Yang mau crazy up komen dong...
‘Oh ya Tuhan, kenapa aku harus bertemu dengan laki-laki brengsek ini?’ Batin Raya. ‘Apa yang dia lakukan di pulau ini?’Raya memilih untuk pura-pura tidak mengenal dan mengacuhkannya, ia menunduk dan kembali mengaduk minumannya.“Jangan pura-pura tidak kenal begitu!”Tanpa bertanya maupun persimi, laki-laki yang baru saja menyapa dan memanggil nama Raya dengan semangat itu menarik sebuah kursi di sebelah Raya lalu akan mendudukinya.“Hei Tuan, apa yang anda lakukan?” Nana menarik kursi itu menjauh sebelum di duduki.“Siapa yang mengizinkan anda duduk di sebelahnya, Tuan bahkan tidak bertanya sebelumnya?” Nana tersulut emosi, mengeluarkan sisi kelelakiannya.“Heh, siapa kamu? Raya, apa dia temanmu?” Tangan laki-laki sok akrab itu ingin menyentuh dagu Nana.Raya segera menepis tangan itu. “Jangan ganggu teman ku!” Raya bicara dengan nada ketus. Menatap tajam dan penuh rasa benci.“Haha, kamu benar-benar tidak berubah ya, Raya. Masih tetap sok suci. Sekarang sudah ingat aku, kan? Dia ter
Raya bersiap melindungi Nana. Namun dua pengawal yang sedari tadi hanya diam mengameti sudah berdiri di depan Raya membentangkan tangan. Sementara tangan Raya masih melindungi Nana di belakangnya, Nana berbisik pada pengawal itu sambil mengerang kesal, “kenapa kalian baru bereaksi?” Bagi Nana dua orang itu sudah menonton pertunjukan ini terlalu lama. Raya sendiri tidak menyadari bahwa dua laki-laki di hadapannya merupakan pengawal yang dikirim Andro, dia pikir, itu hanya lah pengunjung yang kebetulan melihat kejadian ini lalu ingin menolong. “Hei, siapa kalian?” Dia menunjuk dua laki-laki yang tiba-tiba menjadi benteng untuk Raya dan Nana, mereka bahkan tidak terlihat karena terhalang punggung tinggi kedua pengawal di depannya. Daren, nama laki-laki yang menganggu Raya itu, “Raya!” Panggilnya keras membuat Raya tersentak dibalik punggung para pengawalnya. Dibelakang, Nana sudah memeluk Raya. “Nona, jangan pedulikan dia, ayo kita pergi!” Bisik Nana. Keselamatan Raya jauh lebih pe
“Haha, oke. Kalau kamu mau ini semua berakhir, temani aku malam ini, maka semua ini aku anggap selesai.” Kedus pengawal Raya semakin tersulut emosi mendengar itu. Namun mereka tahu betul jika saat ini menahan diri sambil menunggu kedatangan bosnya adalah pilihan yang paling kondusif. “Daren, ayolah! Aku sudah menikah. Hentikan ini semua, kamu akan dapat masalah kalau terus seperti ini.” “Cih! Aku sudah bilang, persetan siapa suamimu, asalkan itu bukan Andromeda Prakarsa, aku masih bisa mengatasinya, aku bisa bersaing dengannya.” “Tapi sayangnya itulah kenyataannya, Daren!” Raut wajah Daren semakin terlihat marah ketika dia menganggap Raya tak mau mengakhiri sandiwaranya, berkata pada salah satu anak buahnya yang masih cukup kuat untuk berdiri, “pegangi dia!” Mendorong Nana pada anak buahnya. Dengan sigap, anak buah Daren memiting leher Nana, kemudian menodongkan pisau kembali pada Nana. Seketika Raya berteriak. Raya sudah mulai ketakutan. Dia memeluk dirinya sendiri. Daren ter
