"Alhamdulillah sekarang Ayu Uda ngajar di sekolahnya Davin, Nyonya." Aldo terlihat bangga.Diana tersenyum mengangguk tipis. Sudah agak lama Diana tidak mengunjungi Ayu dan pergi dengan Ayu. Rasanya mendadak Diana merindukan masa-masa mereka bersama."Sampaikan salam saya sama Ayu ya. Bilang sama Ayu, saya kangen. Kalau boleh, saya juga ingin ajak Ayu dan Davin pergi, boleh?" "Tentu, saya akan tanyakan dulu sama istri saya, Nyonya." Aldo paham dengan perasaan Diana karena memang Ayu pernah tinggal bersama dengan Diana."Oke. Terimakasih ya, Al." Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Banyak hal yang Diana lewatkan termasuk makan dan menjemput Oesama pulang les."Astaga!" Pekik Diana memukul dahinya. "Anakku belum kujemput. Aduhhhh, kok bisa lupa sih." Segera Diana memeriksa ponselnya yang ternyata sengaja Diana mute karena sedang sibuk tadi dan benar saja, ada sekitar belasan panggilan tak terjawab dari guru les Oesama.Dengan cepat Diana menghubungi kembali guru les ana
"Kenapa aku harus memikirkan hal itu? Aku ini seorang perempuan, tidak berkewajiban untuk itu. Yang wajib itu kamu. Lagi pula, orang tua kita kan cukup kaya. Kenapa aku harus bekerja keras?" Benar ungkapan bahwa karena cinta, orang akan buta, tuli dan gila.Nathan menggeleng ragu mendengar jawaban Talia yang seharusnya tidak Talia katakan. Lagi pula, hidup mereka tidak selamanya mudah seperti itu.Jika tidak dari sekarang mereka berusaha mengejar cita-cita mereka, lalu kapan lagi? Akan sulit meraih cita-cita jika hidup mereka tidak terjamin seperti ini.Walau kesal, Nathan tetap menemani dan mengawasi Talia yang sedang berkencan (?) dengan gurunya itu di halaman belakang sekolah."Ckk, kalau Mama dan Papa tau ini, mereka pasti kecewa dan mengamuk." Gumam Nathan terus memantau dan mendengarkan obrolan ringan saudara perempuannya dengan gurunya itu yang Nathan rasa tidak pantas.Guru yang Nathan maksud bernama Andrian, guru olahraga mereka yang memang tampan dan muda. Namun tidak ada s
Drtttt... Drttt...Ponsel Diana berdering ketika Diana hendak menelpon Nyonya Kelly meminta untuk diantarkan makan siang. Segera Diana menjawab telepon tersebut dengan muka masam."Halo, Sayang. Ada apa? Kamu mau jemput Oesama?" Sebisa mungkin Diana bersikap berpura-pura baik dan lembut pada Michel untuk menghindari perkelahian."Kamu Uda makan?" Tanya Michel tanpa basa-basi."Belum, ini baru mau telepon Mama buat anterin makan siang. Kamu Uda?" "Belum. Aku jemput kamu sekarang. Kita makan bareng. Sekalian aku juga ada yang mau dibahas sama kamu. Kamu tolong tunggu di depan ya, aku dari depan aja." Suara Michel terdengar dingin, tidak seperti biasanya namun Diana mengerti akan hal itu."Oke,"Di halaman depan kantor, Diana berdiri dengan sikap sempurna menunggu Michel datang menjemputnya. Udara sedang sangat panas dan juga berpolusi untuk ukuran kota Jakarta yang padat penduduk.Untung saja tak lama kemudian Michel datang dan segera memberi Diana mode dengan klaksonnya. Biasanya Mich
