Share

Bukan Cinta, Ternyata Dusta!
Bukan Cinta, Ternyata Dusta!
Penulis: Diva Asmara

Bab 1

Penulis: Diva Asmara
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-19 11:33:02
"Brak!" Aku berdiri di tempat sambil menyaksikan tubuh suamiku terpental ke udara setelah ditabrak mobil. Jeritannya yang penuh kesakitan menggema di sekitar dan roda mobil yang tampak tak terkendali menggilas tubuhnya tanpa ampun.

"Krakk!" Suara tulang yang remuk bercampur dengan jeritan memilukan itu membuat orang-orang di sekitar terkejut dan bergidik.

Aku berdiri di antara kerumunan, seolah-olah melihat kembali kehidupanku yang lalu. Dulu, aku yang mendorong suamiku ke tempat aman dan justru tubuhku yang terpental setelah ditabrak mobil. Roda kendaraan itu menggilas kedua kakiku dengan suara yang begitu menyeramkan, hingga orang-orang di sekitar ingin segera memanggil ambulans.

Namun, suamiku menghentikan mereka dan justru membawaku ke klinik kecil dengan motornya. Di sana, aku hampir saja meninggal. Namun, akhirnya aku selamat meski harus kehilangan kedua kakiku dan menjadi cacat seumur hidup.

Mertuaku menganggapku pembawa sial. Dia terus mengeluhkan kejadianku tertabrak dan mendesak suamiku untuk menceraikanku. Orang tuaku memandangku dengan jijik dan menganggapku sebagai beban. Pada akhirnya, mereka memutuskan hubungan denganku.

Hanya suamiku yang saat itu menggenggam tanganku dengan mata berkaca-kaca sambil meminta maaf. Namun kemudian, aku mendengar dia berbisik pelan, "Kalau kamu benar-benar mencintaiku, kamu nggak seharusnya bertahan hidup dan membuatku malu."

Setelah itu, dia membunuhku perlahan-lahan dengan membekapku hingga tewas. Kemudian, dia membakar jasadku dan menyebarkan abuku di udara. Aku bahkan tak punya makam sebagai peristirahatan terakhir.

Setelah kematianku, dia menikahi wanita lain dan membawa anak berusia tiga tahun pindah ke rumah mewah yang besar. Saat itulah aku menyadari bahwa suamiku yang berpura-pura miskin di depanku, ternyata adalah seorang influencer dengan kekayaan puluhan miliar dari hasil siaran langsung.

Judul dari konten yang dia buat adalah "Peduli pada Istri Penyandang Cacat" dan video-videonya penuh dengan gambar diriku yang cacat. Dia memanfaatkan rasa simpati orang-orang untuk mengumpulkan uang melalui konten penderitaan yang dia rekayasa.

Kali ini, tanpa pertolonganku, suamiku kehilangan banyak darah dan pingsan. Para pejalan kaki segera menelepon ambulans dan suamiku pun segera dilarikan ke rumah sakit.

Di rumah sakit, mertuaku marah besar. Dia mengangkat tangan dan hendak menamparku dengan keras. "Jalang sialan! Kenapa bukan kamu yang tertabrak?"

Aku sudah bersiap, melangkah mundur untuk menghindari tamparan mertuaku. "Bu, kenapa tiba-tiba mukul orang?"

Wajahnya penuh amarah, menatapku dengan geram, "Kenapa? Kamu bahkan nggak bisa jaga orang dengan benar, masih berani nanya kenapa?"

Aku tetap menatapnya dengan tenang. "Dia punya kaki sendiri. Mana bisa aku hentikan dia?"

"Sejak aku nikah ke sini, nggak pernah ada kejadian begini. Tapi lihat, baru beberapa tahun menikah, anakku sudah jadi seperti ini. Semua karena kamu pembawa sial, kamulah yang bawa bencana pada anakku."

Di koridor, mertuaku terus memarahiku dengan lantang. Beberapa kerabat yang berdiri di sekitar sana juga langsung pergi. Hampir semua orang berdiri di sisinya, menunjuk-nunjuk dan berbisik tentangku.

Di kehidupan sebelumnya, saat aku terbaring di tempat tidur dengan kedua kaki yang diamputasi, mertuaku sama sekali tidak merasa bersyukur ataupun terharu. Bahkan pada para kerabat ini pun, dia tidak pernah mengungkit tentang pengorbananku.

