakan perasaannya—""Jangan kasih tahu, Vano! Bilang saja kamu yang menembak!" Zion meringis melihat wajah Zelina yang mode senggol bacok."Iya, aku yang nembak Zelina. Sebenarnya aku juga menyukai Zelina dari kita SMA, tapi kamu tahu sendiri. Zelina sangat lengket padamu. Aku pikir dia menaruh rasa terhadapmu, untuk itu aku mundur. Aku juga tidak mau membuat persahabatan kita renggang gara-gara cinta."Zion menatap Elvano sej
Hari ini jadwal Nathan dan Nala bersama mertuanya, dan Sania serta Alvano sudah membawa mereka pergi sejak pagi. Leana tersenyum melihat hasil kreasinya, perempuan itu ingin memberikan kejutan kecil pada sang suami. Ini adalah kedua kalinya Leana Leana berkunjung ke tempat kerja Elvano, pertama saat awal-awal hubungan pernikahan mereka. "Ibu, kenapa ke dapur. Ada yang Ibu butuhkan?" Keadaan Rosita memang cukup membaik akhir-akhir ini, Elvano yang mengurus semua pengobatannya. Dan Leana tak henti-hentinya bersyukur akan hal itu. "Tidak, Ibu memang sengaja ingin menemuimu." Leana menghentikan kegiatannya, dia melangkah mendekat ke arah Rosita. "Ayo, kita ke ruang keluarga saja, Bu." Rosita menggeleng, dia justru menarik tangan Leana menuju kamarnya. "Bu—" "Lea, sekali saja." Leana melangkah dengan hati tak karuan, setelah Arsen pergi. Leana tak lagi mengunjungi kamar sang adik, yang sekarang sudah ditempati oleh Rosita. Bukannya Leana takut, tapi dia tak bisa. Karena Leana pasti
Setelah keluar dari kamar mandi, mood Leana sangat buruk. Dan Elvano menyadari hal itu. Terbukti ketika mereka sampai di rumah, perempuan itu hanya diam membisu. Elvano memang hanya setengah hari bertugas hari ini, mengingat jika dia akan meeting bersama sang papa. "Sayang, apa ada yang menyakitimu? Atau aku melakukan kesalahan?" "Siapa, Friska?"Kening Elvano berkerut, dia mengingat-ngingat nama perempuan yang Leana sebutkan. "Friska? Memangnya dia siapa, Sayang?"Leana mencebik, dia bersedekap dada sembari mendudukkan bokongnya pada pinggir kasur. "Dokter Friska, bukankah Mas di rumah sakit yang sama dengannya?"Elvano mengangguk mengerti. "Aku pikir siapa, dia Dokter kandungan, memangnya kenapa? Apa dia mengganggumu?"Leana memincing curiga. "Mas taHu jika dia menyukai, Mas?" Elvano menggeleng polos. "Memangnya iya? Kenapa bisa?" Leana mengelus dadanya, punya suami model Elvano rasanya ketar-ketir sekali. "Ya, bisalah! Dia perempuan. Sedangkan Mas laki-laki." Elvano terkekeh, d