Mendengar ucapan Michel, Diana rasanya menyesal telah mengalah. Tampaknya Diana berniat berubah pikiran. Tapi kemudian Diana teringat pada anak-anaknya. Diana tidak ingin anaknya merasakan penderitaannya yang sama seperti dirinya dulu."Oke, aku akan mencobanya. Bagaimana jika kamu tidak puas dengan aku?" "Coba saja dulu." Michel tersenyum puas melihat ekspresi wajah Diana yang seperti akan terbakar. Dengan menahan emosi, Diana mendorong jatuh tubuh Michel ke atas ranjang lalu menindihnya seperti yang biasa Michel lakukan padanya ketika mereka sedang bercinta.Diana berharap Michel tertidur, tapi sialnya semakin Michel bergairah, maka ia akan semakin segar dan bersemangat."Aku tidak akan mengampuni kamu kali ini. Lihat saja, Aku akan membuat kamu tidak bisa bergerak." Pikir Michel kotor tanpa diketahui oleh Diana.Diana memulai pemanasan dengan membelai leher Michel dengan bibirnya sesuai dengan permintaan Michel sedang Michel menikmati itu. Fantasi gila Michel menjadi semakin nyata
"Hah? Apa? 3 hari? Bu Dokter serius?" tanya Diana tak percaya. "Iya, Bu. Sepertinya ibu kelelahan, karena dari data pemeriksaan, ditemukan bahwa ibu kekurangan banyak sel darah merah.""Kapan saya bisa bergerak, Dok?" "Setelah Ibu sudah melakukan beberapa kali latihan berjalan, saya percaya ibu akan bisa kembali berjalan dan menggerakkan anggota tubuh ibu dengan normal. Ibu jangan khawatir, saya akan segera jadwalkan latihan berjalannya." "Butuh berapa kali latihan berjalan, Dok?" tanya Diana."Sekitar 4-6 kali pun saya rasa sudah cukup. Kita hanya perlu merangsang kembali sel-sel syaraf Ibu, agar semuanya bisa normal. Kebetulan sebentar lagi jam makan siang, nanti akan ada yang mengantar makanan serta vitamin Ibu, ya." ucap Dokter itu, kemudian pamit pergi. "Aku kenapa ya?" monolog Diana dalam hatinya. Diana pun mengingat-ingat kembali mengenai apa yang terjadi padanya. Serpihan-serpihan ingatan itu kembali muncul di kepalanya. Air mata Diana meluruh, sebab kekasaran suaminya mas
"Kan Oesama udah bilang, lakuin aja kayak yang Mama mau, tapi kalau Oesama bikin masalah, jangan salahin Oesama." "Ya, nanti Nathan bilang ke Mama Diana." ucap Nathan. Nathan pun keluar dari kamar Oesama, ia tak cukup puas dengan jawaban Oesama, tapi itu sudah cukup baginya untuk melapor ke Mama Diana. Beberapa hari sudah berlalu setelah Nathan melaporkan bahwa Oesama sudah setuju untuk pindah ke sekolah asrama. Dan Diana pun menyetujuinya dengan Nathan dan Oesama akan tinggal sekamar dulu. Itu memang tak mungkin, tetapi apa yang tidak selama ia memiliki uang. Terhitung saat ini sudah kali ke-4 Diana melakukan terapi, sampai saat ini pun, Michel masih dingin pada Diana. Michel tak suka keputusan Diana yang mengambil keputusan sepihak. Namun, Michel hanya bisa diam, meskipun begitu, Michel tetap mengawasi Diana diam-diam. Sama dengan Michel, Diana pun diam saja saat Michel juga diam, hubungan mereka sangat dingin. Hal itupun membuat kerenggangan dalam hubungan Diana dengan anak-an
"Oesama, kamu nanti kalau ada apa-apa telepon Mama ya." Meskipun Diana melepas Oesama ke sekolah asrama, jujur masih banyak rasa khawatir di hatinya. Terlebih akhir-akhir ini, perhatian yang ia kasih ke Oesama pun tak banyak. Bisa terhitung jari Oesama manja padanya. "Ya, Ma." jawab Oesama seadanya. "Nathan, Mama titip Oesama ya, jagain dia, lapor ke mama kalau ada apa apa, inget ya." ucap Diana. "Iya, Ma." Bohong kalau Nathan tidak cemburu, nyatanya ia merasakan sekali perbedaan, saat Mama Diana menyuruh ia dan Talia bersekolah di sini, dan saat Mama Diana memasukan Oesama ke sekolah asrama ini. Oesama diperhatikan, tapi mereka hanya ala kadarnya. Jujur Nathan cemburu, tapi ia tak bisa protes, mengingat ia bukanlah anak kandung dari orang yang mengasuhnya sekarang. Untung saja Talia tak ada di sini. Jadi, gadis perempuan itu tak perlu ngambek hanya karena Oesama lebih diperhatikan. Beban Nathan rasanya bertambah, kini, selain m
