"Maaf, kamu tau resikonya jika kamu menghirup cairan ini, Ayu? Ini dapat meracuni janin kamu. Jika kamu tidak mau bayi kamu bermasalah, maka ikuti perintah saya. Duduk di sana," jawab tegas Sang Profesor kepada Ayu.Dengan sangat terpaksa Ayu menuruti perintah dosennya tersebut dan duduk di kursi yang terletak di sudut ruangan seraya menonton apa yang teman-temannya lakukan.Ini pilihan Ayu untuk mengandung anak Aldo dan juga mengikuti kuliah. Ayu tidak boleh menyesali hal ini karena ini adalah resiko dari keputusan yang Ayu ambil.Dengan wajah kesal Ayu mendengar penjelasan dosennya seraya mencatatnya, "Jika aku selesai melahirkan nanti, aku akan mengikuti semua praktik." Pikir Ayu lagi.4 bulan kemudian.Kondisi fisik Ayu kian berubah. Perut Ayu tampak membesar dan semua orang jadi tahu kalau Ayu sedang hamil. Bukan hanya perut, tapi seluruh tubuh Ayu juga tampak membengkak. Ayu mulai kesulitan berjalan.Saat ini usia kandungan Ayu menginjak 7 bulan dan Ayu sudah harus bolos dari ka
Setelah nama anak Aldo dan Ayu diumumkan, Rianti segera membuka acara penyambutan kepulangan Ayu dan cucunya dibantu oleh Diana.Diana tidak pernah menyangka bahwa secepat ini Ayu sudah memiliki buah hati sama seperti dirinya. Namun yang pasti, Diana sangat senang namun juga khawatir Pasalnya usia Ayu masih tergolong muda.Diana khawatir, Ayu belum sepenuhnya siap hidup sebagai seorang ibu."Bu, bagaimana jika kita carikan Ayu orang yang bisa membantunya di rumah?" Diana memulai obrolan dengan Rianti yang tampak sibuk menata kamar Ayu dan Aldo.Rianti terdiam tertegun beberapa saat lalu kemudian menoleh ke arah Diana yang duduk di bibir ranjang Aldo dan Ayu."Kenapa Nyonya berpikir begitu? Apakah Nyonya ragu dengan saya? Saya rasa, saya bisa membantu Ayu." Rianti tampaknya tidak memahami apa yang Diana pikirkan."Jangan salah paham, Bu. Maksud saya, agar Ibu dan Ayu tidak terlalu lelah, alangkah lebih baik kalau kita mencari orang yang bisa membantu di rumah. Mengurus seorang bayi jau
Diana, Michel, Nathan dan Talia menuju ke rumah Aldo. Namun sebelum itu, mereka akan menunggu Doni di sebuah tempat."Dasar anak itu, membuatku kesal saja. Bukannya berkunjung ke rumah Aldo, dia malah sibuk mengejar sesuatu yang tak pasti," omel Diana menunggu Doni muncul."Apakah menurutmu aku harus menelponnya, Sayang?" Michel yang tidak tahan dengan omelan Diana berinisiatif untuk menghubungi Doni."Tidak perlu." Tolak Diana dengan wajah kesalnya. Untungnya Doni datang tidak dengan tangan kosong, atau Diana pasti akan mengamuk. Tanpa banyak bicara, Diana menyuruh Doni mengikuti mereka dan segera parkir.Dari raut wajah Diana, Doni sudah tau kalau Diana pasti marah padanya dan oleh sebab itu, Doni tidak boleh menyulut kakaknya lagi."Maaf Kak, aku terlambat. Soalnya tadi aku..." Belum lagi Doni selesai menjelaskan posisinya, Diana sudah berjalan meninggalkannya diikuti oleh Nathan dan Talia yang sudah terlihat lebih tinggi dari sebelumnya.Di dalam rumah Aldo."Kak Ayuuuuuu," sapa N
