Share

Kemarahan Jasmin

Penulis: Syarlina
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-02 04:00:07

"Ai, kamu sudah tidur?" Xabiru memperhatikan lekat wanita yang berbaring di sebelahnya dengan mata terpejam. Terdengar juga dengkuran kecilnya. Wanita yang kalau diperhatikan dengan seksama ternyata memang cantik, pikirnya. Tangannya dikibaskan berulang kali di depan wajah Aira untuk memastikan kebenaran tersebut, tapi tak ada reaksi dari istrinya itu.

"Iya, sepertinya dia memang sudah tidur. Cepat juga. Padahal aku masih penasaran soal Ruli. Kenapa bisa kenal dan kenal dimana. Dari lingkungan keduanya jelas bukan dari sana." Benak Xabiru bekerja keras menerka sendiri apa hubungan Aira dan Ruli.

Xabiru belum mengalihkan pandangannya dari Aira. Ia tersenyum semringah saat menikmati wajah polos Aira yang masih tertidur lelap. Tangannya refleks terulur ke pucuk kepala Aira dan ingin mengusap lembut rambutnya. Namun tak jadi dilakukan saat wajah Jasmin muncul di benaknya. Ia jadi kepikiran wanita itu. Ia bangun dan meraih ponselnya yang terletak di atas nakas. Niatnya ingin menghubungi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bukan Babysitter Biasa   Membahas Pesta Kemarin

    "Siapa Pah? Jasmin?" Bu Tuti bertanya heran siapa lawan bicara suaminya di telepon setelah suaminya selesai bicara dan menutup teleponnya. Ia bertanya karena mendengar Pak Desta menyebut nama Jasmin disela obrolannya tersebut. Pak Desta mengangguk seraya mengambil kembali sendok dan pisau makan. "Dia minta maaf soal kejadian kemarin malam," imbuh Pak Desta memberitahukan. "Oh, Itu. Terus apa tanggapan Papah?" Pak Desta mengedikkan bahu. "Mau bagaimana lagi, marah tak ada guna, semua sudah terlanjur terjadi kan? Ya dimaafkan. Lagipula baru kali ini juga aku melihatnya mabuk dan tidak terkendali seperti itu. Biasanya tidak kan," ujar Pak Desta memberi jawaban. Bu Tuti mengangguk. "Ya, maafkan saja. Kalau lain kali terulang lagi, baru mikir dua kali memaafkan. Untung saja pesta kita tidak terganggu. Kalau iya, Aku yang tidak akan memaafkannya, dan memblokirnya dari kontak ponselku. Soal kemarin, Papah benar. Dia baru kali ini bertingkah seperti itu. Wajar lah, mungkin sakit hati,"

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-03
  • Bukan Babysitter Biasa   Jadi Pusat Pembicaraan

    "Hm, itu karena sempat ngobrol, Te. Anaknya baik. Dia juga sopan.""Oh, gitu. Pantas. Padahal baru awal ngobrol dengannya sudah menyimpulkan demikian. Apa bedanya kamu sama kami, Rul? Sama saja kan? Setiap orang punya kesan pertamanya masing-masing dan kebanyakan pasti akan menunjukkan yang terbaik dari dirinya. Tante merasa dia memang sopan, sih. Attitude-nya juga bagus. Merendah juga kan waktu dipuji. Kalau tidak tahu kebenarannya, Tante mungkin tidak akan percaya kalau dia cuma lulusan SMA dan pernah jadi babysitter-nya anak Biru. Perawakannya seperti wanita pintar. Mirip kayak Jasmin. Cara dia ngomong itu, loh, Tante sebenarnya suka, tapi soal merebut milik orang lain, Tante nggak suka. Iya kan, Pah?""Wajar kalau Mami membela Jasmin. Wajar juga kalau Biru lebih tertarik sama Aira. Wanita itu jauh lebih muda dari Jasmin, sama-sama pintar juga dan poin plusnya menurutku karena dia babysitter anak Biru, pasti jadi pertimbangan tersendiri.""Poin plus bagaimana, Om?""Kedekatan emosi

