Share

Bab 3

Author: Liazta
last update Last Updated: 2022-11-01 22:28:14

"Aku akan mengecek terlebih dahulu. Apakah kau masih suci atau tidak?" lirih Daffin.

"Kenapa aku tidak pernah berpacaran? Bila tahu takdir hidupku akan seperti ini, aku akan menjadi gadis gampangan, hingga kehilangan keperawanan. Dengan seperti itu, dia akan membuang aku secepatnya." Untuk pertama kalinya, Hana mengutuk dirinya sendiri dalam hati. Dia sungguh berharap menjadi gadis yang sudah rusak.

Melihat ekspresi istrinya, sudut bibir Daffin sedikit naik ke atas dan dengan cepat membuka pakaian sang Istri. Daffin sadar bahwa Hana sepertinya belum pernah disentuh pria manapun.

Benar saja, apa yang dilakukan Daffin, sungguh membuat  Hana malu. Perempuan itu hanya bisa memejamkan matanya, ketika melihat Daffin mulai menyentuh tubuhnya.

Sayangnya, tindakan hati tidak membuat Dafin berbaik hati sama sekali. Dengan sangat kasar, pria itu mulai menjamah tubuh sang Istri. Ia bahkan tersenyum penuh kebahagian dan rasa bangga, setelah berhasil memiliki Hana.

Hana masih saja diam. Rasa sakit ini, hanya bisa dinikmatinya dengan tetesan air mata. Apa yang ingin dilakukan Daffin sudah tidak dihiraukannya. Baginya, wajah tampan begitu sangat mengerikan untuk dipandangnya.

Di sela-sela permainan itu, Hana dapat mendengar ucapan Daffin yang terasa seperti kutukan,  "Aku tidak jadi membuangmu, Hana. Selamanya, kamu harus menurutiku. Ini takdirmu." 

Tubuhnya begitu lemas. Sakit, perih, dan remuk menjadi satu. Hana menangis tanpa suara. Hanya air mata yang terus menetes untuk menggambarkan betapa dirinya kesakitan dan terluka. Bahkan, dia akhirnya tak sadarkan diri.

***

Hana terbangun, ketika hari sudah pagi. Di atas tempat tidur yang berukuran besar ini, Ia hanya sendiri. Dipandanginya ke sekeliling kamar yang ditempatinya.

"Apa aku hanya tinggal sendiri? Apakah sudah tidak ada lagi, monster yang berwujud manusia itu di sini." Matanya mulai mencari keberadaan suaminya.

Dipandangnya tangan yang saat ini sudah terlepas. Begitu juga kain yang menyumbat mulutnya. Hana benar-benar tidak menyadari Bagaimana cara, pria itu mengambil kain tersebut.

Alas kasur yang berwarna putih, kini sudah begitu sangat banyak meninggalkan bercak-bercak berwarna merah. "Apa aku masih hidup?" Hana bertanya di dalam hatinya. Setelah apa yang dilakukan suaminya, ia berharap Pria itu mengakhiri hidupnya.

"Apa kesalahan yang telah aku lakukan sehingga aku diberi cobaan yang seperti ini? Aku beranggapan bahwa menikah adalah hal yang terbaik untukku. Setidaknya, aku memiliki keluarga. Namun ternyata semua, hanya mimpi dan anganku. Papa, mama, Hana sedih, sedih sekali. Hana mau nangis, ma. Hana berharap dia mau melepaskan Hana." Ia memandang tubuhnya, yang penuh dengan bekas gigitan yang berwarna keunguan, dan luka gigitan yang masih basah berdarah.

"Ini rasanya sakit sekali," Hana merasakan perih dan pedih di kulit punggungnya. Kepalanya terasa sangat sakit dan pusing. Pipinya masih terasa pedih begitu juga dengan telinganya yang terasa sakit. "Mama, papa, Kenap kalian gak mau bawa Hana. Mengapa kalian tega meninggalkan Hana di sini. Lihatlah sekarang, seperti apa Hana di perlukan." Ia menagis sejadi-jadinya. "Bila mengakhiri hidup tidak berdosa, Hana ingin susul papa dan mama sekarang." Diusapnya air mata yang terus saja mengalir.