"Dokter Kania, ada tamu untuk dokter." Seorang petugas resepsionis mengabarkan Kania."Siapa, Sus?" Kania meletakkan kembali ponselnya yang tadinya hendak ia gunakan untuk menghubungi Doni."Namanya Pak Gavin, katanya beliau teman dokter."" Gavin? Baik, tolong bawa masuk, Sus." Kania mengingat-ingat nama yang baru saja didengarnya itu. Rasanya Kania tidak mempunyai teman yang bernama Gavin dan itu membuat Kania penasaran.Kania duduk di kursinya seperti biasa sembari menunggu Gavin. Begitu pintu ruangannya kembali terbuka, Kania segera bangkit untuk menyambut seseorang tamu tersebut."Hai, Dok." Sapa pria itu sedang Kania menyerngitkan dahinya bingung pasalnya Kania tidak mengenal pria itu."Ya, dengan siapa ya? Saya rasa, saya belum mengenal anda. Tapi kata perawat tadi, anda mengenal saya?" "Oh ya, saya minta maaf telah membuat Dokter Kania bingung. Sejujurnya, saya mengenal dokter dari salah satu teman saya yang juga bekerja di rumah sakit ini. Langsung saja, saya seorang dosen d
Skip Add....12 Tahun kemudian.Saat ini usia Nathan dan Talia menginjak 17 tahun dan saat ini mereka duduk di bangku kelas 11. Entah moment apa saja yang telah mereka jalani dan lalui tapi sikap kedua anak ini kian berubah menjadi lebih angkuh dan juga dingin hingga hal ini membuat Diana khawatir dan meminta Michel untuk menjemput kedua anak tersebut.Dalam sebulan ini, Diana dan Michel mendapat banyak laporan mengenai Nathan dan Talia. Hal baiknya, kedua anak ini selalu memegang peringkat juara umum tiap semesternya. Hal kurang baiknya adalah sikap kedua anak ini yang selalu bermusuhan dengan teman-teman mereka.Bukan hanya itu, namun Nathan dan Talia juga sering tertangkap sedang bertengkar. Seperti yang diduga, Nathan adalah orang yang selalu mengalah.Semua orang penasaran dengan apa yang terjadi dengan mereka. Mereka adalah anak yang baik, manis dan juga pintar. Namun belakangan ini, sikap mereka berubah drastis.Diana ingin tau apa yang terjadi pada kedua anaknya dan Diana haru
Nathan dan Talia sudah berdiri menunggu kedatangan Diana dan Michel di depan gerbang asrama mereka bersama dengan guru pendamping mereka. Dan ketika mobil Michel tiba, tanpa basa-basi Talia langsung saja membuka pintu kursi penumpang dan masuk.Sedang Nathan, Nathan memilih menunggu orang tuanya keluar dari dalam mobil untuk berpamitan dengan guru mereka. Jujur saja, Nathan tidak ingin dibenci oleh orang tuanya yang Nathan tau bukanlah orang tua kandungnya."Pa, Ma...." Sapa Nathan tersenyum ke arah Diana dan Michel yang kemudian memaksakan senyum mereka."Iya, Sayang. Pamitan sama Bu Linda, lalu masuk ke dalam mobil. Mama mau bicara sama Bu Linda. Oke?" Diana menyuruh Nathan masuk ke dalam mobil untuk menemani Talia."Oke, Ma." Nathan berusaha semaksimal mungkin untuk bersikap baik.Setelah Nathan dan Talia berada di dalam mobil, Diana sedikit mengobrol dengan guru pendamping mereka di asrama. Dari raut wajah Diana, terlihat jelas bahwa Diana merasa khawatir.Di dalam mobil, Talia te
"Talia juga tau soal Nathan. Mungkin dia juga sudah tau kalau dia bukan anak kandung kalian." Talia menatap kosong Nathan dan kemudian berlalu keluar dari kamarnya. Namun, sebelum ada yang mengejarnya, Talia berhenti sejenak dan menoleh, "Jangan ada yang mengikuti aku." Diana semakin menangisi dirinya sendiri sedang Michel menatap sedih punggung Talia yang mulai menjauh lalu netra Michel terperangkap dengan Nathan yang tampak kecewa.Tidak ingin terlihat menyedihkan, Nathan juga akhirnya memutuskan untuk pergi ke kamarnya dan menguncinya."Ini salahku, tapi lebih banyak salahmu, Michel." Rasanya Diana tidak dapat menerima kejadian kacau ini dan memilih untuk menyalahkan Michel.Sama seperti Talia dan Nathan, Diana akhirnya bangkit dan kemudian pergi dengan sengaja menabrak tubuh Michel.Hanya tersisa Michel dengan segala kepusingannya. "Sial!" umpatnya menendang angin.Michel harus mendatangi Diana lebih dulu untuk mencari jalan keluar bersama. Namun Diana terlihat tidak dapat diaja