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-03
  • Bukan Babysitter Biasa   Teman yang Salah

    Kesya tersenyum membaca pesan yang dikirim Jasmin. "Sudah kubilang turuti saranku, pasti berhasil. Hampir saja gagal gara-gara kamu terlalu lebay dan emosian," balas Kesya sembari menatap layar laptopnya. Ia menghubungi Jasmin karena malas berbalas pesan. "Aku kesal karena rencana kita buat menjebak Xabiru gagal. Si Aira ngotot mau ikut mengantarku pulang. Padahal tinggal sedikit lagi bakal berhasil." Jasmin sedikit mengecilkan suaranya tak ingin pembicaraan rahasia ini terdengar orang lain meskipun dia hanya sendiri di ruangannya yang tertutup. Sekarang ini ia berada di kantor. Pagi-pagi sekali datang ke kantor untuk menunjukkan sisi baiknya di hadapan orang banyak setelah insiden semalam yang cukup memalukan baginya. Semua atas saran Kesya. Kesya terkekeh di seberang sana. "Biar saja. Nanti bisa diatur kembali. Yang penting rencana kita yang pertama berhasil. Aku sangat yakin dengan mengambil hati orang banyak, pasti kamu mendapatkan dukungan. Lihat kan, rencanaku berhasil? Sek

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-03
  • Bukan Babysitter Biasa   Dampak Ke Xabiru

    Mendengar pernyataan suaminya, Aira terkejut. Sampai ia bangun dari rebahan dan mengambil sikap duduk tegak. "Oh, i–iya. Boleh kok. Memangnya Mas tidak papa ikut ke panti?" "Memangnya kenapa?""Takut risih, takut merepotkan," jawab Aira ragu mengatakan hal tersebut. "Nggak. Biasa saja. Bisa kan ditunda. Sekalian kita bareng beli perlengkapan bahan sembakonya.""Hm, iya. Bisa kok. Aku senang dengarnya. Kalau boleh tahu kapan Mas?""Sabtu. Weekend nanti. Sekalian ajak Jingga. Tidak apa kan? Biar dia bisa merasakan vibes suasana panti dan mengerti bagaimana rasanya tidak mempunyai orang tua."Hening. Aira diam setelah mendengar perkataan Xabiru barusan.Xabiru yang baru sadar telah salah ucap segera meralat ucapannya. "Bukan begitu, maksudnya biar dia–""Tidak apa, Mas. Aku ngerti kok. Terima kasih ya Mas sudah peduli," sela Aira yang paham kemana arah perkataan suaminya. "Ya. Ada lagi yang mau diomongin?" "Tidak ada. Eh, anu. Mas nanti mau dimasakin apa malam ini? Mas pulang cepat

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-03
  • Bukan Babysitter Biasa   Kedatangan Ibu

    "Ibu? Kok datang tidak ngasih tahu?" Aira terkejut saat membuka pintu rumah ternyata Bu Laila–ibu mertuanya yang datang. "Memang kenapa? Memangnya Ibu tidak boleh ya mampir ke rumah anak-mantunya sendiri?" Alis Bu Laila terangkat mempertanyakan. Ia masuk ke dalam setelah dipersilahkan Aira. Mereka berjalan bersisian.Aira tersenyum tipis mendengar pertanyaan ibu mertuanya seraya menggandeng tangannya. "Bukan Bu, bukan begitu. Aira kaget saja. Kalau Ibu bilang kan, Aira bisa persiapan dulu. Masak dan beres-beres rumah. Eh, Ibu bakalan nginap di sini ya?" Sambil jalan, keduanya berbincang santai. "Ehm, nggak. Cuma mampir saja, kebetulan lewat sini. Ah, kamu segitunya. Biar pun Ibu tidak nginap atau ngasih tahu kamu bakalan datang kemari, Ibu yakin kamu sudah beres-beres rumah dan masak enak," tutur Bu Laila membuat Aira tersanjung. "Ini Ai, Ibu bawakan sesuatu buat kamu." Bu Laila menyodorkan tiga buah paperbag ke arah Aira. Aira menyambutnya dengan tersenyum tipis. Sedari awal ibu