Apa aku pura-pura pingsan saja agar perhatian suamiku teralihkan, dia pasti akan lebih menghawatirkan aku ketimbang mengurusi Daren, lebih baik polisi langsung membawanya. “Suamiku, kumohon…” Aku tidak mengkhawatirkan Daren. Sungguh, aku hanya tidak mau kamu bertindak diluar kendali, apalagi sampai membunuh karena aku. “Jangan membantah. Cepat bawa dia pergi Hans!” Hans membawa Nana dan Raya keluar kafe, “Nana, tolong bawa Nona ke tenda perawatan daruruat yang telah disipakan tim medis. Tepat di luar kafe ini!” Hans berkata, seolah tahu isi kepala Raya, “Tenanglah Nona, polisi tidak akan membiarkan Tuan Muda bertindak di luar batas hukum. Namun sekarang yang menjadi pertanyaan Raya bukan hanya apa yang akan dilakukan suaminya itu, melainkan juga mengenai tenda tim medis. ‘Tenda darurat? Tim medis? Apa mereka sengaja menyiapkan tim khusus untukku? Ya Tuhan … Seberharga itukah aku dimata suamiku?’ Dengan terpaksa Raya mengikuti langkah Nana. Saat Raya dan Nana baru saja menutup p
Di ruang pemeriksaan lain, kesenjangan fasilitas terlihat sangat mencolok. Hanya ada suara kipas angin lirih berputar di atas ruangan.Nana sudah duduk di tempat tidur, tenggelam dalam pikirannya sendiri. Dia sedang mempersiapkan diri untuk menerima konsekuensi ringan hingga terberat dari kejadian ini.Dokter masih mengobati lukanya di sudut bibir, pukulan Daren nyatanya lumayan keras hingga luka itu perlu dijahit. Namun Nana tidak merintih sedikitpun atau sekedar mendesis lirih ketika dokter mengobatinya.Saat Hans masuk ke ruangan itu, Nana mendongak dan terkejut ketika pandangan mereka bertemu. “Sudah selesai. Jangan lupa segera minum obat diatas meja itu ya, Nona.” Ucap dokter yang baru saja selesai menjahit luka Nana.“Oke, semoga dalam beberapa hari lukanya sudah kering.” Dokter menarik nampan kecil mendekat ke tempat tidur berisi Obat dan sebotol minuman, “Kalau perlu apa-apa, panggil perawat jaga saja diluar.”“Iya, terimakasih,” Nana merapikan pakaiannya, menuangkan air dala
Hans sudah menuju ruang tempat Raya diperiksa. Dua pengawal yang sedang duduk berjaga disana langsung berdiri.Mengetuk pintu dua kali sebelumnya, “Tuan Muda?” Tidak ada sahutan dari dalam. Namun, tak lama kemudian suara Raya datang mempersilahkan Hans untuk masuk.Di dalam, Hans hanya sebentar, dia menjenguk nona mudanya kemudian keluar dari ruangan itu bersama Andro, mereka berpamitan pada Raya, mengatakan jika ada sesuatu yang harus mereka bicarakan dan setelah keduanya pergi, Raya bergegas ke ruangan Nana lagi.“Nona, kenapa kemari? Nanti tuan muda marah.”“Tenang saja Nana, dia sedang sibuk.”Di dalam ruang perawatan yang seadanya, kedua wanita ini sedang mengingat kejadian beberapa waktu lalu. Peristiwa saat kedatangan Andro dan rombongannya ke kafe. Tempat Raya bertemu dengan kenangan buruk di SMA nya. Memori yang bahkan tak pernah sekalipun ia ingat selama ini.Mereka saling menggenggam tangan masing-masing ketika sorot mata Andro yang penuh kemarahan terlintas kembali. Saat
Di luar, kafe milik Daren masih berdiri kokoh seperti tidak terjadi apapun. Yang membuat berbeda hanya beberapa penjaga yang berdiri dengan setelan hitam-hitam, membuat pemandangan kafe itu berbeda dari biasanya.Penjagaan di kafe sudah dilakukan dari sebelum helikopter milik PM Group mendarat di tanah lapang samping pusat perbelanjaan itu. Tidak ada yang berani mendekat maupun mencari tahu apa yang terjadi ketika baling-baling helikopter menderu dan mendarat darurat tadi, meski banyak orang yang menonton dan tak lama setelahnya beberapa mobil muncul membawa tim keamanan PM Group.Para penduduk mengenali tim keamanan PM Group dari emblem warna putih bertuliskan logo Prakarsa Mega Group.“Ada apa ini, apa Daren membuat masalah dengan pemilik resort yang baru?” beberapa pemilik tenan bergosip.“Cih, aku bersyukur kalau memang seperti itu, biar dia kena batunya.”Sepertinya orang-orang disana juga kurang menyukai Daren. Dia memang sombong dan suka bersikap seenaknya karena ditakuti akiba