Cukup lama menangis hingga ia, benar-benar puas melepaskan rasa sesak di dadanya. "Apa yang harus aku lakukan?" Hana berfikir mencari solusi.

"Pergi." Hatinya, begitu sangat senang ketika ide itu muncul dari dalam benak kepalanya. "Tapi aku gak ada uang. Terus gimana sama kuliah aku." Memikirkan hal ini membuat dirinya semakin menangis.

"Aku tidak usah pikirkan apa-apa dulu. Aku harus memikirkan bagaimana caranya aku untuk keluar dari sini. Tapi masuk ke dalam kamar ini bukannya pakai kartu, itu artinya, pergi keluar dari sini juga pakai kartu. Ya ampun, kartu itu pasti ada sama si kanibal itu." Panik Hana memikirkannya. Ia kembali menagis saat mengingat hal ini.

"Aku harus mandi dulu dan bersiap-siap untuk kabur. Aku tidak ingin bertahan hidup dengan si kanibal. Semua ini bukan salah aku, tapi mengapa aku yang harus menanggung semuanya. Mereka yang selama ini hidup mewah. Tapi kenapa harus aku yang menderita seperti ini." Hana memandang kulitnya yang terasa amat pedih. Di tiup-tiupnya luka gigitan yang perih dan berdenyut-denyut tersebut. Ini untuk pertama kalinya, ia begitu sangat membenci ibu tiri dan kakak tirinya yang sudah menjebaknya seperti ini.

Hana beringsut duduk dan beranjak dari atas tempat tidur. Tubuhnya terasa sangat sakit hingga ke tulang-tulangnya. Dibukanya lemari pakaian yang ada di dalam kamar hotel, untuk mencari pakaiannya. Matanya yang sembab dan kecil, dibukanya dengan sangat lebar. Ia seakan tidak percaya, ketika mengetahui bahwa di dalam lemari, tidak ada satupun pakainya. Tas miliknya.

"Mengapa biasa seperti ini?" Hana mengusap air matanya. Dirinya sungguh tidak ingin hidup bersama dengan pria yang begitu sangat kejam tersebut. Tubuhnya gemetar ketakutan saat mengingat seperti apa pria itu memperlakukannya.

"Aku tahu, bahwa menangis tidak akan menyelenggarakan masalah. Namun sekarang apa yang bisa aku lakukan, bila tidak menangis seperti ini." Suara tangisnya semakin keras memenuhi seluruh ruang di dalam kamarnya. Hana duduk di lantai. Air matanya seakan tidak mau berhenti ketika membayangkan akhir dari hidupnya.

Setelah puas menangis, Hana memutuskan untuk pasrah. Di ambilnya handuk dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. "Duh, sakit sekali." Ia berjalan sangat lambat ketika merasakan pedih di bagian intinya.

Melihat kamar mandi yang begitu sangat besar, luas dan bersih seperti ini, sungguh membuatnya sangat kagum. "Ya ampun, kamar mandi aja besarnya seperti ini," Ini untuk pertama kalinya Hana masuk ke hotel. Melihat fasilitas di dalam kamar mandi saja, sudah membuatnya kagum seperti ini. Dilihatnya tubuhnya dari pantulan cermin besar yang ada di depan wastafel. Dilihatnya tubuh yang begitu sangat memprihatinkan. Bekas gigitan, pipinya yang memar, bibir yang luka digigit, hingga saat ini masih terasa perih dan berdarah.

Ia memutar tubuhnya dan memandang ke bagian punggung. Punggungnya terasa amat sangat sakit dan juga pedih. "Pantas aja sakit sekali." Hana melihat punggungnya yang terluka dan memar bekas kaki, pria semalam. "Dia sangat jahat. Aku tidak pernah menyangka, bahwa dia akan melakukan seperti ini." Hana kembali menangis.

