Mobil yang telah menjauh di tambah hujan tiba-tiba turun dengan deras, Chakra seketika merasa khawatir saat melihat kabut mulai turun dan hawa dingin mulai masuk dan dapat ia rasakan.Mencoba mengesampingkan kemarahannya, Chakra memutuskan untuk membelokkan mobilnya dan melakukan dengan kecepatan tinggi.Berhasil menemukan keberadaan Alora, Chakra menghentikan mobil tidak jauh dimana Alora masih melangkah. Ia pun segera keluar dari dalam mobil dan mendekat ke arah Alora."Sebaiknya kita masuk ke dalam mobil, karna hujan semakin deras!" Ucap Chakra berusaha mengejar langkah Alora."Kita!?, bukankah kata itu tidak cocok untuk aku dan kamu!" Jawab Alora masih enggan menghentikan langkahnya."Ayolah! Ini bukan waktunya kita berdebat, kamu bisa sakit karna udara sangat dingin!" Bujuk Chakra lagi."Apa pedulimu! Bukankah penderitaan ku adalah kebahagiaan mu!" Tetap tidak peduli, Alora trus menimpali ucapan Chakra.Seketika Chakra menghentikan langkahnya, ia menghela napas kasar saat Alora b
Tidur nyenyak Alora tiba-tiba terganggu saat kulitnya merasa panas, dan ketika kesadarannya telah kembali sepenuhnya ia terperanjat kala menyadari jika rasa panas itu bersalah dari tubuh Chakra yang menempel pada kulitnya.Seketika wajahnya berubah panik, dan reflek ia menempelkan punggung tangannya ke dahi Chakra yang benar saja jika dia kini tengah demam.Tidak lama tiba-tiba saja Chakra tampak menggigil dengan mengigau membuat Alora merasa khawatir. "Perasaan beberapa jam lalu dia memperkosaku dengan semangat, kenapa tiba-tiba demam sih!?" Gumam Alora tidak dapat memungkiri jika kini ia merasa kesal sekaligus khawatir.Segera bangkit dari kasur, dan langsung memunguti baju-bajunya yang berserakan lalu mengenakannya kembali, tiba-tiba saja perhatiannya mulai muncul ketika ia langsung menghubungi bagian pelayanan hotel untuk meminta air hangat.Tidak lama sebuah bel berbunyi dan Alora bergegas untuk membukakan pintu. "Terimahkasih ya Mas." Ucap Alora ramah menerima air hangat yang di
"Lihat guys aku bawa teman baru!" Seru wanita itu pada teman-temannya yang langsung menatap ke arah Alora dan dia secara bersamaan.Saat semua orang menatap ke arah Alora, tidak ia sangka jika ternyata salah satu di antara mereka ada Chakra yang kini juga merasa terkejut saat melihat Alora."Apa kalian saling mengenal?" Tanya wanita itu tiba-tiba, seketika Alora dan Chakra reflek menggeleng secara bersamaan."Sayang sekali aku kira kalian saling mengenal, karna aku lihat tatapan kalian seperti orang yang pernah bertemu. Yaudah kalau gitu kenalin aku Rena." Ucap wanita itu lalu mengulurkan tangannya dan segera Alora menerimanya."Alora." Ucapnya mengenalkan siapa namanya."Kamu bisa juga berkenalan dengan mereka." Ucap Rena mempersilahkan dan kini Alora seketika menatap ke arah mereka yang melemparkan senyumannya kecuali Chakra yang hanya berekspresi datar.Lalu sesuai apa yang di katakan Rena, Alora segera mengulurkan tangannya pada semuanya secara bergantian, sampai dimana giliran ia
Rasa tidak karuan seakan memenuhi perasaannya saat ini, permainan Truth or Dare yang masih berlangsung dan semakin seru mengiringi kekacauan di hati Chakra maupun Alora."Setelah ini aku bisa mengantarmu balik ke hotel mu." Ucap Jordan seakan menawarkan tumpangan.Alora tersenyum, membuat hati Chakra semakin panas saat menyadarinya. "Tidak perlu, aku bawa mobil sendiri kok." Tolak halus Alora yang memang ia bisa pulang sendiri tanpa di antar."Baiklah, tapi apa aku bisa mendapatkan nomormu?" Jordan mencoba mendapatkan kesempatan lain."Bisa." Alora yang merasa jika itu masih hal wajar jika memberikan nomornya pada Jordan, ia mengiyakan.Keduanya pun segera saling bertukar nomor ponsel, dan tanpa Alora sadari interaksi itu tampak tidak luput dari perhatian Chakra yang terus menatap tajam ke arah keduanya.Cukup lama mereka menghabiskan waktu di Club, sampai dimana Alora akhirnya bangkit dan memutuskan untuk pergi dari tempat itu."Maaf banget aku harus kembali." Ucap Alora pada mereka
