Lelaki itu masih tetap memandang Ayu dengan tajam, heran ini, wanita mengapa semakin cantik saja. Walaupun tubuhnya kini terlihat lebih berisi, tapi ini terlihat seksi di depan Bram."Kau akan menyesal Ayu bila mengusirku. suatu saat kau akan butuh diriku.""Aku tak Sudi! kau campakkan aku begitu saja, demi pembantu rumah tangga yang tak punya adab, aku butuh bantuanmu? jangan mimpi. aku tak rela bersaing dengan wanita pilihanmu itu. jadi sekarang sudah tak ada hubungan apa-apa lagi! kau orang asing untukku. paham!" Bram menatap lagi Ayu, ada rasa marah saat Ayu begitu menghina Harni. Malu terasa di hati Bram Bram segera pergi dari ruangan itu."Tunggu! bawa kembali barangmu. aku tak mau menerima apapun darimu." Santi segera mengambil barang yang dibawa Bram dan menyerahkannya kembali padanya."Santi tutup pintu depan!" Ayu menatap Bram dengan sinis. Rasa terhinanya dulu masih terasa.**Santi memandang seorang ibu yang terlihat selalu melongok ke dalam toko. Rasa penasarannya begi
Kelakuan Bram semakin brutal, siang ini di saat Ayu membawa barang dagangan karena ada yang COD. Bram langsung memepet motor Ayu, dan meminta dengan paksa sejumlah uang."Kalau kau tak berikan uang itu, aku bisa menculik anakmu, ngerti!!""Apa! Kau!! Dasar perampok!""Diam, aku bisa berbuat kasar padamu, ayo! serahkan uangnya!"Ayu dengan gemetar menyerahkan sejumlah uang yang ada di dalam dompetnya. Dirinya takut Bram benar-benar akan menculik Tegar.Setelah Bram mendapatkan apa yang diinginkannya, dia langsung pergi begitu saja.Ayu hanya terdiam, sialan ini namanya perampokan. Dirinya sudah tahu sifat arogan Bram.Malam ini, Ayu duduk termenung saja. Tegar sudah tertidur dengan nyenyak. Kejadian siang tadi di luar dugaannya. Ada rasa khawatir bila Bram akan berulah lebih lagi.Apakah dirinya harus mempertimbangkan saran Desi. Memang harus tetap memikirkan masa depan Tegar. Terlebih lagi, posisi anaknya benar-benar harus dipikirkan matang-matang. Bram sudah mulai melakukan aksinya,
Tangan yang mencekal tangan Bram adalah Pras. Ayu sampai tak berkedip melihat suaminya datang pada saat yang tepat. Entah, ada genderang bahagia dalam hati Ayu. Namun, ada kesedihan yang tampak di mata Ayu, melihat penampilan Pras yang sekarang, kurus dan kulitnya sedikit menghitam. tubuh jangkungnya terlihat semakin tinggi saja. Baju yang asal-asalan dan kusut. Apakah Desi tak mengurus suaminya, ah ... mengapa pula Ayu berpikir semacam itu, bukankah dia masih sebagai istrinya pula."Mas Pras," bisik Ayu lirih. Setelah Pras sudah mengusir Bram, dirinya kembali ke hadapan Ayu. Matanya menatap wanita itu penuh kerinduan. Kecurigaannya benar, Desi membawa semua dus-dus berisi pakaian dan mainan untuk seseorang yang dia curigai. Walaupun di depan Istrinya Pras harus berpura-pura bodoh.Ayu nampak ragu, hendak berbuat apa, matanya langsung menatap ke dalam netra mata Pras.Langsung dengan cepat, Pras memeluk Ayu dalam deraian air mata. lelaki itu tipe yang gampang tergugah dalam air mata
