Setelah sholat subuh, Caliana memutuskan untuk kembali tidur. Sementara itu Adskhan meminta izin untuk pulang sejenak ke rumahnya. Mengambil stok pakaian baru serta menjanjikan akan membawakan sarapan buatan rumah untuk Caliana nantinya. Caliana hanya mengangguk-anggukkan kepalanya saja.
Namun sekitar pukul enam pagi lewat beberapa menit, ia kembali terbangun. Awalnya ia menduga suara bunyi-bunyian yang ada di ruangan itu karena Adskhan sudah kembali. Namun dia cukup terkejut karena ternyata yang ada disana bukanlah Adskhan, melainkan kakak tertuanya.
"Mas?" Tanya Caliana parau. Kakaknya yang memang tengah berdiri di samping tempat tidurnya menoleh. "Kapan Mas datang?" Tanyanya lagi setelah berdeham.
"Baru saja." Jawab Rafka dengan santainya. Kakak tertuanya itu membantu Caliana untuk duduk. "Mana Gilang?" Tanyanya lagi.
"Gilang?" Caliana mengerutkan dahi. Rafka mengedikkan kepalanya ke arah sofa dim
Sore harinya, keributan itu benar-benar terjadi. Ibu Caliana datang bersama dengan kakak kedua Caliana dan juga kakak iparnya. Beruntungnya, kala itu Adskhan tak ada di tempat karena Caliana mengusir pria itu untuk pergi bekerja tak lama setelah Rafka undur diri.Caliana berusaha bersikap wajar, seolah-olah ia tidak tahu rencana apa yang tengah ibunya susun saat beliau masuk tanpa mengetuk pintu."Kenapa kamu gak bilang kalo kamu sakit?" Tanya ibunya yang seketika menghampiri nya dan memerhatikan Caliana."Ana gak apa-apa, Ma. Besok juga udah bisa pulang." Jawab Caliana datar. Kakak keduanya turut mendekat dan meraba keningnya."Kamu baik-baik aja sekarang?" Tanyanya penuh perhatian.Caliana menganggukkan kepala sebagai jawaban. "Ana tahu kalo Ana anak paling cantik dan gemesin di rumah, jadi kalian panik gitu waktu Ana sakit? Padahal gak usah segitunya. Aa sama teteh gak usah re
Beberapa saat sebelum keributan di kamar Caliana terjadi.Adskhan menyelesaikan pekerjaannya secepat yang dia bisa. Ketiadaan Lucas membuat semuanya lebih rumit ternyata. Namun dia harus bisa mengontrol semuanya karena nantinya, semua ini akan menjadi sepenuhnya berada di bawah kendalinya, dan dia harus terbiasa dengan hal itu. mengingat Lucas sudah siap hengkang dari Coskun dan melanjutkan usaha yang telah dia rintis. Meskipun Adskhan membutuhkan bantuannya, tidak mungkin pula ia melarang sepupunya itu untuk berkembang. Dan disini pulalah keberadaan Erhan diperlukan, meskipun Adskhan tahu kalau minat sepupu termudanya itu bukan pada arah itu.Dan tentang Erhan? Karena minatnya yang berbeda dengan Adskhan dan Lucas, terkadang Adskhan dibuat kesal karena sedetail sedalam apapun mereka membahas tentang konstruksi, yang ada di kepala sepupunya itu malah mengenai pembukaan restoran terbaru atau siapa saja model yang aka
Caliana masih terdiam di tempatnya. Memandang kosong ke arah pintu dimana ibu dan kakak-kakaknya baru saja pergi. Inikah saatnya ujian mereka dimulai? Tanyanya dalam hati. Mungkinkah ia akan berhasil hidup sesuai dengan pilihannya, seperti apa yang terjadi pada Fathur? Ataukah ia harus berakhir dengan mengikuti keinginan ibunya seperti yang terjadi pada Rafka?Namun sebelum ia bisa menjawab pertanyaannya. Pintu kamar kembali terbuka dan menunjukkan sosok pria yang tadi menjadi pembicaraan mereka. "Lama banget sih, darimana aja?" Gilang yang melihat kemunculan Adskhan langsung berseloroh. Seolah ia dan pria itu tidak bertemu sebelumnya."Maaf. Adameetingpenting di kantor." Jawaban Adskhan lebih kepada Caliana. Caliana hanya mengangguk dan tersenyum saja."Abang, apa Ana bisa pulang?" pinta Caliana pada kakak kembarnya.Gilang mengerutkan dahi. "Kenapa? Gak betah disini? Loe mau ba