Diputarnya keran shower dan memandang air yang turun seperti hujan. Ia menyentuh air yang ternyata hangat tersebut. "Bismillahirrahmanirrahiim, semoga tidak pedih." Hana membaca niat mandi besar dan melakukan ritual mandi besarnya.

"Rasanya perih sekali." Ia meringis menahan rasa sakit ketika air cucuran shower membasahi tubuhnya. "Semoga aja gak kena rabies," batinnya

Ia mandi sebentar saja, untuk membersihkan tubuhnya. Setelah yakin tubuhnya bersih, Hana keluar dari dalam kamar mandi.

Saat ini, tidak ada pakaian yang bisa di pakainya. Pada akhirnya, ia naik ke atas tempat tidur dengan memakai handuk saja. Ia berbaring di atas tempat tidur dengan menutup tubuhnya dengan selimut.

Hana merasakan perutnya yang terasa perih. Sejak semalam ia, tidak makan sama sekali. "Apa di sini aku akan di antarkan sarapan pagi?

Rasanya perut ku sangat perih?" Hana berkata di dalam hatinya.

"Tunggu aja ya. Mungkin nanti diantarkan. Dinyalakannya televisi dan menonton acara. "Sudah jam 9, tapi masih belum datang juga. Mana air mineral juga gak ada lagi." Hana melihat ke atas nakas.

Sudah jam 1 siang, masih juga belum ada yang mengantarkannya sarapan.

"Gimana cara pesan bila di sini? Aku gak punya duit. Masuk hotel juga gak pernah." Hana memandang telpon yang ada di atas nakas. Ia akhirnya tertidur guna menghilangkan rasa perih di perutnya.

Hana terbangun saat sudah jam 5 sore. Sampai saat ini Suami masih belum kembali ke kamar.

"Perut aku perih sekali," keluhnya yang beranjak dari atas tempat tidur. Ia masuk ke dalam kamar mandi dan meminum air keran.

"Malu kalilah jadi orang yang gak tau hidup mewah! Masuk hotel aja, baru pertama kali. Jadinya, gak tau cara pesan makanan. Bila langsung dibayar, juga gak ada uang. " Hana berkata setelah meminum air keran di dalam kamar mandi. Setidaknya saat ini ia sedikit memiliki tenaga dan energi.

***

Related chapters

  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 4

    Sayangnya, hingga sore, tidak ada satupun pegawai hotel yang datang ke kamarnya. Hana hanya menagis merasakan perut yang begitu sangat perih. Belum ada yang dimakannya sama sekali. "Apa dia sudah tidak pulang lagi ke sini? Apa dia sengaja tinggalkan aku di sini? Tapi mengapa dia tidak memberikan aku pakaian, agar aku bisa pergi." Hana mengusap air matanya. Tubuhnya sudah mulai gemetar ketika menahan rasa pedih di perutnya. Bising ususnya sudah berbunyi setiap saat. Hana hanya makan sedikit ketika acara resepsinya, masih berlangsung. Setelah itu, dirinya tidak makan hingga sampai sekarang. ****Jam menunjukkan pukul 22:00, Hana mulai memejamkan matanya dan berharap, ketika bangun nanti sudah ada makanan yang bisa disantapnya. Ia tidak memikirkan ke mana suaminya pergi. Bahkan, bila pria itu tidak kembali lagi, tidak akan Hana mempermasalahkannya. Satu hal yang membuatnya sangat panik dan juga bingung adalah dia tidak memiliki pakaian dan tidak dapat membuka pintu kamarnya!Hana

    Last Updated : 2022-11-01
  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 5