Brakk!Michel membuka kasar pintu kamar Talia hingga Talia yang sedang duduk meringkuk di atas ranjangnya pun tersentak kaget namun juga takut pasalnya ini adalah kali pertama Michel marah kepadanya sampai seperti ini."Kenapa kamu harus sampai memukul saudaramu sendiri? Apa yang terjadi?" Michel melangkah masuk dengan langkah jenjang ke arah Talia yang kini terlihat ketakutan."Apa Papa dan Mama pernah mengajarkan kamu untuk memukul atau menyakiti orang lain? Hah?! Jawab Papa!" Bentak Michel berapi-api.Tubuh Talia bergetar hebat dan bibirnya seakan terkunci. Air matanya menetes deras membuat tanda di sekitar pipinya. Talia tidak sanggup untuk menjawab lagi kali ini."Kamu gak mau jawab Papa? Tatap mata Papa, Talia!" Bentaknya lagi dan kali ini suara itu berhasil membuat Talia menciut ketakutan sampai Diana datang dengan setengah berlari."Sudah, keluar. Biar aku yang bicara dengannya." Diana dengan sigap memeluk Talia dan mengusir Michel begitu melihat putrinya ketakutan hingga geme
"Mama akan coba wujudkan." ucap Diana setelah beberapa saat menimang jawaban yang paling benar. Sementara itu, Michel masuk ke dalam kamar dengan membawa banyak makanan. Terutama makanan-makanan yang Nathan, Oesama, dan Talia sukai. Tak lupa juga makanan kesukaan Diana. "Papa pulang." ucapnya. "Papa habis darimana?" tanya Oesama. "Papa habis dari pengadilan, papa habis menghadiri sidang. Kenapa, Oesama?" tanya Michel. "Gapapa sih, Pa, Oesama cuma nanya, soalnya tumben papa selarut ini baru kembali." ucap Oesama. Oesama, Nathan, Talia, Diana, dan Michel kembali mengobrol, hingga hari semakin larut malam. Kemudian saat Oesama tertangkap menguap beberapa kali, Diana menyuruh mereka kembali ke kamar masing-masing untuk segera beristirahat. Sementara itu, Diana memegang tangan Michel. Diana akan mengutarakan kembali keinginan Nathan pada suaminya itu, Michel. Sekaligus, Diana ingin melihat, apakah Michel mendukung keputusannya atau tidak. "Kenapa, Diana?" tanya Michel. "Sini, aku
Michel akan menghadiri persidangan untuk menjebloskan pelaku kejahatan kecelakaan yang direncanakan itu. Michel sudah bersiap dengan kemeja hitam polos yang ia kenakan. Michel pun tak mengajak Diana, sebab Diana masih harus banyak beristirahat. Michel pun berpamitan dan pergi menuju persidangan dengan menggunakan mobil. Diana pun melepas kepergian Michel begitu saja. Meskipun sih, Diana ingin tahu apa yang Michel lakukan di sana, siapa pelakunya, dan akhir dari persidangan. Namun, dengan kondisi yang tak memungkinkan, Diana pun tak mungkin memaksa. Namun, karena Diana pun tak ingin bosan, Diana meminta Nathan, Talia, dan Oesama pulang, karena kebetulan ini hari jumat, dsn sudah jam pulang sekolah, jadi sudah pasti diperbolehkan dari pihak asrama. "Oh iya, nanti kamu pulang jam berapa kira-kira Michel?" tanya Diana. "Seselesainya, mungkin sih malem ya, kenapa?" tanya Michel. "Kan nanti ada Nathan, Talia, dan Oesama, tolong kamu beliin makanan-makanan kesukaan mereka ya, biar merek