Saat aku mulai siuman, hanya dalam dua hari saja dia sudah mengutukku habis-habisan dan menyalahkanku sebagai pembawa sial yang membawa petaka bagi keluarganya. Kini saat dia mencoba lagi melimpahkan kesalahan padaku, aku memotong ucapannya dengan tegas.

"Anakmu sendiri yang nggak lihat jalan sampai ketabrak mobil. Itu salah siapa kalau bukan dirinya sendiri?"

Mertuaku tertawa dingin, "Dasar jalang, akhirnya kamu nggak bisa pura-pura lagi! Sedari awal aku sudah tahu kamu ini bukan orang baik. Kalau bukan karena anakku yang mau menikahimu, kamu kira kamu bisa masuk ke keluarga ini?"

Kerabat di sekitar mulai menatapku dengan ekspresi penuh penilaian. Aku pun tersenyum dingin dan berkata, "Kalau begitu, kembalikan semua mas kawinku."

Mendengar hal itu, mata mertuaku langsung membelalak. "Apa maksudmu? Siapa yang ngambil mas kawinmu?"

Saat menikah, aku membawa mas kawin beberapa toko, cincin emas, dan uang ratusan juta sebagai mas kawin. Namun, semua itu diambil oleh suamiku dengan alasan agar aku tidak lelah mengurus toko.

Saat itu aku merasa tidak masalah karena kami adalah sekeluarga. Namun tak kusangka, hanya dalam kurun waktu beberapa tahun, suamiku menjual semua toko itu dan hanya menyisakan satu toko. Bahkan uang ratusan juta yang kubawa juga mereka gunakan diam-diam untuk melunasi utang.

Aku marah besar. Namun, suamiku berlutut di depanku dan terus-menerus meminta maaf. Dia bilang, semua utang itu adalah demi biaya pengobatan ayahnya. Dia juga mengatakan bahwa sulit untuk menjalankan bisnis di masa-masa seperti ini. Jadi, sebaiknya toko-toko itu dijual saja untuk mendapatkan sedikit uang.

Tanpa izin dariku, dia diam-diam menjual toko-toko tersebut. Dia menangis dan mengaku bahwa dia melakukan semua ini demi baktinya sebagai anak. Akhirnya aku merasa tidak tega dan memaafkannya.

Sebelum menikah, aku memang sudah pandai berbisnis. Aku mengelola beberapa toko yang menghasilkan keuntungan cukup besar dan menabung ratusan juta sebagai mas kawin. Karena itulah, orang tuaku juga tidak berani banyak mengaturku.

Ketika aku pergi ke satu-satunya toko yang tersisa untuk memantau keadaannya, aku baru sadar bahwa semua stafku telah diganti. Begitu tahu aku pergi ke toko itu, suamiku menelepon dengan nada kesal.

"Kamu itu perempuan, di rumah saja sudah cukup. Urusan bisnis adalah pekerjaan laki-laki."

Suamiku mengatakan bahwa dia tidak ingin dianggap hidup menumpang pada istri dan tidak ingin aku kelelahan. Dia menyuruhku untuk menikmati hidup di rumah.

Namun, sebuah kecelakaan membuatku kehilangan kedua kakiku. Alih-alih membawaku ke rumah sakit yang layak, dia malah membawaku ke klinik kecil yang tak bisa diandalkan. Setelah itu, dia hanya terus berkata bahwa dia menyesal, lalu menangis sambil mengeluh miskin.

Setiap kali membahas soal uang, dia selalu mengatakan bahwa semua uang sudah habis untuk pengobatanku. Sementara itu, mertuaku menyebarkan cerita yang membuat semua orang menganggapku sebagai beban keluarga.

Namun, tak seorang pun yang tahu bahwa jika aku tidak menikah ke keluarga ini, mereka masih akan hidup dalam hari-hari yang dihantui oleh para penagih utang.

Bab terkait

  • Bukan Cinta, Ternyata Dusta!   Bab 2

    "Aku membawa mas kawin 340 juta, enam toko, dan 30-an perhiasan emas. Semuanya telah kamu gunakan untuk membayar utang. Nggak masalah kalau kamu nggak suka sama aku. Kembalikan semua barang-barangku, aku akan pergi sekarang juga."Para kerabat terkejut mendengar hal itu. "Benaran sebanyak itu? Pantas saja kalian tiba-tiba jadi sukses, ternyata punya menantu kaya."Wajah mertuaku langsung berubah pucat. "Utang apanya? Mas kawin apaan? Semua itu cuma bohongan, kalian jangan percaya sama ucapannya."Aku membalasnya, "Nggak masalah kalau kamu nggak mau ngaku, kita bicarakan saja ke kantor polisi."Mendengar ucapanku, ekspresi mertuaku langsung berubah. "Jalang, kalau sudah nikah, berarti kamu sudah jadi keluarga kami. Memangnya kenapa kalau kami pakai sedikit uangmu?"Para kerabat mengangguk. "Ya, sudah jadi sekeluarga, nggak perlu dibeda-bedakan lagi masalah uang."Pada saat ini, pintu ruang operasi terbuka dan suamiku didorong ke kamar perawatan. Mertuaku langsung bergegas bertanya, "Gim