    Setelah beberapa saat, Hana akhirnya membuka matanya secara perlahan dan melihat suaminya dengan panik. Namun, dia kembali mengelak setelah melihat ekspresi suaminya yang begitu marah."Makan!" perintah Daffin kemudian.Hana hanya diam tanpa menjawab."Kau tidak dengar, ya? Aku memerintahkan kau untuk makan!" bentak Daffin. "Apa kau tidak mendengar perintah aku?" Daffin kembali bertanya saat istrinya hanya diam memandangnya. Tatapan mata wanita itu, sungguh tidak bisa di tebaknya."Bodoh!" Ia memaki dirinya sendiri saat menyadari bahwa mulut Hana sedang diikatnya dengan dasinya. Tangan istrinya juga masih terikat. Daffin bergegas membuka tangan Hana dan melepaskan ikatan di belakang kepala istrinya."Makan!" perintah Daffin.Hana diam memandang wajah suaminya."Mengapa kau melihat aku seperti itu, apa mau aku congkel matamu?" bentak Daffin.Hana merasa ngeri, ketika mendengar ancaman dari suaminya. Bagaimana ia bisa kabur, bila sudah tidak bisa melihat? "Kau tidak mendengar apa yang

    Last Updated : 2022-11-01
  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 6

    "Tidak tuan, saya hanya minta tolong," Hana menjawab dengan terbata-bata.Daffin menjangkau handuk yang di minta istrinya. Dilihatnya handuk berwarna putih yang banyak menempel bercak berwarna merah. Daffin memberikan handuk tersebut."Terima kasih tuan," jawab Hana yang melilitkan handuk di tubuhnya. Hana kemudian berjalan ke kamar mandi dengan sangat lamban ketika rasa perihnya masih sangat terasa.Setelah membersihkan dirinya di kamar mandi, ia kembali naik ke atas tempat tidur dan berbaring di samping suaminya. Melihat pria itu sudah tidur, membuat dirinya senang. Hana merangkak naik ke atas tempat tidur dengan sangat berhati-hati. Ditariknya selimut dan tidur membelakangi pria yang sudah menjadi suaminya itu."Apa kau tidak dengar apa yang tadi aku ucapkan?"Suara itu membuat Hana sangat terkejut. Hana membalikkan tubuhnya dan menghadap suaminya. Saat ini ia memandang wajah tampan milik Daffin."Berbalik!"***Hana terbangun dan merasakan tangan kekar suaminya yang berada di at

    Last Updated : 2022-11-04
  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 7

    Hana merasa sudah tidak sanggup lagu ketika suaminya terus-menerus berlaku kasar padanya. Berkali-kali dia disentuh tadi malam. Namun, tidak ada kelembutan sama sekali.Hana terkesiap ketika mendengar pintu kamar terbuka. Oleh sebab itu, dia menutup tubuhnya dengan selimut ketika petugas hotel masuk ke dalam kamar. Petugas hotel meletakkan pesannya di atas meja makan. Setelah itu, pergi dan menutup pintu. Hana menurunkan selimut itu hingga ke batas dadanya. "Makan!" Daffin memberikan perintahnya, ketika petugas Hotel sudah keluar dari dalam kamar. "Saya akan makan setelah Anda tuan," jawab Hana. Dirinya begitu ingin beristirahat sejenak. Namun, sepertinya Daffin tidak mau menerima alasannya. Terbukti, pria itu menatapnya tajam."Sekarang!" Daffin memberikan perintah.Hana sangat panik ketika mendengar perintah gila suaminya. Dirinya tidak memiliki pakaian, tidak pula boleh menutup tubuhnya dengan selimut. Tidak boleh memakai handuk yang sudah kotor. Apakah ia, akan duduk dengan ta

    Last Updated : 2022-11-04
  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 8

