Home / Romansa / Bukan Istri Pemuas Nafsu / Bab 52. Rinay Memilih Ikut Aldo, Bukan Bagas

Share

Bab 52. Rinay Memilih Ikut Aldo, Bukan Bagas

last update Last Updated: 2023-01-02 13:18:09

“Apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa kamu sampai pingsan tadi, Sayang?” Bagas tak perduli dengan keberadaan Aldo, dia langsung saja menerobos masuk dan mendekati bangkar.

“Berhenti memanggilku ‘Sayang’! Kita bukan siapa-siapa! Jangan ganggu aku lagi!” Rinay berkata dengan tegas. Aldo masih berdiri kaku di dekat pintu. Tangannya merogoh intercom di saku celana.

“Di mana kalian? Kenapa bajingan ini bisa masuk ke ruangan Rinay?!” bentaknya emosi lalu segera mengembalikan benda itu lagi ke dalam saku. Dia tatap tajam Bagas yang sedang berusaha meraih tangan Rinay.

“Nay, jangan begini! Kamu itu masih istri aku! Berapa kali lagi harus aku katakan, Nay!” Bagas meraih telapak tangan Rinay. Segera wanita itu menepisnya. Namun, Bagas tetap memaksa. Gerakan Rinay yang terbatas membuat Bagas berhasil meraih dan menggenggam tangannya dengan erat.

“Lepaskan, Mas! Jangan sentuh aku!” bentak Rinay menolak. Namun, Bagas dengan kencang mencengkramnya.

“Hey! Lepaskan! Berapa kali lagi kubilang janga
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Arif Zaif
lanjut kak author
goodnovel comment avatar
Arif Zaif
daripada ngotot nggak guna untuk apa lagi punya istri di kasari terus dasar bagas songon9
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Bukan Istri Pemuas Nafsu   Bab 53. Talak Dari Bagas Untuk Rinay  

    “Apa maksudmu Rinay masih hamil?” tanya Aldo heran. Pria itu mengernyitkan keningnya dengan kencang.“Rinay! Jawab dengan jujur, aku mau mendengar dari mulutu! Bagaimana bisa kau masih hamil, Nay?!” Bagas mengguncang bahu Rinay diiringi tatapan tajam.“Sakit, Mas!” sergah Rinay meringis.“Jadi kau sebenranya sudah tahu kalau dia hamil? Dan kau bertanya kenapa dia masih hamil? Maksudmu apa?” Aldo melepas cengkraman tangan Bagas di bahu Rinya.“Pak Aldo, saya masih menghormati Anda sebagai mitra bisnis perusahaan mertua saya yang paling kompeten. Tolong jangan pancing saya bersikap kurang ajar! Ini urusan saya dengan istri saya, tolong jangan ikut campur!,” bentak Bagas.“Rinya, bicaralah! Apa maksud kalimat laki-laki tengik ini?” Aldo tak menghiraukan perkatan Bagas.“Bukan urusan kamu, bangsat!” Bagas mendorong bahu Aldo. Keributan kembali terjadi. Kedua laki-laki itu saling pukul, saling tendang. Mereka bergumul di lantai ruangan.Dua orang perawat yang mendengar dari meja jaga d

    Last Updated : 2023-01-03
  • Bukan Istri Pemuas Nafsu   Bab 54. Deo Di Pangkuan Rinay

    “Hati-hati jalannya! Aku tak mungkin menuntunmu, kau harus bisa jalan sendiri!” kata Aldo begitu mereka tiba di rumah.“Baik, Pak,” sahut Rinay pelan. Pelan dia turunkan kaki kirinya, berpegangan [ada daun pintu mobil, dia turunkan lagi kaki kanannya. “Auuw!” ringisnya bersender ke dinding mobil. Jemarinya memijit kening.“Kau kenapa? Aku sudah bilang hati-hati, bukan?” sergah Aldo spontan. Tangannya terjulur hendak memegangi bahu Rinay.“Tidak usah, Pak! Saya bisa jalan sendiri! Saya hanya pusing sedikit!” tolak Rinay cepat.“Hem, bagus! Aku akan panggilkan Ningrum untuk membantumu masuk! Tunggu di sini!” titah Aldo menarik tangannya kembali. Pria itu buru-buru berjalan masuk. Namun, belum juga sampai di ruamg tamu, sudah terdengar suara tangis Deo yang mengoar.Setengah berlari pria itu menapaki anak tangga menuju ke lantai dua. Dia lalu bergegas menuju kamar putranya.“Deo!” panggilnya menyerbu masuk ke dalam kamar.“Kamu sudah pulang, Mas?” Maya menyambutnya dengan wajah pani