"Aaa!" Ayu terpekik, saat rambutnya ditarik Bram dari belakang. Santi yang melihat hal tersebut, langsung mengambil Tegar dari gendongan Desi, dan segera membawa tegar masuk ke dalam kamar.Ibu menarik tangan Ayu. Desi masih tergugu melihat kejadian yang tiba-tiba ini."Ada apa sebenarnya! dan kau siapa! lepaskan Ayu!!' teriak Desi penuh emosi.Desi lupa dan pangling atas penampilan Bram saat ini."Wkk wkk, aku Bram mantan suaminya. ternyata Ayu hanya modol pinjam rahim saja, cuihhhh." Bram terus menarik rambut Ayu.Desi kini paham Bram mantan suami Ayu."Kau mau apa?! lepaskan Ayu. hal ini tak ada hubungannya denganmu, Ayu menikah secara sah. kau yang bajingan apa sekarang kau pernikahanmu dengan wanita babu itu sah di pengadilan! dasar lelaki bodoh!" omongan Desi yang penuh emosi itu memancing Bram untuk melepaskan jambakan pada Ayu."Kau!!""Apa! memangnya aku tak tahu kebusukanmu hah! lelaki macam kau itubdi loakan banyak! kau butuh duit kan! hingga melakukan ini! tak mungkin kamu
Ayu telungkup di pembaringan, beberapa bekas pecahan kaca terlihat tertutup perban yang masih basah oleh obat.Ayu memejamkan matanya, ada bulir air mata terus mengalir.Desi merasa tak tega melihatnya, walaupun apa yang sudah terjadi, Ayu adalah sahabatnya.Desi membelai rambut Ayu dan mengecupnya pelan."Maafkan aku Ayu, Maafkan aku." Desi sudah ikutan terisak."Kau tak bersalah, Bram yang kurang ajar.""Aku ... akan penjarakan dia. tenang saja.""Tegar ...." desis Ayu dan mulai menangis lagi."Aku akan menjaga Tegar."Ayu menggeleng, "biar dia bersama Santi." Desi merasa serba tak enak. "Mungkin sayangku pada Tegar melebihi dari kamu Ayu, buktinya aku semakin ikhlas menyerahkan suamiku untukmu.""Jangan bahas itu sekarang, kepalaku pusing sekali,' balas Ayu dan memalingkan wajahnya.Desi terdiam, namun tangannya masih terus membelai rambut Ayu.***Santi sudah membersihkan semua pecahan kaca, dan menceritakan kronologinya pada salah satu petugas yang datang. Tak lama datang Pras
"Ibu, masak sayur lompong Bu," pinta Ayu pada malam itu."Apa! Mau nyari batang lompong di mana malam-malam begini," ujar ibu.Lompong adalah batang dari umbi talas.Ayu terdiam, "Tapi rasanya ingin sekali Bu, dulu ibu sering buat kan?""Itu dulu, Ayu , masa kecil kamu. Ah jangan yang aneh-aneh, ibu nggak bisa nemuin lompong itu."Kemudian Pras keluar dari kamarnya dan ikutan nimbrung."Besok aku carikan, sayang. Tapi nggak malam ini. Lihat sudah jam 11 malam, nggak mungkin ke pasar, lagian pasarnya tutup."Ayu sedikit cemberut dan langsung masuk kamar. Ibunya memandangnya sedih."Tak apa Bu, biarlah besok aku cari lompong tersebut, sekarang ibu istirahatlah."Ibu pun menurut perintah menantunya tersebut. Kebahagian saat ini karena pengorbanan dari Pras juga.Pagi menjelang, kesibukan di rumah Desi sungguh meriah, Tegar sudah berlarian mengejar kelinci di halaman. Pak bandar hanya tersenyum saja, semua taman sudah bersih hanya rumput luas terhampar jadi tak membahayakan Tegar yang ber
Di dalam rumah, Ayu nampak mengelus perutnya yang terlihat cepat sekali besar."Ibu, ibu! apa aku normal, usia kehamilan empat bulan tapi kaya lima bulan saja."Ayu masih melihatnya di cermin.Mendengar Ayu memanggilnya, ibunya pun mendekat, memang perut Ayu terlihat besar, dan tubuhnya cepat sekali gemuk."Kau sudah periksa bulan ini, Ayu?""Belum Bu.""Jangan-jangan anak kamu kembar, Ayu.' Perkiraan ibunya membuat Ayu langsung menatap ibunya dengan tak percaya."Mungkin, benar saja Bu, karena napsu makanku sungguh luar biasa. nggak pernah kenyang." "Ayok kita periksa sekarang, bila benar anakmu kembar kali ini, ibu bahagia sekali Ayu. Tegar akan punya adik baru.""Tegar Bu? bukankah sudah sebulan lebih Desi tak membawa tegar main ke sini. Santi juga tak beri kabar, ah aku terlalu asyik sampai lupa jadwal mereka berkunjung padaku Bu ."Ayu segera mengambil ponselnya dan menghubungi Santi.Tak juga aktif, Ayu menjadi tanda tanya ada apa sebenarnya? kini, berganti Ayu menghubungi Desi
