Matanya terus menatap ke depan, berharap dan semoga ada mobil yang dia hafal dengan baik plat nomornya sekarang. Dia akan mencari siapa pemilik mobil itu, segala cara akan dia lakukan untuk mengetahui keberadaan Cahaya. Namun hingga dia berkendara tiga puluh menit kemudian, tak ada lagi petunjuk yang didapatkan. Menepikan mobilnya, Kim mengusap wajahnya pelan. Jelas rasa yang dia pendam sekian lama semakin menyiksa saja. "Honey … kamu di mana?" Kim harus menelan lagi kekecewaannya, gadis yang diharapkan bisa ditemui dan mendengar semua penjelasan nya, ternyata sangat sulit untuk diraih. Padahal tadi kembali mereka berhadapan, dekat … sangat dekat. Hanya kaca yang memisahkan mereka, tapi lagi-lagi permainan takdir membuatnya mengusap dada. ***"Terima kasih, Oppa. Maaf saya sudah merepotkan." Cahaya kembali mengucapkan rasa terima kasihnya saat Choi akan pergi. "Never mind, Cahaya. Sudah tugas aku. Boleh aku minta nomor hp kamu? Jadi nanti aku bisa menanyakan tentang kondisi kamu.
"Kamu baik-baik saja, Sayang?" Cahaya tersenyum saat Raja menghubunginya saat jam istirahat, badannya sudah semakin nyaman setelah tidur, dan tepat selesai dia menikmati burger yang tadi dibelikan Choi, suaminya itu menghubunginya. "Iya, Sayang, aku baik-baik saja. Jangan khawatir. Maaf kalau kemarin Sudah membuatmu khawatir," ujar Cahaya mengakui kesalahannya. Raja tersenyum penuh kelegaan, kekhawatiran sejak semalam hingga tadi sebelum dia melihat Cahaya, menguap begitu saja begitu senyuman manis istrinya tercinta, tersaji di depan mata. "Syukurlah, aku senang mendengarnya. Apa kamu sudah makan? Dokter bilang apa saja tadi? Apa Choi memperlakukanmu dengan baik?" tanya Raja beruntun. Sebenarnya Raja cemas dengan seseorang yang ditunjuk perusahaan untuk mengurus kepentingan para karyawan dari Indonesia, ada ketakutan kalau kejadian empat tahun lalu akan kembali terulang, kisah cinta yang membuat dia limbung hingga enggan membuka hati pada gadis lain. Justru sekarang ini ketakuta
Salju pertama sudah turun semalam, hamparan putih dengan cantik menutup permukaan tanah sejauh mata memandang. Gigil yang semalam begitu menggigit tulang, sedikit menghangat dengan munculnya sang raja siang. Seperti mengulang waktu yang telah lewat, Cahaya, Adrian dan Andri memilih taman di dekat apartemen mereka, untuk menikmati lembutnya salju. Tak hanya mereka, banyak penghuni apartemen lain ikut serta. Seakan salju adalah hal yang baru untuk mereka juga. Menghalau dingin, Cahaya menggunakan dua lapis sweater juga jaket untuk melindungi tubuhnya. Dia tak ingin kehilangan kesempatan dengan Andri dan Adrian, untuk ikut serta membuat boneka salju. Ketiganya begitu menikmati hari libur, dengan bermain seperti anak kecil saja. Bahan tanpa ragu, mereka juga mendekati anak-anak kecil yang sedang membuat benteng, untuk bersembunyi dari lemparan bola salju temannya. Mobil itu mendekat, ini adalah gedung apartemen baru keempat yang dikunjungi pemiliknya, untuk mencari keberadaan seseorang
"Hyong!" Andri mematung melihat seseorang yang pernah dikenalnya dengan baik, seseorang yang membuat sahabat dari istrinya, menunggu tanpa pernah mendapat kepastian tentang akhir cinta mereka. Dia melihat pada Cahaya yang kini berjongkok dengan membelakangi Kim, yang semakin pelan berjalan. Apa yang akan Cahaya lakukan saat dia melihat lelaki itu? Sedang untuk mencegah pertemuan sepasang kekasih di masa lalu itu pun rasanya sudah terlambat, Kim pasti sudah bisa menebak kalau salah satu dari mereka adalah cahaya. Ah, apa yang harus dilakukannya? Memberitahu Cahaya atau justru menyembunyikan gadis itu dari pertemuan yang tak terduga? Adrian!"Yan! Tolong berdiri!" Andri memanggil Adrian yang langsung mendongak begitu namanya dipanggil. Dengan isyarat mata, Andri melirik pada Kim yang semakin mendekat dengan senyuman di bibirnya, jelas sekali kalau lelaki itu tengah merasa bahagia yang sangat. Mengikuti arah pandang Andri, Adrian sontak berdiri begitu melihat Kim berjarak semakin