    "Ya ampun! Serem sekali. Rumah sebesar ini aku tinggal sendiri. Hana memandang ke sekelilingnya. Tapi ini lebih enak aku sendiri di sini. Dari pada dia ada disini. Jujur saja, dia itu jauh lebih menakutkan dari pada hantu. Pokoknya serem banget menurut aku," Hana berbicara sendiri.Setelah berhari-hari jarang berbicara, akhirnya perempuan itu bisa juga melepaskan isi hatinya."Sial! Aku lupa, nanyain baju aku! Ya sudahlah, pakai baju ini aja gak pakai ganti." Hana memandang long dress yang dipakainya.Ia berjalan mengelilingi rumah tersebut, Ia masuk kedalam kamar yang diucapkan oleh suaminya.Hana begitu terkejut dan terpesona saat melihat kamar yang sangat luas. Seketika Hana sadar bahwa akan berat untuk membersihkan rumah ini."Aku di tinggal sendiri di rumah ini. Itu artinya, aku bisa pergi kapan saja." Hana tersenyum dengan mata yang terbuka lebar. Lalu, dia memandang ke sekelilingnya, memeriksa adakah CCTV di kamar ini. Namun, dia tidak dapat menemukannya."Aku akan menjadi istr

    Last Updated : 2022-11-04
  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 9

    Duduk sendiri di depan ruang televisi tanpa melakukan apa-apa, membuat matanya mengantuk. Dipandangnya jam yang menempel di dinding yang ternyata sudah jam 10 malam. Pantas perut aku sudah pedih, ah ternyata sudah jam 10. Apa aku makan saja ya." Hana berkata dengan memegang perutnya. "Tapi kalau nanti dia pulang, apa dia marah karena aku sudah makan duluan?" Pusing Hana memikirkan hal ini. "Tapi perut aku sudah pedih sekali, tidak apa aku makan duluan saja. Bila dia pulang, aku akan makan lagi," batinnya. Ia beranjak dari sofa dan berjalan menuju ke ruang makan. Hana memasukkan nasi, sayur asem dan sambal terasi ke dalam piringnya. Menu yang sudah disiapkan ini, begitu sangat menggugah seleranya. "Jangan dipandangi Hana, ayo dimakan." Hana berkata ketika dirinya sudah tidak sabar untuk menyantap hidangan makan malamnya sendiri. Dengan segera, disantapnya menu tersebut."Bila setiap hari makan-makanan enak seperti ini, pasti bisa buat aku gemuk," Hana mengunyah nasi di dalam mulutnya

    Last Updated : 2022-11-11
  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 10

    Setelah melakukan penyatuan yang cukup lama, akhirnya Daffin mencapai pelepasannya. Pria itu berbaring di sebelah isterinya dengan keringat yang membasahi tubuh. Hana terkulai lemas dan tak berdaya. Ia berusaha mengatur napasnya yang sedang naik turun. "Apa ada yang bisa dimakan?" Daffin bertanya setelah memberikan Jeda waktu untuk istrinya beristirahat. Kini ia membutuhkan asupan tenaga setelah melakukan kerja kerasnya di malam hari. Hana tersenyum ketika mendengar pertanyaan suaminya. "Saya tadi sudah masak untuk tuan." Hana menundukkan kepalanya. Ia malu memandang wajah yang saat ini menatapnya."Bagus, aku mau makan." Daffin beranjak dari atas tempat tidur.Hana menganggukkan kepalanya. Meskipun merasa sangat lelah dengan tubuh terasa remuk dan kaki yang teramat pegel. Namun ia tetap mengurus makan Suaminya. "Saya akan memberikan diri dulu, ke kamar mandi.""Tidak usah, nanti saja." Daffin mengambil tisu dan memberikan

    Last Updated : 2022-11-11
  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 11