    Last Updated : 2023-01-04
  • Bukan Istri Pemuas Nafsu   Bab 55. Maya Mengusir Rinay

    “Apa yang Ibu lakukan, aaauw … perut saya sakit, Bu!” rintih Rinay terpaksa mengikuti langkah kaki Maya. Sang istri majikan menyeretnya dengan paksa menuju gerbang.“Kau perempuan kampung! Beraninya kau mencuri perhatian suamiku! Beraninya kau membuat putraku terikat padamu! Apa yang sudah kau lakukan untuk mempengaruhi otak mereka, hah? Pelet dari kampungmu, iya? Atau guna-guna warisan bapakmu? Aku tahu, perempuan kampung sepertimu andalannya pasti itu! Kau mau jadi isrti orang kaya di kota, iyakan? Enggak bisa! Pergi kau dri rumahku sekarang juga!” makian, hinaan, dan tuduhan Maya meluncur dengan begitu derasnya.“Sakit perut saya, Bu! Tolong lepasin …!” Rinay memohon sembari memegangi perut.“Gak usah akting! Mas Aldo memnag bisa kau tipu dengan drama murahn kamu itu! Tapi aku tidak! Aku tau bukan pertumu yang sakit, wowokmu itu yang gatal minta disedot oleh suamiku, kan? Jangan harap! Pergi kau dari rumahku!” pungkas Maya semakin kencang menyeret tubuh Rinay.“Maaf, Bu Maya! To

    Last Updated : 2023-01-05
  • Bukan Istri Pemuas Nafsu   Bab 56. Obat Tidur Dalam Minuman  

    “Jangan menangis! Air matamu jauh lebih berharga dari pada laki-laki tak bertanggung jawab itu!” kata Aldo seraya menyeka butiran bening yang menggelincir di pipi mulus nan lembut milik Rinay. Wajah bersih tanpa polesan bedak itu terlihat sangat cantik di matanya.“Maaf, Pak!” lirih Rinay gugup. Dia geser wajahnya dari sentuhan tangan Aldo. Dia tepis halus sentuhan sang majikan di pipinya. Sontak Aldo tersadar. pria itu langsung menegakkan tubuh.“Kenapa kamu masih menangisi pria bangsat itu? Tidak bisakah kau melupakannya?” tanyanya sedikit ketus. Kelembutan yang dia tunjukkan barusan hilang seketika.“Saya-saya, bahkan tak ingat dia sama sekali, Pak,” jawab Rinay masih gugup.“Lalu, kenapa kau masih menangis?” ketus Aldo dengan wajah ketat. Betapa dia merasa malu karena sempat terbawa perasaan. Pria itu sangat menyesal telah begitu lancang menyentuh pipi sang pengasuh. Harga dirinya serasa terkoyak kala Rinay menepis halus sentuhannya.“Kau tak ingat suamimu?”“Tidak, dan maaf

    Last Updated : 2023-01-05
  • Bukan Istri Pemuas Nafsu   Bab 57. Maya Di Kamar Aldo 

    “Sudah, ini sudah tanak. Ning, taruh buburnya di mangkuk, lalu antar ke kamar Den Deo! Suruh si Rinay makan yang banyak! Biar cepat kuat. Aku akan mengantar susu kepada Bapak!” titah Bi Yuni kepada Ningrum. “Baik, Bik!” jawab ART yunior itu patuh. Bik Yuni kembali ke meja makan. Meletakkan segelas susu panas dia atas nampan kecil, lalu mengantarkannya ke kamar utama di lantai atas. Maya memperhatikan semua gerak geriknya dari ruang tengah. Wanita itu tengah berpura-pura menonton saluran televisi di sana. “Ibu, mau saya buatkan minum juga?” tanya Bik Yuni saat melintasinya. Wanita empat puluh tahun itu masih tetap hormat kepada sang Nyonya Majikan. “Enggak usah, Bik. Nanti kalau aku mau, aku bisa buat sendiri,” sahut Maya, tatapannya tetap fokus ke layar tv. “Baik, Bu. Saya naik dulu.” “Hem.” Maya berdebar. Semakin jauh langkah Bik Yuni, dadanya makin kuat berdebar. Dia harus menyiapkan diri sekarang. Sesaat lagi, rencananya akan dia jalankan. * “Ini susunya, PaK,” ucap Bik