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-04
  • Bukan Babysitter Biasa   Janji Bu Laila

    Aira menggelengkan kepala. "Sudah tidak pernah, Bu. Entah kalau di luar, Aira tak tahu dan Aira tak ingin tahu. Aira percaya sama Mas Xabiru." Bu Laila tersenyum mendengar jawaban menantunya. Memang ia tidak salah pilih. Apalagi Aira sangat mirip dengan Aurora, bagaimana caranya bicara dan menanggapi masalah. "Kamu baik-baik saja kan? Tidak ada mendengar sesuatu yang aneh atau ada yang membicarakanmu, yang menghina atau mengejek gitu?" Aira menggeleng lemah. "Aira baik-baik saja, Bu. Memangnya ada apa? Apa ada sesuatu yang–""Tidak! Tidak ada kok. Ibu cuma mengkhawatirkanmu atau takut ada yang mengganggumu," sela Bu Laila sembari menggaruk tengkuknya. Bu Laila bersyukur kalau Aira ternyata baik-baik saja setelah insiden semalam yang membuatnya dipermalukan Jasmin. Bu Laila meskipun tidak hadir di sana, tapi ia tahu ada kejadian tersebut. Apalagi ada yang membagikan video tersebut ke nomornya dan tentu saja ia jadi melihatnya. Bu Laila bahkan marah dan kecewa sama Xabiru karena memb

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-04
  • Bukan Babysitter Biasa   Wajah Lelah Xabiru

    "Mas, capek ya?" Aira bertanya melihat suaminya pulang dengan wajah lesu. Xabiru yang baru pulang kerja, tidak langsung berjalan ke arah kamar melainkan merebahkan badannya dulu ke bahu sofa di ruang tamu. Laki-laki itu tersentak kaget saat tangan Aira menyentuh bahunya. Namun akhirnya dibiarkan saja saat pijatan lembut di sana membuatnya merasa nyaman. Mengendurkan sedikit ketegangan di bagian sana. "Ya," jawab Xabiru singkat merasa sangat lelah karena hari ini di kantor penuh tekanan. Beberapa klien membatalkan kerja sama, belum lagi tekanan dari atasan. "Maaf ya Mas, membuat Mas bekerja keras. Tetap semangat! Fighting!" Aira mengepalkan tangannya, kode memberi semangat pada suaminya tersebut. Ia sering melihat adegan tersebut di drama Korea dan penasaran untuk mencobanya. Netra Xabiru mengerjap sebentar mendengar ucapan Aira barusan. Terdengar lucu, aneh di telinganya disemangati seperti itu, tapi cukup menghibur. Namun tak ada tanggapan darinya. Ia lagi menikmati pijatan lembu

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-06
  • Bukan Babysitter Biasa   Hampir Kepergok Anak

    "Mas, kamu baik-baik saja kan?" Aira dengan berani memeluk Xabiru yang sedang berdiri di depan lemari pakaiannya. Laki-laki itu baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk yang masih melilit di pinggang. Badan Xabiru bergetar hebat saat tangan Aira menyentuh dadanya yang basah. Muncul degupan kencang tak beraturan di sana yang membuatnya gugup tak karuan rasa. Tak tahan dengan gejolak yang memuncak, Xabiru berbalik dan merangsek Aira dengan ciuman bertubi-tubi hingga membuat netra istrinya tersebut membulat sempurna saking terkejutnya. Bukan ini maksud Aira. Ia memeluk suaminya tersebut hanya untuk memberikan ketenangan. Namun ternyata disalah artikan. "Bukan salahku ini terjadi. Kamu sendiri yang telah membangunkan macan tidur," ujar Xabiru dengan napas terengah. Xabiru terus membabi buta menyerang Aira sampai pakaiannya terlepas dari badannya. Aira tak bisa mengelak. Dia pasrah dan menuruti irama suaminya yang menuntunnya berlabuh ke peraduan. "Bunda ….""Bunda di kam