Begitu asyiknya Pras menikmati kegiatannya, sambil duduk Tika bak menyusui seorang bayi. Kini berganti pada gundukan yang sebelahnya. Tak ayal benda kenyal dan menggemaskan itu sudah Pras Raup dalam genggaman tangannya. meremas dan memainkan benda kecil berwarna coklat muda tersebut. Desahan dari mulut Tika membuat Pras semakin intens bergerilya."Pak, kok enak ah ...."Pras masih terus mengenyot milik Tika, tak lama melepasnya dengan menariknya pelan. Kini bibir ranum Tika menjadi sasaran berikutnya.hmmm hmmm hmmmterdengar suara suara saking berdecap, tak lama terdengar ketukan di pintu.Tika segera berdiri dan membenahi pakaiannya yang sudah setengah terbuka, begitu juga Pras, segera membetulkan resletingnya yang baru saja dibuka Tika.Tika segera bersembunyi di bawah meja kerja Pras."Ya, Masuk."Bu Indira masuk, di tangannya ada setumpuk map yang kini diletakan di meja kerja Pras."Apa ini?""Tugas kemarin Pak, beberapa laporan yang perlu bapak tanda tangani.""Oh, iya. Nanti sa
"Ayu! Tunggu!" teriak Desi mengejar sosok yang yang tampak memperhatikan kerumunan di jalan utama.Ayu langsung berhenti melangkah dan mencari sumber suara yang memanggilnya. Dilihatnya Desi setengah tergesa mendekatinya.Plak! Sebuah tamparan tiba-tiba mendarat di pipi Ayu. Wanita itu kaget atas perlakuan kurang ajar dari Desi."Kembalikan Tegar padaku!" cecarnya dengan emosi. "Dia sudah menjadi anakku, ingat aku punya surat adopsinya!"Ayu memandang sengit pada Desi, ia masih memegang pipinya yang terasa perih akibat tamparan dari Desi.'Kau! Apa kau tak malu, bodoh kok ngga sembuh-sembuh! Semua surat yang Mamimu buat itu palsu, tersebut surat adopsi Tegar! Dan semua itu tak ada gunanya lagi! Paham! Tegar tetap anakku, kau tak berhak atas semua tentang Tegar!" Ayu lebih garang, ia tak pedulikan beberapa orang sudah mulai mengerubunginya.Adu mulut dengan Desi menjadi tontonan gratis. Desi semakin kalap mendengar penuturan Ayu. Ia merasa dijatuhkan harga dirinya. Apa lagi sudah terbo
Mami sudah mulai ketar ketir, karena pemberangkatannya sepertinya akan bermasalah. Ia sudah siapkan beberapa surat penting dan beberapa kartu yang akan diperlukan nanti, tapi tiba-tiba ... "Ibu Suharti betul ? ikutlah bersama kami," Sebuah suara wanita berpakaian preman segera merangkul pundak Mami dengan cepat memborgol tangan Mami. Mami sudah tidak bisa berkutik lagi, Mami ditangkap petugas imigrasi. Sementara itu, beberapa petugas sudah mengerumuni sebuah mobil yang sudah ringsek. Beberapa warga yang kaget dengan suara letusan mirip senapan itu pun mencari sumber letusan. karena mereka pikir ada sebuah insiden di area pembuangan sampah terakhir ini. Tubuh Pras ditemukan sudah kaku, ada benturan keras di dada dan kepalanya, tak ada tanda kekerasan , sepertinya petugas menganggap pengemudi sedang mabuk dan keluar jalur masuk dalam kubangan jurang pembuangan. Evakuasi mobil cukup sulit karena banyaknya sampah dan penonton yang heboh pada peristiwa tersebut. *** Desi me