"Foto-foto apa ini?" Tanya Michel melihat sebuah lembaran foto.Sebab, apa yang Michel lihat sekarang adalah foto Andrian dan Talia yang sedang berpeluk mesra. Michel sangat ingin marah melihat hal ini, tetapi Michel tak bisa berbuat apapun lagi. Namun, Michel pun sudah mengetahui kebenaran mengenai anaknya itu. Michel tak ingin mengungkit-ungkit lagi yang malah membuat keluarganya berantakan. Michel menghembuskan napas sebanyak-banyaknya. Ia harus mengatur emosi dengan benar. Michel tak ingin emosi yang ia keluarkan malah membuat dirinya ceroboh. Michel harus pintar-pintar, ia tak boleh mengulangi kesalahan yang sama dalam kurun waktu yang berdekatan, bahkan berjauhan saja tak boleh.Muka Michel terlihat semakin kusut, terlebih dengan masalah-masalah yang dihadapinya akhir-akhir ini. Michel tak ingin, tapi ia harus melakukan. Michel tak mau, tapi ia harus mau. Michel pun kembali terngiang-ngiang dengan ucapan Aldo yang menyatakan ia tak memiliki hubungan apa-apa dengan Diana. Namu
"Kamu bisa bantu aku, kan?" tanya Michel lagi. "Bisa kok bisa. Kamu mau minta bantuan apalagi, Michel?" tanya Ferdi. Ya, setelah Michel pergi dari rumah sakit, Michel menuju kediaman Ferdi. Michel merasa membutuhkan Ferdi kembali untuk masalahnya kali ini. Karena diapun sedang banyak yang dipikirkan. "Mau minta tolong selidiki mengenai istriku, kamu bisa untuk selidiki ga? Atau kamu punya kenalan ga?" tanya Michel."Aku ada kenalan sih, nanti aku kontak ya. Kamu butuh apa?" tanya Ferdi. "Paling rekaman CCTV di kantor Diana aja, soalnya aku curiga mereka selingkuh, dan aku butuh pembuktian yang menjelaskan mereka ga selingkuh. Gimana, kamu bisa kan?" tanya Michel. "Bisa, kok. Nanti, ya. Aku susun jadi satu file dulu." ujar Ferdi. "Kamu bisa kirim kapan?" tanya Michel. "Sore ini, atau mungkin besok pagi." ujar Ferdi. Michel mengangguk-angguk mengerti, saat di waktu yang bersamaan ponselnya berdering. Michel pun izin mengangkat telepon tersebut. Dan ternyata telepon itu berasal da
Setelah suster tersebut pergi, wajah Michel tampak lebih ceria daripada sebelumnya. Michel tampak berbinar seri. Sementara Aldo murung. "Bahkan suster saja membelaku, harusnya kamu tahu mana yang salah mana yang benar. Selingkuhan aja kok belagu." ucap Michel. "Selingkuhan? Coba kamu ngomong sekali lagi? Berani nggak kamu?" tanya Aldo balik. "Berani. Aldo, si pebinor. Suka kok sama istri orang, ga laku ya?" tuding Michel menyebalkan. "Mohon maaf Pak, tapi saya masuk perusahaan saja, semuanya langsung menatap saya kagum. Bahkan para perempuan rela mengantre berjam-jam hanya demi ketemu saya. Bapak nggak tahu ya? Atau nggak pernah ngerasain?" ucap Aldo balik yang malah membuat Michel kesal. "Oh, gitu ya. Tapi kamu nggak mau sama mereka, pasti cabe-cabean ya?" ujar Michel lagi. "Iya lah, makanya aku gamau." sementara Michel hanya tertawa terbahak-bahak. "Maksudnya, nggak ada yang lebih baik daripada cabe-cabean untuk menyukaimu? Kok murahan banget sih." ucap Michel tergelak. "Bos
"Apa? Jadi anak saya melakukan hal seperti itu?" tanya salah seorang orang tua. "Iya, Pak, benar. Maka dari itu, kami pihak sekolah memilih untuk memulangkan siswa ini untuk introspeksi diri di rumah. Meskipun resikonya adalah jadi tertinggal pelajaran." ucap Bu Linda. Setelahnya mereka pun membawa anak mereka pulang ke rumahnya masing-masing. Dan Ibu Linda selaku Ibu Asrama ini merasa sangat bersyukur, karena Nathan dan Oesama benar-benar menyelesaikan masalahnya. Bukan hanya janji atau perkataan manis yang tak membuahkan hasil, tapi ternyata ada wujud nyata dari mereka, hal ini menambahkan penilaian Ibu Linda terhadap mereka. Selain baik hati, ternyata mereka juga tanggung jawab. "Terima kasih ya, Nathan, Oesama. Berkat kalian, ibu sudah tidak sepusing sebelumnya. Semoga kalian bisa bertanggung jawab atas diri kalian juga." ucap Ibu Linda. "Iya, Bu. Tapi inipun bukan sepenuhnya kita berdua, kita dibantu Talia untuk mencari buk