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-06

Bab terbaru

  • Bukan Babysitter Biasa   Akhir Kisah Ini

    "Mas, kopinya." Aira masuk ke kamar membawakan secangkir kopi untuk Xabiru. "Terima kasih ya, maaf merepotkan." Segera meraih cangkir tersebut dari tangan Aira. "Masih sibuk, Mas?" Aira mengamati suaminya yang masih fokus ke layar laptop. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Hubungan keduanya makin baik pasca kecelakaan yang menimpa Xabiru. Sesuai dengan janji yang disepakati, Xabiru ingin memulai hubungan layaknya suami-istri pada umumnya. Surat perjanjiannya bersama Aira sudah dimusnahkannya. "Iya, banyak yang harus diselesaikan, besok ada meeting." Xabiru menjawab tanpa menoleh ke Aira. Ia terlalu fokus ke layar laptop. "Oh, tapi besok sidang 'kan, Mas? Mas nggak datang?" Aira mencoba mengingatkan. Xabiru menoleh sebentar. "Datang, kok. Masih bisa. Meetingnya sore. Kalau pun sidangnya lama, biar Pak Burhan saja yang urus."Aira manggut-manggut mendengarkan."Menurut Mas, gimana? Apa Mbak Jasmin bakal di penjara atau?" Aira membuka obrolan tentang sidang Jasmin yang a

  • Bukan Babysitter Biasa   Orang di Balik Kecelakaan

    Semalaman Aira dan Bu Laila di rumah sakit menjaga keadaan Xabiru. Sebenarnya Bu Laila tak tega pada Aira karena menantunya itu dalam keadaan hamil muda. Kesehatannya juga tak baik. Bu Laila sempat meminta Aira untuk pulang saja, tapi Aira menolak. Ia ingin menemani suaminya sampai sadar. Pulang tak kan membuat perasaannya tenang. Justru membuatnya tak bisa tidur dan kepikiran terus. ***"Ra, Aira," lirih Xabiru memanggil istrinya. Ingin mengusap kepala Aira, tapi tak bisa. Tenaganya tak kuat. Ia merasa sangat lemah. Saat matanya mengerjap, orang yang pertama dilihatnya adalah Aira yang duduk tertidur sambil merebahkan kepalanya di ranjang yang ditempatinya. Ia merasa bersalah. "Ra.""Mas! Kamu sudah sadar? Ada yang sakit? Tunggu! Biar Aira panggilkan dokter dulu." Aira terkesiap melihat Xabiru yang telah sadarkan diri. Aira bangkit dari duduknya dan tampak kebingungan. Namun ia akhirnya ingat harus memanggil dokter segera. Xabiru tersenyum tipis seraya menggelengkan kepala. Meno

  • Bukan Babysitter Biasa   Penyesalan Aira

    Pantas saja perasaan Aira tak enak sejak kepergian suaminya. Ia merasa ada sesuatu yang mengganjal, tapi tak tahu apa itu, ternyata Mas Xabiru. Suaminya itu mengalami kecelakaan. Bergegas Aira menyiapkan diri untuk pergi ke rumah sakit. Ia berganti pakaian dulu, baru setelah itu mengambil beberapa baju buat suaminya. Ia tak tahu seberapa parah keadaan Xabiru, tapi pasti akan membutuhkan beberapa lembar pakaian ganti untuk berada di sana. Ia berharap, suaminya tidak apa-apa. Hanya luka ringan saja. Aira masuk ke dalam kamar putrinya, Jingga. Memeriksa keadaan putrinya itu sebelum ditinggal pergi. Nanti ada Bi Siti yang akan menemani Jingga sementara ia pergi ke rumah sakit. Jingga tertidur pulas. Rasanya enggan kalau membangunkan anaknya itu apalagi memberitahukan keadaan ayahnya. Memang lebih baik, Jingga tak perlu tahu dulu dan tetap berada di rumah. Hampir setengah jam Aira menunggu, baru Mang Diman dan Bi Siti tiba di rumahnya. Bergegas Aira menghampiri dengan setengah ber