    Hana terbangun, di lihatnya jam yang ternyata sudah jam 8 pagi. Apa yang dilakukan suaminya, sungguh membuat tenaganya habis terkuras dan lemas. Hingga terlambat bangun seperti ini. Dipandangnya wajah Daffin yang saat ini tertidur lelap. Entah apa yang dirasakannya saat ini. Meskipun wajah suaminya tampan, namun tidak membuat dirinya merasa senang. Apa yang dilakukan Daffin, membuat pesona ketampanannya sudah tidak terlihat lagi. "Mungkin memang sudah seperti ini bila menjadi pengganti. Diperlakukan dengan sangat tidak manusiawi. Sapi jantan aja, mungkin nggak tega melakukan hubungan dengan sapi betina tanpa jeda. Tapi dia beda, tenaganya mungkin lebih kuat daripada sapi. Sepertinya ini orang, keturunan kuda liar. Yang memiliki tenaga kuat dan tidak ada capek-capeknya," batinnya."Ya ampun, kenapa aku harus lihat dia seperti ini." Hana merasa menjadi orang bodoh saat ini. "Sarapan." Hana teringat bahwa dirinya terlambat bangun dan belum membuat sarapan. Ia turun dari atas tempat t

    Last Updated : 2022-11-12

Latest chapter

  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 264

    Hana hanya diam saat kalung indah itu melingkar di lehernya. "Abang, beneran ini?" Tanyanya yang masih tidak percaya. "Iya sayang, nanti kasih Abang bonus ya." Daffin tersenyum dan mengangkat 3 jarinya.Mata Hana terbuka lebar saat melihat tiga jari suaminya. "Maksudnya 3 ronde?" Wanita cantik itu bertanya dengan wajah serius."Iya dong sayang," jawab Daffin.Hana diam dan menelan air ludahnya. Namun wanita itu tidak mampu untuk menolak, berhubungan apa yang diberikan Daffin tidak sebanding dengan apa yang dia inginkan. "Jangankan 3, 10 aja Hana layani bang," kata Hana dengan candaan.Namun berbeda dengan tanggapan yang diberikan Daffin. Pria itu ternyata mengganggap apa yang dikatakan istrinya serius. "Kalau gitu sampai pagi ya sayang." Dengan sangat genit Daffin mengedipkan matanya.Hana diam dan menelan air ludahnya. Mengapa dia berkata seperti itu sehingga Daffin salah mengartikan. "Emang sanggup?" Dengan bodohnya Hana bertanya dan terkesan menantang sang suami. "Ya jelas sanggu

  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 263

    Hana begitu sangat menikmati liburnya di kota Dewata Bali. Sesuai dengan apa yang di katakan Daffin, ini merupakan perjalanan bulan madu pertama mereka setelah menikah. Ia memiliki waktu berdua dengan sang suami. Sedangkan kedua anaknya diasuh nenek, kakek dan baby sitter nya. Mama mertuanya benar-benar memberikannya waktu untuk berbulan madu. Hana tersenyum malu-malu ketika melihat Daffin menatapnya. "Kalau ada si kembar pasti lebih asik," ucapnya untuk menghilangkan rasa canggung. Meskipun sekarang mereka sudah memiliki dua bayi kembar, namun tetap saja Hana merasa canggung jika Daffin menatapnya tanpa berkedip."I love you," jawab Daffin dengan menyelisikan jari telunjuk dan jempolnya.Hana tertawa ketika melihat tingkah suaminya. "Lain yang dibilangin lain yang dijawab," ucapnya yang tersenyum malu."Emangnya tadi bilangin apa?" tanya Daffin yang mengulum senyumnya."Andaikan ada si kembar disini, pasti asik." Hana kembali mengulang ucapannya."Mana boleh si kembar datang kesini.