    Last Updated : 2023-01-06
  • Bukan Istri Pemuas Nafsu   Bab 58. Aldo Tanpa Sehelai Benang

    “Nay, kenapa kamu turun? Udah selesai makannya?” Bik Yuni terkejut saat Rinay berjlan lemas ke arah dapur. Bik Yuni tengah membersihkan bekas memask bubur untuk Rinay tadi. Sementara Ningrum sudah masuk ke kamarnya.“Anu, Bik! Saya belum selesai makan sebenarnya. Baru juga beberapa sendok. Tapi, Bu Maya mengusir saya lagi.” Rinay menghenyakkan bokong di kursi kecil di dekat meja kompor.“Bu Maya? Dia naik lagi ke lantai atas?” Bik Yuni mengernyitkan dahinya dengan kencang.Bik Yuni tak habis pikir, kenapa sang Nyonya sebegitu bencinya kepada Rinay. Rinay salah apa, coba? Cemburu? Bukankah harusnya dia lebih cemburu kepada Ningrum? Jelas-jelas Ningrum masih gadis. Kenapa dia malah cemburu kepada Rinay?“Iya, Bik. Saya diusir. Saya tidak boleh tidur di kamar Den Deo. Bagaimana ini, ya? Bagaimana kalau tiba-tiba Den deo terbangun dan nyariin saya? Den Deo bisa mengamuk lagi. Pak Aldo bisa marah. Saya khawatir sekali, Bik.” Rinay meremas jari jemarinya sendiri. Mata cantik yang biasa b

    Last Updated : 2023-01-06
  • Bukan Istri Pemuas Nafsu   Bab 59. Rinay Diamuk  Keluarga Maya

    “Kamu …!” Aldo berdiri kaku melihat Maya di kamar utama. Netranya membulat sempurna. Sedikitpun tak percaya dengan pemandangan di depan matanya. Tangannya meraba di kening, memijit dengan kencang. Sakit karena kantuk belum hilaang dengan sempurna. Sakit karena hasrat sempat melanda, namun tak tuntas pelampiasannya.“Mas, masuklah! Kenapa mematung di situ? Deo sudah tak bersuara, kan? Dia sudah tenang. Kita lanjutkan permainan, ya? Msih tanggung yang tadi,” sambut Maya seraya mengukir senyum di bibirnya. Perempuan yang belum tak berbusana itu, masih menunggunya.“Kau …!” Aldo tercekat. Dia telan saliva dengan susah payah. Sedikitpun dia tak percaya apa yang Maya perbuat.“Sayang, masuk … sini!” kata Maya datang mendekat. Tubuh polosnya melangkah anggun di depan Aldo. Tubuh yang dulu sangat dikagumi oleh pria itu. Yang dia impi dan rindui setiap detik. Ciptakan dahaga namun tak pernah ada puas-puasnya. Bahkan teramat sering dia sengaja pulang dari kantor hanya untuk mengobati daha

    Last Updated : 2023-01-07
  • Bukan Istri Pemuas Nafsu   Bab 60. Talak Tiga Untuk Maya

    “Permisi, Pak, maaf, Bapak udah bangun kah?” ulang Rinay mengetuk pintu dengan lebih keras. Dadanya berdebaran, menanti reaksi dari sang majikan. Dia juga mencoba menajamkan pendengaran, berharap ada gerakan dari dalam yang mendekat ke arah pintu kamar.“Hem, sepertinya Pak Aldo masih lelap banget, Nay! Bagaimana ini, ya, tamu dari kampung itu sudah tak sabar.“ Bik Yuni makin gelisah.“Lalu, aku harus bagaimana, Bik? Kalau aku turun, aku takut mereka mengeroyok aku. Kalau aku enggak hamil, aku enggak takut. Tapi, kalau hamil begini, aku takut mereka menyakiti perutku.” Rinay tak kalah.“Eh, ini orangnya, Paman! Ini yang sudah merusak rumah tanggaku, Seret dia keluar dari rumah ini, Paman!”Rinay dan Bik Yuni terperanjat kaget. Maya tiba-tiba sudah berdiri di ujung tangga. Tiga orang pria dewasa mendampinginya. Mereka menatap Rinay penuh kebencian dan amarah yang berkobar.“Seret PELAKOR itu Paman! Campakkan saja ke bawah tangga itu!” perintah Maya menunjuk Rinay.Ketiga pria i