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • Bukan Cinta, Ternyata Dusta!   Bab 3

    Mungkin suamiku memang memiliki bakat alami di bidang ini. Dia menggunakan uang untuk membeli traffic online, membuat video-video yang menggambarkan dirinya sebagai pria yang mandiri dan kuat. Meskipun kenyataannya dia hanya menjual kisah tragis di depan para penonton.Ketika para pengikutnya bertanya mengapa istrinya tak merawatnya, dia hanya menjawab dengan ambigu dan memberikan senyum yang dipaksakan, "Sejak kecelakaan, sudah lama aku nggak melihat istriku."Dalam video, dia merekam makan siangnya yang hanya berupa sepotong roti kukus dan segelas air. Para penonton tercengang.[ Kamu lagi sakit, kenapa cuma makan sedikit? Kenapa keluargamu bisa membiarkanmu seperti ini? ]Dia tersenyum dengan getir, seolah-olah menyimpan beban yang tak bisa dia ungkapkan. "Gaji istriku habis untuk membayar utang dan kami hampir nggak punya uang lagi, apalagi dengan situasi seperti ini.""Tapi sudahlah, nggak usah dibicarakan lagi," lanjutnya. Dia berpura-pura ceria, lalu tersenyum lebar sambil menat

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • Bukan Cinta, Ternyata Dusta!   Bab 4

    Mendengar ucapan suamiku, aku hampir tertawa saking kesalnya. Di kehidupan sebelumnya, dialah yang berselingkuh dalam pernikahan kami. Bahkan ketika aku meninggal, dia sudah memiliki anak berusia tiga tahun. Namun sekarang, dia malah menuduhku berselingkuh dengan pria lain.Sebelum sempat mengatakan apa pun, aku melihat kilatan kamera ponsel dari kerumunan. Rupanya, seseorang sudah mulai merekam semua kejadian ini. Suamiku tampak gemetaran karena marah. Wajahnya memucat dan urat di lengannya menonjol seolah-olah siap meluapkan kemarahannya.Aku langsung menyadari niatnya. Dia ingin menggunakan momen ini untuk kembali menjual kisah sedihnya. Namun, aku tidak akan memberinya kesempatan itu.Aku mengangkat buku catatan keuangan di tanganku dan tersenyum. "Ane. Aku lagi periksa buku laporan toko, tapi di mata kalian, aku malah sedang menggoda pria lain?"Mertuaku tertawa sinis. "Masih berani menyangkal? Aku tahu persis orang seperti apa kamu ini. Dulu kamu nggak pernah peduli soal toko ini

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • Bukan Cinta, Ternyata Dusta!   Bab 5

    Saat tiba di kafe, aku melihat suamiku duduk bersama seorang wanita anggun. Wanita itu menggendong seorang anak yang sangat mirip dengannya. Suamiku mengenakan pakaian bermerek, duduk dengan angkuh, lalu memperkenalkan wanita itu, "Ini temanku."Aku hanya tersenyum sinis, lalu berdiri dan menyiramkan kopi dingin ke arahnya. Dia menatapku dengan penuh kemarahan, lalu menggertakkan gigi dan berkata, "Kamu sudah gila ya? Apa-apaan ini?"Aku tertawa sinis, "Anak ini mirip sekali denganmu. Kamu pikir aku buta dan nggak tahu wanita ini adalah selingkuhanmu?"Anak itu tampak ketakutan, sementara wanita itu memeluknya erat dan menatapku dengan penuh kemarahan. "Pantas saja David mau cerai sama kamu. Bahkan pengemis saja mungkin nggak mau sama wanita sepertimu."Ternyata, tujuannya menemuiku hari ini adalah untuk mengajukan perceraian. Hatiku mencelos, "Dia mau cerai denganku karena kamu, 'kan?"Wanita itu tersenyum bangga, "Tapi, menurutmu kenapa David nggak mau punya anak denganmu?" Dia menga

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • Bukan Cinta, Ternyata Dusta!   Bab 6