  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 262

    Udara yang tadi terasa dingin kini sudah berangsur menghangat dan matahari sudah mulai mengeluarkan panas paginya yang menyehatkan.Hana masih sangat nyaman dengan duduk di tepi pantai bersama bersama dengan Daffin. Dengan sangat manja menyandarkan kepalanya di bahu sang suami."Sayang, Abang mau ke kamar, ambil si kembar. Kalau nunggu bangun, takutnya nanti terlalu siang dan keburu panas." Daffin tersenyum dan mengusap kepala istrinya."He... He.... Tahu aja kalau Hana lagi malas berdiri," ucapnya dengan tersenyum. Sejak tadi ia begitu malas untuk beranjak dari duduknya. Duduk di tepi pantai, melihat air omba yang saling berkejaran, membuat hatinya tenang. Dalam waktu sebentar saja permasalahan yang selama ini menghimpit dadanya berangsur-angsur terlupakan."Mami si kembar malasnya level tinggi." Daffin tersenyum dan beranjak dari duduknya. Panas pagi seperti ini sangat dibutuhkan oleh kedua anaknya, karena itu mereka sudah berniat untuk menjemur si kembar setiap pagi, selama berad

  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 261

    Udara pagi terasa sangat segar ketika masuk ke lubang hidung dan mengisi paru-parunya. Hana berulang kali menarik napas yang panjang dan menghembuskan secara berlahan-lahan. Pagi ini dia menikmati segarnya udara pagi di tepi pantai. Matahari yang mulai terbit, menambah indahnya suasana pagi ini.Daffin menggenggam tangan istrinya. Pria berwajah tampan itu tersenyum ketika melihat rona bahagia yang terpancar di wajah ibu dua anak tersebut. "Nanti kalau si kembar sudah bangun pasti dia senang ya lihat pantai." Hana tersenyum. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Kiandra dan juga Keyzia saat melihat keindahan pantai seperti sekarang. "Pasti minta masuk ke dalam air." Daffin tertawa. Baru saja membayangkan saja sudah membuat ia gemas sendiri. Si kembar sudah sangat pintar bermain. Apalagi jika diajak bermain air. Biasanya bayi kembar itu tidak akan mau keluar dari dalam air dan mami mereka akan kesulitan ketika membujuk kedua bayi kembarnya agar mau berhenti berendam. Daffin bis

  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 260

    Berliana mendongakkan kepalanya ke atas dan memandang langit yang sudah semakin gelap. Mungkin sebentar lagi hujan akan kembali turun. Angin yang berhembus kencang, membuatnya sedikit takut. "Mama, tenanglah di sini. Mau seperti apapun mama, aku akan tetap selalu menyayangi mama. Mama, aku pamit pulang, Aku juga akan pergi meninggalkan Indonesia, dalam waktu 3 bulan ini. Jadi mungkin aku tidak datang ke sini untuk melihat mama. Tapi aku janji, aku akan langsung ke sini, setelah aku kembali dari Korea. Aku akan menuruti semua yang mama katakan. Aku juga sudah mendapatkan identitas baru. Aku sudah tidak menjadi Berliana lagi." Diusapnya air mata yang mengalir deras. Semua kisah hidupnya, semua cerita indah tentang kebersamaannya dengan sang mama, akan disimpan di dalam memori ingatannya. Berliana sudah mendapatkan kabar dari pria yang membantunya membuat identitas baru. Pria itu mengabarkan bahwa identitas barunya sudah selesai. Itu artinya, ia sudah bisa pergi meninggalkan Indonesia.

  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 259

    "Selamat tidur anak ganteng mami." Hana tersenyum dan mencium pipi bulat Keandra kiri dan kanan. Ia juga mencium bibir kecil bayi laki-laki tersebut.Selamat tidur sayang mami yang cantik jelita." Hana tersenyum dan mencium pipi kiri dan kanan, bayi cantiknya. Di mata ibu dua anak itu, anak-anaknya makhluk yang paling sempurna. Keandra yang terlihat begitu tampan dan Keyzia yang tampak begitu sangat cantik. "Kenapa ya, kalau cium adek nggak pernah ada puasnya. Mami ngerasa selalu aja kurang." Hana tersenyum sambil menatap wajah cantik putrinya. Meskipun kedua anaknya sudah tidur, namun Hana tetap saja berbicara, seakan kedua bayi itu mendengar apa yang dikatakannya. Ia kembali mencium kening dan juga puncak kepala bayi yang berambut tebal tersebut. "Abang Kean, jangan nakal ya sama adek. Jangan digigit kuping, jangan disedot hidung dan juga pipi adek ya." Hana tersenyum memandang Keandra. Sebenarnya ia ingin memisahkan tempat tidur kedua bayi itu, namun jika tidur ditempat tidur ter