    Last Updated : 2023-01-08

Latest chapter

  • Bukan Istri Pemuas Nafsu   Bab 66. Tamat (Bagas Menderita Gangguan Mental)

    *****“Rindi … Rin … Rindi ….” Rinay memanggil. Bocah dua tahun itu tak ada di kamarnya. Harusnya dia tidur siang di jam seperti ini. Di kamar anak-anak hanya ada Deo sedang tertidur pulas.“Ning, Rindi mana?” teriak Rinay sambil berjalan menuju dapur.“Enggak ada di kamarnya, ya, Bu? Palingan main di halaman depan, seperti biasa,” jawab Ningrung sambil mencuci piring di samping meja kompor.“Loh, kan ini jam tidur siang anak-anak, Ning? Kenapa dibiarin main?”“Non Rindi selalu terbangun di jam seperti ini, Bu! Dia udah kenyang tidur siang, kok!”“Terus, dia main sendiri di halaman depan, begitu? Enggak ada yang mengawasi?”“Biasanya juga enggak lama, Bu. Bentar lagi juga balik. Dia marah kalau saya ikutin. Katanya dia mau main sendiri. Lagian di depan kan ada penjaga dan satpam.”“Lain kali, tolong jangan biarkan anak anak main sendiri! Meskipun ada penjaga di depan!”“Baik, Bu! Saya akan susul Non Rindi!”“Enggak usah, biar saya susulin sendiri!”***“Ooom …. Oooom …!” Seorang

  • Bukan Istri Pemuas Nafsu   Bab 65. Tatiana Melabrak Rinay

    *****“Bapak … saya … saya tidak percaya ini?” lirih Rinay kembali menundukkan wajah basahnya.Aldo kembali meraih dagu wanita itu, membawanya tengadah, lalu mengikis jarak di antara mereka. Embusan napas keduanya saling menerpa wajah masing masing. Betapa Rinay ingin menunduk, namun tak bisa lagi karena Aldo menahannya.Tak ada yang bisa dia lakukan selain memejamkan mata, saat wajah Aldo kian mendekat, hingga tak ada lagi jarak. Sebuah kecupan lembut mendarat di keningnya. Sentuhan paling lembut yang pernah dia terima. Bahkan Bagas tak pernah seperti ini caranya. Sentuhan sang manta suami selama ini teramat brutal, selalu membabi buta mengacak acak setiap senti kulit wajahnya.“Aku mencintaimu, Rinay! Tolong terima aku dan anakku! Kumohon,” pinta Aldo berbisik lembut di dekat telinganya.Tak ada penolakan, tak ada gelengan kepala. Namun, Rinay juga tak sanggup meski sekedar untuk mengangguk. Aldo telah menyatukan mulut dan bibir mereka.Wanita yang tengah hamil tiga belas mingg

  • Bukan Istri Pemuas Nafsu   Bab 64. Lamaran Aldo Saat Rinay Ketakutan

    *****Aldo pulang lebih awal sore ini. Keputusan Hendrawan yang akan memecat Bagas dan memaksa pria itu menceraikan Tatiana sangat mengganggu pikirannya. Bagas pasti akan marah dan bis saja melampiaskannya kepada Rinay. Tatiana juga sama. Dengan status jandanya dia pasti akan datang mengacau kehidupan Aldo selanjutnya. Semua itu akan berdampak pada Rinay. Wanita itulah yang akan menjadi sasaran mereka selanjutnya.“Rinay di mana?” tanyanya begitu memasuki rumah, Bik Yuni yang menyambutnya.“Di kamar Den Deo, Pak,” jawab Bik Yuni seraya meraih tas kerja sang majikan.“Ya, saya akan langsung menemuinya!” Aldo menuju tangga. Itu membuat Bik Yuni gelisah.“Maaf, Pak. Saya duluan, ya!” pamit seraya berjalan cepat menapaki anak tangga. Sikapnya yang gelisah dan buru-buru sempat membuat Aldo curiga, namun dia urung menegurnya. Dengan langkah tenang dia mengikuti Bik Yuni. Langkahnya terhenti di ambang pintu kamar putranya.“Nay …! Bangun! Bapak Datang! Nay …! Nanti Bapak marah, kalau nge