Selepas semua peristiwa yang terjadi, berita yang menyebar di area penduduk lokal benar-benar simpang siur, mereka berspekulasi masing-masing.Apalagi setelah kedatangan tim keamanan daerah, mobil PM Group satu persatu meninggalkan lokasi, sedangkan helikopter membawa Andro dan Raya kembali ke ibu kota hari itu juga.Saat melihat Daren dan anak buahnya di giring seperti penjahat, orang-orang mulai menyimpulkan semau mereka. Namun yang pasti mereka bersyukur dan menganggap kedatangan Andromeda Prakarsa kesana merupakan suatu berkah.Kini tidak ada lagi preman semena-mena di area bazar itu. Walikota benar-benar datang membereskan semuanya, termasuk kasus-kasus pungli yang dilakukan Daren dan anak buahnya selama ini.Di Ibukota, Andro tidak langsung membawa Raya pulang ke kediaman Prakarsa, dia membawa istrinya menginap di hotel malam ini agar mereka bisa fokus beristirahat.Paginya, ketika terbangun, Raya mendapati dirinya di dalam pelukan Andro dan Raya sangat terkejut ketika mendpati
Arin dan juga Samuel bergegas menuju rumah Cantika begitu pulang sekolah. Suasananya jauh berbeda dari sebelumnya, semua orang di sana terlihat sangat berduka."Nek, Cantika mana ya?" tanya Arin sambil memberi salam."Ada di dalam, sana ke kamarnya ya."Arin langsung menarik tangan Samuel untuk mengikuti langkahnya, mereka memasuki kamar Cantika dimana sosok itu terlihat sedang bersiap. mereka akan pergi ke gereja untuk Misa Arwah."Cantika?"Sosok itu langsung menoleh seketika, air matanya langsung turun begitu dia melihat Arin. Sosok yang lebih kecil itu langsung menangis dengan kuat saat Arin memeluknya. Mengungkapkan perasaanya yang sebenarnya. Cantika benar benar merasa tersakiti, kehilangan sosok yang selalu bersamanya, membesarkannya, dia kehilangannya saat itu juga.Dunianya terasa runtuh, bahkan Cantika tidak yakin dirinya bisa bertahan tanpa sosok itu."Hei, udah.... Inget loh, Mama kamu ada di tempat terbaik bersama dengan Tuhan," ucap Arin mencoba untuk menenagkan sahabatn
Gala kembali ke rumah setelah mengantarkan sang Pujaan Hati. Dia terdiam sejenak di ambang pintu, rasanya sangat sepi tanpa kedua orang tua dan juga adik adiknya yang selalu ribut."Hiks... Aku merindukan kalian," ucapnya dengan Satu Tetes air mata yang tidak sempat jatuh; Gala lebih dulu menyukainya. "Tapi... Rasanya tenang sekali, hehehe."BUK!"Astaga naga!" teriak Gala dengan spontan saat sebuah sendal melayang dan mengenai kepalanya, akan membuatnya kini tengah tertunduk di atas lantai.Belum juga memarahi sosok yang membuatnya terjatuh dia terlebih dulu melihat dua orang yang sedang kejar-kejaran. "Kembali ke sini, Alden, kau harus mandi," teriak Mentari sambil membawa ember dan gayung yang berisi air.Di belakang sana ada pelayan yang berusaha mengeringkan lantai supaya tidak ada yang terjatuh. Gala mengerjapkan matanya. "Apa yang terjadi?" tanya Gala pada sang pelayan."Mari saya bantu Anda berdiri, Tuan muda.""Berapa lama mereka seperti itu?""Sejak Tuan Alden pulang ke ruma