Adrian menatap Kim penuh kebencian. Apalagi imbas dari kelakuan lelaki itu, membuat pihak keamanan apartemen menghampiri mereka, dan meminta mereka untuk berbicara baik-baik di unit apartemennya. Tentu saja Adrian tidak bisa menghalangi lagi, karena Kim bisa mengatakan apa saja pada petugas itu tanpa dia pahami apa maksudnya. Si*lan!Mereka memang tidak meninggalkan Cahaya, apalagi Andri yang terus Cahaya peluk tangannya meminta perlindungan, seolah berada dekat Kim adalah satu ancaman, yang harus segera dia hindarkan. Kim sudah pasrah melihat tingkah Cahaya yang seakan merasa terancam oleh kehadirannya. Hanya saja Kim kembali ragu dengan pikirannya sendiri, kalau memang Cahaya ada hubungan spesial dengan Adrian, kenapa pada Andri dia meminta perlindungan? Atau memang sebenarnya dengan Andri-lah Cahaya ada hubungan? 'Terserah! Dengan siapapun Cahaya mempunyai hubungan dengan salah satu lelaki itu, keduanya bukanlah ancaman untuknya. Dia akan berusaha meyakinkan Cahaya gara bisa kem
"Aku juga tak mengerti kenapa Su Ni menginginkan nama itu untuk anak kami, hingga semuanya terjawab saat aku membaca curahan hatinya dalam buku, setelah sekian bulan dia pergi, ternyata … malam itu, di mana Su Ni memperdaya, tanpa sadar aku menyebut namamu, Honey … namamu! Dari sana Su Ni tahu, kalau itu yang menyebabkan aku tidak bisa membuka hati untuknya. Karena kamu."Kim menatap Cahaya yang kini memandangnya tak percaya, deraian air mata dari mata indah pemilik hatinya, turut menjadi saksi kalau Cahaya pun terluka mendengar cerita jalan hidupnya. "Kembali aku jalani hidup dengan hanya fokus mengurus A Ya, bahkan semua impian yang tersisa pun sudah kuhapus habis, aku sudah tidak ingin merangkai masa depanku sendiri. Untuk sekedar memimpikan kamu pun aku tak sanggup lagi, aku tahu kalau aku sudah terlalu jauh mengkhianati, walau semua jelas diluar kehendakku. Hingga entah bagaimana caranya, mama bisa meyakinkan appa dan memintaku pergi ke Indonesia untuk menjemputmu sebagai menant
Ada yang terangkat dari pundak Kim begitu semuanya sudah dia katakan pada Cahaya. Dia merasa lega, apalagi Cahaya setuju untuk kembali memulai hubungan mereka dengan dalih persahabatan. Bukankah semua memang dimulai dengan pertemanan dulu bukan? Setelahnya, dia bisa kembali perlahan tapi pasti membuat Cahaya kembali mencintainya, dan memutuskan hubungannya dengan kekasihnya. Ah, Adrian bukan kekasih Cahaya? Iya, Kim yakin itu, karena tadi hanya Andri yang terus menempel Cahaya tak menjauh sama sekali. Dia juga bisa melihat sorot mata Adrian padanya, tidak segarang di awal saat sebelum lelaki itu mendengar semua penjelasannya, Adrian terlihat sedikit bersimpati padanya. Biarlah dia dianggap menjual kisah sedih hidupnya, hanya untuk meraih perhatian juga simpati dari ketiga orang itu. Setidaknya dia tidak berbohong bukan? Semua itu memang terjadi padanya, walau kini seakan dijadikan senjata olehnya untuk mencapai satu tujuan, memiliki Cahaya kembali. Untuk selanjutnya, Kim harus mem
Cahaya masih berada di unit apartemen Adrian, setelah Kim undur diri tadi, dia enggan kembali ke apartemennya di tengah hatinya yang dipenuhi perasaan gundah, imbas karena pertemuannya dengan Kim. Dia masih tak percaya, dengan semua yang terjadi pada hidup lelaki yang pernah begitu dicintainya. Disangka hidup lelaki itu penuh bahagia, tapi ternyata hanya kesedihan yang memeluk lelaki itu dalam penderitaan. Bahkan luka hati Kim sangat dalam, hingga kalau dia membayangkan hal itu terjadi padanya, entah apakah dia bisa bertahan atau justru mati perlahan. Namun semua sudah berlalu, cerita keduanya bahkan sudah jauh tertinggal di belakang, tak elok menoleh hanya sekedar untuk mengenang, yang ada nanti hanya hati yang menjadi gamang, dan perlahan mengikis kewarasan. Kim dengan takdir hidupnya, dia dengan Raja yang kini sudah resmi menjadi suaminya. Cahaya tentunya tidak ingin mengulang kesalahan dengan kembali menyakiti hati Raja, walau kisah hidup Kim begitu menderita, sudah tak mungkin