"Saya nggak terima ya! Anak ibu sudah melukai anak saya!" ucap seorang Ibu yang anaknya menjadi korban. Sementara menurut Diana, anaknya lah yang menjadi korban pertengkaran tersebut."Nathan, kamu ngapain anaknya emang? Terus kok kamu mukul sih?" tanya Diana pada Nathan. "Alah, emang anaknya aja kurang pendidikan itu, kurang belajar adab, mungkin orang tuanya juga nggak bener." ucap Ibu itu. "Bu, diem dulu deh, saya kan lagi ngomong sama anak saya. Apa jangan-jangan yang ga punya adab itu ibu, ya? Duh, takut deh, Bu." kekeh Diana. Ibu-ibu di depannya ini menyebalkan sekali. "Tadi dia ngeledek Oesama, kalau Oesama pakai jalur orang dalam, dan Oesama juga nyogok supaya bisa sekamar sama Nathan. Terus Nathan ga terima, dan akhirnya Nathan pukul, maaf Ma, Nathan khilaf." ucap maaf Nathan tak digubris. "Nah, berarti pemicunya anak Ibu, nggak salah dong kalau kena tonjok anak saya." santai Diana. Ibu-ibu di depannya mendengus sebal.
"Mama akan coba wujudkan." ucap Diana setelah beberapa saat menimang jawaban yang paling benar. Sementara itu, Michel masuk ke dalam kamar dengan membawa banyak makanan. Terutama makanan-makanan yang Nathan, Oesama, dan Talia sukai. Tak lupa juga makanan kesukaan Diana. "Papa pulang." ucapnya. "Papa habis darimana?" tanya Oesama. "Papa habis dari pengadilan, papa habis menghadiri sidang. Kenapa, Oesama?" tanya Michel. "Gapapa sih, Pa, Oesama cuma nanya, soalnya tumben papa selarut ini baru kembali." ucap Oesama. Oesama, Nathan, Talia, Diana, dan Michel kembali mengobrol, hingga hari semakin larut malam. Kemudian saat Oesama tertangkap menguap beberapa kali, Diana menyuruh mereka kembali ke kamar masing-masing untuk segera beristirahat. Sementara itu, Diana memegang tangan Michel. Diana akan mengutarakan kembali keinginan Nathan pada suaminya itu, Michel. Sekaligus, Diana ingin melihat, apakah Michel mendukung keputusannya atau tidak. "Kenapa, Diana?" tanya Michel. "Sini, aku
Michel akan menghadiri persidangan untuk menjebloskan pelaku kejahatan kecelakaan yang direncanakan itu. Michel sudah bersiap dengan kemeja hitam polos yang ia kenakan. Michel pun tak mengajak Diana, sebab Diana masih harus banyak beristirahat. Michel pun berpamitan dan pergi menuju persidangan dengan menggunakan mobil. Diana pun melepas kepergian Michel begitu saja. Meskipun sih, Diana ingin tahu apa yang Michel lakukan di sana, siapa pelakunya, dan akhir dari persidangan. Namun, dengan kondisi yang tak memungkinkan, Diana pun tak mungkin memaksa. Namun, karena Diana pun tak ingin bosan, Diana meminta Nathan, Talia, dan Oesama pulang, karena kebetulan ini hari jumat, dsn sudah jam pulang sekolah, jadi sudah pasti diperbolehkan dari pihak asrama. "Oh iya, nanti kamu pulang jam berapa kira-kira Michel?" tanya Diana. "Seselesainya, mungkin sih malem ya, kenapa?" tanya Michel. "Kan nanti ada Nathan, Talia, dan Oesama, tolong kamu beliin makanan-makanan kesukaan mereka ya, biar merek