  • Bukan Babysitter Biasa   Kecelakaan

    "Nikahi aku, Mas. Jadi kedua pun tak masalah asal bisa bersamamu." Jasmin tampak pasrah. Apa pun akan dilakukannya meskipun harus tersakiti. Xabiru menghela napasnya. Terasa berat memenuhi keinginan wanita di sampingnya ini. "Aku tak bisa, Jas. Aku sudah membuat keputusan untuk menjalankan pernikahanku bersama Aira. Apalagi sekarang dia sedang mengandung anakku."Brug! Xabiru tersentak kaget mendapati serangan tak terduga. Jasmin memukulkan bantal sofa ke arahnya. Wanita itu kesal karena Xabiru tak bisa menepati janjinya. Katanya dulu tidak akan tergoda atau meniduri istrinya, tapi sekarang, wanita itu malah hamil juga. "Dasar lelaki! Omongannya tidak bisa dipercaya!""Ya, memang laki-laki itu egois. Seperti yang dulu kulakukan padamu. Aku tahu kamu menyukaiku, Jas. Namun sayangnya aku lebih menyukai kakakmu."Jasmin mendelik tak suka. Kembali bantal di tangannya, dihantamkan ke tubuh Xabiru. "Sudah, Jas. Hentikan!" Xabiru meminta Jasmin berhenti, karena rasanya tak enak dipuku

  • Bukan Babysitter Biasa   Dibohongi, dipaksa Menikahinya

    Xabiru akhirnya pergi. Terpaksa karena ia pikir ini adalah kesempatan terakhirnya bertemu Jasmin. Ia ingin memperbaiki semuanya. Ingin juga mengakhiri dengan benar hubungan mereka yang sempat terjalin meskipun ia telah menikah. Ia ingin membatalkan janjinya untuk menikahi wanita tersebut. meski terdengar egois, tapi itu adalah jalan terbaik. Daripada tetap bersama dengan perasaan yang telah berubah. Bagaimanapun juga Xabiru sadar ia telah mencintai Aira, bukan Jasmin. Bahkan nama wanita tersebut sulit untuk ia masukkan ke dalam hatinya. ***Xabiru sekarang sudah berada di depan pintu unit apartemen Jasmin. Ia menunggu dibukakan pintu oleh wanita tersebut. "Masuk, Mas." Pintu tiba-tiba terbuka dengan sendirinya tanpa terlihat sosok Jasmin di depan pintu. Hanya suaranya yang terdengar mempersilakan masuk. Xabiru sedikit heran tapi dia tetap masuk ke dalam. Baru berjalan beberapa langkah, Tiba-tiba dia tersentak kaget mendengar pintu apartemen tertutup. Ia berbalik dan melihat Jasmi

  • Bukan Babysitter Biasa   Terpaksa Menemui Seseorang

    Xabiru tertegun membaca pesan yang baru saja dikirim Jasmin. Dia baru tahu kalau Jasmin ingin pergi keluar negeri, tapi dalam rangka apa? Setahu Xabiru, tidak ada kunjungan ke luar negeri dari kantor dan kalaupun urusan pribadi, kenapa terkesan mendadak? "Mas.""Mas Xabiru." "Mas ....""Ya, a--apa?" jawab Xabiru tergagap baru tersadar karena panggilan Aira. Ia sedang memikirkan Jasmin. "Mas kenapa? Dari tadi kupanggil nggak jawab. Mas kayak mikirin sesuatu." Aira heran dan mulai berpikir negatif kalau suaminya tersebut tidak begitu senang dengan kehamilannya ini. Xabiru seperti banyak pikiran. Banyak termenung sedari tadi diperhatikannya. Wanita itu ingat kalau Xabiru berharap pernikahan mereka hanya berumur setahun dan akan segera berpisah secepatnya. apa itu pemicunya? apa suaminya kebingungan untuk mengakhiri semuanya setelah tahu ia hamil? "Tidak. Tidak apa," jawab Xabiru datar. Menambah kepiluan hati Aira. "Kalau begitu, habiskan makanan Mas, biar secepatnya kubereskan." Ai