  • Bukan Istri Pemuas Nafsu   Bab 63. Rahasia Bagas Terbongkar

    “Anda … pasti berbohong!” Hendrawan menatap Aldo dengan tajam.“Saya tidak bohong, sebenarnya saya tak ingin mengatakan hal ini kepada Om. Saya berharap Om akan mengetahui sendiri nanti, tapi tidak dari mulut saya. Nyatanya Om membuat saya emosi. Maaf, Om harus mendengar informai tak enak ini,” tutur Aldo dengan nada rendah. Betapa dia khawatir sekarang, dia takut Hendrawan kenapa-napa.“Jadi, perempuan kampung itu ada di kota ini? Peremupan licik, murahan, tak tau malu! Buat apa dia mengejar Bagas ke sini? Baik, aku akan mengembalikannya ke kampung sana dengan caraku! Tapi, kenapa Bagas dan Tatiana merahasiakan ini dariku?” Hendrawan yang awalnya emosi, berubah sayu. Dengan tatapan menerawang dia lalu mendesah berat.“Om mengenal Rinay?” tanya Aldo kebingungan.“Bagaimana dia bisa hamil, bukankah Bagas sudah menalak dia begitu proyek irigasi itu selesai waktu itu? Lalu, Bagas meninggalkannya di kampung sana. Bagas juga berjanji tak akan pernah tidur dengan perempuan itu. Tapi, ke

  • Bukan Istri Pemuas Nafsu   Bab 62. Pertengkaran Ado Dengan Ayah Tatiana

    “Masuk, Om!” sapa Aldo langsung bangkit dan keluar dari mejanya. Pria itu berjalan menyongsong Hendrawan.“Apa kabar, Om?” tanya Aldo lalu mengulurkan tangan hendak menyalam pria yang sebaya dengan papanya itu. Namun, tangannya mengambang di udara. Hendrawan tak mau menerima uluran tangannya.“Nih, Lihat!” Hendrawan melemparkan dua lembar kertas foto di lantai, tepat di kaki Aldo.“Ini hasil perbuatan Anda, bukan? Anda puas?” bentaknya menunjuk wajah Aldo.“I-ini, ini apa, Om?” Aldo terkejut. Pelan dia berjongkok, lalu meraih kedua foto itu. Gambar sebuah mobil yang sudah remuk terlihat di foto itu. Sesaat Aldo berfikir dn mencoba mengingat, dia seperti mengenal mobil itu. Tetapi lupa, di mana dan mobil siapa.“Oh, ini … mobil Pak Bagas. Ya, saya ingat sekarang, ini mobil Pak Bagas,” ucap Aldo kemudian. Kini dia paham, apa maksud kedatangan Hendrawan. Pasti untuk menuntut dirinya, karena anak buah Aldo yang telah menghancurkan mobil itu.“Apa maksud Anda melakukan ini, Pak

  • Bukan Istri Pemuas Nafsu   Bab 61. Mertua Bagas Mendatangi Aldo  

    “Lepaskan saya, Pak?” kata Rinay setelah semua penyerang bar-bar itu diusir paksa oleh anggota Aldo.“Oh, iya, maaf! Kamu baik-baik saja?” Aldo spontan melepas pelukannya.“Hem, terima kasih. Untung Bapak datang, dari tadi saya mengetuk pintu kamar, tapi Bapak tidak bukakan,” lirih Rinay mengusap pergelangan tanganya yang memar karena bekas cekalan paman Maya tadi.“Aku tidak mendengar, bukan tidak mau membukakan. Aku terbangun justru karena mendengar tangis Deo. Astaga, itu artinya Deo yang menyelamatkanmu, Rinay!” Aldo bagai tersadar.“Begitukah? Bapak terbangun karena mendnegar tangisnya, itu artinya ikatan batin di antar kalian begitu kuat, Pak.”“Sepertinya dia sengaja membangunkanku, karena pengasuh yang sangat dia sayangi dalam bahaya.”“Oh.”“Hem. Kamu mungkin tidak sadar, ikatan batin justru terjalin antara kau dan Deo. Bukan dengan Maya.” Aldo menatap Rinay dengan lekat.Rinay menunduk. “Maaf, saya pamit ke kamar Den Deo. Permisi, Pak!” pamitnya merasa jengah.“Ya, Bik Yuni