"Foto-foto apa ini?" Tanya Michel melihat sebuah lembaran foto.Sebab, apa yang Michel lihat sekarang adalah foto Andrian dan Talia yang sedang berpeluk mesra. Michel sangat ingin marah melihat hal ini, tetapi Michel tak bisa berbuat apapun lagi. Namun, Michel pun sudah mengetahui kebenaran mengenai anaknya itu. Michel tak ingin mengungkit-ungkit lagi yang malah membuat keluarganya berantakan. Michel menghembuskan napas sebanyak-banyaknya. Ia harus mengatur emosi dengan benar. Michel tak ingin emosi yang ia keluarkan malah membuat dirinya ceroboh. Michel harus pintar-pintar, ia tak boleh mengulangi kesalahan yang sama dalam kurun waktu yang berdekatan, bahkan berjauhan saja tak boleh.Muka Michel terlihat semakin kusut, terlebih dengan masalah-masalah yang dihadapinya akhir-akhir ini. Michel tak ingin, tapi ia harus melakukan. Michel tak mau, tapi ia harus mau. Michel pun kembali terngiang-ngiang dengan ucapan Aldo yang menyatakan ia tak memiliki hubungan apa-apa dengan Diana. Namu
"Kamu bisa bantu aku, kan?" tanya Michel lagi. "Bisa kok bisa. Kamu mau minta bantuan apalagi, Michel?" tanya Ferdi. Ya, setelah Michel pergi dari rumah sakit, Michel menuju kediaman Ferdi. Michel merasa membutuhkan Ferdi kembali untuk masalahnya kali ini. Karena diapun sedang banyak yang dipikirkan. "Mau minta tolong selidiki mengenai istriku, kamu bisa untuk selidiki ga? Atau kamu punya kenalan ga?" tanya Michel."Aku ada kenalan sih, nanti aku kontak ya. Kamu butuh apa?" tanya Ferdi. "Paling rekaman CCTV di kantor Diana aja, soalnya aku curiga mereka selingkuh, dan aku butuh pembuktian yang menjelaskan mereka ga selingkuh. Gimana, kamu bisa kan?" tanya Michel. "Bisa, kok. Nanti, ya. Aku susun jadi satu file dulu." ujar Ferdi. "Kamu bisa kirim kapan?" tanya Michel. "Sore ini, atau mungkin besok pagi." ujar Ferdi. Michel mengangguk-angguk mengerti, saat di waktu yang bersamaan ponselnya berdering. Michel pun izin mengangkat telepon tersebut. Dan ternyata telepon itu berasal da
Setelah suster tersebut pergi, wajah Michel tampak lebih ceria daripada sebelumnya. Michel tampak berbinar seri. Sementara Aldo murung. "Bahkan suster saja membelaku, harusnya kamu tahu mana yang salah mana yang benar. Selingkuhan aja kok belagu." ucap Michel. "Selingkuhan? Coba kamu ngomong sekali lagi? Berani nggak kamu?" tanya Aldo balik. "Berani. Aldo, si pebinor. Suka kok sama istri orang, ga laku ya?" tuding Michel menyebalkan. "Mohon maaf Pak, tapi saya masuk perusahaan saja, semuanya langsung menatap saya kagum. Bahkan para perempuan rela mengantre berjam-jam hanya demi ketemu saya. Bapak nggak tahu ya? Atau nggak pernah ngerasain?" ucap Aldo balik yang malah membuat Michel kesal. "Oh, gitu ya. Tapi kamu nggak mau sama mereka, pasti cabe-cabean ya?" ujar Michel lagi. "Iya lah, makanya aku gamau." sementara Michel hanya tertawa terbahak-bahak. "Maksudnya, nggak ada yang lebih baik daripada cabe-cabean untuk menyukaimu? Kok murahan banget sih." ucap Michel tergelak. "Bos
"Apa? Jadi anak saya melakukan hal seperti itu?" tanya salah seorang orang tua. "Iya, Pak, benar. Maka dari itu, kami pihak sekolah memilih untuk memulangkan siswa ini untuk introspeksi diri di rumah. Meskipun resikonya adalah jadi tertinggal pelajaran." ucap Bu Linda. Setelahnya mereka pun membawa anak mereka pulang ke rumahnya masing-masing. Dan Ibu Linda selaku Ibu Asrama ini merasa sangat bersyukur, karena Nathan dan Oesama benar-benar menyelesaikan masalahnya. Bukan hanya janji atau perkataan manis yang tak membuahkan hasil, tapi ternyata ada wujud nyata dari mereka, hal ini menambahkan penilaian Ibu Linda terhadap mereka. Selain baik hati, ternyata mereka juga tanggung jawab. "Terima kasih ya, Nathan, Oesama. Berkat kalian, ibu sudah tidak sepusing sebelumnya. Semoga kalian bisa bertanggung jawab atas diri kalian juga." ucap Ibu Linda. "Iya, Bu. Tapi inipun bukan sepenuhnya kita berdua, kita dibantu Talia untuk mencari buk