    Tak lama kemudian, bahkan ibu David yang masih dirawat di rumah sakit juga ikut diselidiki. Di internet, banyak orang yang mendesakku untuk segera mengembalikan uang, tetapi aku mengunggah surat cerai dan memberikan klarifikasi.Aku menyatakan bahwa David berselingkuh dan memiliki anak dengan wanita lain selama pernikahan kami dan kami sudah bercerai. Aku juga menegaskan bahwa kini dia bukan lagi suamiku dan aku tidak menikmati sepeser pun dari uangnya.Bersamaan dengan itu, aku mengumpulkan bukti dari para pelaku perundungan online yang menyerangku dan langsung melaporkannya ke polisi. Pihak berwenang pun merilis beberapa klarifikasi.Disebutkan bahwa kecelakaan yang membuat David kehilangan kedua kakinya adalah akibat kecerobohannya sendiri karena mencoba menerobos lampu merah.Aku juga tidak pernah berselingkuh atau menggunakan uangnya untuk menafkahi pria lain, bahkan uangku dipakai oleh mantan suamiku untuk melunasi utangnya. Alasan aku tidak ke rumah sakit untuk menjenguknya adal

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19

Bab terbaru

  • Bukan Cinta, Ternyata Dusta!   Bab 6

    Tak lama kemudian, bahkan ibu David yang masih dirawat di rumah sakit juga ikut diselidiki. Di internet, banyak orang yang mendesakku untuk segera mengembalikan uang, tetapi aku mengunggah surat cerai dan memberikan klarifikasi.Aku menyatakan bahwa David berselingkuh dan memiliki anak dengan wanita lain selama pernikahan kami dan kami sudah bercerai. Aku juga menegaskan bahwa kini dia bukan lagi suamiku dan aku tidak menikmati sepeser pun dari uangnya.Bersamaan dengan itu, aku mengumpulkan bukti dari para pelaku perundungan online yang menyerangku dan langsung melaporkannya ke polisi. Pihak berwenang pun merilis beberapa klarifikasi.Disebutkan bahwa kecelakaan yang membuat David kehilangan kedua kakinya adalah akibat kecerobohannya sendiri karena mencoba menerobos lampu merah.Aku juga tidak pernah berselingkuh atau menggunakan uangnya untuk menafkahi pria lain, bahkan uangku dipakai oleh mantan suamiku untuk melunasi utangnya. Alasan aku tidak ke rumah sakit untuk menjenguknya adal

  • Bukan Cinta, Ternyata Dusta!   Bab 5

    Saat tiba di kafe, aku melihat suamiku duduk bersama seorang wanita anggun. Wanita itu menggendong seorang anak yang sangat mirip dengannya. Suamiku mengenakan pakaian bermerek, duduk dengan angkuh, lalu memperkenalkan wanita itu, "Ini temanku."Aku hanya tersenyum sinis, lalu berdiri dan menyiramkan kopi dingin ke arahnya. Dia menatapku dengan penuh kemarahan, lalu menggertakkan gigi dan berkata, "Kamu sudah gila ya? Apa-apaan ini?"Aku tertawa sinis, "Anak ini mirip sekali denganmu. Kamu pikir aku buta dan nggak tahu wanita ini adalah selingkuhanmu?"Anak itu tampak ketakutan, sementara wanita itu memeluknya erat dan menatapku dengan penuh kemarahan. "Pantas saja David mau cerai sama kamu. Bahkan pengemis saja mungkin nggak mau sama wanita sepertimu."Ternyata, tujuannya menemuiku hari ini adalah untuk mengajukan perceraian. Hatiku mencelos, "Dia mau cerai denganku karena kamu, 'kan?"Wanita itu tersenyum bangga, "Tapi, menurutmu kenapa David nggak mau punya anak denganmu?" Dia menga

  • Bukan Cinta, Ternyata Dusta!   Bab 4

    Mendengar ucapan suamiku, aku hampir tertawa saking kesalnya. Di kehidupan sebelumnya, dialah yang berselingkuh dalam pernikahan kami. Bahkan ketika aku meninggal, dia sudah memiliki anak berusia tiga tahun. Namun sekarang, dia malah menuduhku berselingkuh dengan pria lain.Sebelum sempat mengatakan apa pun, aku melihat kilatan kamera ponsel dari kerumunan. Rupanya, seseorang sudah mulai merekam semua kejadian ini. Suamiku tampak gemetaran karena marah. Wajahnya memucat dan urat di lengannya menonjol seolah-olah siap meluapkan kemarahannya.Aku langsung menyadari niatnya. Dia ingin menggunakan momen ini untuk kembali menjual kisah sedihnya. Namun, aku tidak akan memberinya kesempatan itu.Aku mengangkat buku catatan keuangan di tanganku dan tersenyum. "Ane. Aku lagi periksa buku laporan toko, tapi di mata kalian, aku malah sedang menggoda pria lain?"Mertuaku tertawa sinis. "Masih berani menyangkal? Aku tahu persis orang seperti apa kamu ini. Dulu kamu nggak pernah peduli soal toko ini