Galuh berjalan begitu saja melewati Gala dan gerombolannya, membuat Mentari menghela napas kemudian mengikuti sosok itu."Heh, kau mau kemana?!" teriak Gala pada sang adik."Masuk kelas.""Kenapa bersama dengannya?!""Kami sekelas!""Iya juga," gumam Gala baru mengingat.Yang mana membuat Cantika speechless dengan. Gala, tapi hal itu tidak mengurangi kekaguman Cantika terhadap sosok di depannya itu."Kapten, bisa kami Kembali ke kelas sekarang?""Ya, kembalilah ke kelas kalian, dan belajarlah dengan giat. Sudah sana.”Mereka yang ikut menghadang Galuh adalah pasukan basket, dimana Samuel yang memanggil mereka semua lewat Group Chat atas perintah Gala. Saat semuanya mulai bubar, di sana mulai tertinggal Gala yang masih menggenggam tangan Cantika, bersama dengan Samuel yang masih menatap heran pada pasangan baru itu."Lu ngapain masih di sana?" tanya Gala menyadari keberadaan Samuel."Lu jangan lupa, Gal, ada PR yang belum kelar. Cantika, bilang sama Gala buat berhenti nyontek sama gue
"Mommy dan Daddy akan ke Amerika sebentar, untuk menemani Oma sambil mengurus beberapa hal. Jaga baik baik adikmu ya. Dan jika butuh sesuatu, minta saja pada Samuel.""What the....," ucapan Gala terhenti tatkala dia mendapatkan tatapan tajam dari sang Mommy. "Kenapa Samuel?""Dia temanmu 'kan? Daddy tau dia bisa diandalkan, jadi Daddy memberinya upah untuk menjagamu." Andro bicara sambil memakai jasnya."Eoohh, dia itu lelet, Dad. Lagipula aku bisa sendiri.""Jangan seperti itu," ucap Raya dengan lembut, yang sontak membuat Gala bungkam. Mana bisa dia melawan bidadari kesayangannya. Jadi dia merentangkan tangannya dan memeluk sang Mommy. "Apa ini? nanti parfume Mommy menempel.""Hati hati dijalan ya, Mom. Jangan khawatirkan yang lain, adik adik akan aman bersama denganku."PLETAK! Andro melayangkan jitakan di kepala anaknya, membuat Gala mengaduh sambil melepaskan pelukannya. "Daddy ini kenapa?!""Pamitannya nanti, jangan lebay. Kau ini habis nonton apa semalam?""Film India," gumam G
Kenyataannya, mereka berdua hanya makan saat pulang sekolah saja. Selebihnya Gala kembali mengantarkan Cantika karena dirinya tiba-tiba ditelpon oleh sang pelatih untuk ke sekolah dan melakukan persiapan untuk pertandingan."Maaf ya, aku akan mengajakmu main lagi lain kali.""Jangan khawatir, aku baik baik saja," ucap Cantika yang masih berada di bangku belakang kuda besi tersebut.Sementara Gala tidak bisa menahan kekecewaannya terhadap diri sendiri. "Nanti malam aku akan menghubungimu, mengirimimu pesan. Oke?""Oke," ucap Cantika yang masih sedikit kikuk karena status diantara mereka kini tengah berubah.Yang mana pria yang sedang dia peluk saat ini adalah pacarnya. Astaga, rasanya Cantika ingin mati saja ketika mengingat Gala adalah pacaranya."Dan masalah Laura, jangan biarkan dia menggertakmu oke? Aku akan meminta pengacaraku untuk membereskannya.""Apa yang akan kau lakukan, Gala?" tanya Cantika khawatir."Tidak banyak, hanya membuatnya jera.""Jangan keterlaluan ya, dia bersika
Sesuai perkataannya, Cantika tidak bisa berangkat bersama dengan Gala, dia berangkat bersama sang Kakek dimana dia diajak terlebih dahulu untuk makan bubur di tempat kesukaan kakeknya sebelum mereka pergi ke sekolah."Apa kau menyukai Gala?" tanya sang Kakek tiba tiba."Hmm? Ya, aku menyukainya, Kakek.""Jangan setengah-setengah jika suka, gas terus jika memang benar benar suka padanya," ucap sang Kakek saat Cantika sedang memakan bubur.Membuatnya tersedak dan batuk beberapa kali. Cantika menatap ponselnya, dimana Gala terakhir menghubunginya tadi malam, dimana dia mengatakan akan menagih jawaban sepulang sekolah. Dia juga berkata akan terlambat datang ke sekolah karena ada urusan dengan Daddy nya."Sudah makannya?""Sudah, Kek.""Ayo berangkat, anak cantik harus rajin," ucap sang Kakek membayar makanannya sebelum kembali menaiki motor bebek. "Kakek pulangnya nanti agak malam, sampaikan sama Nenek ya. Kakek harus memilah barang barang untuk di museum.""Iya, Kek.""Lumayan, Pak Praka
