"Akhirnya dia mau berbicara. Tapi aku sedang tidak ingin mengurusnya." Daffin merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Ia seakan sudah tidak perduli dengan Berliana. Kehadiran wanita itu, hanya untuk merusak kebahagiaannya. Dulu, disaat ia benar-benar cinta dan akan menikahi Berliana, wanita itu pergi di saat hari pernikahan sudah hitungan hari. Sekarang, disaat dirinya sudah bahagia bersama dengan istrinya, wanita itu kembali dan membuat istrinya pergi meninggalkannya. "Sebenarnya, apa motif dia berbuat seperti ini?" Daffin mulai berfikir. "Ah sudahlah, aku akan tanya langsung dengan dia, nanti. Sekarang biar saja, dia menikmati berada di ruangan itu. Aku tidak perlu datang ke sana dengan terburu-buru." Saat ini yang dibutuhkannya, beristirahat sejenak. Ia harus memiliki tenaga dan tubuh yang sehat, agar bisa kembali mencari istrinya. Bagi Daffin, Hana jauh lebih penting dan berharga, dari Berliana.Berada di dalam kamar ini, membuat dirinya begitu sangat merindukan istrinya. "Sel
Melihat pintu yang terbuka, membuat hatinya merasa senang. Ia berharap, Daffin yang datang menemuinya. Berliana kecewa ketika yang masuk ke dalam ruangan adalah Fatan. "Sejak semalam ke mana dia menghilang." Berliana kesal ketika melihat pria yang menjadi asisten pribadi mantan kekasihnya baru memperlihatkan batang hidungnya."Daffin mana?" Berliana bertanya sambil memandang ke pria yang berdiri di depannya."Aku tidak menyangka ternyata Berliana yang terkenal cantik, wajahnya biasa saja tanpa make up," ejek Fatan."Aku males berbicara dengan mu, aku ingin berbicara dengan Daffin." Berliana sudah tidak memiliki energi untuk melawan pria yang saat ini memandangnya dengan tatapan tidak suka."Sebaiknya kamu nikmati dulu tinggal di sini, bermain-main dengan peliharaan yang manis-manis itu." Fatan tertawa."Aku tidak ingin di sini, aku tidak suka dengan tikus." Berliana merengek."Oh aku sukira kamu sangat menyukai tikus, aku merasa sifatmu hampir sama dengan mereka. Suka menggerogoti da
Setelah mendengar apa yang disampaikan Berliana sungguh membuat dirinya pucat dan juga panik. "Aku belum bisa membuat laporan ke kantor polisi, karena ini belum 24 jam. Apa aku harus memberi tahu hal ini dengan mama dan papa?" Daffin panik. Ia sudah tidak bisa lagi untuk berpikir.Daffin duduk diam di dalam mobilnya dengan otak yang terus saja berpikir akan apa yang harus dilakukannya. "Sepertinya sudah tidak ada jalan lain lagi. Aku harus memberitahukan kepada mama dan juga papa tentang Hana yang pergi dari rumah. Walau bagaimanapun, Mama dan papa harus tahu tentang hal ini." Daffin berkata ketika dirinya yakin akan mengambil keputusan tersebut. Saat ini yang dibutuhkannya, pendapat dari kedua orang tuanya. Ia yakin, papa dan mamanya, bisa memberikan solusi terbaik untuknya. Daffin menghubungi nomor ponsel mamanya. Cukup lama menunggu, namun panggilan teleponnya tidak dijawab. Dicobanya lagi untuk kembali menghubungi. Jantungnya berdegup dengan cepat ketika mendengar sahutan d
"Mengapa mama dan papa lama sekali." Ia sudah pasrah dan siap untuk menerima seperti apapun kemarahan kedua orang tuanya nanti.Daffin mengusap wajahnya dengan kasar. Dipijatnya kepala yang terasa pusing dan seakan mau pecah. Apa yang disampaikan Berliana, sungguh membuatnya takut. Bila orang itu memiliki dendam terhadapnya, mengapa, tidak menemuinya secara sportif. Apapun permasalahan yang ada, pasti akan terselesaikan, bila dibicarakan dengan baik-baik. Namun mengapa orang itu, lebih memilih untuk membalas dendam dengan cara pecundang seperti ini. "Apa sebenarnya permasalahan Antara aku dengan orang itu. Mengapa dia meminta Berliana untuk mendekatiku dan meninggalkan aku di saat aku mencintainya. Setelah dia tahu, aku bahagia dengan istriku, dia kembali memerintahkan Berliana untuk merusak kebahagiaan rumah tangga aku. Ia semakin cemas ketika mengetahui orang itu telah sudah mengetahui tentang Hana.Kepalanya begitu sangat pusing ketika memikirkan hal ini. "Jika Hana ada bersamak
"Dasar manusia serakah. Apa kamu membiarkan Berliana dan Susi lepas begitu saja?" tanya Mita dengan sangat marah.Daffin menggelengkan kepalanya. "Mereka akan mempertanggungjawabkan perbuatannya terhadap Hana. Aku ingin Hana mendapatkan keadilannya. "Mita sangat senang ketika mendengar ucapan Daffin. Dari cara putranya berbicara, tampak jelas bahwa saat ini Daffin sudah sangat mencintai istrinya. "Lalu apalagi?" tanya Mita. "Setelah menjadi artis, Berliana terlilit hutang." Daffin menceritakan semua tentang Berliana kepada mama dan papanya.Surya hanya diam dan fokus mendengar apa yang disampaikan Daffin. "Pada saat ia terlilit hutang dan dalam marabahaya, karena penagih hutang mengancam untuk membunuh. Berliana diselamatkan oleh seseorang dan orang itulah yang mengorbitkan Berliana menjadi artis terkenal. Orang itu juga yang memfasilitasi kehidupan Berliana hingga ia bisa terlihat menjadi artis sukses dan kaya. Orang itu membantu Berliana dengan syarat, dia harus mendekati aku."