  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    bab 258

    Bian tersenyum penuh kepuasan ketika melihat hasil persidangan Susi. "Manusia iblis," ejeknya. Selama beberapa minggu ini pria itu selalu mengikuti perkembangan kasus Susi. Dan hari ini dia begitu sangat bahagia karena mendengar keputusan hakim. Wanita itu membayar perbuatannya dengan nyawanya sendiri. Diambilnya telpon genggam yang terletak di atas meja. Ia langsung menghubungi nomor ponsel yang tersimpan di kontak telepon. Nomor ponsel yang selalu akan disimpannya. Suara panggilan telepon yang dilakukannya baru di angkat di panggil yang sudah ketiga kalinya. Biasanya Bian akan marah jika panggilan telepon yang dilaksanakannya diabaikan begitu saja. Namun saat ini, ia tidak marah, mungkin karena suasana hatinya yang sangat senang. "Halo." Suara serak yang menjawab telpon darinya, menandakan si penjawab telpon sedang menangis. "Pantas saja kamu bisa seperti ini Berliana, ternyata kamu keturunan iblis, betul nggak sih." Senyum penuh kemenangan terukir di wajah tampannya.Berliana

  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 257

    "Hana mau dengar semuanya ma." Hana memandang punggung Susi yang membelakanginya.Saya juga pernah merencanakan agar para preman melakukan perbuatan asusila kepada Hana. Setelah mereka puas dengan tubuhnya saya meminta agar menghabisi nyawanya. Karena apa Saya ingin terkesan seperti korban kejahatan preman yang mabuk. Namun nyatanya Hana tidak pulang ke rumah karena dia menginap di rumah teman sekolahnya. Dan hal itu sudah saya lakukan berulang kali. Namun selalu saja gagal dan pada akhirnya saya membatalkan rencana tersebut.Hana memegang dada yang terasa begitu sangat sakit dan sesak. Tidak terbayang olehnya ternyata wanita yang dinikahi ayahnya memang benar-benar iblis."Saya bahkan tidak pernah menyesal karena menghilangkan nyawa suami saya yang kebetulan bodoh itu. Karena jujur, saya tidak pernah mencintainya. Saya menikah dengan dia, hanya untuk mendapatkan harta dan uangnya. Dan semua itu karena dia yang terlalu bodoh dan terlalu berharap lebih kepada saya. Karena nyatanya, say

  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 256

    "Mama Berliana berlari dan memeluk Susi dengan erat. Air mata kesedihan tidak bisa di tutupinya. Susi tersenyum dan mengusap punggung putrinya. Senyum yang ditunjukkan sebagai bukti bahwa dirinya baik-baik saja. "Mama baik-baik aja nak.""Mama aku sungguh tidak sanggup." Berliana berkata di tengah isak tangisnya. Menyaksikan persidangan sang mama, sungguh membuat tubuhnya lemas dan tidak sanggup untuk menerima kenyataan pahit atas hukuman yang akan diterima oleh wanita yang sudah melahirkannya. Namun yang lebih membuat hatinya terasa sakit dan juga perih, ketika tidak bisa membela mamanya sama sekali. Ribuan kata makian untuk menghakimi perbuatan Susi. Mereka terlalu pandai untuk menilai dan menghakimi kesalahan yang orang lain lakukan. Ingin rasanya Berliana marah dan menangkis semua perkataan orang-orang itu. Namun apa yang dikatakan mereka benar. Semua fakta tidak bisa di pungkiri. Pada akhirnya dia berusaha untuk tuli dan tidak mendengarkan. Meskipun kenyataannya, apa yang dikat

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status