  • Bukan Babysitter Biasa   Kabar Kepergian Jasmin

    Yusi menggeleng lemah. "Maaf, Bu, saya tidak tahu.""Hm … apa Ibu perlu sesuatu? Apa Ibu mau minum? Biar saya ambilkan." Dengan takut-takut Yusi menawarkannya. Ia merasa tak enak pada majikannya tersebut karena perintah untuk menahan Jasmin tak mampu dilakukannya. Jangankan untuk menahan, bertanya Jasmin mau kemana saja tak mampu keluar dari mulutnya. Ia sudah gemetaran saat melihat raut wajah tak bersahabat yang ditunjukkan Jasmin padanya saat keluar dari kamarnya. Bu Mita menggeleng. "Saya mau ke kamar saja." Wanita tersebut mengubah posisi rebahan menjadi duduk. Lalu kemudian beranjak bangun ingin menuju ke kamar. Bu Mita merasa perlu istirahat sebentar karena kepalanya sungguh terasa pusing. Entah tensinya naik mendengar kelakuan Jasmin atau kondisi badannya yang memang sejak kemarin sudah tidak sehat. "Baik, Bu."***"Tunggu, Bu! Jangan masuk!" Lola–sekretaris Xabiru melonjak terkejut dari tempat duduknya melihat Jasmin tiba-tiba berjalan menuju ruangan atasannya–Xabiru dengan

  • Bukan Babysitter Biasa   Amukan Jasmin

    "Aaargh!" Jasmin mengamuk kembali. Kamarnya seperti kapal pecah hingga kalau ada yang masuk ke dalamnya, harus hati-hati melangkah karena banyak serpihan kaca pecah berserakan di lantai. Yusi dan Anggi saling tatap kala mendengar suara keributan dari lantai atas rumah Bu Mita. "Non Jasmin kenapa lagi, Mbak Yus? Aku takut ke atas," ujar Anggi seraya menatap ke atas tangga yang menghubungkan lantai atas dan bawah. Dadanya berdegup kencang seiring terdengar suara benda-benda berbunyi tak enak di telinganya. Apalagi saat ini Bu Mita–majikannya lagi di luar, tidak ada di rumah. "Huuussst! Kalau nggak penting, nggak usah ke atas. Kamu nyari mati kalau pergi ke sana terus masuk ke kamarnya Non Jasmin. Itu sama saja seperti masuk ke kandang harimau. Seram," balas Yusi sambil bergidik ngeri membayangkannya. "Mbak enak sudah terbiasa karena sudah lama tinggal di sini. Lah, saya baru hitungan bulan sudah spot jantung saja tiap dengar suara prang-prang kedubrak dari kamar Non Jasmin." Anggi y

  • Bukan Babysitter Biasa   Rasa Bahagia Aira dan Kemarahan Jasmin

    "Aira, kamu baik-baik saja?" Bu Laila datang menghampiri menantunya dengan raut khawatir. Wanita paruh baya tersebut memeluk Aira dengan erat. "Nggak papa kok, Bu. Aira baik-baik saja." Senyum terulas di bibir pucat Aira setelah mengurai pelukan mertuanya. Dia senang diperhatikan mertuanya. "Nenek, kata Ayah, Bunda punya dede bayi, loh di perutnya. Jingga katanya bakal jadi kakak, Jingga senang dengarnya." Jingga berceloteh menghampiri Bu Laila sembari memeluknya. "Iya, Jingga bakal jadi kakak. Nanti harus sayang ya sama dedenya, nggak boleh marah atau bertengkar." Bu Laila menasihati seraya mencubit pelan pipi Jingga. Lalu mengusap pucuk kepalanya. Gadis kecil tersebut mengiakan dengan anggukkan kepala. Senyum lebar menghiasi wajahnya. Ia kesenangan. Tak sabar menunggu adiknya lahir. "Tapi Jingga jangan ganggu Bunda ya? Bunda lagi sakit.""Iya, Nek. Kata Ayah, Jingga nggak boleh minta ini minta itu sama Bunda. Harus ambil sendiri. Harus kerjakan sendiri. Jangan nyusahin Bunda,"

DMCA.com Protection Status