"Duh, jadi kalian maunya gimana?" tanya Talia. "Pengennya ya semua masalah kami selesai." ucap Nathan dan Oesama berbarengan. Jawaban yang sangat lucu, memangnya siapa, sih, yang ingin memiliki masalah. Aduh, ada-ada saja. Talia menarik napas sepanjang mungkin, untuk hari ini, dia sepertinya harus lebih sabar menghadapi kedua kakak adik tersebut. Sebab mereka terlihat sangat menyebalkan hari ini. Talia mencoba diam sejenak, dia mencoba merangkai semua cerita dan pecahan kejadian menjadi satu. Talia sejujurnya tak paham, sih. Tapi dilihat-lihat, dari semua yang terjadi, hal itu masih tersangkut paut satu sama lainnya, aduh, ya iyalah, kan masih satu permasalahan. "Tebakan aku sih, benar bahwa cowok di sebelah kamar asrama kalian. Tapi rasanya untuk menaruh itu saja, Talia rasa motifnya tak semudah itu. Mungkin dia ada dendam, apakah kalian ada melakukan sesuatu padanya dalam jangka waktu satu minggu terakhir?" tanya Talia. "Kami rasanya sih enggak. Kami nggak berbuat apa-apa. Itup
"Oh, pelakunya anak kamar sebelah." ucap Nathan berdecak. "Bukannya kamar sebelah kita itu cowok ya kak?" tanya Oesama mengingatkan kakaknya. "Iya, cowok, kenapa emangnya?" Awalnya Nathan tidak menyadarinya. "Oh, hah? Cowok?" tanya Nathan lagi setelah beberapa saat."Iya, kak, cowok, kakak ga curiga?" tanya Oesama. "Curiga sih. Masa dia yang pakai baju dalaman itu?" tanya Nathan kembali. "Bisa jadi itu punya cewek, tapi dia ga mau disalahkan?" tanya Nathan lagi, dia membuat spekulasi baru. "Tapi kak, bisa aja kalau itu dia emang punya hobi koleksi dalaman, gimana tuh, kak?" tanya Oesama menyanggah spekulasi Nathan."Bisa aja, tapi itu kecil kemungkinannya kecil, sih. Kamu nggak berpikir kalau orang di sebelah kita malah punya cewek?""Bisa aja iya." ucap Oesama. "Tapi ceweknya siapa?" tanya Nathan. Rasanya cowok di sebelah kamar asramanya, tak pernah membawa cewek ataupun seseorang yang terlihat dekat dengannya. "Ya nggak ada yang tau. Kamar di sebelah kita kan sering kosong,
Setelah mengetahui bahwa kondisi Diana saat ini dinyatakan koma, Talia, Nathan, dan Oesama pun kembali masuk sekolah, karena mereka sudah tertinggal banyak pelajaran, dan sebentar lagi akan melaksanakan ujian tengah semester. Meskipun Talia ingin sekali menemani Diana, berbagai pertimbangan dan izin dari Michel juga pihak sekolah, tidaklah Talia dapatkan. Maka dari itu, Talia mencoba untuk mengerti dan mengalah. Kemarin malam, Michel sudah mengantarkan Talia, Nathan, dan Oesama untuk kembali ke sekolah. Mereka pun sudah melakukan aktivitas seperti biasanya, hanya saja, Michel memilih mengambil cuti beberapa hari. Michel ingin menyelidiki terkait kecelakaan yang menimpa istrinya, dan Aldo, atau tepatnya, selingkuhan Diana? Michel pun meminta bantuan dari teman lamanya, Ferdi untuk menyabotase CCTV di area tersebut. Karena jika menunggu pihak supermarket terdekat untuk memberikannya, itu akan memakan waktu yang lebih lama lagi. Michel tau ini ilegal, tapi Michel pun tak tau, jika buka