Melihat mama dan papanya yang hanya diam seperti ini membuat dirinya semakin bertanya. Padahal yang terbayang, mama, papanya pasti akan marah dan mengamuk kepadanya bila mengetahui menantu kesayangannya pergi, namun mengapa sikap kedua orang tuanya terlihat tenang seperti ini. Daffin merasakan bahwa kedua orang tuanya merahasiakan sesuatu darinya. "Mama, papa, tolong beri tahu aku, di mana Hana?" tanyanya.Meskipun anak mereka sudah merengek dan menangis layaknya bocah umur 7 tahun, yang sedang kehilangan mobilan kesayangannya, namun tetap saja, Mita dan Surya diam saja."Mama, papa, tolong jawab pertanyaan aku. Aku benar-benar sangat mengkhawatirkan Hana. Aku ingin menjelaskan semuanya kepada Hana. Agar dia tidak salah paham seperti ini. aku juga akan meminta maaf dengannya." "Kamu cari istri, kamu ke mana?Meskipun seisi Jakarta ini diobrak-abrik, tetap saja kamu tidak akan menemukannya." Mita tersenyum tipis."Aku sudah tidak tahu, harus cari ke mana." Daffin berkata dengan suara
"Mama akan telepon Hana, tapi kamu jangan bersuara dan juga jangan mengintip ke layar ponsel Mama." Mita memperingatkan Daffin. Ia tidak tega melihat wajah putranya begitu sangat memprihatinkan di depannya.Dengan cepat Daffin menganggukkan kepalanya.Dikeluarkannya ponsel dari dalam tas berwarna maron miliknya. Mita kemudian menghubungi nomor ponsel menantunya. Untuk mempermudah komunikasinya bersama dengan Hana, wanita yang akan menjadi nenek itu, dengan sengaja memberikan ponsel baru untuk Hana."Halo Mama, gimana makan malamnya." Hana yang mengangkat sambungan telepon, langsung meneror mamanya dengan pertanyaan sederhana seperti ini."Belum juga dimakan, sewaktu mau makan mama ingat Hana,ucap Mita dengan tersenyum. Diarahkannya kamera ponselnya ke arah menu yang sedang tertata di atas meja."Mama, Hana pengen kepitingnya, kemudian udang krispi saus tiram, Cha kangkung." Hana begitu sangat berselera ketika melihat menu yang ada di atas meja. "Nanti mama bungkus ya." Mita terseny
Melihat perhatian yang diberikan kedua mertuanya seperti ini, sungguh membuat Hana merasa bahagia. Di saat dirinya memiliki masalah dengan suaminya. Di saat rasa percaya untuk suaminya sudah tidak ada lagi. Namun sikap kedua mertuanya tidak berubah sedikitpun. Bahkan mereka tampak begitu sangat menyayanginya, layaknya anaknya sendiri. Hana duduk di meja makan, sambil bermanja-manja dengan mama serta papa mertuanya. Ia menikmati makanan malam dengan candaan ringan."Hana makannya nggak boleh malas, jangan sibuk nonton aja." Surya melepaskan cangkrang kepiting dan meletakkan piring berisi kepiting ke depan menantunya."Nggak kok pa, tadi Hana beneran nggak selera, jadinya belum makan. Soalnya Hana pengen makan ini." Dicubitnya daging kepiting dan memasukkan ke dalam mulutnya."Hana sedang hamil, ingat yang di dalam itu anaknya ada dua, meskipun lagi nggak selera makan, tetap wajib makan." Mita menasehati menantunya. "Iya ma, nanti-nanti nggak diulangi lagi kok." Hana tersenyum dan me