"Seharusnya kamu itu sadar, jika semua masalah yang muncul itu di sebabkan oleh kamu!" Masih belum puas pertengkaran keduanya berlanjut sampai di dalam kamar hotel."Kenapa selalu aku yang kamu salahkan Mas, bukankah aku sudah katakan aku pergi kesana karna aku tidak tahu harus kemana, bukan karna aku sengaja ingin bertemu dengan kamu dan teman-temanmu itu!" Timpal Alora sekali lagi mencoba membuat Chakra mengerti."Apapun itu intinya kamu adalah perempuan pembawa sial!" Seloroh Chakra tanpa memikirkan ucapannya yang keluar begitu saja.Alora terkekeh, sesaat kemudian tangannya melayangkan tas yang sedari tadi menggantung di pundaknya ke arah Chakra. "Dan kau adalah lelaki yang sangat brengsek, karna enggan membuang wanita pembawa sial sepertiku!" Jawab Alora sangat kesal.Tanpa sadar apa yang Alora lakukan membuat emosi Chakra naik, ketika Alora hendak masuk ke dalam kamar mandi dengan niatan menghindari pertengkaran yang mungkin akan kembali terjadi, tiba-tiba saja tangan kekar Chak
Secara kasar Chakra langsung mengambil Zevanya dalam gendongan Alora yang berusaha untuk menenangkannya, Chakra yang kembali tersulit emosi karna merasa jika Alora tidak bisa menjaga putrinya hingga membuatnya terjatuh.Dengan Zevanya masih dalam gendongannya, Chakra mencengkram rahang Alora dan itu terasa menyakitkan karna tangan kekar itu mencengkram cukup kuat."Setelah ini kamu akan benar-benar merasakan penderitaannya." Ucap Chakra penuh penekanan, setelah mengatakannya Chakra secara kasar melepaskan cengkraman dari tangannya.Kembali meneteskan air matanya dengan rasa sakit di rahangnya yang masih tersisa hingga terlihat bekas kemerahan nampak jelas tercetak disana, kini tidak ada yang bisa ia lakukan kecuali hanya menangis.Entah apa yang Chakra lakukan setelah keluar dengan membawa Zevanya, yang jelas kini laki-laki itu kembali dan membuka pintu kamar secara kasar membuat Alora jelas terkejut.Tanpa berkata apapun tangan kekarnya langsung mencengkram erat rambut Alora, hingga
"Aku turut prihatin dengan apa yang menimpa kamu, tapi sekarang kamu tidak perlu mengkhawatirkan apapun karna kamu aman disini." Kata Dara setelah mendengarkan semua cerita dari Alora, tidak dapat di pungkiri ia merasa prihatin dengan apa yang menimpa sahabat masa kecilnya."Terimahkasih Dar udah mau menerima aku disini." Jawab Alora lalu memeluknya."Tapi yang kamu tahu sendiri disini tidak seenak saat kamu tinggal di rumah kamu sendiri, gapapakan?" Kata Dara setelah pelukan di lerai, ia hanya takut jika Alora kurang nyaman dengan keadaan di rumahnya yang serba sederhana."Kamu apaan sih Dar, biasa aja kali lagian aku juga nggak akan menderita meskipun kondisinya berbeda, malahan aku mungkin bisa lebih nyaman di rumah ini daripada di rumah sendiri." Jawab Alora seketika memancing tawa ringan keduanya."Yaudah kalau gitu kita beresin barang-barang kamu yuk, kebetulan ada satu kamar kosong yang bisa kamu tempati." Dara segera mengajak Alora untuk beberes dan segera mendapat persetujua
Tengah malam saat tidur lelapnya, tiba-tiba Zevanya menangis cukup kencang seketika Chakra mau tidak mau harus merelakan tidur lelapnya dan melawan kantuk untuk segera menggendong Zevanya dan mencoba menenangkannya.Cukup lama Chakra berusaha untuk menenangkannya, dan membuatkan susu untuk Zevanya. Tapi sepertinya bayi itu masih enggan untuk diam, bahkan tangisannya semakin terdengar nyaring hingga membuat Chakra putus asa karna memang saat itu hanya ada dia dan Zevanya di rumah itu.Merasa jika ia tidak bisa mengatasi Zevanya sendiri, ia pun akhirnya mencoba meletakkan putrinya di box bayi yang masih tetap menangis. Beberapa saat ia terdiam, pikirannya mulai terbang pada Alora yang selama ini merawat Zevanya dengan begitu baik, bahkan putrinya jarang sekali menangis sampai cukup lama seperti saat ini.Segera membuyarkan pikiran dan tetap berpikir denial jika Alora tidak cukup baik dalam merawat Zevanya dan merasa jika ia masih bisa merawat putrinya tanpa Alora.Chakra segera kembali m