"Duh, jadi kalian maunya gimana?" tanya Talia. "Pengennya ya semua masalah kami selesai." ucap Nathan dan Oesama berbarengan. Jawaban yang sangat lucu, memangnya siapa, sih, yang ingin memiliki masalah. Aduh, ada-ada saja. Talia menarik napas sepanjang mungkin, untuk hari ini, dia sepertinya harus lebih sabar menghadapi kedua kakak adik tersebut. Sebab mereka terlihat sangat menyebalkan hari ini. Talia mencoba diam sejenak, dia mencoba merangkai semua cerita dan pecahan kejadian menjadi satu. Talia sejujurnya tak paham, sih. Tapi dilihat-lihat, dari semua yang terjadi, hal itu masih tersangkut paut satu sama lainnya, aduh, ya iyalah, kan masih satu permasalahan. "Tebakan aku sih, benar bahwa cowok di sebelah kamar asrama kalian. Tapi rasanya untuk menaruh itu saja, Talia rasa motifnya tak semudah itu. Mungkin dia ada dendam, apakah kalian ada melakukan sesuatu padanya dalam jangka waktu satu minggu terakhir?" tanya Talia. "Kami rasanya sih enggak. Kami nggak berbuat apa-apa. Itup
"Oh, pelakunya anak kamar sebelah." ucap Nathan berdecak. "Bukannya kamar sebelah kita itu cowok ya kak?" tanya Oesama mengingatkan kakaknya. "Iya, cowok, kenapa emangnya?" Awalnya Nathan tidak menyadarinya. "Oh, hah? Cowok?" tanya Nathan lagi setelah beberapa saat."Iya, kak, cowok, kakak ga curiga?" tanya Oesama. "Curiga sih. Masa dia yang pakai baju dalaman itu?" tanya Nathan kembali. "Bisa jadi itu punya cewek, tapi dia ga mau disalahkan?" tanya Nathan lagi, dia membuat spekulasi baru. "Tapi kak, bisa aja kalau itu dia emang punya hobi koleksi dalaman, gimana tuh, kak?" tanya Oesama menyanggah spekulasi Nathan."Bisa aja, tapi itu kecil kemungkinannya kecil, sih. Kamu nggak berpikir kalau orang di sebelah kita malah punya cewek?""Bisa aja iya." ucap Oesama. "Tapi ceweknya siapa?" tanya Nathan. Rasanya cowok di sebelah kamar asramanya, tak pernah membawa cewek ataupun seseorang yang terlihat dekat dengannya. "Ya nggak ada yang tau. Kamar di sebelah kita kan sering kosong,
Setelah mengetahui bahwa kondisi Diana saat ini dinyatakan koma, Talia, Nathan, dan Oesama pun kembali masuk sekolah, karena mereka sudah tertinggal banyak pelajaran, dan sebentar lagi akan melaksanakan ujian tengah semester. Meskipun Talia ingin sekali menemani Diana, berbagai pertimbangan dan izin dari Michel juga pihak sekolah, tidaklah Talia dapatkan. Maka dari itu, Talia mencoba untuk mengerti dan mengalah. Kemarin malam, Michel sudah mengantarkan Talia, Nathan, dan Oesama untuk kembali ke sekolah. Mereka pun sudah melakukan aktivitas seperti biasanya, hanya saja, Michel memilih mengambil cuti beberapa hari. Michel ingin menyelidiki terkait kecelakaan yang menimpa istrinya, dan Aldo, atau tepatnya, selingkuhan Diana? Michel pun meminta bantuan dari teman lamanya, Ferdi untuk menyabotase CCTV di area tersebut. Karena jika menunggu pihak supermarket terdekat untuk memberikannya, itu akan memakan waktu yang lebih lama lagi. Michel tau ini ilegal, tapi Michel pun tak tau, jika buka