  • Bukan Cinta, Ternyata Dusta!   Bab 3

    Mungkin suamiku memang memiliki bakat alami di bidang ini. Dia menggunakan uang untuk membeli traffic online, membuat video-video yang menggambarkan dirinya sebagai pria yang mandiri dan kuat. Meskipun kenyataannya dia hanya menjual kisah tragis di depan para penonton.Ketika para pengikutnya bertanya mengapa istrinya tak merawatnya, dia hanya menjawab dengan ambigu dan memberikan senyum yang dipaksakan, "Sejak kecelakaan, sudah lama aku nggak melihat istriku."Dalam video, dia merekam makan siangnya yang hanya berupa sepotong roti kukus dan segelas air. Para penonton tercengang.[ Kamu lagi sakit, kenapa cuma makan sedikit? Kenapa keluargamu bisa membiarkanmu seperti ini? ]Dia tersenyum dengan getir, seolah-olah menyimpan beban yang tak bisa dia ungkapkan. "Gaji istriku habis untuk membayar utang dan kami hampir nggak punya uang lagi, apalagi dengan situasi seperti ini.""Tapi sudahlah, nggak usah dibicarakan lagi," lanjutnya. Dia berpura-pura ceria, lalu tersenyum lebar sambil menat

  • Bukan Cinta, Ternyata Dusta!   Bab 2

    "Aku membawa mas kawin 340 juta, enam toko, dan 30-an perhiasan emas. Semuanya telah kamu gunakan untuk membayar utang. Nggak masalah kalau kamu nggak suka sama aku. Kembalikan semua barang-barangku, aku akan pergi sekarang juga."Para kerabat terkejut mendengar hal itu. "Benaran sebanyak itu? Pantas saja kalian tiba-tiba jadi sukses, ternyata punya menantu kaya."Wajah mertuaku langsung berubah pucat. "Utang apanya? Mas kawin apaan? Semua itu cuma bohongan, kalian jangan percaya sama ucapannya."Aku membalasnya, "Nggak masalah kalau kamu nggak mau ngaku, kita bicarakan saja ke kantor polisi."Mendengar ucapanku, ekspresi mertuaku langsung berubah. "Jalang, kalau sudah nikah, berarti kamu sudah jadi keluarga kami. Memangnya kenapa kalau kami pakai sedikit uangmu?"Para kerabat mengangguk. "Ya, sudah jadi sekeluarga, nggak perlu dibeda-bedakan lagi masalah uang."Pada saat ini, pintu ruang operasi terbuka dan suamiku didorong ke kamar perawatan. Mertuaku langsung bergegas bertanya, "Gim

  • Bukan Cinta, Ternyata Dusta!   Bab 1

    "Brak!" Aku berdiri di tempat sambil menyaksikan tubuh suamiku terpental ke udara setelah ditabrak mobil. Jeritannya yang penuh kesakitan menggema di sekitar dan roda mobil yang tampak tak terkendali menggilas tubuhnya tanpa ampun."Krakk!" Suara tulang yang remuk bercampur dengan jeritan memilukan itu membuat orang-orang di sekitar terkejut dan bergidik.Aku berdiri di antara kerumunan, seolah-olah melihat kembali kehidupanku yang lalu. Dulu, aku yang mendorong suamiku ke tempat aman dan justru tubuhku yang terpental setelah ditabrak mobil. Roda kendaraan itu menggilas kedua kakiku dengan suara yang begitu menyeramkan, hingga orang-orang di sekitar ingin segera memanggil ambulans.Namun, suamiku menghentikan mereka dan justru membawaku ke klinik kecil dengan motornya. Di sana, aku hampir saja meninggal. Namun, akhirnya aku selamat meski harus kehilangan kedua kakiku dan menjadi cacat seumur hidup.Mertuaku menganggapku pembawa sial. Dia terus mengeluhkan kejadianku tertabrak dan mende

DMCA.com Protection Status