  • Bukan Istri Pemuas Nafsu   Bab 60. Talak Tiga Untuk Maya

    “Permisi, Pak, maaf, Bapak udah bangun kah?” ulang Rinay mengetuk pintu dengan lebih keras. Dadanya berdebaran, menanti reaksi dari sang majikan. Dia juga mencoba menajamkan pendengaran, berharap ada gerakan dari dalam yang mendekat ke arah pintu kamar.“Hem, sepertinya Pak Aldo masih lelap banget, Nay! Bagaimana ini, ya, tamu dari kampung itu sudah tak sabar.“ Bik Yuni makin gelisah.“Lalu, aku harus bagaimana, Bik? Kalau aku turun, aku takut mereka mengeroyok aku. Kalau aku enggak hamil, aku enggak takut. Tapi, kalau hamil begini, aku takut mereka menyakiti perutku.” Rinay tak kalah.“Eh, ini orangnya, Paman! Ini yang sudah merusak rumah tanggaku, Seret dia keluar dari rumah ini, Paman!”Rinay dan Bik Yuni terperanjat kaget. Maya tiba-tiba sudah berdiri di ujung tangga. Tiga orang pria dewasa mendampinginya. Mereka menatap Rinay penuh kebencian dan amarah yang berkobar.“Seret PELAKOR itu Paman! Campakkan saja ke bawah tangga itu!” perintah Maya menunjuk Rinay.Ketiga pria i

  • Bukan Istri Pemuas Nafsu   Bab 59. Rinay Diamuk  Keluarga Maya

    “Kamu …!” Aldo berdiri kaku melihat Maya di kamar utama. Netranya membulat sempurna. Sedikitpun tak percaya dengan pemandangan di depan matanya. Tangannya meraba di kening, memijit dengan kencang. Sakit karena kantuk belum hilaang dengan sempurna. Sakit karena hasrat sempat melanda, namun tak tuntas pelampiasannya.“Mas, masuklah! Kenapa mematung di situ? Deo sudah tak bersuara, kan? Dia sudah tenang. Kita lanjutkan permainan, ya? Msih tanggung yang tadi,” sambut Maya seraya mengukir senyum di bibirnya. Perempuan yang belum tak berbusana itu, masih menunggunya.“Kau …!” Aldo tercekat. Dia telan saliva dengan susah payah. Sedikitpun dia tak percaya apa yang Maya perbuat.“Sayang, masuk … sini!” kata Maya datang mendekat. Tubuh polosnya melangkah anggun di depan Aldo. Tubuh yang dulu sangat dikagumi oleh pria itu. Yang dia impi dan rindui setiap detik. Ciptakan dahaga namun tak pernah ada puas-puasnya. Bahkan teramat sering dia sengaja pulang dari kantor hanya untuk mengobati daha

  • Bukan Istri Pemuas Nafsu   Bab 58. Aldo Tanpa Sehelai Benang

    “Nay, kenapa kamu turun? Udah selesai makannya?” Bik Yuni terkejut saat Rinay berjlan lemas ke arah dapur. Bik Yuni tengah membersihkan bekas memask bubur untuk Rinay tadi. Sementara Ningrum sudah masuk ke kamarnya.“Anu, Bik! Saya belum selesai makan sebenarnya. Baru juga beberapa sendok. Tapi, Bu Maya mengusir saya lagi.” Rinay menghenyakkan bokong di kursi kecil di dekat meja kompor.“Bu Maya? Dia naik lagi ke lantai atas?” Bik Yuni mengernyitkan dahinya dengan kencang.Bik Yuni tak habis pikir, kenapa sang Nyonya sebegitu bencinya kepada Rinay. Rinay salah apa, coba? Cemburu? Bukankah harusnya dia lebih cemburu kepada Ningrum? Jelas-jelas Ningrum masih gadis. Kenapa dia malah cemburu kepada Rinay?“Iya, Bik. Saya diusir. Saya tidak boleh tidur di kamar Den Deo. Bagaimana ini, ya? Bagaimana kalau tiba-tiba Den deo terbangun dan nyariin saya? Den Deo bisa mengamuk lagi. Pak Aldo bisa marah. Saya khawatir sekali, Bik.” Rinay meremas jari jemarinya sendiri. Mata cantik yang biasa b

DMCA.com Protection Status