Cantika tidak bisa melupakan kejadian tadi pagi, dimana Gala menjadi diam mematung. Apakah sahabatnya itu sakit? Apakah dia masih marah padanya?Entahlah, Cantika bingung. Dia tidak ingin Gala sakit."Hei," panggil Laura pada Cantika.Membuat perempuan dengan rambut sebahu itu menoleh. "lya?""Nomor lima, bisakah aku melihat jawabanmu?""Um... bukankah ini pendapat masing-masing?""Anggap saja sebagai imbalan karena pacarku Gala telah mengantar jemputmu."Kalimat itu membuat Cantika tidak berdaya, akhirnya dia memberikan bukunya pada Laura saat guru sedang keluar dari kelas.Dia kembali melamun, memikirkan Gala.Sampai seseorang datang ke mejanya."Cantika, maaf aku lupa. Tadi Gala menitipkan ini untukmu," ucap salah satu anak perempuan memberikan bungkusan roti dan juga susu. "Dia memberikan bungkusan roti dan juga susu. "Dia bilang kau harus tumbuh dengan baik."Sontak, seluruh kelas yang mendengar mengatakan, "Ciiiiieeeeeee.... Cantika Cieeeee..."Kemudian disusul dengan kalimat kal
Dalam perjalanan, Laura berusaha menggoda Gala. Dia sesekali bergerak hingga bagian bawah gaunnya sedikit terangkat. Yang mana hal itu membuat Gala mengerutkan keningnya, dia heran Laura yang tidak bisa diam sejak tadi."Apa kau baik baik saja?" Tanya Gala dengan polosnya."Ah iya... aku hanya merasa tidak nyaman dengan pakaian yang aku pakai."Gala mengangguk. "Nah, aku juga akan memberitahumu tadi. Itu terlihat seperti alat memasak nasi milik Oma ku. Wahh..., apalagi suaranya kresek kresek," ungkap Gala mengatakan apa yang ada di dalam pikirannya. "Kau berubah pikiran? Ingin kembali?""Tidak, aku tidak mau kembali. Teman temanku sudah menungguku di sana," ucap Laura yang memilih untuk diam. Dia heran bagaimana bisa Gala berhenti tertarik padanya hanya sampai di titik ini. Pria itu tidak menanyakan sesuatu yang menjadi tanda kalau pria itu ingin memilikinya.Bagaimana Laura tau? Tentu saja dia memiliki banyak pengalaman dengan pria pria di luar sana. Dan pria lebih muda tidak sulit d
Cantika berusaha menahan tawanya ketika melihat Galayang menengadah dengan dokter yang mencoba mengambil mangga mungil itu dari lubang hidungnya. Untuk menahan tawanya, Cantika memalingkan wajahnya, sementara tangannya terus digenggam oleh Galayang sesekali merengek karena rasa pegal dan malu."Tutup tirainya!" teriak Galasaat melihat beberapa pasang mata yang melihat ke arahnya sambil menahan tawa. Yang mana membuat dokter itu memberikan isyarat pada perawat untuk segera menutup tirai.Mereka berada di ruang terbuka yang berada di dekat lobi, kepanikan Galamembuatnya lupa kalau dirinya adalah pemilik rumah sakit ini dan tidak datang ke lantai VVIP. Dia berlari dan langsung duduk di hospital bed yang ada di sana, sementara Cantika sibuk mencari bantuan.Dokter yang mengenali siapa Galalangsung menanganinya di sana, melihat Galayang panic juga membuat dokter itu lupa untuk membawanya ke lantai VVIP di paling atas."Apakah keluar?" tanya Galamasih menengadahkan kepala mengadahkan lubang