Ayoook jangan lupa vote dan komen
"Nyonya Besar, anak anak dalam perjalanan kemari." "Benarkah? Siapkan makanan untuk mereka." "Baik, Nyonya Besar." Oma masih fokus dengan ponselnya, dia melihat lihat pakaian lucu untuk cicitnya. Sampai dia mendapat telepon dari orang yang tidak dikenal. Oma mengangkatnya sambil mengerutkan kening. "Hallo?" "Hallo, Ibu." "Astaga, Teresa?" "Kau ingat aku? Untunglah, anakku tidak ingat aku lagi. Aku ingin datang kesana dan menemui putraku yang diculik oleh penyihir." Oma menarik napas dalam. "Penyihir yang kau katakan itu sudah melahirkan keturunan Prakarsa, tidak sepantasnya kau mengatakan begitu. Andro sudah menjamin semuanya, jangan kau khawatir akan kesusahan." Oma mematikan ponselnya, dia melempar malas jika sudah bersangkutan dengan wanita itu. "Omaaaaa!" Teriak Mentari yang datang lebih dulu. Dia memeluk kaki Oma di sana. "Omaaa!" "Aduhhai, cicitku yang cantik. Dimana Gala?" "Makan di bawah. Apa Oma tauuuu?" "Tau apa?" Oma mendudukan cucunya di pinggir ranjang. "Berit
Tuan Ash menatap putrinya dengan senyuman di wajahnya. "Maaf, seharusnya aku tidak datang.""Apa yang Ayah katakan? Kenapa minta maaf?" Tanya Raya yang menyimpan nampan berisi kue dan teh di atas meja. Raya ikut duduk di sofa bersebelahan dengan ayahnya.Tuan Ash berkata jujur, "Ibumu melarang ku menemuimu lagi, dia bilang aku tidak boleh mengganggu kehidupanmu. Tapi aku merindukanmu dan ingin tau, jadi memaksa datang."Raya mengerutkan keningnya, ternyata itu alasan kedua orangtuanya tidak menghubunginya lagi. "Kalian tidak menggangguku, aku bahagia jika kalian datang ke sini.""Raya, dosa kami tidak bisa dideskripsikan, bahkan lebih tinggi dari gunung. Aku dan Ibumu membuangmu, kenapa kamu masih memaafkan?""Itu semua membuatku tumbuh menjadi anak yang lebih baik, Ayah. Lagi pula dendam hanya akan berdampak tidak baik pada kesehatan."Saat itulah tatapan Tuan Ash turun ke perut anaknya. Di sana ada calon cucunya yang lain. "Berapa bulan?""Ini masuk bulan ke keempat.""Selamat, aku
Setelah melihat putrinya bergabung dengan Oma, baru Andro melangkah mendekati Tuan Ash.Melihat kedatangan Andro, Tuan Ash berdiri. "Apa kau baik baik saja?""Maaf atas kejadian yang tidak diinginkan.""Santai saja, aku baik baik saja."Andro bergabung duduk di sana. "Apa kau yakin akan pulang besok?""Ya, dan terima kasih telah menyiapkan jet pribadi untukku. Tapi aku tidak bisa menaikinya.""Apa kau masih merasa tidak enak? Raya sudah memaafkan dan menerimamu."Tuan Ash hanya tersenyum. Wajah China yang kental Tuan Ash menjadi jawaban kenapa Raya sangat cantik dengan mata sipitnya."Aku belum bisa memaafkan diriku sendiri.""Maka lekas lakukan itu, banyak hal yang ingin dilakukan istriku bersama keluarganya, orangtuanya."Tuan Ash menatap Andro. "Denganmu menjaga putriku, itu sudah cukup bagiku mulai memaafkan diri sendiri. Jadi aku mohon, jangan pernah lepaskan genggaman tangannya.""Aku berjanji.""Jaga kesehatanmu."Raya mengangguk. "Lain kali datang bersama Ibu."Tuan Ash tersen
Suasana liburan terasa sangat bermakna untuk Raya, dia menghabiskan waktu berduaan dengan Andro. Anak anak selalu ke sana ke mari di temani Hans.Seperti sekarang, anak anak ingin berenang. Karena mereka meminta Andro, jadi terpaksa pria itu turun ke danau dan berenang.Sementara Raya melihat mereka dari dalam penginapan. Tangan Raya mengambai saat melihat Mentari di sana."Tunggu, dimana Gala?" Gumam Raya saat tidak mendapati Gala berenang di sekitar penginapan aquarium, di mana Andro dan Mentari berada di dalamnya.Raya mengetuk ngetuk kaca supaya Andro melihatnya. "Dimana Gala?!" Teriak Raya dari dalamAndro yang memakai tabung oksigen tidak dapat mendengarnya."Gala?! Dimana dia, Andro?!"Tanpa diduga, Andro malah mengacungkan kedua jempolnya sebelum mengajak Mentari berenang ke arah lain."Ya Tuhan, dimana Gala?" Gumam Raya panik.Saat dia hendak menaiki tangga, seseorang turun dari sana. "Mom?!""Gala? Kenapa kamu di sini? Astaga! Kau membuat Mommy khawatir," ucap Raya memeluk p