Mami pergi bersama Pras, kali ini benar-benar akan melakukan sesuatu yang semua orang tak menyangkalnya. Mami minta di antar ke beberapa perusahaan, Pras mengantar hingga usai. Kemudian mereka menuju sebuah kawasan elite, menuju sebuah rumah yang sudah mereka beri tanda.Sementara itu Budiman terus menguntit kemanapun mereka pergi, sasaran utama lelaki itu adalah koper yang ada di tangan Pras."Pras! Tunggu di sini, mami mau ambil sesuatu ingat! Jangan telat jemput mami lagi ke sini. Pergilah, jangan sampai mobil Desi diketahui seseorang."Pras mengangguk dan langsung meluncur lagi. Mami segera keluar mobil dan menggenakan masker dan sebuah rambut pasangan yang ia sediakan dalam tasnya. Lalu berjalan mengendap mendekati sebuah mobil mewah yang terparkir depan rumah bertingkat. Tak disangka Mami melakukan hal tersebut, yaitu memutus slang rem dari bawah mobil dan mengiris beberapa kabel otomatis! Pras kali ini pergi ke sebuah tempat yang cukup sepi ia akan menyimpan uang dalam koperny
Kasus ini semakin melebar, Singgih menjadi penasaran apa sebenarnya dibalik semua ini. Dengan cepat dirinya menelusuri keluarga Desi yang selama ini ia kenal sebatas kenal saja. Dari nama Ayahnya, ibunya hingga bisnis yang katanya berbasis utama ada di Swiss. Sempat kesulitan juga Singgih menemukan keterangan tentang mereka. "Rita, panggilkan Tommy ke sini, aku ada perlu dengannya." Singgih menyuruh Rita asistennya memanggil anak buahnya yang jago dalam mencari hal seperti ini.Tak lama terdengar pintu diketuk dari luar."Masuk!" Seru Singgih. Mereka pun kini terlibat dalam sebuah pembicaraan serius.***Tampak Santi terlihat melamun di atas balkon, dan didekati Ayu. Wanita itu menyentuh pundak Santi."Kenapa, San? Apa yang kau pikirkan?"Sedikit terkejut dan Santi berdiri dan langsung memeluk Ayu."Ada apa? " Ayu balas memeluk adik angkatnya ini."Aku tak tahu harus bagaimana kak, mau cerita tapi aku takut."Ayu tertegun dan langsung menyuruhnya duduk."Ada apa sebenarnya , Santi? A
Bab 72. Budiman menyalakan sebatang rokoknya di depan sebuah kios kecil di pinggir trotoar. Matanya terus saja mengawasi sebuah mobil mewah yang sudah melintas semenit yang lalu. Mengingat nomor plat tersebut dan langsung pergi dengan sepeda motornya.Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Kini saatnya ia harus laporan pada majikannya. Motor melaju ke arah jalan Halmahera, jalanan cukup ramai, tapi rumah megah di pinggir jalan raya itu mudah dicapainya dalam waktu dalam setengah jam saja."Bos, ada berita bagus nih, dan apa rencana sudah fiksi?" tanya Budiman di sebuah ponselnya.Tak lama dirinya turun dari sepeda motor dan membuka pagar yang masih terkunci dari dalam, dengan lihainya jarinya sudah bisa mencongkel grendel dari pagar besi itu. Memasukkan motornya dan menutup pintu pagar kembali.Lelaki itu sesaat mematikan rokok yang sudah tinggal beberapa centi saja, membuang sembarang pada taman yang sedikit tak terawat."Selamat pagi bos!" Suaranya lantang menyapa penghuni r
Malam ini Ayu sedang duduk di beranda teras menatap malam yang penuh bintang, walaupun badannya penat seharian bertamasya tapi dirinya tak bisa memejamkan matanya. Pikirannya melambung entah kemana."Sayang, kenapa?" tanya Singgih seraya memeluk istrinya dari belakang. Tercium bau segar sabun mandi dari tubuh suaminya. Ayu tersenyum dan mengelus bagian belakang suaminya yang sudah mencium tengkuk leher wanita ayu itu."Apa yang kau pikirkan?" Pertanyaan ulang Singgih lontarkan lagi.Ayu menggelengkan kepalanya, "tidak ada apa-apa, aku cukup bahagia, aku sedang menikmati tenang dan nyamannya malam ini. Udara malam ini dingin tapi menyejukkan," jawab Ayu. Singgih pun duduk menjejeri istrinya."Kau betah bukan? Tinggal di kawasan ini?"Ayu mengangguk pelan dan menyandarkan kepalanya di lengan suaminya."Ini impianku selama ini, ingin punya rumah di kawasan elite ini, dengan keluarga yang aku sayangi."Ayu masih terus tersenyum saat Singgih terus bercerita tentang rencana-rencana masa dep