Adskhan keluar dari mobilnya. Sesuai dengan tempat yang dikirimkan Rafka padanya, tak lama setelah keluar dari tempat Caliana dia langsung menuju kesana.Seorang pramusaji wanita yang bertugas menerima tamu menyapanya saat ia melangkah masuk menuju café. "Untuk berapa orang?" tanyanya dengan ramah."Saya sudah ada janji dengan seseorang. Meja yang dipesan atas nama Rafka?" tanyanya pada pramusaji itu. sejenak gadis muda itu melihat layar yang ada di hadapannya lalu kemudian masih dengan senyum ramahnya menyebutkan nomor meja dan juga lokasinya. Tak mau membuang banyak waktu, Adskhan berjalan menuju tempat yang disebutkan pramusaji tadi.Sosok pemuda yang Adskhan duga usianya tak jauh dari Gilang dan Caliana tampak tengah duduk dengan secangkir kopi di hadapannya. Tanpa basa-basi, Adskhan langsung duduk di depannya."Mas Rafka?" tanya pria itu dengan dahi mengernyit. Mungkin dalam hatinya dia b
Edisi Hot, under 18 harap melipir___________________________________Caliana membuka mata dan merasakan tubuhnya kaku. Bagaimana tidak, sisi kiri dan kanan tubuhnya dijadikan sandaran kepala si kembar beda orang tua. Siapa lagi kalau bukan Carina dan Syaquilla. Sementara kedua kaki mereka menindih kaki Caliana dan menyulitkannya untuk bergerak. Tampaknya, setelah Caliana tertidur karena pengaruh obat, keduanya enggan meninggalkan kamar Caliana dan memilih tidur disana.Perlahan Caliana menggeser kepala dua remaja itu sebelum melepas belitan kaki mereka dan bangkit dengan sama pelannya supaya keduanya tidak terganggu. Ia merasa benar-benar haus saat ini, sementara air minum yang ada di kamarnya sudah habis.Caliana menggunakan sandal kamarnya dan berjalan pelan keluar. Entah pukul berapa sekarang, yang pasti ia menduga sudah lewat tengah malam.Saat Caliana membuka pintu, t
Caliana terbangun, namun ia merasa enggan untuk membuka matanya. Rasa hangat yang melingkupinya membuatnya ingin kembali terlelap dalam tidurnya. Namun kemudian, hal itu seketika membuatnya membelalakkan mata. Hal yang pertama dia lihat saat membuka mata adalah dada kokoh berwarna kecoklatan dengan bulu-bulu halus yang menggelitik pipinya.Ya Allah, semalam apa yang sudah ia lakukan dengan Adskhan? Gumamnya pada diri sendiri. Dan bahkan, ia malah lupa kembali mengenakan pakaiannya. Bagaimana jika anak-anak bangun dan melihatnya?Dengan gerakan cepat Caliana bangkit dan mencari pakaiannya yang semalam dilepaskan Adskhan. Tanpa mengenakan kembali bra nya, Caliana dengan segera memakai camisole dan kaus luarnya. “Sayang, kenapa?” tanya Adskhan dengan mata mengantuk.“Mas! Cepat pakai pakaianmu, bagaimana kalau anak-anak ban
Sebenarnya Caliana merasakan penasaran layaknya Syaquilla. Kenapa keluarga Erhan tiba-tiba datang ke Indonesia. Apakah ada sebuah acara besar yang akan dilakukan keluarga Adskhan. Namun seperti biasa, ia enggan bertanya. Jika memang Adskhan akan memberitahunya, pria itu akan mengatakannya. Dan jika pria itu memang ingin melibatkannya, maka pria itu akan memintanya. Dan Caliana pasti tidak akan menolak jika memang pria itu membutuhkan kehadirannya.Mereka meletakkan sendok hampir secara bersamaan. Adskhan kembali berbicara kepada putrinya. “Qilla, hari ini kita pulang.” Ucapnya tanpa banyak beralasan.Ada yang aneh disini. Itulah yang Caliana rasakan. Namun ia hanya memendam semuanya dalam hati.Mereka kembali berjalan pulang menuju kediaman Caliana. Mereka cukup terkejut kala melihat mobil Gilang sudah terparkir di bagian luar rumahnya. Tentu saja, karena di teras dalam sudah ada mobil Adskhan yang terparkir
Caliana berjalan memasuki gedung Coskun dengan dagu terangkat. Ia sudah merasa sehat kembali dan sudah seharusnya dia kembali bekerja. Lagipula apa yang harus dilakukannya di rumah seharian selain merasa kesal dan membuatnya memikirkan hal yang tidak-tidak.Ya, semalam dia sudah bertemu dengan keluarga pria pilihan ibunya. Carina memang benar, pria itu tampan dan bahkan dia memiliki perangai yang baik. Dia sopan dan enak diajak bicara. Dan orangtuanya pun tampak begitu sopan. Jadi, ya. Mungkin mencoba dan menuruti perintah ibunya adalah hal yang harus ia lakukan. Meskipun ia melakukannya dengan setengah hati.Caliana menggunakan lift dan turun dilantai seharusnya. Kantor masih sepi saat ia datang, karena memang masih ada lima belas menit sampai jam masuk yang seharusnya. Ia duduk di kubikelnya. Meletakkan tasnya di tempat biasa. Saat melihat mug yang sudah berhari-hari ini tak digunakannya, ia tergiur ingin menyeduh kopi. Tapi kemudian mengu