Tidak adanya persiapan pulang membuat Andro memutuskan pulang sendirian dahulu, dan dia akan menjemput kembali anak anak dan istrinya saat keadaan kondusif."Ya, Sayang? Kenapa kau tidak tidur lagi? Apa lapar?"Mentari menggeleng, dia menengadah menatap manik mommy nya. "Dimana Daddy?"Memang, Andro pergi setelah anak anak tidur. "Daddy pergi sebentar karena ada urusan, lusa dia kembali ke sini dan jalan jalan lagi.""Dia akan ke sini lagi?""Tentu, kalian ada di sini. Jadi Daddy akan kembali."Mentari mengangguk paham, dia menyandarkan kepalanya di dada mommy nya lagi."Apa baby teljepit?""No, menyandarlah pada Mommy seperti ini," ucap Raya menahan Mentari yang kembali bangun. "Tidur ya.... Besok kita akan bermain bersama."Dirasa putri kecilnya sudah terlelap, Raya membawanya kembali ke kamar. Di mana di sana pengasuhnya terjaga. "Apa dia mencariku?""Iya, Nyonya. Maaf tidak bisa menahannya.""Tidak apa," ucap Raya menidurkan Mentari. "Tetap awasi dia.""Baik, Nyonya."Kaki Raya me
Gala yang merasa bosan itu mencari kesenangan. Mentari dan Mommy nya terlelap setelah membuat kue.Sementara dirinya tidak, Gala berjalan jalan di villa diikuti oleh para pengasuh.Sampai Gala melihat ponsel milik mommy nya, dia menyeringai senang. Gala mengambilnya, membuat pengasuh yang mengikutinya takut dimarahi Raya karena tidak melarangnya."Tuan muda....""Aku hanya menghubungi Daddy, apa itu sebuah salah?"Pertanyaan Gala membuat para pengasuhnya diam. Mereka tidak berkutik saat Gala melarang mereka mengikuti dengan alasan akan menelpon sang daddy.Namun, mereka tetap mengawasi dari kejauhan dan menatap Gala yang tengkurap melakukan video call.Lama Gala menunggu jawaban dari sang daddy, panggilannya belum juga dijawab.Bahkan sampai panggilan ke lima kali, Andro tidak mengangkatnya.Membuat Gala menghubungi Prabu, seorang pamannya yang menjadi favorite nya.Baru dering ketiga saja, Prabu sudah mengangkatnya."Wohoooo, hallo, Kid. Uncle pikir bukan kau yang menghubungi.""Gala
"Kau akan pulang?" Tanya Prabu yang sedang melakukan video call bersama Andro."Hei, Kak Andro. Dimana kau! Kenapa aku hanya melihat pintu?!""Diamlah, Prabu. Jangan berteriak, kau membuat telingaku sakit.""Lagipula kau menelpon tapi mengarahkannya pada pintu!""Apa lama belum menikah tidak membuat rudalmu membatu? Kau belum bisa lepas dari ular berbisa Manda?""Hei! Perhatikan ucapanmu, kak."Barulah saat ini Andro menampakkan dirinya di layar."Hei, katakan padaku kenapa kau menelpon?" Tanya Prabu. "Aku sedang sibuk.""Sibuk menunggu gadis pujaanmu mau dinikahi?" Tanya Andro sambil tertawa.Andro memegang perutnya. "Astaga, itu membuatku merasa iba.""Oke, aku akan diam. kau mulai marah.”“Katakan apa maumu kak, aku harus kembali berpesta wanita.""Sialaaan," gumam Andro mendengar penuturan Prabu. Andro memegang ponsel yang sebelumnya dia simpan di nakas. "Tebak aku dimana?""Hotel?" Tebak Prabu."Toilet?" Tambah Prabu yang mulai kesal.Andro menggeleng. "Aku berada di pesawat. Lih
Sebagai seorang istri, Raya mencoba menetralkan keadaan."Gala.... Tari.....," panggil Andro. "Daddy ingin pelukan.""No," ucap Gala dan Mentari secara bersamaan.Membuat Raya yang sedang menyuapi mereka mengusap rambut mereka. "Tidak boleh seperti itu, Daddy merindukan kalian."Gala menggeleng. "Daddy nakal.""Dan tengik," tambah Mentari yang membuat Raya ingin tertawa."Tidak.....," ucap Raya mencoba membela, dia kasihan melihat tubuh Andro yang sudah penuh dengan coretan spidol. "Daddy sedang sibuk waktu itu.""Dan kesibukan Daddy tidak berhak membuat Mommy menangis!"Andro menatap kedua anaknya dari kejauhan sambil berbaring. "Bolehkah Daddy mandi?""Nooo! Jika Daddy mandi, nanti Thali malah!""Yaa! Hukuman Daddy adalah bekas spidol itu."Andro menghela napas dalam. Dia tidak bisa keluar dengan tubuh selain wajah yang penuh coretan spidol. Apalagi saat Gala berkata, "Mom, ayo beli siomay.""Siomay?" Tanya Andro heran. "Kapan tukang siomay datang ke Thailand?"Raya mengerucutkan b