Pras makan dengan tenang, tapi sekali suap bisa dua kepalan tangan masuk sekaligus ke dalam mulutnya. Tak perlu hitungan jam, dalam sepuluh menit, Lelaki itu sudah menghabiskan empat telor balado, lima perkedel kentang, lima potong ayam kremes dan satu bakul nasi, belum ditambah dua roti isi milik Desi yang belum sempat dimakannya.Mami cuma nyengir saja, melihat Desi menatap Pras dengan heran."Kau makan banyak sekali, jatahku pun kau makan!" tutur Desi sambil geleng-geleng kepala."Ya begitulah," jawab Mami."Mih, apa benar Pras sama sekali tak mengenalku?" Desi masih terus memandang mantan suaminya itu."Coba saja tanya padanya."Desi menyentuh pundak Pras pelan."Masih ingat denganku?" tanya Desi perlahan.Pras terdiam dan menatap Mami, "anaknya Nyonya kan?""Nyonya? Mih, dia panggil mami dengan sebutan Nyonya!" Desi kaget dan menutup mulutnya."Mih, ini benar-benar mencuci otak Pras seratus persen!" "Bila tak ada tindakan ini , ia akan kumat dan mengamuk, bahkan sering ia menya
Perjalanan dengan pesawat dari Swiss menuju Indonesia tak banyak kendala, bahkan paspor atas nama Prasetya pun tak bermasalah. "Kau jangan banyak cakap, diam saja, dan lakukan semua perintahku. Setelah sampai rumah, baru aku beri obat dari Dokter, aku tak ingin kau kesakitan lagi, paham? Jadi jangan banyak berulah. Kita tak lama, bila urusan selesai kita pulang lagi ke Swiss, di sini tak aman buatmu," kata Mami panjang lebar pada lelaki berkacamata minus di sampingnya. Tubuh kekarnya bak seorang bodyguard. Wajah melankolisnya tak pernah hilang, yang berbeda dari Pras, ia cenderung diam dan hanya mengangguk setiap perintah Mami. Matanya terus menatap ke depan. Roti isi yang disediakan oleh maskapai penerbangan sudah habis ludes di makan, begitu juga jatah punya Mami.Pras yang dulu sering kesakitan di bagian kepalanya, yang bila datang rasa sakit itu ia bisa berteriak dan menyakiti dirinya sendiri. Kini terlihat lebih tenang. Beberapa terapi susah ia jalani. Mami begitu menjaga Pras,
Ayu terdiam dan kaget melihat hancurnya pesta pernikahannya bersama Singgih. Lelaki itu masih terus memeluk pundaknya erat."Ini ada yang nggak suka dengan kita," desis Singgih geram. Ayu tahu siapa dalang semua ini, dan ia belum menceritakan pada Singgih."Aku harus membawa Santi pergi dari rumah itu." "Desi? Apa dia yang ...."Ayu menatap suaminya, "tapi ia tak tahu kita sudah resmi menikah, yang diinginkannya adalah menggagalkan semua ini."Suara Ayu sedikit bergetar, tahu sifat sahabatnya itu, apapun akan dia lakukan asal keinginannya tercapai, walaupun itu melukai orang lain."Masuklah, biar WO, yang membereskan semua ini. Mati kita rencanakan sesuatu yang lain."Ayu memandang singgih dengan tajam. Singgih tak pedulikan tatapan Ayu, dirinya segera mengalihkan pundak Ayu untuk segera mengikuti dirinya masuk ke kamar hotel.Dalam sebuah rumah yang mewah, Desi tertawa terbahak-bahak atas kemenangannya. Santi melihat Desi dengan marah."Aku tidak terima dengan tindakan ini, Bu. Wal